BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
2.2 Kerangka Pemikiran
Motivasi utama perusahaan adalah profitabilitas yang tidak identik dengan kesejahteraan masyarakat tempat berdiri dan kiprah perusahaan. Namun dalam rangka membina hubungan yang saling menguntungkan, korporasi dapat turut
serta dalam mengambil peran dalam mengatasi keterbelakangan dan kemiskinan masyarakat sekitar melalui Corporate Social Responsibility (CSR).
Dari perspeksif biaya (cost-based approach), jika Corporate Social Responsibility menjadi suatu kewajiban periodik sama seperti membayar pajak maka beban perusahaan pasti akan meningkat dan berdampak pada laba bersih yang menurun. Perusahaan yang sudah merugi pasti akan semakin merugi. Penurunan laba atau peningkatan kerugian tentu saja merugikan pemegang saham karena deviden yang diterima akan berkurang.
Namun, hal itu mencerminkan pelaku bisnis kita masih terbelenggu oleh paradigma bisnis konservatif (shareholder-based approach). Paradigma ini mengagungkan pencapaian maksimal laba dan meminimalkan biaya sebagai tolak ukur prestasi. Dari perspektif manfaat (benefit-based approach), formalisasi Corporate Social Responsibility sebagai suatu kewajiban tidak hanya meningkatkan beban periodik. Tetapi juga akan mendatangkan sejumlah manfaat ekonomi atau keuntungan yang berkepanjangan (sustainable profit) bagi perusahaan, pemegang saham dan semua stakeholder.
Menurut Sawir (2004:56) sejumlah pakar strategic management menyebutkan ada lima keuntungan utama bila perusahaan mempraktikan Corporate Social Responsibility, diantaranya :
1. Profitabilitas akan semakin kokoh.
2. Meningkatnya akuntabilitas dan apresiasi positif dari komunitas investor, kreditor, pemasok dan konsumen.
3. Meningkatnya komitmen, etos kerja, efisiensi dan produktivitas karyawan.
4. Menurunnya kerentanan gejolak sosial dan resistensi komunitas sekitarnya karena mereka diperhatikan dan dihargai perusahaan. 5. Meningkatnya reputasi dan nilai perusahaan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu, bisa dipastikan bahwa jika Corporate Social Responsibility dipraktikan secara etis dan berkelanjutan serta terintegrasi dalam nilai-nilai kultur perusahaan, lima keuntungan tersebut bisa didapatkan perusahaan secara terus menerus. Itu tentu akan berdampak positif pada nilai perusahaan, nilai pemegang saham, nilai pajak, dan nilai stakeholders secara berkelanjutan (Sawir:2004).
Dari sisi urgensinya, formalisasi Corporate Social Responsibility memang mendesak karena kian meluasnya kemiskinan dan degradasi lingkungan. Meski dalam beberapa tahun terakhir sebagian perusahaan membukukan kenaikan laba dan setoran pajak yang signifikan, namun kemiskinan dan kerusakan lingkungan justru semakin parah (Apriyanti:2005).
Orientasi perusahaan yang hanya mengejar laba (profit) dengan mengeksploitasi masyarakat (people) dan lingkungan (planet) dituding sebagai salah satu penyebabnya. Untuk mengatasinya, regulasi yang memaksa dunia usaha menjaga keseimbangan antara profit, people, planet (triple bottom line) dalam aktivitas ekonomi menjadi sangat mendesak. Dari tren global, formalisasi Corporate Social Responsibility sebenarnya perlu apresiasi pelaku bisnis kita. Alasannya, selain meningkatnya tuntutan stakeholeders, sejumlah hasil studi juga menunjukkan bahwa sebagian besar CEO setuju dengan praktik Corporate Social Responsibility karena berdampak positif bagi perusahaan (Husnan:2007).
Hasil survey Pricewaterhouse Coopers (2002) terhadap 1.200 pemimpin bisnis menunjukan sekitar 70% CEO menilai Corporate Social Responsibility sangat vital bagi profitabilitas perusahaan. Studi lainnya menunjukan lebih dari 2.500 perusahaan di dunia, termasuk sejumlah perusahaan di Indonesia, mulai
melaporkan secara rutin investasi dan aktivitas Corporate Social Responsibility dalam pelaporan keuangan secara periodik.
