• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN

Dalam dokumen CSR Terhadap Kinerja Keuangan (Halaman 17-34)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dunia ekonomi dan usaha berkembang dengan sangat pesat sejak awal tahun 1980-an. Hal ini ditunjang dengan perkembangan pesat di dunia teknologi yang memudahkan komunikasi di antara pelaku dunia usaha. Kemajuan teknologi ini kemudian memicu semakin kompetitifnya tingkat persaingan di dalam dunia usaha. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam memenangkan persaingan di dalam dunia usaha adalah profit dan pertumbuhan. Peningkatan profit ditandai dengan semakin meningkatnya tingkat penjualan produk, sedangkan pertumbuhan ditandai dengan meningkatnya nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan (Sembiring,2005).

Dalam perkembangannya, meningkatkan nilai investasi yang ditanamkan dalam perusahaan yaitu melalui pasar modal. Pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional yang selama ini kita kenal, di mana ada pedagang, pembeli, dan juga tawar menawar harga.Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah menggariskan bahwa pasar modal mempunyai posisi yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan suatu pasar sangat tergantung dari kinerja perusahaan efek. Untuk mengembangkan prasarana industri Efek diperlukan investasi yang besar.

Faktor-faktor yang dapat mengurangi jumlah investasi diperlukan untuk membangun prasarana dan mengurangi biaya operasi perusahaan efek serta mendorong perkembangan pasar. Perkembangan tersebut, dapat dicapai apabila faktor tersebut mampu menghasilkan investasi aman dan berkualitas tinggi terutama pelayanan yang optimal kepada para investor sehingga perkembangannya sangat mempengaruhi minat dari para calon investor baru yang

ingin mencoba berinvestasi di Pasar Modal.

(Sumber:http://elearning.gunadarma.ac.id).

Pasar modal merupakan alternatif tempat investasi yang sangat penting bagi investor. Investor akan menanamkan dananya untuk memperoleh return berupa dividen maupun capital gain serta mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan. Selain mempertimbangkan return saham yang akan diterima, para investor dalam melakukan investasi juga mempertimbangkan nilai perusahaan. Bagi perusahaan yang go public, nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Semakin tinggi harga saham, semakin tinggi pula nilai perusahaan tersebut (Husnan, 2002).

Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengkaji keberlangsungan kinerja keuangan PT Sekar Bumi terkait proses pencatatannya kembali (relisting) di bursa. PT Sekar Bumi akan melakukan paparan mini (mini expose) ke Bursa terkait rencana `relisting`," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Hoesen di Jakarta. Pihak Bursa, akan melihat kinerja keuangan Sekar Bumi per Maret tahun 2012. "Jadi, bisa saja Sekar Bumi akan relisting tahun ini, yang penting semua persyaratan bisa dipenuhi mereka," katanya. Ia mengemukakan, proses pencatatan saham kembali di BEI akan sama pada saat perseroan melakukan penawaran

umum saham perdana (initial public offering/IPO), jika ada saham yang kembali ditawarkan. Jika tidak ada saham baru yang ditawarkan, maka saham Sekar Bumi akan langsung dicatatkan di papan bursa. Sekar Bumi dihapuskan sahamnya dari bursa (delisting) pada akhir November 2009 lalu. Alasan "delisting" Sekar Bumi, dikarenakan mengalami kondisi kinerja keuangan atau peristiwa yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha, baik secara finansial atau pun secara hukum atau kelangsungan status perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka serta tidak dapat menunjukkan indikasi pemulihan yang memadai. Sekar Bumi saat itu memiliki kode saham SKBM yang tercatat di Bursa Efek Surabaya (BES). Selain SKBM, emiten yang dihapus sahamnya yakni, PT Jasa Angkasa Semesta Tbk (JASS), PT Courts Indonesia Tbk (MACO), PT Singleterra Tbk (SING), PT Bukaka Teknik Utama Tbk (BUKK), PT Sara Lee Body Care Indonesia Tbk (PROD), dan PT Tunas Alfin Tbk (TALFA dan TALFB). Terkait perusahaan tersebut mengalami penurunan pada kinerja keuangan perusahaannya. (Sumber :http://antaranews.com).

Kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menjadi acuan investor dalam membeli saham. Bagi perusahaan, meningkatkan kinerja keuangan adalah suatu keharusan agar saham perusahaan tetap menarik bagi investor. Akan tetapi selain melalui pasar modal, perusahaan memiliki langkah lain dalam meningkatkan profit yaitu melalui penjualan produk.

PT Aneka Tambang (Persero) Tbk mengkhawatirkan krisis ekonomi Eropa yang berkepanjangan bisa mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan pada tahun ini karena harga komoditas tambang terutama nikel akan terus merosot.

