• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERHADAP MASYARAKAT SEKITAR

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan kawasan ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Namun, sebagai kawasan pelestarian alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi. Potensi yang dimiliki oleh TWA Grojogan Sewu sangat tinggi yang memiliki keunikan baik dari segi lanskep maupun kekayaan keanekaragaman hayatinya dan dapat terus dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Meski bermanfaat sebagai sarana rekreasi, disisi lain aktivitas wisata ini dapat berdampak secara ekologi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana agar dapat berkelanjutan.

Sebagai sarana rekreasi, Taman Wisata Alam Grojokan Sewu berhubungan erat dengan wisatawan. Oleh karena itu, penting bagi pihak pengelola untuk mengetahui bagaimana karakteristik dan mencari tahu deskripsi penilaian wisatawan maupun masyarakat sekitar yang ikut berkontribusi dalam aktivitas wisata, dan diharapkan dapat memberikan informasi tambahan untuk dapat digunakan sebagai dasar dalam menetapkan kebijakan pelayanan. Dimana, tingkat permintaan atau kunjungan wisatawan akan berdampak secara langsung

maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, diantaranya penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan yang mana sebagian besar masyarakat sekitar memiliki ketergantungan dengan kawasan wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan maka kebutuhan wisatawan akan semakin tinggi dan harus dipenuhi. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya transaksi antara masyarakat sekitar dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka akan semakin besar pengeluaran wisatawan di lokasi obyek wisata. Secara tidak langsung akan memberikan dampak lanjutan bagi masyarakat sekitar obyek wisata yang membuka usaha terkait dengan kegiatan usaha, selain itu juga akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dan neraca pembayaran. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain adalah penginapan, konsumsi, cendramata, dan jasa pemandu. Sektor pariwisata, mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga hal ini perlu dikaji.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku wisata sekitar TWA Grojogan Sewu yang menunjukan bagaimana kualitas wisatawan yang berkunjung. Karakteristik tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di TWA Grojogan Sewu agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi penelitian akan menggunakan analisis regresi linear berganda.

Menganalisis dampak ekonomi dan dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu terhadap kehidupan masyarakat

sekitar dan ini merupakan indikator penting mengenai sejauh mana pengelolaan wisata dapat menguntungkan masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar setempat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan akan dianalisis dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Gambar 2

menunjukkan alur berfikir penelitian dapat disederhanakan pada kerangka berfikir.

Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian

Ket: - - - = Metode Penelitian Wisatawan

Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata

Demand Wisata

Lingkungan Karakteristik

wisatawan Dampak Wisata

Ekonomi

Analisis regresi berganda Analisis Deskriptif

Aktivitas pelaku usaha dan perilaku wisatawan

Langsung (Direct) Lanjutan (induced ) Tidak langsung (indirect) Analisis Deskriptif

Nilai dampak ekonomi

Keynesian Multiplier

Pengelolaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang berkelanjutan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu

Potensi Ekonomi Pendukung fungsi hutan lindung

Masyarakat

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Maret-April 2012.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Pengumpulan data diperoleh melalui survey lapang dengan pengamatan wawancara langsung kepada responden dengan bantuan kuesioner. Wawancara dilakukan kepada pengunjung TWA Grojogan Sewu yang ditemui pada saat penelitian. Jumlah sampel untuk wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak 100 orang. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap unit usaha yaitu sebanyak 30 responden unit usaha, dimana responden unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata, dan untuk tenaga kerja sekitar lokasi wisata sebanyak 40 orang. Penetapan sampel yang digunakan di dasarkan pada kaidah pengambilan sampel secara statistik yaitu sebanyak 30 responden (Walpole, 1993).Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang diolah

baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal.

Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi, jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian.

4.3 Metode pengambilan Sampel

Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode

non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai responden. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti (Mustafa, 2000). Responden dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel diambil dengan maksud dan tujuan tertentu. Responden pengunjung adalah mereka yang berusia 16 tahun keatas dan sedang melakukan kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Usia 16 tahun keatas dipilih karena dinilai dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai sehingga mudah untuk mendapatkan data yang diperlukan.

Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata.

4.4 Metode dan Prosedur Analisis

Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data

1. 2. 3. 4. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi karakteristik pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar.

Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu.

Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu. Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan

Sumber Data Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan kuisioner. Wawancara dengan menggunakan Analisis Data

Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif .

Analisis regresi berganda.

Keynesian Income Multiplier.