Perusahaan dengan menjalankan tanggung jawab sosial diharapkan tidak hanya mengejar laba jangka pendek, tetapi juga ikut berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat dan lingkungan (terutama lingkungan sekitar) dalam jangka panjang. Corporate Social Responsibility dapat dipandang sebagai aset strategis dan kompetitif bagi perusahaan di tengah iklim bisnis yang makin sarat kompetisi. Salah satu keuntungan yang diperoleh perusahaan dengan penerapan Corporate Social Responsibility adalah peningkatan profitabilitas bagi perusahaan dan kinerja keuangan yang lebih baik, banyak perusahaan-perusahaan besar yang mengimplementasikan program Corporate Social Responsibility menunjukan keuntungan yang nyata terhadap peningkatan nilai saham. (www.antaranews.com).
Penelitian ini mengenai pengaruh pengungkapan corporate social responsibility saat ini tidak hanya menganalisis secara deskriptif, namun sudah diperluas dengan melihat karakteristik perusahaan yang dianggap potensial dalam menentukan seberapa besar pengaruh kinerja keuangan dalam akuntansi pertanggungjawaban sosial. Saat ini terjadi pergeseran paradigma pemikiran terhadap tanggung jawab pengelolaan organisasi yang semula hanya kepada stakeholder meluas menjadi karyawan, pemerintah, aktivis lingkungan dan masyarakat luas.
Menurut pearce dan Rabinson yang dialihbahasakan oleh kiroyan (2006:54) mendefinisikan Corporate Social Respponsibility sebagai berikut :
“Corporate Social Respponsibility adalah konsep bahwa perusahaan harus melayani masyarakat sosial sebaik memberikan keuntungan financial kepada pemegang saham dan harus berkelanjutan seara terus menerus yang pada akhirnya para manajer akan menyadari bahwa keputusan untuk menerapkan Corporate Social Respponsibility adalah keputusan yang sangat penting dalam perencanaan strategis”.
Kini banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan program Corporate Social Responsibility (CSR) dalam menjalankan operasional perusahaannya. Penerapan CSR dalam perusahaan diharapkan selain memiliki komitmen finansial kepada pemilik atau pemegang saham, tetapi juga memiliki komitmen sosial terhadap para pihak lain yang berkepentingan, karena CSR merupakan salah satu bagian dari strategi bisnis perusahaan dalam jangka panjang.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Menurut Hani (2003:72) menyebutkan bahwa :
“Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusannya”.
Konsep Corporate Social Responsibility menyiratkan bahwa perusahaan dengan sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasi dan interaksi mereka dengan stakeholders. Sehingga secara tidak langsung konsep ini dapat membangun citra positif bagi perusahaan.
Citra positif yang dibangun dari kegiatan Corporate Social Responsibility merupakan salah satu hal yang menarik para investor untuk menanamkan modalnya, karena investor lebih suka menanamkan modal pada perusahaan yang
aman dari berbagai tuntutan. Hal ini diperkuat oleh pendapat Belkaoui (2004:232) yang mengatakan :
“...bahwa investor yang etis akan membentuk clientele (kelas-kelas investor) yang akan memberi respon kepada perusahaan yang mempunyai perhatian sosial”.
Laporan keuangan merupakan media yang dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan. Laporan keuangan berisikan data-data yang menggambarkan keadaan keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan dapat mengetahui keadaan keuangan dari laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh perusahaan.
Kinerja keuangan merupakan salah satu alat ukur yang digunakan oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengukur atau menentukan sejauh mana kualitas perusahaan. Kinerja suatu perusahaan dapat dinilai dengan menggunakan berbagai macam indikator, salah satunya dengan menggunakan analisis laporan keuangan melalui analisis rasio. Analisis rasio merupakan salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, kinerja keuangan perusahaan harus disajikan dalam bentuk rasio keuangan. Seperti yang dikemukakan oleh Agnes (2004:6) sebagai berikut :
“Analisis rasio keuangan, yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan perhitungan laba rugi satu dengan lainnya, dapat memberikan gambaran tentang kondisi perusahaan dan penilaian posisi pada saat ini. Analisis rasio juga memungkinkan manajemen keuangan memperkirakan reaksi para kreditor dan investor dan dapat memberikan pandangan ke dalam tentang bagaimana kira-kira dana dapat diperoleh”.
