1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity
country. Bentangan alam dan kekayaan hayati yang tersebar dari Sabang sampai
Marauke menjadi modal dasar pengembangan pariwisata di Indonesia. Upaya pemanfaatan sumberdaya alam hayati dan non-hayati sebagai obyek wisata merupakan langkah strategis dalam memberikan kontribusi yang besar untuk peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).
Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Salah satu sektor yang mendorong meningkatnya pertumbuhan ekonomi yaitu sektor pariwisata. Menurut Prisma 1994, peranan pariwisata dalam pembangunan negara pada garis besarnya berintikan tiga segi, yakni segi ekonomis (sumber devisa, pajak-pajak), segi sosial (menciptakan lapangan kerja), dan segi kebudayaan (memperkenalkan kebudayaan kita kepada wisatawan-wisatawan asing). Pariwisata merupakan salah satu industri jasa yang pertumbuhannya paling cepat dan mempunyai banyak peluang untuk terus berkembang (Sulistiyo, 2012). Oleh karena itu, pengembangan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi kegiatan riil yang dapat mengurangi masalah kemiskinan dalam perekonomian.
pariwisata juga dapat menciptakan lapangan kerja di sektor lain yang terkait, dan dapat meningkatkan pendapatan serta standar hidup masyarakat. Selain itu, efek positif lain dari sektor pariwisata adalah dapat meningkatkan cadangan devisa suatu negara (Yoeti, 2008). Berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (2012), secara kumulatif selama lima tahun terakhir pada Tahun 2007 – 2011, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia mengalami peningkatan kecuali pada Tahun 2009 yang mengalami penurunan (Tabel 1).
Tabel 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun 2007 – 2011
Tahun Wisatawan Mancanegara Penerimaan Devisa
Jumlah Pertumbuhan (%) Jumlah (Juta USD) Pertumbuhan (%)
2007 5.505.759 - 5.345,98 -
2008 6.234.497 13,24 7.347,60 37,44
2009 6.323.730 1,43 6.297,45 -14,29
2010 7.002.944 10,74 7.603,45 20,73
2011 7.649.731 9,24 8.554,39 12,51
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, 2012
Potensi sektor pariwisata memberikan beberapa kontribusi positif terhadap perekonomian nasional karena sektor pariwisata nasional telah menyumbang devisa negara. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa peningkatan jumlah wisman, telah memberikan kontribusi pada peningkatan devisa negara. Contohnya, dapat dilihat pada Tahun 2010 ke Tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah wisman sebesar 9,24% dengan peningkatan devisa sebesar 12,51%.
Obyek dan daya tarik wisata yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar dapat dikelompokkan menjadi obyek wisata alam, budaya, dan buatan. Obyek wisata alam di Kabupaten Karanganyar terdiri dari hutan alam, taman wisata alam, goa dan bumi perkemahan, sedangkan obyek wisata budaya yang berupa peninggalan sejarah, purbakala serta ziarah ke makam raja-raja. Adapun obyek wisata buatan yaitu berupa taman ria, waduk, dan agrowisata. Obyek dan daya tarik wisata di Kabupaten Karanganyar, tidak sepenuhnya dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Karanganyar tetapi oleh berbagai pihak seperti Kementerian Kehutanan, Perhutani, Pemerintah Desa, yayasan dan bahkan pihak swasta. Oleh karena itu, pendapatan wisata dari obyek wisata tidak sepenuhnya masuk dalam pendapatan asli daerah, melainkan hanya berupa pembagian pendapatan dengan pihak pengelola (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 2012).
Tabel 2. Tingkat Kunjungan Wisatawan Kabupaten Karanganyar Pada Tahun 2011
No Obyek Wisata Tingkat Pengunjung
1. Argowisata Sondokoro 396.475
2. TWA Grojogan Sewu 320,916
3. Makam Astana Giribangun 172,882
4. Air Terjun Jumog 47,639
5. Air Terjun Parang Ijo 33,453
6. Candi Ceto Wisnus 19,975
7. Candi Sukuh Wisnus 19.285
8. TR. Balekambang 14.366
9. Outbound Amanah 13.740
10. Makam Astana Mangadeg 6.870
Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Karangayar 2012
menikmati keindahan alam dan ekosistemnya sekaligus menyokong kelestarian alam.
Berdasarkan hal tersebut, kawasan wisata ini memiliki potensi untuk terus dikembangkan dan keberadaannya cukup penting bagi kehidupan masyarakat sekitar kawasan. Adanya kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu mendatangkan dampak tersendiri pada masyarakat sekitar daerah tujuan wisata tersebut, khususnya bagi perekonomian masyarakat. Masyarakat sekitar menjadi salah satu pemeran utama dalam pariwisata, karena masyarakat sekitar yang sebagian besar berperan dalam menyediakan kebutuhan wisatawan sekaligus menentukan kualitas produk wisata (Wijayanti, 2009). Oleh karena itu, perlu diketahui sejauh mana dampak ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat sekitar dari keberadaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
1.2 Perumusan Masalah
langsung (indirect), maupun dampak ekonomi lanjutannya (induced) bagi masyarakat sekitar kawasan wisata tersebut belum diketahui.
Berbagai potensi sumberdaya alam yang terdapat di Kabupaten Karanganyar dapat menjadi peluang untuk memajukan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dan penciptaan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar kawasan wisata. Perkembangan pariwisata dengan konsep back to nature menyebabkan adanya pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan untuk kegiatan wisata. Namun, pengembangan pariwisata ini harus diupayakan tetap para koridor pembangunan pariwisata yang berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan agar sumberdaya alam dan lingkungan tetap tersedia bagi generasi yang akan datang.
Tabel 3 menunjukkan jumlah wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu relatif stabil pada lima tahun terakhir. Namun pada Tahun 2008 mengalami penurunan jumlah wisatawan, dikarenakan pada tahun tersebut di Kabupaten Karanganyar terjadi bencana alam yaitu berupa tanah longsor sehingga mengurangi minat para wisatawan untuk datang berwisata ke daerah tersebut.
Tabel 3. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu Pada Tahun 2007 – 2012
Tahun Jumlah Wisatawan
2007 2008 2009 2010 2011
348.461 285.974 382.268 316.484 320.916 Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, 2011
ekonomi, kawasan ini juga sebagai penopang ekologi di wilayah sekitar. Sebelumnya, kawasan ini merupakan kawasan hutan Gunung Lawu yang berfungsi sebagai hutan produksi, namun berubah fungsi menjadi taman wisata alam. Kawasan ini mulai dikembangkan menjadi kawasan wisata pada Tahun 1969 oleh pihak swasta. Meskipun demikian, dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009-2029, Taman Wisata Alam Grojogan Sewu telah disebutkan menjadi bagian dari kawasan pelestarian alam di Provinsi Jawa Tengah (karanganyarpos, 2012). Taman Wisata Alam Grojogan Sewu berada di kawasan Gunung Lawu. Menurut RTRW Provinsi Jawa Tengah tersebut, kawasan Gunung Lawu merupakan kawasan strategis dari Sudut Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung Lingkungan Hidup. Oleh karena itu, kelestarian fungsi konservasi di lokasi wisata tersebut harus terus dipertahankan (Siswantoro, 2012).
diterima oleh pengelola dan masyarakat yang membuka usaha disekitar lokasi wisata.
Aktivitas di lokasi wisata, akan menciptakan hubungan timbal balik antara pelaku wisata (wisatawan, pengelola dan masyarakat sekitar) dan ekosistemnya. Hubungan ini akan saling memberikan dampak positif ketika para pelaku wisata mendapatkan manfaat dalam berwisata dan ketika areal wisata tidak mengalami kerusakan secara ekologis. Oleh karena itu, areal wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu perlu dikelola dengan bijaksana guna mengoptimalkan wisata alam agar tetap berkelanjutan, maka perlu diketahui bagaimana karakteristik para pelaku wisata yang nantinya diharapkan dapat memberikan informasi tambahan dan dapat digunakkan sebagai salah satu dasar dalam menetapkan kebijakan pengelolaan di masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhipermintaan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu?
3. Bagaimana dampak ekonomi dan lingkungan yang timbul dari adanya kegiatan wisata di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terhadap masyarakat sekitar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengidentifikasi karakteristik wisatawan, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
3. Mengestimasi dampak ekonomi dan mengidentifikasi dampak lingkungan yang timbul akibat dari adanya kegiatan wisata sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:
1. Pemerintah dan para pihak yang terkait dalam menentukan kebijakan pengembangan sektor pariwisata dan melakukan perbaikan sarana dan prasarana wisata dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
2. Bagi pengelola wisata, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan pengelolaan wisata berbasiskan lingkungan di masa yang akan datang.
3. Bagi para pelaku jasa pariwisata untuk memperoleh gambaran mengenai prospek dan peluang pariwisata di Kabupaten Karanganyar.
4. Bagi akademisi, sebagai bahan tambahan dan rujukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu:
1. Penelitian ini dilakukan di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar.
2. Dampak ekonomi yang diteliti dilihat dari sisi pengeluaran wisatawan (tourism expenditure) terhadap perekonomian masyarakat sekitar dengan batasan wilayah adalah Kecamatan Tawangmangu.
3. Masyarakat sekitar yang menjadi responden yaitu masyarakat yang mengetahui adanya obyek wisata dan bertempat tinggal di sekitar lokasi tempat wisata.
4. Dampak ekonomi yang dirasakan dari adanya kegiatan wisata di TWA Grojogan Sewu hanya terbatas pada unit usaha dengan skala kecil yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Wisata Alam
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal 1 ayat 3, pengertian wisata alam adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati gejala keunikan dan keindahan alam, di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sedangkan menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di laut yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keaneka-ragaman jenis tumbuhan dan satwa serta pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
Menurut Soewantoro (1977) dalam Milasari (2009), pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah kondisi alamnya, sedangkan fasilitas seperti rumah makan, pelayanan yang baik, dan sarana akomodasi merupakan faktor pendukung untuk melakukan wisata alam. Obyek wisata alam dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Flora dan Fauna
Jenis flora dan fauna yang memiliki keunikan dan kekhasan, seperti Bunga Edelweiss dan Badak Bercula Satu.
2. Keunikan dan Kekhasan Ekosistem
Sesuai dengan keadaan geografis kawasan yang sangat bervariasi, keberadaan ekosistem didalamnya akan menunjukan kekhasan sendiri. Contohnya seperti: ekosistem pantai, hutan, mangrove, dan daratan tinggi. 3. Gejala Alam
Potensi obyek wisata berupa gejala alam, antara lain: kawah, sumber air panas, air terjun, danau, gletser, batu-batuan besar, dan gua.
4. Budidaya Sumberdaya Alam
Potensi obyek wisata alam berupa budidaya sumberdaya alam, seperti sawah, perkebunan, kebun binatang, dan perikanan.
2.2 Wisatawan
sendiri untuk waktu sementara, dengan harapan mendapat kenikmatan dari hal-hal baru dan perubahan yang dialami selama dalam perjalanan yang relatif lama dan tidak berulang.
Menurut Wahab (1977) motivasi wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti alasan kesehatan, kesenangan, pendidikan, agama, kebudayaan, hobi, olahraga, konferensi, seminar, dan lain-lain. Sedangkan menurut MacIntosh (1972) dalam Yoeti (2008) wisatawan melakukan perjalanan wisata di sebabkan oleh empat hal, yaitu:
1. Motivasi Fisik
Perjalanan wisata yang tujuannya untuk mengembalikan keadaan fisik yang sudah lelah karena bekerja, mereka perlu beristirahat dan bersantai, melakukan kegiatan olahraga, agar setelah kembali dari perjalanan wisata dapat bersemangat kembali sewaktu masuk kerja.
2. Motivasi Kultural
Perjalanan wisata dilakukan karena ingin melihat tingkat kemajuan suatu bangsa, wisatawan juga ingin melihat perbedaan yang dimiliki tempat tersebut dengan tempat yang lainnya.
3. Motivasi personal
Perjalanan wisata dengan alasan ingin mengunjungi sanak keluarga yang sudah lama tidak bertemu.
4. Motivasi Status atau Prestise
2.3 Permintaan Wisata
Permintaan dalam wisata (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu
potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata dimana seseorang tersebut memiliki waktu luang dan punya tabungan yang relatif cukup. Sedangkan yang dimaksud dengan actual demand adalah seseorang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu daerah tempat wisata tertentu. Menurut Schmoll (1977) dalam Yoeti (2008) wisatawan bertindak sesuai dengan kehendak hatinya dan bebas memilih daerah tujuan wisata yang akan dikunjunginya, obyek dan atraksi wisata yang akan dilihatnya atau fasilitas apa yang diinginkan dan dibutuhkannya. Perjalanan wisata misalnya, bukanlah suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, akan tetapi mereka melakukan perjalanan dengan perasaan emosional.
Permintaan wisata tidak hanya ditentukan pada waktu yang diperlukan saat perjalanan wisata dilakukan. Namun, sebelumnya sudah mendapatkan informasi terlebih dahulu, mengenai daerah tempat wisata yang akan dikunjungi, hotel di sekitar tempat wisata, transportasi, dan berapa perkiraan uang yang harus dibawa. Hal ini terlebih dahulu akan diperhitungkan wisatawan sebelum mereka memutuskan untuk pergi.
2.4 Dampak Ekonomi Wisata Alam
perhatian adalah dampak sosial ekonomi, dampak sosial budaya dan dampak lingkungan (Wijayanti, 2009).
Analisis dampak ekonomi kegiatan pariwisata umumnya berfokus pada perubahan penjualan, penghasilan, dan penempatan tenaga kerja yang terjadi akibat kegiatan pariwisata. Pada dasarnya analisis dampak ekonomi pariwisata menelusuri aliran uang dari belanja wisatawan, yaitu: (1) Kalangan usaha dan badan-badan pemerintah selaku penerima pengeluaran wisatawan, (2) Bidang usaha lainya selaku pemasok (supplier) barang dan jasa kepada usaha pariwisata, (3) Rumah tangga selaku penerima penghasilan dari pekerjaan dibidang periwisata dan industri penunjangnya, (4) Pemerintah melalui berbagai pajak dan pungutan (resmi) dari wisatawan, usaha dan rumah tangga (Milasari, 2010).
Pengaruh total pariwisata terhadap ekonomi wilayah dapat berupa dampak langsung (direct effect) yang diterima unit usaha dari pembelanjaan pengunjung, dampak tidak langsung (indirect effect) berupa pengeluaran yang dikeluarkan unit usaha untuk pembayaran upah tenaga kerja pada unit usaha, sedangkan dampak ikutannya (induced effect) berupa perubahan dalam aktivitas ekonomi wilayah yang dihasilkan dari pembelanjaan tenaga kerja tersebut untuk kebutuhan konsumsinya (Vanhove, 2005).
Dampak langsung
Dampak Tidak Langsung
Dampak lanjutan
Sumber: Linberg (1996) dalam Wijayanti (2009)
Gambar 1. Dampak dan Kebocoran pada Perekonomian Masyarakat Sekitar dari Pengeluaran Wisatawan.
Pengeluaran Wisatawan
Industri Wisata
Pendapatan Rumah tangga Input Impor (Kebocoran)
Menurut Clement dalam Yoeti (2008) ketika wisatawan mengunjungi suatu tempat tujuan wisata, wisatawan tersebut pasti akan membelanjakan uang mereka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan selama melakukan kunjungan. Uang yang dibelanjakan tersebut tidak berhenti beredar, tetapi berpindah dari tangan yang satu ke tangan yang lain selama periode tertentu. Hal inilah yang dinamakan efek pengganda (Multiplier effect).
Efek pengganda (Multiplier effect) memiliki beberapa prinsip, yaitu uang yang dibelanjakan wisatawan berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain dan tidak pernah berhenti beredar dalam kegiatan ekonomi dimana uang itu dibelanjakan, semakin cepat uang itu berpindah tangan maka pengaruhnya akan semakin besar dalam perekonomian setempat sehingga nilai koefisien multiplier
akan semakin tinggi, uang tersebut akan hilang dari peredaran jika uang itu tidak lagi berpindah tangan tetapi berhenti dari peredaran, pengukuran terhadap besar kecilnya uang yang dibelanjakan wisatawan itu dilakukan setelah melalui beberapa kali transaksi dalam periode tertentu (Yoeti, 2008).
Masih menurut Yoeti 2008, terdapat biaya yang tidak dikeluarkan didalam
saham yang tinggal di luar daerah tersebut, serta membeli bahan baku yang berasal dari luar daerah tujuan wisata.
2.5 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan referensi yaitu penelitian tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata dan penelitian tentang dampak ekonomi wisata.
2.5.1 Penelitian Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata telah dilakukan oleh Adiyath (2011) dan Mutiarani (2011). Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Penelitian Terhadap Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Adiyath Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan
Wisata Punti Kayu
Palembang.
Faktor-faktor sosial ekonomi para pengunjung yang datang berwisata ke
Hutan Punti Kayu Palembang
diantaranya adalah lama kunjungan ke Hutan Punti kayu, jumlah tanggungan keluarga, pengetahuan pengunjung terhadap Hutan Wisata Punti Kayu, serta taraf pendidikan pengunjung.
2 Mutiarani Analisis Dampak Ekonomi
dan Nilai Ekonomi
Manfaat Rekreasi Situ Cipondoh Tangerang
Terdapat empat variabel yang
berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan Wisata Situ Cipondon, keempat variabel tersebut adalah variabel pendapatan, variabel biaya perjalanan, variabel waktu tempuh, dan variabel jumlah rombongan, sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap fungsi permintaan adalah variabel usia.
3 Pervito Analisis Permintaan dan
Nilai Ekonomi Taman
Wisata Waduk Selorejo
dengan Metode Biaya
Perjalanan.
2.5.2 Penelitian Dampak Ekonomi Wisata
Penelitian tentang dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh Milasari (2010) dan Adiyath (2011). Hasil penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Penelitian Terhadap Dampak Ekonomi Wisata
No Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Milasari Analisis Dampak Ekonomi
Kegiatan Wisata Alam
(Studi Kasus: Taman
Wisata Tirta Sanita,
Kabupaten Bogor).
Taman Wisata Tirta Sanita sebagai tempat wisata memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari dampak langsung yang diterima unit usaha yaitu sebesar 54%, dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerjanya masih rendah yaitu hanya berkisar 2%, dan dampak lanjutan yang berupa pengeluaran tenaga kerja yaitu sebesar 59% dan sebagian besar digunakan untuk kebutuhan pangan. Adapun nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1.07, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1.22, dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1.37. sebagai tempat wisata telah menimbulkan dampak positif bagi masyarakat sekitarnya. Dari hasil usaha yang telah dijalani telah
memberikan pendapatan bersih per
bulannya untuk warung makan yaitu sebesar Rp 522.244, Rp 966.000 untuk warung minuman, dan Rp 202.000 untuk unit usaha foto keliling. Dampak ekonomi langsung yang dapat dirasakan oleh pemilik usaha sebesar 52,96%. Dampak ekonomi tidak langsung yang diterima oleh tenaga kerja lokal di obyek wisata tersebut sebesar 3,52% dan dampak ekonomi lanjutan berupa pengeluaran tenaga kerja lokal untuk kebutuhan pangan sebesar 52,19%. Nilai Keynesian Income Multiplier
sebesar 0,07; sedangkan nilai Ratio Income
Multiplier Tipe 1 dan 2 sebesar 1,48 dan 2,17.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu merupakan salah satu air terjun yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Pengelolaan kawasan ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan salah satu bentuk dari fungsi hutan sebagai kawasan lindung (hutan lindung). Namun, sebagai kawasan pelestarian alam Taman Wisata Alam Grojogan Sewu juga bermanfaat sebagai sarana rekreasi. Potensi yang dimiliki oleh TWA Grojogan Sewu sangat tinggi yang memiliki keunikan baik dari segi lanskep maupun kekayaan keanekaragaman hayatinya dan dapat terus dikembangkan menjadi obyek wisata yang menarik. Meski bermanfaat sebagai sarana rekreasi, disisi lain aktivitas wisata ini dapat berdampak secara ekologi pada ekosistem hutan. Oleh karena itu, sumberdaya alam yang terdapat di taman wisata alam ini harus dapat dimanfaatkan secara bijaksana agar dapat berkelanjutan.
maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar, diantaranya penciptaan lapangan pekerjaan dan peningkatan pendapatan yang mana sebagian besar masyarakat sekitar memiliki ketergantungan dengan kawasan wisata tersebut. Semakin banyak wisatawan maka kebutuhan wisatawan akan semakin tinggi dan harus dipenuhi. Hal ini akan berimplikasi pada meningkatnya transaksi antara masyarakat sekitar dengan wisatawan. Semakin tinggi transaksi maka akan semakin besar pengeluaran wisatawan di lokasi obyek wisata. Secara tidak langsung akan memberikan dampak lanjutan bagi masyarakat sekitar obyek wisata yang membuka usaha terkait dengan kegiatan usaha, selain itu juga akan berpengaruh terhadap penerimaan devisa dan neraca pembayaran. Beberapa fasilitas wisata yang diperlukan wisatawan antara lain adalah penginapan, konsumsi, cendramata, dan jasa pemandu. Sektor pariwisata, mempunyai dampak ekonomi yang terkait dengan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat sekitar sehingga hal ini perlu dikaji.
Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik pelaku wisata sekitar TWA Grojogan Sewu yang menunjukan bagaimana kualitas wisatawan yang berkunjung. Karakteristik tersebut akan dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata di TWA Grojogan Sewu agar dapat memprediksi bagaimana permintaan terhadap wisata ini. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan wisata di lokasi penelitian akan menggunakan analisis regresi linear berganda.
sekitar dan ini merupakan indikator penting mengenai sejauh mana pengelolaan wisata dapat menguntungkan masyarakat dengan maksud untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar setempat. Dampak ekonomi yang ditimbulkan akan dianalisis dengan menggunakan Keynesian Income Multiplier. Gambar 2
Gambar 2. Kerangka Berfikir Penelitian
Ket: - - - = Metode Penelitian
Wisatawan
Faktor-faktor yang mempengaruhi demand wisata
Demand Wisata
Lingkungan Karakteristik
wisatawan Dampak Wisata
Ekonomi
Analisis regresi berganda Analisis Deskriptif
Aktivitas pelaku usaha dan perilaku wisatawan
Langsung (Direct)
Lanjutan (induced
) Tidak langsung
(indirect)
Analisis Deskriptif
Nilai dampak ekonomi
Keynesian Multiplier
Pengelolaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu yang berkelanjutan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Potensi Ekonomi Pendukung fungsi hutan lindung
Masyarakat
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu yang terletak di Kelurahan Kalisoro dan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Tempat tersebut kira-kira berjarak 1,5 jam perjalanan (50 km) di sebelah Timur Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa TWA Grojogan Sewu merupakan tempat wisata yang paling popular dan paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini memiliki potensi yang besar untuk terus dikembangkan yang dapat menimbulkan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. Pengambilan data di lapangan dilakukan mulai bulan Maret-April 2012.
4.2 Jenis dan Sumber Data
baik secara kuantitatif dan kualitatif dan diinterpretasikan secara deskriptif. Data primer yang dibutuhkan antara lain karakteristik wisatawan, pendapatan unit usaha, dan keterlibatan masyarakat lokal.
Data sekunder diperoleh dari pengelola Taman Wisata Alam Grojogan Sewu, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar, buku referensi, jurnal, internet, dan studi pustaka dari penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan fungsi permintaan wisata dan dampak ekonomi wisata. Data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini antara lain jumlah kunjungan tahunan wisatawan, gambaran umum lokasi wisata berupa sejarah, status, keadaan fisik luas wilayah, potensi kawasan wisata, serta informasi lain yang menunjang penelitian.
4.3 Metode pengambilan Sampel
Metode pengambilan contoh terhadap pengunjung menggunakan metode
non-probability sampling yaitu semua obyek penelitian tidak mempunyai
Metode pengambilan contoh responden pada unit usaha, tenaga kerja, serta masyarakat sekitar dilakukan dengan metode purposive sampling. Responden tersebut dipilih dan disesuaikan dengan kriteria tertentu, yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata, diantaranya seperti unit usaha kios makanan dan minuman, souvenir, dan asongan. Pengambilan contoh responden untuk masyarakat dan tenaga kerja sekitar juga melihat pertimbangan kriteria responden terpilih. Adapun kriteria yang dimaksud peneliti adalah jika masyarakatnya mengetahui tentang keberadaan TWA Grojogan Sewu dan memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata.
4.4 Metode dan Prosedur Analisis
Analisis data yang bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami dan diinterpretasikan. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk gambar atau grafik perhitungan matematik. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Matriks Metode Analisis Data
1. pengunjung, unit usaha, tenaga kerja, dan masyarakat sekitar.
Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata ke TWA Grojogan Sewu.
Mengestimasi dampak ekonomi yang timbul akibat adanya kegiatan wisata sekitar TWA Grojogan Sewu.
Mengidentifikasi dampak lingkungan yang diterima oleh masyarakat sekitar akibat dari adanya kegiatan wisata di sekitar TWA Grojogan Sewu.
Analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif .
Analisis regresi berganda.
Keynesian Income Multiplier.
4.4.1 Analisis Deskriptif
Metode yang digunakan untuk mengolah dan menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif ini adalah suatu metode dalam meneliti status manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa yang akan datang. Metode deskriptif menurut Whitney (1960) dalam Nazir (2003), merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Selain itu, metode deskriptif ini memiliki tujuan dalam membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode analisis ini digunakan untuk menjawab hampir seluruh tujuan penelitian yang akan dilakukan. Penjelasan secara deskriptif berdasarkan informasi dan data yang diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung.
4.4.2 Analisis Faktor-Faktor Sosial Ekonomi dari Permintaan Pariwisata TWA Grojogan Sewu.
Metode yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menggunakan pendekatan biaya perjalanan yang merupakan pendekatan untuk menilai barang dan jasa yang tidak memiliki harga seperti lingkungan, taman umum, dan juga tempat rekreasi. Menurut Hufschmid
et.al (1987) pendekatan biaya perjalanan berhubungan dengan tempat khusus dan
Pendugaan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu tiap individu per tahun kunjungan, yaitu:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7+ ε
dimana:
Y = Jumlah kunjungan per trip tahunan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu (jumlah kunjungan/tahun)
X1 = Umur responden (tahun) X2 = Pendapatan responden (rupiah)
X3 = Jarak tempuh ke TWA Grojogan Sewu (km)
X4 = Biaya perjalanan responden dari rumah ke lokasi wisata (rupiah) X5 = Jumlah tanggungan responden (orang)
X6 = Dummy aksesibilitas menuju lokasi wisata
X7 = Dummy daya tarik wisata
ε = Error term
b1-b7 = Koefisien regresi untuk faktor X1-X7
Hipotesis dari model regresi linear berganda jumlah kunjungan wisatawan adalah sebagai berikut:
1. Tanda koefisen untuk umur (X1) adalah negatif. Artinya semakin muda umur
responden akan meningkatkan jumlah kunjungan. Hal ini sesuai dengan keadaan kondisi fisik di lokasi wisata yaitu di daratan tinggi dan berupa pegunungan. Sehingga kelompok yang berusia muda dan memiliki stamina kuat yang dapat menikmati obyek wisata ini.
2. Tanda koefisien untuk pendapatan (X2) adalah positif. Artinya semakin tinggi
3. Tanda koefisien untuk jarak (X3) adalah negatif. Artinya bertambahnya jarak
tempat tinggal wisatawan ke lokasi wisata akan menurunkan rata-rata pendapatan yang diperoleh. Hal tersebut karena jika seseorang bertempat tinggal jauh dari kawasan, maka ia akan mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk menuju lokasi wisata sehingga mengurangi frekuensi kunjungannya. 4. Tanda koefisien untuk biaya perjalanan (X4) adalah negatif. Artinya semakin
besar biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang akan menurunkan jumlah kunjungannya. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat, maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya.
5. Tanda koefisien untuk jumlah tanggungan (X5) adalah negatif. Artinya
peningkatan jumlah tanggungan akan menurunkan jumlah kunjungan wisatawan, dimana jika jumlah tanggungan semakin besar maka wisatawan akan semakin besar dalam mengeluarkan biaya perjalannya.
6. Tanda koefisien untuk aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6) adalah positif.
Artinya semakin baik kondisi perjalanan menuju lokasi wisata, wisatawan akan meningkatkan jumlah kunjungannya.
7. Tanda koefisien untuk daya tarik di lokasi wisata (X7) adalah positif. Artinya
semakin menarik daya tarik yang ditawarkan oleh TWA Grojogan Sewu, maka akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
4.4.2.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Asumsi model regresi linear berganda sangat mirip dengan asumsi model regresi linear sederhana, yaitu:
1. Spesifikasi model ditetapkan dalam persamaan: Y= β0+ β1X1i+ β2X2i+ β3X3i+ ... + βkXki+ εi
2. Peubah Xk merupakan peubah non-stokastik (fixed), artinya sudah ditentukan,
bukan peubah acak. Selain itu tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas Xk.
a. Komponen sisaan εi mempunyai nilai harapan sama dengan nol, dan
ragam konstan untuk semua pengamatan i. E(εi) = 0 dan Var (εi) = σ2.
b. Tidak ada hubungan atau tidak ada korelasi antar sisaan εi sehingga Cov
(εi, εj) = 0 untuk i≠j.
c. Komponen sisaan menyebar normal.
4.4.2.2 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda
Pemenuhan Asumsi dalam regresi linear berganda perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang perlu dilakukan ialah (Firdaus, 2004):
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah error term dari data observasi mendekati sebaran normal sehingga statistik t dapat dikatakan sah. Uji tersebut dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan
2. Uji Statistik t
Uji t digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan OLS berbeda secara signifikan dengan nilai parameter tertentu atau tidak (Firdaus, 2004). Prosedur pengujiannya sebagai berikut:
H0 : bi = 0 artinya variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel tidak bebasnya (Yi).
H1 : bi ≠ 0 artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh nyata terhadap variabel
tidak bebasnya (Yi).
Rumus untuk mencari t hitung sebagai berikut: thitung = b –
S
Jika thitung > ttabel, maka terima H0, artinya variabel bebas (Xi) tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).
Jika thitung < ttable, maka tolak H0, artinya variabel bebas (Xi) berpengaruh
nyata terhadap variabel tidak bebasnya (Yi).
3. Uji Statistik F
Uji statistik F merupakan pengujian koefisien regresi secara keseluruhan, pengujian ini menunjukan apakah semua variabel yang dimasukan kedalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.
Langkah-langkah pengujian statistik F 1) Membuat Hipotesa.
H0: 1= 2=0
H1: 1≠ 2≠ 3= 4=0
H0 akan diterima dan H1 akan ditolak bila F-stat < F-tabel.
H0 akan ditolak dan H1 akan diterima bila F-stat > F-tabel.
3) Membandingkan nilai F-statistik dengan nilai F-tabel
4. Uji Multikolinearitas
Salah satu asumsi dari model regresi ganda adalah bahwa tidak ada hubungan linear sempurna antar peubah bebas dalam model tersebut. Jika hubungan tersebut ada, kita katakan bahwa peubah-peubah bebas tersebut berkolinearitas ganda sempurna (perfect multicolinearity). Multikolinearitas muncul jika dua atau lebih peubah (atau kombinasi peubah) bebas berkorelasi tinggi antara peubah satu dengan yang lainnya. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas maka dapat dilihat dari output komputer, dengan melihat
Variance Inflation Factor (VIF). Jika VIF lebih besar dari 10 maka dapat dikatakan terdapat multikolinearitas dalam model.
5. Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dari model regresi linear adalah bahwa ragam sisaan (εi) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi) = E(εi2) = σi2 untuk tiap
pengamatan ke-1 dari peubah-peubah bebas dalam model regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan metode grafik atau dengan menggunakan uji Park, uji Gleiser, Uji Breusch-Pagan, Uji Goldfield-Quadant dan white test.
6. Uji Autokorelasi
mendekati dua maka menunjukan tidak adanya auto korelasi ordo kesatu. Pendeteksi autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin-Watson (DW). H0 tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif
H1 terdapat serial autokorelasi
Tolak H0 jika d < dL atau d > 4 –dL dan terima H0 jika dU < d < 4 –dU.
4.4.3 Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar
Analisis akan dilakukan pada masing-masing kelompok pelaku kegiatan wisata (META, 2001). Informasi penting terkait dengan dampak ekonomi adalah: (1) proporsi perputaran uang yang berasal dari pengeluaran pengunjung ke unit usaha tersebut, (2) proporsi antara kesempatan kerja yang dapat diciptakan oleh unit usaha tersebut (full time, part time, seasonal), (3) proporsi dari perputaran arus uang terhadap tenaga kerja lokal, supplier, investor, pajak, (4) tipe dan kuantitas bahan baku yang dibutuhkan, apakah berasal dari luar atau dalam wilayah, dan (5) rencana investasi ke depan. Sejumlah informasi tersebut diharapkan dapat diperoleh perkiraan mengenai dampak langsung (direct impact) dari pengeluaran pengunjung terhadap masyarakat lokal, perkiraan biaya sumberdaya yang diperlukan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh pengunjung, serta estimasi mengenai rencana investasi ke depan.
diikuti. Kelompok ketiga adalah masyarakat lokal. Adapun informasi penting yang terkait dengan dampak ekonomi adalah informasi mengenai manfaat dan biaya yang ditimbulkan dari kegiatan wisata tersebut.
Informasi yang didapat dari responden (pengunjung, unit usaha, tenaga kerja lokal dan masyarakat lokal) akan diperoleh informasi mengenai pengeluaran pengunjung, serta aliran uang sejumlah dana tersebut yang memberikan dampak langsung, tidak langsung, dan lanjutan (induced) bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi ini akan dapat diukur dengan menggunakan efek pengganda (multiplier) dari arus uang yang terjadi. Menurut META (2001) dalam mengukur dampak ekonomi pariwisata terhadap perekonomian masyarakat lokal terdapat dua tipe pengganda, yaitu:
1. Keynesian Local Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan berapa besar pengeluaran pengunjung berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal.
2. Ratio Income Multiplier, yaitu nilai yang menunjukan seberapa besar
dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran pengunjung berdampak terhadap perekonomian lokal. Pengganda ini mengukur dampak tidak langsung (indirect) dan dampak induced.
Masih menurut META (2001), secara matematis dapat dirumuskan: Keynesian Income Multiplier = D + N + U
E
Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D + N D
Ratio Income Multipler, Tipe 2 = D + N + U D dimana:
E : Tambahan pengeluaran pengunjung (rupiah)
N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (rupiah) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (rupiah)
Nilai Keynesian Local Income Multiplier, Ratio Income Multiplier Tipe 1,
Ratio Income Multiplier Tipe 2, memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Apabila nilai-nilai tersebut kurang dari atau sama dengan nol (≤ 0), maka lokasi wisata tersebut belum mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.
2. Apabila nilai-nilai tersebut diantara angka nol dan satu (0 < x < 1), maka lokasi wisata tersebut masih memiliki nilai dampak ekonomi yang rendah. 3. Apabila nilai-nilai tersebut lebih besar atau sama dengan satu (≥ 1), maka lokasi tempat wisata tersebut telah mampu memberikan dampak ekonomi terhadap kegiatan wisatanya.
Setelah identifikasi dampak ekonomi yang ditimbulkan dari obyek wisata ini, selanjutnya dapat diidentifikasi barang atau jasa yang belum tersedia di lokasi tersebut, besarnya permintaan terhadap barang tersebut, serta keuntungannya bagi masyarakat sekitar obyek wisata. Hal ini juga dapat dijadikan rekomendasi bagi Pemerintah Daerah untuk pengembangan obyek wisata secara berkelanjutan. Perhitungan nilai multiplier akan dilakukan dengan bantuan program komputer
Microsoft Excel 2007.
4.4.4 Analisis Dampak Lingkungan dari Kegiatan Wisata di TWA Grojogan Sewu, Karanganyar
persepsi masyarakat sekitar, pengunjung, dan unit usaha mengenai keadaan lingkungan di sekitar lokasi. Indikator yang dinilai yaitu seperti tingkat kebersihan, keadaan kualitas air, kebisingan, dan polusi yang ditimbulkan.
Untuk melihat bagaimana kualitas lingkungan di sekitar TWA Grojogan Sewu, para responden diminta menjawab pertanyaan mengenai bagaimana persepsi mereka terhadap keadaan kualitas lingkungan yang dapat diurutkan menjadi sangat baik, baik, buruk, dan sangat buruk. Adapun indikator yang digunakan untuk persepsi kualitas lingkungan dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:
Tabel 7. Indikator Persepsi Kualitas Lingkungan dari Keberadaan TWA Grojogan Sewu
No Indikator Penilaian Keterangan 1. Kebersihan tidak timbul bau sama sekali.
Masih terdapat sampah namun tetap terlihat bersih, nyaman, tidak timbul bau sama sekali.
Sampah mulai terlihat banyak, cukup kotor, tidak nyaman, tidak timbul bau.
Banyak sampah, sangat kotor, menimbulkan bau, sangat tidak nyaman.
Terasa sangat segar, sangat sejuk, sangat bersih, tidak berbau.
Terasa segar, sejuk, bersih, tidak berbau.
Cukup segar, mengganggu pernafasan, berpolusi.
Kotor dan berpolusi.
Sangat jernih, bersih, menyegarkan, tidak berbau.
Jernih, bersih, tidak berbau.
Cukup kotor, agak berwarna coklat, tidak berbau.
Sangat kotor, berwarna coklat, bau.
4. Kebisingan
Menganggu
Tidak Mengganggu
Berisik, lokasi wisata sangat dipadati oleh penggunjung, wisatawan merasa tidak nyaman ketika beraktivitas.
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Letak, Luas, dan Status Kawasan
Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu terletak di wilayah Desa Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis kawasan TWA Grojogan Sewu ini terletak di antara 70γ9’17’’ sampai 70γ9’49’’ Lintang Selatan dan 114018’γγ’’ sampai 1140β0’16’’ Bujur Timur dengan memiliki batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : Bagian atas air terjun sampai pintu masuk sebelah barat.
Sebelah Selatan: Mulai pintu gerbang sampai Pal Batas B.30
Sebelah Barat : Mulai pintu masuk utama sampai Kali Samin
Sebelah Timur : Bagian atas air terjun
Pengelolaan TWA Grojogan Sewu ini berada di bawah Resort Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Lawu Utara, Subseksi KSDA Surakarta, Balai KSDA Jawa Tengah, Ditjen Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan. Luas kawasan TWA Grojogan Sewu adalah 60,30 ha, namun yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata hanya 20,30 ha. Pengelolaan kegiatan wisata dilaksanakan oleh PT. Duta Indonesia Djaya.
Pelestarian Alam (PHPA) No. 51/Kpts/DJ-IV/1988 pada tanggal 15 Agustus 1988 dengan masa waktu 20 tahun yang terhitung sejak tanggal 22 Agustus 1989 hingga 22 Agustus 2009, dan sekarang diperpanjang kembali hingga tahun 2029.
5.2 Keadaan Biologi
Taman Wisata Alam Grojogan Sewu memiliki koleksi flora dan fauna yang begitu banyak dan sangat berpotensi bagi pengembangan wisata yang bersifat edukasi di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun jenis flora yang terdapat di dalam kawasan diantaranya didominasi oleh pinus (Pinus merkusii), yang lainnya yaitu seperti puspa (Schima wallichii), suren (Tooma sureni), beringin (Ficus benjamina), kantil (Michelia campaea), mahoni (Swietenia mahagoni), flamboyan (Delonix regia), dan beberapa jenis rumput. Fauna yang ada di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu antara lain seperti monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang telah beradaptasi dengan pengunjung yang merupakan salah satu daya tarik wisata, tetapi sekarang tidak bersifat alami. Hal ini dikarenakan oleh tingkah laku pengunjung yang memberikan makan kepada satwa tersebut. Selain itu jenis satwa lain yang dapat ditemui adalah tupai (Scuridae), ayam hutan (Gallus sp), musang (Herpestes sp), burung tekukur (Streptopelia chinensis), dan perkutut (Geofilia striata).
5.3 Sarana dan Prasarana Wisata
sudut yang berbeda, terdapat juga kolam renang dewasa dan anak-anak yang menambah daya tarik wisata di obyek ini, selain itu dengan dibuatnya jalan setapak dengan lebar kurang lebih satu meter yang menghubungkan pintu masuk ke lokasi air terjun (594 trap) serta dari lokasi air terjun ke pintu keluar (644 trap) akan memudahkan pengunjung untuk dapat menuju air terjun dan membuat pengunjung dapat menikmati perjalanan sambil memandang alam sekitar.
Luas areal yang di kelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya seluas 20,30 ha, 2,03 ha diantaranya diperbolehkan untuk dibangun sarana dan prasarana, dan masih ada sisa 1,33 ha yang belum dibangun, sehingga masih memungkinkan untuk melakukan pengembangan di masa yang akan datang. Namun, dalam pelaksanaannya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Adapun jenis fasilitas yang ada di TWA Grojogan Sewu dapat dilihat dalam Tabel 8.
Tabel 8.Jenis Sarana dan Prasarana di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
No Jenis Fasilitas Jumlah Luas (m2) Kondisi
1. Gazebo 16 unit 144 Rusak ringan
2. Loket 1 1 unit 27 Baik
3. Loket 2 1 unit 27 Baik
4. Loket 3 1 unit 4 Baik
5. Kolam anak 1 unit 450 Baik
6. Kolam dewasa 1 unit 960 Baik
7. Musholla 1 unit 36 Rusak ringan
8. Jembatan 1 unit 20 Baik
9. Kamar mandi 1 unit 80 Baik
10. Kamar ganti anak 1 unit 7.5 Baik
11. Kamar ganti dewasa 1 unit 15 Rusak ringan
12. WC 1 unit 9 Rusak ringan
13. Warung makan 1 1 unit 45 Baik
14. Warung makan 2 1 unit 54 Baik
15. Pos informasi 1 unit 9 Baik
16. Pos jaga 1 unit 9 Baik
17. Kolam ikan 1 unit 240 Baik
18. Jalan 1 unit 4900 Baik
Jumlah 7036,5
Harga tiket yang ditetapkan oleh pengelola yaitu Rp 6.000,00 pada setiap harinya dan tidak ada pembedaan untuk akhir pekan atau hari libur, karena harga tiket yang diberlakukan sama. Harga tiket tersebut diberlakukan untuk melihat air terjun dan berenang di kolam dewasa, sedangkan untuk berenang di kolam anak-anak dan bermain flying fox dikenakan biaya tambahan lagi. Untuk berenang di kolam anak-anak dikenakan Rp 5.000,00 per anak, sedangkan untuk bermain
flying fox dikenakan biaya Rp 11.000,00 per orang untuk sekali bermain.
5.4 Aksesibilitas
Aksesibilitas untuk menuju lokasi wisata ini dapat dikatakan relatif mudah dicapai dan dikunjungi dengan berbagai jenis kendaraan umum dan pribadi baik dari kota Solo maupun dari kota Madiun. TWA Grojogan Sewu berada di daerah pariwisata dan peristirahatan pegunungan yang dapat dicapai melalui dua rute, yaitu:
a) Rute Solo – Karanganyar – Karangpandan – Tawangmangu, dengan jarak tempuh ± 40 km. Bus dan mini bus dapat mencapai lokasi dan frekuensi kendaraan umum seperti bus dan mini bus cukup banyak.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini terdiri dari empat kelompok yaitu kelompok wisatawan, kelompok unit usaha, kelompok tenaga kerja serta kelompok masyarakat sekitar. Gambaran umum mengenai karakteristik masing-masing kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.
6.1.1 Karakteristik Responden Wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam (TWA) Grojogan Sewu, berasal dari dalam dan luar Provinsi Jawa Tengah, dan terkadang terdapat wisatawan asing yang datang berkunjung ke lokasi wisata. Wisatawan yang datang berkunjung ke lokasi wisata cenderung ramai pada hari sabtu, minggu atau libur-libur nasional, sedangkan pada hari senin sampai jum’at (hari biasa) obyek wisata ini sepi wisatawan. Wisatawan hari kerja biasanya didominasi oleh remaja (anak SMA atau SMP). Berbeda pada saat hari sabtu, minggu, atau libur-libur nasional, pengunjung biasanya didominasi oleh rombongan keluarga (orang tua dan anak). Adapun karakteristik responden wisatawan yang datang ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dibagi menjadi dua, yakni karakteristik demografi (Tabel 9) dan karakteristik berwisata (Tabel 10).
digunakan, jumlah rombongan, serta aktivitas utama yang dilakukan pada saat berwisata (Tabel 9).
Tabel 9. Karakteristik Responden Wisatawan Berdasarkan Faktor Demografi
Jumlah Tanggungan Keluarga Frekuensi (%)
Tidak ada
Dalam Provinsi Jawa Tengah Luar Provinsi Jawa Tengah
72 28
72 28
Jumlah 100 100
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
antara 17 – 26 tahun, hal ini dimungkinkan karena kondisi obyek wisata itu sendiri yang mengharuskan wisatawan untuk berjalan kaki menuju jalan setapak dengan total 1.113 trap anak tangga, yang mana untuk itu diperlukan tenaga yang ekstra dari wisatawan agar dapat menikmati obyek wisata ini dan menuju lokasi air terjun. Sehingga wisatawan dari kelompok umur tua akan enggan mengunjungi obyek wisata ini. Selain itu pada kelompok usia muda biasanya seseorang lebih memiliki jiwa petualang.
Berdasarkan hasil survey, tingkat pendidikan terakhir wisatawan responden adalah lulusan SMA yaitu sebanyak 63% dari total responden. Hal ini dapat dilihat dari jumlah usia responden yang datang berkisar antara 17 hingga 26 tahun. Adapun jenis pekerjaan dikelompokan menjadi enam kelompok, yaitu pelajar/mahasiswa, PNS, BUMN, wiraswasta, ibu rumah tangga, dan karyawan swasta. Berdasarkan hasil di lapangan diperoleh bahwa rata-rata wisatawan di dominasi oleh kalangan pelajar/ mahasiswa yang memiliki persentase sebanyak 60%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar responden wisatawan Taman Wisata alam Grojogan Sewu belum bekerja.
wisatawan memiliki usia kurang dari 26 tahun dan kebanyakan responden belum memiliki pekerjaan karena masih berstatus pelajar atau mahasiswa.
Sebanyak 71 responden (71% dari total responden) menyatakan tidak memiliki tanggungan keluarga, sedangkan sisanya sudah memiliki tanggungan keluarga. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh terhadap kegiatan wisata karena semakin banyak jumlah tanggungan maka akan semakin besar jumlah biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan wisata, maka secara tidak langsung akan mempengaruhi besarnya jumlah kunjungan yang akan dilakukan.
Pada penelitian ini, domisili atau tempat tinggal wisatawan diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu masih berada di dalam kawasan Provinsi Jawa Tengah dan di luar Provinsi Jawa Tengah. Sebanyak 72% responden berdomisili di dalam kawasan Jawa Tengah sedangkan sisanya sebanyak 28% responden berdomisili di luar Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil di lapangan wisatawan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu masih didominasi oleh wisatawan yang menetap di sekitar Kabupaten Karanganyar dan masih dalam lingkup Jawa Tengah, maka dari itu promosi wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu harus terus ditingkatkan agar dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berasal dari luar Provinsi Jawa Tengah.
Tabel 10. Karakteristik Berwisata Responden Wisatawan Taman Wisata
Jumlah Rombongan Frekuensi (%)
< 5 orang
Aktivitas Utama di Lokasi Wisata Frekuensi (%)
Arena anak dan bersantai Berenang
Melihat Air Terjun Melihat kera ekor panjang
20
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
hasil survey, aktivitas utama yang dilakukan oleh responden wisatawan bermacam-macam. Sebagian besar responden yaitu sebesar 74% yang datang ke lokasi wisata memiliki tujuan utama untuk melihat air terjun yang tingginya kurang lebih 81 meter, dimana air terjun ini merupakan daya tarik utama yang dimiliki oleh tempat wisata ini. Sebanyak 20% responden melakukan aktivitas bersantai dengan keluarga atau berkumpul dengan teman-teman sambil menikmati keindahan alam di sekitar air terjun.
6.1.2 Karakteristik Responden Tenaga Kerja Sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Pengembangan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu menjadi tempat wisata ikut berperan dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat sehingga mampu mengurangi tingkat pengangguran di sekitar lokasi wisata. Hal ini dapat terlihat dari sebagian besar tenaga kerja di Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi wisata. Hal ini menunjukan bahwa adanya pengembangan obyek wisata memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat sekitar.
wisata yaitu tenaga kerja dibagian pelayanan pengunjung, kebersihan, dan tiket. Karakteristik responden tenaga kerja dapat dilihat secara lengkap pada Tabel 11.
Tabel 11. Karakteristik Responden Tenaga Kerja
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
P. kios makanan dan minuman P. Sewa (Kuda & Foto) P. Souvenir
P. Asongan
P. Sewa payung & tikar P. Toilet umum
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
yang diperoleh dari beberapa tenaga kerja terutama tenaga kerja yang berasal dari PT Duta Indonesia Djaya, mereka menyatakan pendapatan yang diperoleh sudah lebih dari Upah Minimum Rata-rata (UMR) Kabupaten Karanganyar yaitu sebesar Rp 846.000,00.
Berdasarkan hasil wawancara sebagian besar responden telah bekerja disekitar lokasi wisata lebih dari 10 tahun yaitu sebesar 73% responden. Hal ini dikerenakan tenaga kerja tersebut merupakan penduduk asli yang sudah berdomisili lebih dari puluhan tahun yang lalu, dengan mayoritas responden yaitu sebesar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekerja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi.
Berdasarkan hasil wawancara sekitar 70% responden bekerja delapan hingga sepuluh jam dalam sehari, sisanya sebesar 30% responden bekerja lima hingga tujuh jam dalam sehari. Sebagian besar para tenaga kerja mulai bekarja dari pukul delapan atau sembilan pagi ketika unit usaha tempat mereka bekerja mulai beroperasi. Tenaga kerja di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu ini juga memiliki dua golongan pekerja. Golongan pekerja yang dimaksud adalah pekerja yang bekerja full day dan bekerja yang bekerja hanya pada hari sabtu dan minggu atau libur saja.
6.1.3 Karakteristik Responden Unit Usaha
peranan penting bagi perekonomian masyarakat sekitar obyek wisata. Karakteristik responden unit usaha dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Responden Unit Usaha
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
berkisar antara empat puluh hingga enam puluh tahun yaitu sebesar 47% dengan pendidikan terakhir responden mayoritas lulusan Sekolah Dasar.
Sebanyak 36% jenis usaha yang dimiliki responden yaitu kios makanan dan minuman, sebanyak 23% responden memiliki unit usaha menjual souvenir, sebanyak 13% responden mempunyai usaha jasa penyewaan foto dan kuda, dan sisanya responden yang mempunyai jenis usaha penyewaan payung/ tikar, toilet umum, asongan, dan jasa parkir yaitu masing-masing memiliki proporsi sebesar 7%. Sebagian besar pendapatan rata-rata perbulan yang diperoleh unit usaha yaitu berkisar antara Rp 500.000,00 – Rp 1.500.000,00.
Pada penelitian ini, sebanyak 80% unit usaha yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Grojogan Sewu merupakan penduduk asli yang sudah bermukim lebih dari 10 tahun. Mereka membuka usaha di sekitar lokasi obyek wisata ini karena ingin memperoleh pendapatan tambahan terutama para responden perempuan, yang ingin membantu para suami mereka yang pendapatannya masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Mereka bahkan telah membuka usahanya ini sejak Taman Wisata Alam Grojogan Sewu belum dikelola oleh PT. Duta Indonesia Djaya. Lama menjalankan unit usaha tiap responden berbeda-beda. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa sebagian besar responden telah menjalani usaha lebih dari sepuluh tahun yaitu memiliki proporsi sebesar 50% dari keseluruhan responden.
6.1.4 Karakteristik Responden Masyarakat
kegiatan wisata ini terutama masyarakat lokasi wisata. Masyarakat sekitar yang menjadi responden sebanyak tiga puluh orang terdiri dari 57% responden laki-laki dan 43% responden perempuan (Tabel 13).
Tabel 13. Karakteristik Responden Masyarakat
Jenis Kelamin Frekuensi (%)
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
sekitar kawasan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebagian besar merupakan penduduk asli yang ikut berkontribusi pada kegiatan wisata.
6.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Frekuensi kunjungan dalam satu tahun terakhir merupakan dependent
variable, sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan untuk
berwisata merupakan independent variable. Jumlah variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tujuh variabel yang diduga mempengaruhi permintaan berwisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Variabel bebas tersebut adalah umur responden (X1), pendapatan (X2), jarak ke lokasi wisata (X3), biaya perjalanan (X4), jumlah tanggungan (X5), aksesibilitas menuju lokasi wisata (X6), dan panorama alam di lokasi wisata (X7).
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda dengan bantuan Minitab 14
diperoleh fungsi permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun bentuk dari model persamaan fungsi permintaan tersebut adalah:
Y = 0,95 - 0,00856 X1 + 0,0000003 X2 – 0,006515 X3 – 0,00000188 X4 – 0,18428 X5 + 0,0587 X6 + 0,3083 X7
Keterangan:
Y = Jumlah kunjungan setahun terakhir ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu X1 = Umur (Tahun)
X2 = Pendapatan (Rupiah) X3 = Jarak (Km)
X4 = Biaya perjalanan (Rupiah) X5 = Jumlah tanggungan (orang)
X6 = Dummy Aksesibilitas menuju lokasi ( 1=sangat sulit, 2=sulit, 3=mudah, 4=sangat mudah)
Dalam penelitian ini digunakan taraf uji 10%, karena analisis dilakukan pada bidang sosial ekonomi dengan responden manusia yang memiliki keberagaman karakteristik yang tinggi. Selain itu, penelitian ini terkait dengan wisata yang tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai persepsi wisatawan. Hasil regresi fungsi permintaan Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dilihat pada tabel berikut atau pada Lampiran 1.
Tabel 14. Fungsi Permintaan ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Variabel Koefisien SE Koefisien T P VIF
Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 1% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 5% Tanda * = menunjukan taraf nyata pada α = 10%
Sumber: Data Primer Diolah, 2012
Dari hasil regresi diperoleh R-sq sebesar 46,9%. Hal ini menunjukan sekitar 46,9% keragaman permintaan wisata Taman Wisata Alam Grojogan Sewu dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang terdapat dalam model, sedangkan sisanya yaitu sebesar 53,1% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukan ke dalam model.
6.2.1 Pemenuhan Asumsi Regresi Linear Berganda
kebaikan suatu model yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian secara statistik. Berikut adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari suatu model:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi distribusi data residual dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam penelitian, untuk menguji apakah sisaan menyebar normal dapat dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov (Lampiran 2). Berdasarkan hasil uji Kolmogrov-Smirnov diperoleh bahwa nilai Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,077 dan P-value uji normal residual sebesar yaitu 0,144. Nilai statistik Kolmogrov-Smirnov yang diperoleh dari pengamatan lebih kecil dari nilai statistik Kolmogrov-Smirnov pada tabel yaitu 0,134. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa distribusi data residual dalam variabel yang digunakan dalam penelitian ini telah menyebar normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian masalah multikolinearitas didasarkan pada nilai VIF. Pada Lampiran 1 menunjukan nilai VIF masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh (VIF < 10). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas.
3. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi tentang regresi linear berganda yang perlu dipenuhi adalah tidak terjadinya masalah autokorelasi. Untuk memastikan tidak adanya autokorelasi dapat dilakukan melalui uji Durbin Watson (DW) dengan hipotesis bahwa jika nilai DW cukup dekat dengan dua, maka terima H0, dan bila
analisis regresi diperoleh nilai uji Durbin Watson yaitu sebesar 1,88609, nilai ini mendekati angka dua, sehingga dapat disimpulkan bahwa terima H0.
4. Uji Heteroskedastisitas
Untuk mengetahui ada atau tidak masalah heteroskedastisitas dapat diketahui dengan menggunakan Uji Glejser, yaitu dengan melakukan regresi linear nilai absolut residual dengan variabel prediktor. Kriteria pengujian nilai P-value yaitu sebesar 0,108 lebih besar dari nilai signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan sisaannya homogen yang berarti asumsi homoskedastisitas terpenuhi. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Lampiran 3.
5. Uji Statistik t
Berdasarkan Tabel 26, dengan melakukan uji t diketahui terdapat lima variabel bebas yang berpengaruh secara signifikan dengan taraf nyata kurang dari 10%. Kelima variabel tersebut adalah variabel pendapatan, jarak, biaya perjalanan, jumlah tanggungan, dan panorama alam di lokasi wisata. Berdasarkan hasil analisis uji t, terdapat dua variabel bebas yang ternyata tidak signifikan atau tidak berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, variabel tersebut adalah variabel usia dan aksesibilitas. Hal ini dikarenakan nilai P dari variabel tersebut lebih dari taraf nyata 10%, sehingga tidak memenuhi syarat signifikan.
6. Uji Statistik F
dalam model regresi ini secara bersama-sama memiliki pengaruh yang nyata terhadap variabel terikatnya.
6.2.2 Variabel yang Berpengaruh Secara Signifikan terhadap Permintaan Wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu
Berdasarkan hasil uji t diketahui terdapat lima variabel yang berpengaruh nyata terhadap permintaan wisata ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Adapun kelima variabel tersebut adalah:
1. Pendapatan
Variabel pendapatan signifikan pada taraf nyata 1% dengan tanda koefisien positif. Hal ini menunjukan setiap kenaikan pendapatan wisatawan Rp 1.000.000,00 per tahun maka akan meningkatkan peluang rata-rata frekuensi kunjungan individu tersebut sebesar tiga kali per tahun, cateris paribus. Hal ini dikarenakan pendapatan merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan terhadap kegiatan rekreasi, semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan meningkatkan peluang seseorang terhadap frekuensi kunjungannya. Seseorang dengan pendapatan yang lebih tinggi akan lebih sering melakukan kegiatan wisata dibandingkan dengan individu yang berpenghasilan rendah.
2. Jarak ke lokasi wisata
macet atau tidak. Lokasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu terletak di daerah pegunungan dengan kondisi jalan yang berliku-liku dan menanjak sehingga jarak tempuh akan menjadi pertimbangan dalam menentukan lokasi wisata.
3. Biaya Perjalanan
Biaya perjalanan merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan wisatawan dalam satu kali perjalanan wisata. Biaya perjalanan terdiri dari biaya konsumsi luar maupun di lokasi wisata, biaya parkir, biaya transportasi, dan biaya lainnya. Variabel biaya perjalanan berpengaruh secara signifikan pada taraf nyata 5% dan memiliki koefisien negatif dimana setiap kenaikan biaya perjalanan sebesar Rp 1.000.000,00 akan menurunkan peluang rata-rata kunjungan individu ke Taman Wisata Alam Grojogan Sewu sebanyak dua kali kunjungan, cateris paribus. Hal ini sesuai teori ekonomi yang menyatakan bahwa apabila harga semakin meningkat maka konsumen akan mengurangi jumlah barang yang dikonsumsinya. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa besarnya biaya perjalanan merupakan salah satu faktor utama yang menjadi pertimbangan seseorang untuk melakukan rekreasi atau kunjungan wisata.
4. Jumlah Tanggungan