4.4.1 Analisis Deskriptif

Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung.

4.4.2 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata TWA Grojogan Sewu.

Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid

et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan mengukur nilai dari tempat tertentu. Pendekatan ini dikembangkan untuk menilai manfaat yang diperoleh konsumen dalam memanfaatkan jasa lingkungan atau barang yang tidak memiliki nilai atau bernilai rendah. Dimana, inti dari pendekatan ini adalah bahwa biaya perjalanan ke suatu tempat wisata akan mempengaruhi jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seseorang.

Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu:

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7+ ε

dimana:

Y = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun)

X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah)

X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km)

X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang)

X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata X7 = Dummy daya tarik wisata

ε = Error term

b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7

Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan adalah sebagai berikut:

1. Tanda koefisen untuk umur (X1) adalah negatif. Artinya semakin muda umur responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini.

2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X2) adalah positif. Artinya semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang akan meningkatkan jumlah kunjungan. Pendapatan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan untuk melakukan kegiatan rekreasi. Seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan seseorang yang berpenghasilan rendah.

3. Tanda koefisien untuk jarak (X3) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya. 4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X4) adalah negatif. Artinya semakin

besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya.

5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X5) adalah negatif. Artinya peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya.

6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6) adalah positif. Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungannya.

7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X7) adalah positif. Artinya semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.

4.4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat.

Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sederhana, yaitu:

1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Y= β0+ β1X1i+ β2X2i+ β3X3i+ ... + βkXki+ εi

2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan, bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk.

a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan

ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2. b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov

(εi, εj) = 0 untuk i≠j.

c. Komponen sisaan menyebar normal.

4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda

Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004):

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan

model. Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan tititk-titik pada garis berbentuk linear dan didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan dapat terpenuhi.

2. Uji Statistik t

Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai berikut:

H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut: thitung = b – S

Jika thitung > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

Jika thitung < ttable, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).

3. Uji Statistik F

Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Langkah-langkah pengujian statistik F 1) Membuat Hipotesa.

H0: 1= 2=0

H1: 1≠ 2≠ 3= 4=0 2) Kriteria.

H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel. H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel. 3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel

4. Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat

Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.

5. Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εi) sama atau

homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi2 untuk tiap pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test.

6. Uji Autokorelasi

Uji ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross section). Nilai statistik Durbin Waston berada pada kisaran 0 hingga 4, dan jika nilainya

mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). H0 tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif

H1 terdapat serial autokorelasi

Tolak H0 jika d < dL atau d > 4 –dL dan terima H0 jika dU < d < 4 –dU.

4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar

Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata (META, 2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.

Kelompok kedua adalah tenaga kerja lokal pada unit usaha lokal penyedia barang dan jasa untuk kegiatan wisata. Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) jumlah tenaga kerja yang terdapat pada lokasi wisata, (2) jumlah jam kerja dan tingkat upah, (3) proporsi dari pengeluaran sehari-hari pekerja yang dilakukan di dalam dan di luar wilayah, (4) kondisi pekerjaan sebelum bekerja di unit usaha ini, dan (5) pelatihan atau kursus yang pernah

diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut.

Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (2001) dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu:

1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.

2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak induced.

Masih menurut META (2001), secara matematis dapat dirumuskan:

Keynesian Income Multiplier = D + N + U E

Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D + N D

Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U D dimana:

E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)

N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)

Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1,

Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:

1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.

2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.

Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan. Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer

Microsoft Excel 2007.

4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar

Dampak lingkungan yang timbul akibat kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, akan diidentifikasi dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Adapun indikator yang digunakan untuk menilai bagaimana dampak lingkungan yang disebabkan dari kegiatan wisata dapat dilihat dari bagaimana

persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan.

Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:

Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA Grojogan Sewu

No Indikator Penilaian Keterangan

1. Kebersihan  Sangat Baik  Baik  Buruk  Sangat Buruk

 Tidak terdapat sampah sama sekali, nyaman, sangat bersih, tidak timbul bau sama sekali.

 Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali.

 Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau.

 Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman. 2. Kualitas Udara  Sangat Baik  Baik  Buruk  Sangat Buruk

 Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau.  Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau.

 Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi.  Kotor dan berpolusi.

3. Kualitas Air  Sangat Baik  Baik  Buruk  Sangat Buruk

 Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau.  Jernih, bersih, tidak berbau.

 Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau.  Sangat kotor, berwarna coklat, bau.

4. Kebisingan  Menganggu

Dokumen terkait