Citra perusahaan akan meningkat dengan dilaksanakannya Corporate Social Responsibility, ini akan menyebabkan penjualan ikut meningkat. Para investor pun akan menilai perusahaan dari laporan keuangan perusahaan tersebut dan akan menanamkan modalnya semakin banyak. Hal ini akan mampu mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan dalam jangka panjang, sehingga perusahaan akan mengalami kemajuan.
Hubungan antara reputasi Corporate Social Responsibility dengan kinerja keuangan, yaitu tingkat kemampuan menciptakan pendapatan melalui penjualan dan tingkat kemampuan menciptakan laba (Belkaoui dan Karplk’s dalam Sulastri, 2003). Ada tiga pendapat menghubungkan CSR dengan kinerja ekonomi, antara lain :
1. Perusahaan yang memiliki kepedulian sosial akan mendapatkan simpati dari masyarakat dan sebagai akibatnya perusahaan tersebut akan memiliki kinerja keuangan yang baik karena penjualannya baik.
2. Reputasi kepedulian perusahaan-perusahaan terhadap komunitasnya tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat kinerja penjualannya.
3. Reputasi perusahaan dalam kepedulian sosial, tidak meningkatkan bahkan sebaliknya menurunkan tingkat penjualan.
Hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan telah menimbulkan pertanyaan bagi banyak pihak, sehingga timbulah berbagai pokok pikiran yang
menghasilkan prediksi yang berbeda-beda. Herremans at al (1993) menyebutkan beberapa pokok pikiran mengenai hubungan antara CSR dengan kinerja keuangan, antara lain :
1. Pokok pikiran yang menggambarkan kebijakan konvensional; berpendapat bahwa terdapat biaya tambahan yang signifikan dan akan menghilangkan peluang perolehan laba untuk melaksanakan program CSR, sehingga akan menurunkan profitabilitas.
2. Biaya tambahan khusus untuk melaksanakan CSR akan menghasilkan dampak netral (balance) terhadap profitabilitas. Hal ini disebabkan tambahan biaya yang dikeluarkan akan tertutupi oleh keuntungan efisiensi yang ditimbulkan oleh pengeluaran biaya tersebut.
3. Pokok pikiran yang memprediksikan bahwa CSR berdampak positif terhadap profitabilitas.
Adanya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk komunitas melalui pelaksanakan kegiatan sosial mengindikasikan tanggung jawab dan kepedulian sosial perusahaan terhadap komunitasnya. Aktivitas sosial perusahaan dapat merubah citra perusahaan di masyarakat. Pengungkapan biaya penyelenggaran aktivitas sosial ini diharapkan dapat menarik para calon investor dan konsumen yang memperhatikan aktivitas sosial perusahaan sebagai wujud pelaksanaan tanggung jawab sosialnya, sehingga hal ini dapat berimplikasi pada kinerja keuangan yang menciptakan pendapatan (kinerja aktivitas perusahaan). Masyarakat non konsumen yang simpati terhadap kepedulian sosial perusahaan akan merespon aktivitas sosial perusahaan ini dengan mengkonsumsi produk yang
dihasilkan perusahaan, sehingga hal ini akan berimplikasi pada kinerja keuangan penciptaan pendapatan perusahaan melalui penjualan (Indira:2005).
Penelitian tentang Corporate Social Responsibility sebelumnya dilakukan oleh :
Asri (2009), dalam penelitiannya mengkaji mengenai pengaruh penerapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Menunjukkan bahwa penerapan Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil dari penelitian Asri (2009) terletak pada variabel yang pernah diteliti yaitu Corporate Social Responsibility sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apakah masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan waktu penelitian.
Cahyono (2011), dalam penelitiannya mengkaji mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility pada perusahaan manufaktur yang diteliti tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2011) terletak pada variabel yang pernah diteliti kembali yaitu Corporate Social Responsibility sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel
terikat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apakah masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan waktu penelitian.Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur Return on Investment (ROI) dan Return on Equity (ROE).
Adapun skema kerangka pemikiran dari uraian diatas adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran