• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Konseptual

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 58-76)

a. Konsep Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT)

Keberagaman gender atau seksualitas sesungguhnya telah ada di Indonesia sebelum adanya istilah LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender) ada juga yang memberikan istilah LGBTIQ dengan menambah frasa Interseks dan Queer. Terlebih dahulu perlu dipahami apa yang dimaksud dengan lesbian, gay, biseksual dan transgender.

1) Lesbian

Secara terminologi Lesbian berasal dari kata Lesbos yaitu pulau di tengah lautan Egis yang pada zaman kuno dihuni oleh para wanita.186 Pada kaum wanita terdapat dua kelompok homoseksualitas. Kelompok pertama ialah wanita yang menujukkan banyak ciri-ciri kelaki-lakian, baik dalam susunan jasmani dan tingkah lakunya. Maupun pada pemilihan objek erotiknya. Kelompok yang kedua ialah mereka yang tidak memiliki tandatanda kelainan fisik. Lesbian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesai (KBBI) adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya; wanita homoseks.187 Pengertian lainnya adalah perempuan yang memiliki ketertarikan fisik, romantis, dan /atau emosional kepada perempuan lainnya.188 2) Gay

Pengertian gay menurut Kartini Kartono dan Dali Gulo bahwa gay adalah suatu istilah bahasa sehari-hari untuk menyebut homoseks, kini sering kali diakui oleh orang-orang homoseks, yang

186 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual, Mandar Maju, Bandung. 2009. Hlm. 249. Berdasarkan sejarah, siapa saja yang lahir pada masa itu akan diberikan nama belakang dengan diikuti nama lesbian. Ini diberikan sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur dan agar kebiasaan itu tidak hilang oleh waktu karena semakin zaman terus berkembang orang-orang pun lebih mengenal istilah lesbian. Dan hubungan lesbian dalam mitologi Yunani, hubungan percintaan sejenis terjadi di pulau itu antara putri Shappo dan Athis.

187 Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi, CV. Pionir Jaya, Bandung. 1987, hlm,185.

188 Gadis Arivia, et.al, Modul Panduan Meliput LGBT, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, 2015, hlm. 2.

secara terang-terangan menyatakan orientasi seks mereka.189 Dari penjelasan tersebut penggunaan homoseks lebih menuju pada ketertarikan secara seksual antara sesama jenis (laki-laki). Begitu juga jika dicari makna pengertian homoseks menurut KBBI, hubungan seks dengan pasangan sejenis (pria dengan pria).190 Dalam pemberitaan dimediapun terkait dengan “gay” sering digunakan istilah homoseks.

3) Biseksual

Secara terminologi kata biseksual dari kata “bi” yang artinya dua sedangkan “seksual” bermakna persetubuan antara laki-laki dan perempuan. sehingga dapat disimpulkan secara Bahasa, bahwa Biseksual adalah orang yang tertarik kepada kedua jenis kelamin yaitu baik laki-laki ataupun perempuan. 191 Dalam KBBI biseksual memiliki dua arti, pertama mempunyai sifat kedua jenis kelamin (laki-laki dan perempuan); kedua, tertarik kepada kedua jenis kelamin (baik kepada laki-laki maupun kepada perempuan).192 Seseorang yang menjadi biseksual, dimungkinkan dalam waktu yang bersamaan dia tertarik terhadap lawan jenis maupun sesama jenis.

4) Transgender

Transgender terdiri dari dua kata yaitu “trans” yang berarti pindah (tangan; tanggungan); pemindahan dan “gender” yang berarti jenis kelamin.193 Selain istilah trangender kita juga mengenal istilah “transeksual”, istilah lain yang digunakan dalam operasi pergantian kelamin. Sedangkan secara terminologi

189 KBBI versi daring, Homoseks, terdapat dalam https://kbbi.web.id/homoseks. Diakses 20 Agustus 2018, pukul 21.00 WIB.

190 KBBI versi daring, Lesbian, terdapat dalam http://kbbi.co.id/arti-kata/lesbian. Diakses 20 Agustus 2018, pukul 21. 15 WIB.

191 Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi Ketiga, Modern English Pers , Jakarta. 2002. hlm. 1355

192 KBBI versi daring, Biseksual, terdapat dalam https://kbbi.web.id/biseksual. Diakses 20 Agustus 2018, pukul 21.00 WIB.

193 Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, Arkola, Surabaya.

2002. hlm. 197

transgender atau transseksual diartikan dengan suatu gejala ketidakpuasan seseorang karena merasa tidak adanya kecocokan antara bentuk fisik dan kelamin dengan kejiwaan, atau adanya ketidakpuasan dengan alat kelamin yang dimilikinya.

Selain penggunaan istilah lesbian, gay, biseksual dan transgender, terdapat pula istilah queer dan juga interseks. Queer secara tradisional adalah istilah yang peyoratif, queer diterima hanya oleh sebagian anggota LGBT untuk menggambarkan diri mereka. Namun secara universal queer tidak diterima dalam komunitas LGBT. Queer (Q) jika terdapat diakhir LGBT berarti queer dan/atau questioning (mempertanyakan/dipertanyakan).194 Queer digunakan untuk merujuk ragam orientasi seksual diluar heteroseksual maupun homoseksual.

Istilah interseks merupakan variasi karakteristik jenis kelamin yang berbeda dengan perempuan atau laki-laki, sehingga status jenis kelaminnya ambigu. dalam kondisi interseks, seseorang dapat dilahirkan dalam kondisi fisik perempuan tetapi memiliki alat kelamin dan organ reproduksi laki-laki, hal ini dapat terjadi sebaliknya. 195

Berkaitan dengan keragaman gender dapat terpresentasikan pada patung Ardanarishvara/Ardhanary (abad 14), yang terdapat dalam Museum Medan Merdeka Barat, Jakarta. Nama “Ardanarishvara”

adalah kombinasi dari tiga kata yaitu, „ardha‟, „nari‟, dan „ishvara‟, yang berarti Tuhan/Dewa „setengah‟, „perempuan‟ dan „laki-laki‟. Di Sulawesi Selatan, ada “Bissu” yang dianggap tidak memiliki golongan gender (bukan laki-laki, bukan perempuan) dalam kepercayaan tradisional Tolotang, yang dianut oleh komunitas Amparita Sidrap dalam masyarakat Bugis. Golongan Bissu umumnya disebut “diluar

194 Gadis Arivia, et.al, Modul Panduan Meliput LGBT, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, 2015, hlm.3.

195 CNN, Mengenal Bedanya Interseks dan Transgender, terdapat dalam https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20181026165827-284-341731/mengenal-bedanya-interseks-dan-transgender. Diakses tanggal 24 Agustus 2019, pukul 21.00 WIB.

batasan gender”, suatu “makluk yang bukan laki-laki atau perempuan”, atau sebagai “memiliki peran ritual” di mana mereka “menjadi perantara antara manusia dan dewa”. Sehingga memiliki posisi penting sebagai penasihat raja.196

Mengenai budaya homoseksual, juga telah lama dikenal di Indonesia, dan prakter-prakter tersebut diketemukan. Tahun 1939 di Sumatera Barat , seorang perempuan yang telah menjadi janda selama 8 tahuan dan seorang gadis meminta kepala desa untuk menikahkan mereka, dengan alasan memiliki hubungan seperti „suami‟ dan „istri‟.

Di Sulawesi tahun 1948 ada beberapa perempuan yang berpotong rambut panjang diikat keatas tetapi mengenakan sarung laki-laki dan bekerja sebagai petani, mereka juga hidup dengan pasangan perempuan sebagai sebuah keluarga.197

Kesemuanya tidak dapat dilepaskan dari pembahasan tentang seksualitas serta perlu dibedakan terlebih dahulu konsep gender. Di mana terdapat gender dan juga seks. Yang bisa dipahami sebagai sebuah pemberian atau sebuah konstruksi sosial di dalam masyarakat.

Seks atau yang dikenal dengan jenis kelamin (laki-laki ditunjukkan kengan “penis” dan perempuan dengan “vagina”), pembagian ini yang ditentukan secara biologis. Dan secara biologis tidak mungkin terjadi pertukaran alat kelamin tersebut. sehingga seks merupakan kodrat dan pemberian dari Tuhan. Berbeda lagi pembahasan tentang gender.

Gender digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang mempunya sifat bawaan (apa yang diciptakan oleh Tuhan) dan bentukan budaya (konstruksi sosial) gender berbicara perbedaan peran fungsi, dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Atau bisa terjadi perubahan. Yang

196 Graham dalam Gadis Arivia, et.al, Modul Panduan Meliput LGBT, Yayasan Jurnal Perempuan, Jakarta, 2015, hlm. iv-v.

197 Eelyn Blackwood and Saskia E. Wieringa Editor, Female Desires; Same Sex Relations and Transgender Practice Across Cultures, Colombia University Press, New York, 1999.

biasanya diwujudkan dalam ekspresi gender. Ekspresi gender adalah bagaimana seseorang menampilkan dirinya apakah maskulin, feminin atau androgin. Ekspresi gender adalah cara seseorang menunjukkan ekspresinya baik dari cara bertindak, berpakaian, tingkah laku dan berinteraksi secara sosial.198 Sebagai contoh, lelaki identik dengan maskulin, sehingga bagi pekerjaan yang berat cenderung akan dilakukan oleh laki-laki (membangun rumah, memperbaiki mesin, dan lainnya). Sedangkan perempuan identik dengan sosok feminim sehingga dia cenderung menghindari pekerjaan yang berat (perempuan memasak, menjahit, mencuci, dan lainnya).199 Konsep ini dimunculkan oleh para ilmuan sosial. Dan dalam realitasnya gay banyak yang maskulin, lesbian yang feminin, biseksual laki-laki yang feminin dan biseksual laki-laki yang maskulin, sama halnya dengan ekspresi gender dari orang-orang heteroseksual.200

Pembahasan tentang LGBT sangat dekat dengan seksualitas.

Seksualitas dalam hal ini lebih luas yaitu seluruh aspek kehidupan menyeluruh meliputi konsep tentang seks (jenis kelamin), gender, orientasi seksual dan identitas gender, identitas seksual, erotism, kesenangan, keintiman dan reproduksi. Seksualitas dialami dan diekspresikan dalam pikiran, fantasi, hasrat, kepercayaan/nilai-nilai, tingkah laku, kebiasaan, peran dan hubungan. Namun demikian, tidak semua aspek dalam seksualitas selalu dialami atau diekspresikan.

Seksualitas dipengaruhi oleh interaksi faktor-faktor biologis, psikologis, sosial, ekonomi, politik, sejarah, agama, dan spiritual.201

198 Gadis Arivia, et.al, op.cit, hlm. 3

199 Terdapat pula dalam J. W. Santrock, Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Erlangga, Jakarta. 2002, hlm. 365. Istilah gender dan seks memiliki perbedaan dari segi dimensi. Isilah seks (jenis kelamin) mengacu pada dimensi biologis seorang laki-laki dan perempuan, sedangkan gender mengacu pada dimensi sosial-budaya seorang laki-laki dan perempuan.

200 Gadis Arivia, loc.cit, hlm. 4.

201 Definisi WHO dalam Ardhanary Institute dan HIVOS dikutip oleh Divisi Litbang dan Pendidikan Komisi Nasional Perempuan.

Terdapat dua pandangan tentang seksualitas yang saling berseberangan, yaitu antara kelompok yang mendasarkan pemikiran tentang seksualitas pada aliran esensialism, dan kelompok yang lain pada social constructionism. Esensialism meyakini bahwa jenis kelamin, orientasi seksual, dan identitas seksual202 sebagai hal yang bersifat terberi dan natural sehingga tidak dapat mengalami perubahan.

Kelompok ini berpandangan bahwa jenis kelamin hanya terdiri dari dua jenis yaitu laki-laki dan perempuan, dan orientasi seksual hanya heteroseksual, dan identitas gender harus selaras dengan jenis kelamin (perempuan-feminin; laki-laki- maskulin) menyebabkan kelompok yang berada di luar mainstream tersebut dianggap sebagai abnormal.203

Pandangan social constructionism, bukan hanya gender, namun juga seks/jenis kelamin, orientasi seksual maupun identitas gender adalah hasil konstruksi sosial. Sebagai sebuah konstruksi sosial, seksualitas bersifat cair, dan merupakan suatu kontinum sehingga jenis kelamin tidak hanya terdiri dari laki-laki dan perempuan namun juga intersex dan transgender/transeksual, orientasi seksual tidak hanya heteroseksual namun juga homoseksual dan biseksual. Perbedaan dua sudut pandang tentang seksualitas tersebut dapat dirinci sebagai berikut

202 Jenis kelamin merupakan klasifikasi orang sebagai laki-laki, perempuan dan interseks.

Ketika lahir bayi ditentukan memiliki jenis kelamin tertentu, biasanya didasarkan pada tampilan anatomi eksternal mereka. Orientasi seksual merupakan istilah yang akurat secara ilmiah untuk menyatakan ketertarikan fisik, romantik, dan/atau emosi terhadap anggota jenis kelamin yang sama ataupun berbeda, termasuk orientasi lesbian, gay, biseksual, dan heteroseksual. Identitas gender berarti seseorang yang mengidentifikasikan dirinya apakah ia laki-laki, perempuan, transgender, bigender atau gender lain. Identitas gender tidak berkaitan dengan jenis kelamin, karena bersifat subjektif, dirasa dan dihayati langsung oleh individu. Dalam Gadis Arivia, et.al, op.

cit, hlm. 11

203 Pandangan umum yang diterima di Indonesia adalah pandangan pertama, yang meyakini bahwa seksualitas bersifat terberi sehingga tidak dapat diubah. Pandangan tersebut mendapatkan legitimasi dari ajaran agama maupun budaya sehingga kelompok orang yang seksualitasnya tidak sejalan dengan konsep tersebut (kelompok LGBT) dianggap sebagai abnormal, mendapatkan perlakuan buruk baik dalam bentuk diskriminasi maupun kekerasan.

Tabel 3.

Perbedaan sudut pandang seksual204

Esensialisme Social Constructionism

Seks Laki-laki dan

perempuan

Laki-laki, perempuan, interseks, transgender Gender Feminin, maskulin Feminin, maskulin,

androgynous, undifferentiated Orientasi Seksual Heteroseksual Heteroseksual,

homoseksual, biseksual

b. Konsep Gerakan Lesbian, Gay Biseksual dan Transgender.

Gerakan yang diambil dari kata dasar gerak yang memiliki arti 1) peralihan tempat atau kedudukan, baik hanya sekali maupun berkali-kali: 2) dorongan (batin, perasaan, dan sebagainya). Sedangkan gerakan memiliki pengertian 1 ) perbuatan atau keadaan bergerak (air, laut, mesin); 2) pergerakan, usaha, atau kegiatan dalam lapangan sosial (politik dan sebagainya): sosial tindakan terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan atau sebagai gerakan perlawanan untuk melestarikan pola-pola dan lembaga-lembaga masyarakat yang ada.205

Seara garis besar gerakan mengarah pada kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat yang disertai dengan program yang terencana dan ditujukkan pada suatu perubahan atau dapat juga merupakan gerakan perlawanan. Jika dihubungkan dengan gerakan LGBT, tentunya gerakan ini dilakukan dengan terencana pula dan oleh kelompok masyarakat yang merasa memiliki kesamaan yaitu kesamaan orientasi seksual dan identitas gender ataupun memiliki kesamaan

204 Dikutib dari Divisi Litbang dan Pendidikan Komisi Nasional Perempuan.

205 https://kbbi.web.id/gerak. Diakses 22 Juli 2018, pukul 20.00 WIB.

konsep dalam memandang LGBT dengan dilengkapi dengan program-program serta ditujukan untuk perubahan salah satunya pengakuan dan menuntut pemenuan hak-hak yang sama dengan masyarakat pada umumnya. Serta dapat juga sebagai sebuah gerakan perlawanan, untuk menentang segala macam bentuk perlakuan diskriminasi yang didasarkan pada perbedaan orientasi seksual dan identitas gender sebagaimana yang selama ini dilakukan oleh kelompok-kelompok LGBT.

Berbeda dengan individu-individu LGBT yang telah ada sejak lama, gerakan LGBT sendiri baru mulai berkembang di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya setelah adanya revolusi seksual.

Sebelum adanya gerakan, individu-individu ini cenderung menutup diri dan menyembunyikan identitas dirinya sebagai bagian dari LGBT.

Begitujuga dengan pergerakan kelompok LGBT cukup terselubung (coming in), di mana kelompok LGBT menerima identitas dirirnya sebagai lesbian, gay, biseksual atau transgender pertama kali hanya kepada diri mereka sendiri. Gerakan yang lebih dahulu dikenal adalah gerakan gay sebelum LGBT.206 Kemudian pada akhirnya masuk abad 20, kelompok LGBT mulai berani menunjukkan eksistensinya, bahkan kampanye-kampanye LGBT dilakukan secara terang-terangan (coming out). Sampai akhir 2013, terdapat dua jaringan nasional organisasi LGBT yang menaungi 119 organisasi di 28 provinsi. Pertama, Jaringan Gay, Waria, dan Laki-Laki yang Berhubungan Seks dengan Laki laki Lain Indonesia (GWL Ina), didirikan pada Februari 2007. Jaringan ini

206 Gay merupakan kata sifat yang biasanya digunakan untuk menggambarkan orang yang memiliki ketertarikan fisik, romantik, dan/atau emosional terhadap orang yang sama jenis kelamin/gendernya. Istilah gay sebenarnya merujuk baik kepada laki-laki dan perempuan yang tertarik pada sejenisnya (gay men, gay women), tetapi sebagian besar komunitas gay women lebih senang menyebut dirinya lesbian. Dalam gerakan HAM baik nasional maupun internasional, istilah gay digunakan untuk identitas laki-laki. Dalam Gadis Arivia, et.al, op. cit, hlm. 2

didukung organisasi internasional. Jaringan kedua, Forum LGBTIQ Indonesia, yang dibentuk tahun 2008.207

Perbedaan sudut pandang tersebut menyebabkan perbedaan penerimaan terhadap keberadaan kelompok LGBT. Di Indonesia kelompok yang menentang lebih banyak di bandingkan yang menerima dan turut memperjuangkan hak-hak kelompok LGBT. Namun dengan berkembangnya orgaisasi-organisasi LGBT yang di mulai tahun 1982 seperti Lambda Indonesia dan organisasi sejenis lainnya bermunculan pada akhir tahun 1980-an dan 1990-an. Kini, asosiasi LGBT utama di Indonesia adalah "Gaya Nusantara", "Arus Pelangi", Ardhanary Institute, GWL INA. Pergerakan gay dan lesbian di Indonesia adalah salah satu yang tertua dan terbesar di Asia Tenggara. Kegiatan Lambda Indonesia termasuk mengorganisir pertemuan sosial, peningkatan kesadaran dan menciptakan buletin, tetapi kelompok ini dibubarkan pada tahun 1990-an. Gaya Nusantara adalah sebuah kelompok hak asasi mengkhususkan pada gay yang berfokus pada isu-isu homoseksual seperti AIDS. Kelompok lain yaitu Yayasan Srikandi Sejati, yang terebntuk pada tahun 1998, fokus utama mereka adalah masalah kesehatan yang berkaitan dengan orang-orang transgender termasuk di dalamnya memberikan konseling tentang HIV/AIDS dan kondom gratis untuk transgender pekerja seks di sebuah klinik kesehatan gratis. Saat ini terdapat lebih dari tiga puluh kelompok LGBT di Indonesia.208

Organisasi-organisasi LGBT yang ada terus memperjuangkan hak-haknya nya sebagai individu, upaya-upaya tersebut antara lain.

1) Internalisasi bahwa keragaman seksualitas manusia (sexual diversity) adalah HAM;

207 Huruf I dan Q pada LGBTIQ berarti ‟‟intersex‟‟ dan ‟‟queer/questioning‟‟. Intersex adalah orang yang berkelamin ganda, sedangkan questioning adalah orang yang mempertanyakan jenis kelaminnya. Dalam A Zaini Bisri “Sikap Pemerintah terhadap Isu LGBT”.

http://berita.suaramerdeka.com/smcetak/sikap-pemerintah-terhadap-isu-lgbt/. Diakses 20 Mei 2016, pukul 16.30 IB.

208 Wikipedia, Hak LGBT di Indonesia, terdapat

dalamhttps://id.wikipedia.org/wiki/Hak_LGBT_di_Indonesia. Diakses pada 20 Mei 2016, pukul 16.30 WIB.

2) Melakukan dekonstruksi sosial (destabilised) atas konsep-konsep seksualitas yang dianggap baku dengan menggunakan kerangka dasar semua dokumen hak asasi manusia melalui.

a) Perubahan sistem hukum termasuk hukum agama (reintrepretasi tafsir kitab suci);

b) Counter discourse atau perebutan wacana dan makna atas issue-issue seksualitas yang didasarkan atas prinsip kesetaraan dan keadilan;

c) Penghapusan praktek-praktek yang mendiskriminasikan kelompok-kelompok yang dianggap “abnormal” atau masuk dalam kategori non normative sexuality;

d) Sosialisasi Yogyakarta principles. Yogyakarta Principles adalah suatu tatanan prinsip-prinsip dalam penerapan Undang-undang HAM yang terkait dengan orientasi seksual dan identitas gender.209 Yang dilaksanakan pada November 2006 dengan didukung 2 organisasi HAM internasional yaitu Service for Human Rights dan The International Commission of Jurists.

209 Prinsip-prinsip Yogja tersebut terdiri dari 29 prinsip, antara lain; prinsp 1: yaitu Penikmatan HAM secara universal, Prinsip 2: Hak atas Kesetaran dan Non Diskriminas, Prinsip 3:

Hak atas Pengakuan di mata Hukum, Prinsip 4: Hak untuk Hidup, Prinsip 5: Hak atas Keamanan Seseorang, Prinsip 6: Hak atas Privasi, Prinsip 7 : Hak atas Kebebasan dari Kesewenang-wenangan terhadap perampasan kebebasan, Prinsip 8 : Hak atas Pengadilan yang Adil, Prinsip 9:

Hak untuk Mendapatkan Perlakuan Manusiawi selama dalam Tahanan, Prinsip 10: Hak atas Kebebasan dari Siksaan dan Kekejaman, Perlakuan atau Hukuman yang tidak manusiawi atau merendahkan , Prinsip 11: Hak atas Perlindungan dari Semua Bentuk Eksploitasi, Penjualan dan Perdagangan manusia, Prinsip 12: Hak untuk Bekerja, Prinsip 13: Hak atas Keamanan Sosial dan Atas Tindakan Perlindungan Sosial Lainnya, Prinsip 14: Hak Untuk mendapatkan Standar Kehidupan yang Layak, Prinsip 15: Hak atas Perumahan yang layak, Prinsip 16: Hak Atas Pendidikan, Prinsip 17: Hak atas Pencapaian Tertinggi Standar Pendidikan, Prinsip 18:

Perlindungan atas Kekerasan Medis, Prinsip 19: Hak atas Kebebasan Berpendapat dan Berekspresi, Prinsip 20: Hak atas Kebebasan Berkumpul dengan damai dan Berasosiasi, Prinsip 21: Hak atas kebebasan Berpikir, Prinsip 22: Hak atas Kebebasan untuk berpindah, Prinsip 23:

Hak untuk mencari Perlindungan, Prinsip 24: Hak untuk Menemukan Keluarga, Prinsip 25: Hak untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Publik, Prinsip 26: Hak untuk Berpartisipasi dalam Kehidupan Budaya, Prinsip 27: Hak untuk Memajukan HAM, Prinsip 28: Hak atas Pemulihan dan Ganti Rugi yang Efektif, Prinsip 29: Akuntabilitas

Gerakan LGBT melalui kelompok-kelompok, yayasan maupun organisasi nyatanya berkembang dengan baik di Indonesia. Belum ada larangan pendirian organisasi atau yayasan yang fokus advokasinya terhadap hak-hak LGBT. Yang ada hanya beberapa kegiatan yang dianggap meresahkan atau mengganggu, yang akhirnya di bubarkan.

Apalagi pertemuan-pertemuan rutin selalu diselenggarkan untuk membehas pemajuan hak-hak LGBT dan isu-isu seputar LGBT.

Ditambah dukungan teknologi, gerakan-gerkan LGBT justru semakin memiliki wadah. Informasi tentang LGBT pun mudah untuk didapat.

Melaui web, facebook, twiter dan juga instagram.

c. Konsep Perilaku Menyimpang

Banyak tindakan yang kemudian diberikan label ”perilaku menyimpang”, sebagai contoh tawuran antar pelajar, mengunakan narkoba, seks bebas dan lain sebagainya. Sesungguhnya perilaku menyimpang memiliki arti sebagai perilaku warga masyarakat yang dianggap tidak sesuai dengan kebiasaan, tata aturan, dan norma-norma sosial yang berlaku. Seseorang berperilaku menyimpang apabila menurut anggapan sebagian besar masyarakat, perilaku atau tindakannya di luar kebiasaan, adat istiadat, aturan, nilai-nilai, atau norma-norma sosial yang berlaku.210

James Vander Zenden mengemukanan perbuatan menyimpang merupakan perilaku yang oleh sebagain besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi. Bruce J Cohen menyebutkan bahwa perilaku menyimpang adalah setiap perilaku yang tidak berhasil menyesuaikan diri dengan kehendak-kehendak masyarakat atau kelompok tertentu dalam masyarakat. Pengertian lain yaitu Robert M.Z Lawang mengemukanan bahwa penyimpangan adalah semua tindakan yang menyimpang dari norma yang berlaku dalam sistem sosial dan

210 J. D. Narwoko dan B Suyanto, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Prenada Media, Jakarta, 2004, hlm. 78

menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku yang menyimpang.211 Dari beberapa pengertian tentang penyimpangan sosial dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah tindakan yang tidak sesuai dengan kebiasaan, nilai atau norma sosial yang berlaku. Dan untuk meluruskan perbuatan ini maka dibutuhkan peran dari pihak yang berwenang baik dengan tindakan pencegahan maupun pemberian sanksi.

Secara umum perilaku menyimpang ada tiga ketegori.212

1) Tindakan nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang ada. Misalnya, membolos sekolah, ke sekolah tidak memakai seragam, merokok di wilayah dilarang merokok;

2) Tindakan yang antisosial atau asosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum.

Misalnya, tidak mau berteman, minum-minuman keras, dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang;

3) Tindakan-tindakan kriminal, yaitu tindakan yang melanggar aturan-aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang. Misalnya, pencurian, perampokan, penganiayaan, dan pembunuhan.

Dari ketiga kategori tersebut, dapat di uraikan kembali jenis-jenis

Dari ketiga kategori tersebut, dapat di uraikan kembali jenis-jenis

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 58-76)

Dokumen terkait