• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Hak Asasi Manusia

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-47)

Hak secara terpisah jika dikaitkan dengan hukum memiliki pengertian sebagai hak yang diakui dan di lindungi oleh hukum.

Menurut Washington hak berdasarkan hukum ditetapkan oleh aturan hukum. Dan di negara civil law seperti Indonesia, hak berdasarkan hukum ditetapkan dalam undang-undang. Berbeda dengan negara common law, hak berdasar hukum dapat di identifikasikan dari sanksi yang dijatuhkan oleh pengadilan atas pelanggaran yang dilakukan terhadap hak itu.149 Menurut Jeremy Bentham, bahwa hak tidak memiliki arti apa-apa jika tidak ditunjang dengan undang-undang, selain itu hak merupakan anak dari hukum. Dari hukum yang nyata akan timbul hak yang nyata, dan begitu sebaliknya.150 Hak mulai menjadi perbincangan seiring timbulnya negara-negara nasional yang mempersoalkan hubungan negara dan warga negara.

Dalam sejarah menurut Meijers tiada suatu pengertian pun yang menduduki posisi sentral dalam hukum perdata selain hak.151 Bahkan lebih dari itu posisi hak bukan hanya pada hukum perdata saja, melainkan juga pada semua hukum, karena hak melekat pada manusia baik pada aspek fisik maupun aspek eksistensinya.

Teori-teori yang berbasis pada hak memberikan justifikasi terhadap diutamakannya kepentingan pribadi dari pada kepentingan masyarakat. Hukum dirancang untuk sebanyak mungkin melindungi kepentingan individu sebagaimana yang dikemukakan Jeremy Bentham lewat utilitarianismennya. Hak juga merupakan sesuatu hal yang tak terpisahkan dari hakekat kemanusiaan itu sendiri. Menurut Lord Lloyd of Hamstead dan M.D.A. Freeman terdapat dua teori hakikat dari hak, yaitu teori kehendak yang menitikberakan kepada

149 Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, 2008, hlm. 163.

150Jeremy Bentham dalam ibid, hlm. 164-165.

151 Meijers dalam ibid, hlm. 172.

kehendak atau pilihan dan yang lain teori kepentingan atau teori kemanfaatan. Dan teori tersebut berkaitan dengan tujuan hukum.152 Menurut Paton bahwa esensi hak bukanlah kekuasaan yang dijamin oleh hukum, melainkan kekuasaan yang dijamin oleh hukum untuk merealisasikan suatu kepentingan. Karena kehendak manusia tidak bekerja tanpa maksud apa-apa (in vacuo) tetapi menginginkan tujuan-tujuan tertentu yaitu kepentingan. Dan menurut John Locke bahwa semua individu dikarunia oleh alam berupa hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut oleh negara.153 Sehingga hak-hak asasi manusia adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta, karenanya tidak ada kekuasaan apapun didunia ini yang dapat mencabutnya. Namun hak dalam hal ini tidak membenarkan jika manusia bertindak semaunya tanpa sebuah batasan. Ini berarti hak tidak selalu identik dengan kebebasan, tindakan yang di klaim sebagai hak harus pula memiliki batasan tertentu.

Ronald Dworkin menyampaikan bahwa hak paling tepat dipahami sebagai yang paling tinggi atas justifikasi latar belakang bagi keputusan politis yang menyatakan suatu tujuan bagi masyarakat secara keseluruhan. Dworkin menempatkan hak sebagai suatu yang harus dijunjung tinggi oleh siapapun. Seseorang mempunyai hak apabila terdapat suatu alasan untuk memberikan kepada orang lain bekal atau kesempatan meskipun ada yang menentangnya atas dasar kepentingan umum untuk secara keseluruhan. Dworkin juga mengakui bahwa campur tangan dalam kehidupan individu yang dengan demikian meniadakan dibenarkan jika dapat ditemukan “dasar yang khusus”.154

152 Ibid, hlm. 173-175.

153 John Locke dalam Osgar S. Matompo, Muliadi, Andi Nurul, Hukum Dan Hak Asasi Manusia, Intrans Publishing, Malang, 2018, hlm. 5

154 Ibid, hlm. 177-178.

Antony Flew memberikan definisi tentang hak.155

A person‘s entitlement as a member of society, including

―liberties: such as the right to use the public higway, and claim rights, such as the right to defence counsel.

(Hak seseorang sebagai anggota masyarakat, termasuk

"kebebasan: seperti hak untuk menggunakan garis besar publik, dan hak menuntut, seperti hak untuk pengacara pembela).

Pengertian hak lebih banyak dihubungkan dengan hak asasi manusia. HAM adalah istilah yang biasa digunakan untuk menggantikan istilah human rights, fundamental right, atau basic rights. 156 Secara etimoligis HAM terdiri dari tiga kata. Hak dan Asasi merasal dari bahasa arab, sedangkan manusia berasal dari bahasa Indonesia. HAM dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai hak-hak mendasar pada diri manusia.157

Definisi tentang HAM diberikan oleh beberapa pakar, sampai saat ini belum terdapat definisi tunggal tentang HAM. Louis Henski manyatakan;

Human rights are Claims asserted recognized (as of right), not claims upen love, or grace, or brotherhood or charity; one does not have earn or deserve them. They are not merely aspirations or moral assertions but increasingly legal claims under some applicable law.158

(Hak asasi manusia adalah klaim yang dinyatakan diakui (sebagai hak), bukan klaim yang meningkatkan cinta, atau rahmat, atau persaudaraan atau amal; seseorang tidak mendapatkan atau layak mendapatkannya. Mereka bukan

155 Antony Flew, A Dictionary of Phylosophy, St. Martin‟s Press, Ney York, 1984, hlm.

306

156Dalam terminologi, hak asasi manusia dikenal dalam empat istilah yaitu, human rights, fundamental rights, citizen rights, dan collective rights. Yang paling memadai digunakan adalah human rights, sedangkan fundamental rights mengacu aspek nasional. Dalam Mujahid Kumkelo, dkk, Fiqh Ham Ortodoksi dan Liberalisme Hak Asasi Manusia dalam Islam, Setara Press, Malang, 2015, hlm. 28. Dalam Bahder Johan Nasution, Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, cetakan ke-3, Mandar Maju, Bandung, 2014, hlm. 130. Bahwa harus dibedakan antara human rights (hak asasi) dengan fundamental rights (hak dasar). Karena hak asasi menunjuk pada hak-hak yang memperoleh pengakuan secara internasional.

157Departemen Pendidikan dan Kebudyaan, Kumus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta 1994, hlm. 334.

158Louis Henkin dalam Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Bina Ilmu, Surabaya,198, hlm. 39.

sekadar aspirasi atau penegasan moral tetapi semakin banyak tuntutan hukum di bawah beberapa hukum yang berlaku).

Hendarmin Ranadireksa mendefinisikan HAM sebagai

“seperangkat ketentuan atau aturan untuk melindungi warganya dari kemungkinan penindasan, atau pembatasan ruang gerak warga negara oleh negara, artinya ada pembatasan-pembatasan tertentu yang diberlakukan pada negara yang paling hakiki yang terlindungi dari kesewenang-wenangan penguasa”.159 Soetandyo Wignyosoebroto mengartikan HAM sebagai hak mendasar (fundamental) yang diakui secara universal sebagai hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodratnya sebagai manusia. Muladi mengatakan apapun rumusan HAM adalah hak yang melekat secara alamiah (inhernt) pada manusia sejak manusia lahir, dan tanpa hak tersebut manusia tidak dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang utuh.160

Pengertian HAM dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 1 angka 1 yaitu,

“HAM adalah seperangkat hak yang melekat dan pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-NYA, yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum,

159Hendarmin Ranadireksa dalam Muladi, Hak Asasi Manusia, Hakekat, Konsep dan Implementasinya dalam Prespektif Hukum dan Masyarakat, ctk. Kedua, Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 39.

160 Rahayu, Hukum Hak Asasi Manusia, cetakan. 1, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002, hlm. 2. Menurut N. Flower dan D.J. Ravindran dalam Herlambang, op.cit, hlm. 3. Memasukkan dalam prinsip HAM , yaitu yang pertama universalitas, kedua pemartabatan manusia (human dignity), ketiga non-diskriminasi, keempat persamaan atau equality, kelima indivisibility atau suatu hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya, keenam inalienability atau pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan, ketujuh interdependency (saling ketergantungan). Prinsip ini juga sangat dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak-hak yang dimiliki setiap orang itu tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya dalam ruang atau lingkungan manapun, kedelapan responsibilitas atau pertanggungjawaban (responsibility). Prinsip pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa perlunya mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia, serta menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan memaksimalkan sumberdaya yang ada untuk memajukannya.

pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

Pieter Mahmud Marzuki memberikan pembedaan tentang hak yang dimiliki oleh manusia terkait dengan eksistensi hak itu sendiri.

Hak yang melekat pada manusia karena kodrat dari Tuhan disebut sebagai “hak orisinal”. Hak-hak orisinil berupa hak untuk hidup, hak atas kebebasan dan hak atas hak milik. Dalam hal ini hukum bukan menciptakan hak itu namun mengakui hak-hak itu. Untuk mempertahankan hak-hak orisinal tersebut dikembangkan norma hukum yang berupa perintah dan larangan berkaitan dengan adanya hak-hak tersebut. Ketiga hak orisinil tersebut melahirkan “hak derevatif”. Hak derevatif adalah hak yang merupakan bentukan hukum karena diciptakan oleh hukum yaitu melalui undang-undang, dipraktikkan dalam hukum kebiasaan, dan dituangkan didalam perjanjian. Dibentuknya hak derevatif disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.161

Hak secara garis besar dapat disimpulkan sebagai hak-hak yang seharusnya diakui secara universal sebagai hak-hak yang melekat pada manusia karena hakikat dan kodrat kelahiran manusia sebagai manusia. Sehingga tidak lagi melihat ras, warna kulit, asal negara, jenis kelamin dan juga status sosial setiap individu di belahan bumi manapun. Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan sifat dasar HAM, yaitu.162

a) Inherent (melekat pada manusia), HAM dimiliki manusia karena martabatnya sebagai manusia, bukan diberi,

161 Peter Mahmud Marzuki, op. cit, hlm. 185-189

162 Rahayu, op. cit, hlm. 4-5. Dalam Osgar S. Matompo, Muliadi, Andi Nurul, op. cit, hlm. 5 disebutkan pula ciri dari hak asasi manusia yaitu. 1) hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli, atau diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia secara otomatis. 2) hak asasi manusia berlaku dan dimiliki oleh semua manusia, tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik, atau asasl usul sosial, bangsa. Semua manusia lahir dengan martabat yang sama. 3) hak asasi manusia tidak bisa dilanggar, dicabut atau dihilangkan walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggarnya.

ataupun tidak diwariskan dan tidak diperoleh dengan cara apapun;

b) Universal, HAM berlaku untuk semua orang di seluruh dunia, karena HAM merupakan prinsip-prinsip yang diterima secara umum. Prinsip yang dimiliki dalam nilai-nilai etik dan moral yang tersebar di seluruh wilayah di dunia, dan pemerintah termasuk masyarakatnya harus mengakui dan menyokong hak-hak asasi manusia. Ini menunjukkan bahwa hak-hak asasi manusia itu ada dan harus dihormati oleh seluruh umat manusia di dunia manapun, tidak tergantung pada wilayah atau bangsa tertentu. Ia berlaku menyeluruh sebagai kodrat lahiriah setiap manusia;163

c) Inalienable (tidak dapat dipungkiri);

d) Indivisible (tidak dapat dibagi), HAM didasarkan pada prinsip penghormatan terhadap martabat manusia. Untuk hidup bermartabat, semua orang berhak atas kebebasan, keamanan dan standar kehidupan yang layak pada waktu yang bersamaan;

e) Interdipendent (saling tergantung);

f) Bahwa hak-hak tersebut harus dilindungi, dihormati dan dipertahankan;

g) Bahwa hak-hak tersebut tidak dapat dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

Hak merupakan bagian terpenting di dalam manusia karena kodrat manusia itu sendiri, tanpa adanya pengakuan atas hak seseorang makan hakekat manusia tidak memiliki arti. Berkaitan dengan pengakuan atas hak, memiliki sejarah yang panjang. Di mana pengakuan terhadap HAM berawal dari lahirnya Piagam Madinah

163 Herlambang, op. cit, hlm. 3.

(627), HAM bermula dari gagasan bahwa manusia tidak boleh diperlakukan semena-mena oleh kekuasaan, karena manusia memiliki hak alamiah yang melekat pada dirinya karena kemanusiannya. Keprihatinan atas HAM telah ada sejak 1215 dengan dirumusknnya Magna Charta,164 yang tidak dapat dilepaskan dari hukum politik modern setelah Revolusi Prancis (1789), yaitu sejak Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia dan Warganegara (Declaration of the Rights of Man and Citizen).

Di Inggris selain Magna Charta, juga dikenal dengan Petition of Rights (1628), Habes Corpus Act (1679), dan English Bill of Rights (1689). Ketiga intrumen tersebut mengembangkan kebebasan politik, kebebasan pribadi dan terutama penghormatan terhadap keamanan pribadi. Bill of Rights merupakan hasil perjuangan parlemen melawan pemerintahan raja-raja yang sewenang-wenang pada abad ke-17. Undang-undang ini melarang pemungutan pajak dan pemeliharaan pasukan tetap pada masa damai oleh Raja tanpa persetujuan parlemen.165

Amerika juga memiliki konsep mengenai HAM yang telah dirancang dengan lebih rinci, yang terdapat di dalam Declaration of Independence (1776) yang dirumuskan oleh Jefferson. Sejarah Prancis mencatat lahirnya konsep HAM diawali oleh penyerangan dan pengambilalihan benteng Bastille pada tahun 1789 yang menandai berakhirnya pemerintahan monarkhi louis XVI. Pada masa itu pula lahir prinsip “the rule of law‖, prinsip “pesumption of innocence”, prinsip “freedom of expression”, prinsip “freedom of religion‖, prinsip “the right of property” dan hak dasar lainnya.166

164Magna Charta lahir di Inggris, piagam ini hanya berisikan kompromi pembagian kekuasaan antara Raja John dan para bangsawan. Bila raja memiliki kekuasaan absolut maka wewenangnya di batasi oleh piagam ini kekuasaan raja dapat dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat dimitai pertanggungjawaban dimuka umum. Scott Davidson, op. cit, hlm. 3.

165Ibid, hlm. 5

166 Ibid, hlm. 6

Dari berbagai konsep HAM yang muncul baik di Amerika ataupun Prancis , maka yang penting adalah:

a) Hak-hak tersebut secara kodrati inhern, universal dan tidak dapat dicabut, karena hak-hak itu dimiliki individu semata-mata karena mereka adalah manusia dan bukan karena mereka kawula hukum suatu negara;

b) Perlindungan terhadap hak-hak tersebut terdapat dalam kerangka yang demokratis;

c) Batas-batas pelaksanaan hak yang dapat ditetapkan atau di cabut oleh undang-undang.

Persoalan HAM sebenarnya baru muncul abad ke-19, perkembangan ini juga mendapatkan momentum pada pasca perang dunia I, saat menyepakati Perjanjian Versailes yang membentuk Liga Bangsa-Bangsa (LBB). Meskipun tidak secara tegas mengatur tentang HAM, namun Covenant of The League of Nations sebagai piagam pendirinya mewajibkan negara-negara anggotanya untuk berupaya ke arah sasaran kemanusiaan.167

Perkembangan HAM modern lahir melalui berbagai macam bentuk perjanjian internasional, yang diawali dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ketentuan dalam piagam ini menciptakan kewajiban untuk melindungi HAM yang secara hukum mengikat anggotanya. Pada akhinya dikeluarkan Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) pada 10 Desember tahun 1948. UDHR memiliki dua makna yaitu ke dalam dan keluar. Makna ke dalam bahwa deklarasi HAM itu harus senantiasa menjadi patokan objektif bagi rakyat dari setiap negara berdaulat dalam menilai setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintahnya. Makna ke luar terungkap dalam komitmen antara negara-negara sedunia untuk saling menghormati dan menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan antar bangsa-bangsa.

Instumen HAM berikutnya adalah Kovenan Internasional Hak-Hak Sipil dan Politik, serta Kovenan Hak-Hak-Hak-Hak Ekomomi, Sosial dan

167 Rahayu, op.cit, hlm. 37.

Budaya yang disahkan oleh Majelis PBB pada 1966. Ketiga instrumen HAM tersebut yang disusun oleh PBB merupakan instrumen pokok HAM internasional, yang kemudian diikuti oleh instrumen- instrumen internasional lain di bidang HAM.168

Dalam dokumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA (Halaman 39-47)

Dokumen terkait