• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Program Gernas Kakao merupakan program Kementerian Pertanian yang mengupayakan peningkatan produksi dan mutu kakao di Indonesia dengan memberdayakan seluruh potensi pemangku kepentingan serta sumber daya yang ada. Program Gernas Kakao memiliki tujuan dan sasaran yang dapat terwujud apabila didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kinerja serta integritas yang tinggi terhadap program ini. Salah satu sumber daya manusia di dalam Program Gernas Kakao adalah pendamping. Pendamping dalam hal ini berperan sebagai agen perubahan yang mampu menyebarluaskan informasi dan inovasi kepada petani, sehingga mampu mempengaruhi petani atau kelompok tani untuk mengambil keputusan yaitu ikut dalam kegiatan program Gernas. Hal ini berkaitan dengan pendapat Rogers (2003) bahwa agen perubahan merupakan mata rantai komunikasi antardua atau lebih sistem sosial, yaitu menghubungkan antara suatu sistem sosial yang mempelopori perubahan dengan sistem sosial masyarakat yang dibinanya dalam usaha perubahan tersebut, sehingga mampu mempengaruhi proses keputusan inovasi.

Pendamping juga berperan dalam membantu mewujudkan tujuan Gernas Kakao karena berhasil tidaknya Program Gernas Kakao dalam mencapai tujuannya tergantung pada kinerja pendamping tersebut. Selain pendamping, tokoh lain yang diduga berpengaruh dalam menentukan keberhasilan Program Gernas Kakao adalah seorang atasan, dalam hal ini ketua UPP. Atasan dan bawahan saling berinteraksi dan menjalin komunikasi. Aktivitas komunikasi yang terjadi antara atasan dengan bawahan adalah komunikasi ke atas dan ke bawah. Seorang atasan harus mengetahui bagaimana aktivitas komunikasi yang dialami oleh bawahan begitu juga sebaliknya dengan bawahan, sehingga diharapkan dapat memperbaiki komunikasi antara keduanya agar tercipta komunikasi yang efektif.

Dari uraian di atas terlihat jelas pentingnya komunikasi di dalam suatu organisasi. Aktivitas komunikasi organisasi diukur melalui frekuensi komunikasi pendamping dengan atasan dan dengan pendamping lainnya serta media komunikasi yang digunakan oleh pendamping. Penelitian ini melihat hubungan antara aktivitas komunikasi organisasi dan kinerja pendamping. Selanjutnya terdapat dugaan bahwa kinerja pendamping juga berhubungan dengan karakteristik pendamping, motivasi kerja, dan tingkat penggunaan sarana kerja. Karakteristik pendamping yang diamati meliputi: umur, pendidikan formal, dan masa kerja. Tingkat penggunaan sarana kerja yang diamati meliputi: sarana transportasi dan peralatan administrasi yang digunakan oleh pendamping untuk mendukung tugasnya yaitu mengawali petani binaan dan menyelesaikan laporan program Gernas.

Motivasi kerja pendamping merupakan variabel antara dalam penelitian ini. Pendekatan dilakukan dengan teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham Maslow dan David McClelland. Teori Maslow mengasumsikan bahwa individu akan berusaha memenuhi kebutuhan yang lebih pokok (fisiologis) sebelum mengarahkan perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi (perwujudan diri). Kebutuhan yang lebih rendah harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum kebutuhan yang lebih tinggi seperti perwujudan diri mulai mempengaruhi perilaku seorang

individu. Hal yang penting dalam pemikiran Maslow adalah bahwa kebutuhan yang telah dipenuhi memberi motivasi. Apabila seseorang memutuskan bahwa ia menerima uang yang cukup untuk pekerjaan dari organisasi tempat ia bekerja, maka uang tidak mempunyai daya intensitasnya lagi. Jadi bila suatu kebutuhan mencapai puncaknya, kebutuhan itu akan berhenti menjadi motivasi utama dari perilaku. Kemudian kebutuhan kedua mendominasi, tetapi walaupun kebutuhan telah terpuaskan, kebutuhan itu masih mempengaruhi perilaku hanya intensitasnya yang lebih kecil.

David McClelland dalam teorinya Mc.Clelland’s Achievment Motivation Theoryatau teori motivasi prestasi McClelland juga digunakan untuk mendukung hipotesis yang akan dikemukakan dalam penelitian ini. Dalam teorinya McClelland mengemukakan bahwa individu mempunyai cadangan energi potensial, bagaimana energi ini dilepaskan dan dikembangkan tergantung pada kekuatan atau dorongan motivasi individu dan situasi serta peluang yang tersedia.

Teori ini memfokuskan pada tiga kebutuhan yaitu kebutuhan akan prestasi, kebutuhan kekuasaan, dan kebutuhan afiliasi. Kebutuhan akan prestasi merupakan dorongan untuk mengungguli, berprestasi sehubungan dengan seperangkat standar, bergulat untuk sukses. Kebutuhan akan kekuasaan adalah bentuk ekspresi dari individu untuk mengendalikan dan mempengaruhi orang lain. Kebutuhan akan afiliasi adalah hasrat untuk berhubungan antar pribadi yang ramah dan akrab. Kebutuhan afiliasi pada hirarki Maslow terletak pada kebutuhan sosial.

Jadi mengacu pada pendapat Maslow dan David McClelland, motivasi kerja pendamping yang diamati meliputi: tingkat kebutuhan fisiologis, tingkat kebutuhan keamanan, tingkat kebutuhan sosial, tingkat kebutuhan prestasi, tingkat kebutuhan harga diri, tingkat kebutuhan aktualisasi diri, dan tingkat kebutuhan kekuasaan. Pendekatan motivasi ini bukan berarti ingin menunjukkan hirarki kebutuhan, akan tetapi mencoba menggabungkan berbagai kelebihan pendekatan kebutuhan manusia baik menurut Maslow maupun menurut David McClelland.

Kinerja pendamping merupakan variabel terikat dalam penelitian ini. Kinerja pendamping adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh pendamping yang diukur melalui enam indikator yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, kerja sama, pengetahuan terhadap pekerjaan, ketepatan waktu, dan waktu kerja. Kinerja pendamping ikut berfungsi dalam keberhasilan dan atau kemunduran dalam mencapai produktivitas kakao yang tinggi. Sebab kinerja pendamping dapat merubah kompetensi petani. Kinerja pendamping yang baik dapat meningkatkan kompetensi petani, tetapi sebaliknya bila kinerja pendamping buruk, maka kompetensi petani juga menjadi tidak jelas. Gambar 2 memperjelas uraian tersebut di atas.

Keterangan : Diteliti --- Tidak diteliti

Gambar 2. Kerangka pemikiran aktivitas komunikasi organisasi dan kinerja pendamping dalam program gernas kakao.

Karakteristik Pendamping (X1): 1. Umur 2. Tingkat pendidikan formal 3. Masa kerja Aktivitas Komunikasi Organisasi (X2): 1. Frekuensi komunikasi 2. Tingkat penggunaan media komunikasi Tingkat penggunaan sarana kerja (X3): 1. Sarana transportasi 2. Peralatan administrasi Motivasi kerja pendamping (Y1): 1. Tingkat kebutuhan fisiologis 2. Tingkat kebutuhan keamanan 3. Tingkat kebutuhan sosial 4. Tingkat kebutuhan prestasi 5. Tingkat kebutuhan harga diri 6. Tingkat kebutuhan aktualisasi diri 7. Tingkat kebutuhan kekuasaan Kinerja pendamping (Y2): 1. Kualitas kerja 2. Kuantitas kerja 3. Kerja sama 4. Pengetahuan terhadap pekerjaan 5. Ketepatan waktu 6. Waktu kerja Kompetensi petani

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan, diajukan hipotesis penelitian (H1) sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan nyata antara aktivitas komunikasi organisasi (frekuensi komunikasi dan tingkat penggunaan media komunikasi) dengan kinerja pendamping.

2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendamping (umur, tingkat pendidikan formal, dan masa kerja) dengan motivasi kerja pendamping.

3. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendamping (umur, tingkat pendidikan formal, dan masa kerja) dengan dengan kinerja pendamping.

4. Terdapat hubungan nyata antara motivasi kerja pendamping dengan kinerja pendamping.

5. Terdapat hubungan nyata antara tingkat penggunaan sarana (sarana transportasi dan peralatan administrasi) dengan kinerja pendamping.