"Kondisi ekonomi global yang lesu baik di Eropa, Amerika Serikat dan bahkan mulai merambah China membuat harga nikel sekarang sangat rendah sehingga dapat berpengaruh pada kinerja perusahaan," kata Dirut Aneka Tambang (Antam) Alwinsyah Lubis kepada pers di Jakarta. Meski terjadi penurunan harga nikel menurut dia, kinerja keuangan Antam masih terbantu oleh permintaan ekspor feronikel dan bijih nikel yang masih stabil. "Tentunya kami bersyukur demand feronikel belum ikut turun” katanya. Begitu pula realisasi produksi feronikel sudah mencapai 51 persen dari target 18 ribu ton. Walaupun sejumlah perbaikan sempat dilakukan di pabrik feronikel Antam di Pomalaa, Sulawesi Tenggara. Untuk produksi emas Antam pada semester pertama 2009 sebesar 1.261 kilogram atau lebih tinggi dua persen dibanding periode yang sama 2008. Ia berharap harga nikel yang kini anjlok hingga 7 dolar per pound atau sekitar 14.500 dolar AS per ton, bisa naik menjadi 9 dolar AS per pound atau 20 ribu dolar per ton pada semester II-2009. Di sisi lain tonase produksi dan penjualan pada semester kedua diharapkan tidak berubah mengingat permintaan pasar juga tetap, ujarnya. Saat ini penjualan Antam ke Eropa komposisinya sebesar 25 persen dari total penjualan sedangkan untuk Korea Selatan mencapai 15 persen. Kemudian Jepang, China dan Singapura masing-masing sekitar 10 persen. Penjualan domestik sendiri mencapai 30 persen.Menurut Alwinsyah, agar penurunan harga nikel tidak menggerus pendapatan perusahaan yang mengakibatkan buruknya kinerja keuangan pihaknya melakukan sejumlah langkah antisipasi. Antara lain dengan menggenjot produksi bijih nikel dari 8 juta ton menjadi 9 juta ton. (Sumber : http://antaranews.com)

Kinerja keuangan perusahaan adalah prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan yang dipublikasi oleh perusahaan merupakan cerminan kinerja keuangan perusahaan. Kinerja keuangan inilah yang akan mendapat perhatian besar dari pihak-pihak yang berkepentingan melalui hasil analisis perkembangan kinerja, maka pihak-pihak yang terkait dapat mengambil kebijakan masing-masing (Mulyadi,1997).

Menteri Negara BUMN, Sugiharto mengatakan rencara privatisasi BUMN 2006 baru akan dilakukan setelah dilakukan audit atas kinerja perusahaan-perusahaan berplat merah itu pada 2005. Semua BUMN itu sedang dan akan diaudit hasil usahanya pada 2005. Tentu paling arif dalam rangka proses privatisasi adalah selalu melihat kinerja keuangan yang terakhir yang telah diaudit. Hampir semua BUMN dan swasta sekarang sedang sibuk menyajikan laporan yang akuntabel yang akan diaudit. (Sumber : http://antaranews.com)

Setiap perusahaan atau lembaga yang sudah mendeklarasikan perusahaan yang go public dituntut memberikan kinerja yang bernilai tidak hanya bagi lembaganya sendiri, melainkan juga masyarakat luas. Salah satu faktor yang berpengaruh pada upaya peningkatan nilai adalah komitmen organisasional yang tinggi.

Ada berbagai tolak ukur dalam melihat pencapaian kinerja. Salah satu diantaranya adalah sejalan yang dikemukakan oleh Denilson (2000) bahwa suatu perusahaan dikatakan berkinerja baik dengan tolak ukur berpredikat baik yaitu pada keuntungan, kualitas, inovasi pangsa pasar, pertumbuhan penjualan dan

kepuasan para karyawannya. Kinerja keuangan diartikan juga sebagai penentuan ukuran–ukuran tertentu yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba (Ermayanti,2009). Tetapi selain laba (profit) dan pertumbuhan tak kalah pentingnya yaitu keberlangsungan atau sustainability (Sembiring, 2005).

Kunci utama pencapaian keberlangsungan adalah adanya penerimaan publik akan kehadiran perusahaan. Bentuk tanggung jawab yang diinginkan publik tidak hanya berupa keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial, melainkan dalam bentuk suatu pengintegrasian kegiatan bisnis dan operasional dengan aspek sosial (Wayan, 2007).

Keberlangsungan dapat dicapai dengan lahirnya suatu konsep yang dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Corporate Social Responsibility merupakan suatu konsep terintegrasi yang menggabungkan aspek bisnis dan sosial dengan selaras agar perusahaan dapat membantu tercapainya kesejahteraan stakeholders, serta dapat mencapai profit maksimum sehingga dapat meningkatkan harga saham (Kiroyan, 2006).

Belakangan ini Corporate Social Responsibility menjadi isu yang banyak dibicarakan berbagai kalangan, karena ada kesan buruk terhadap perusahaan yang terlanjur ada dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha dianggap sebagai pemburu uang yang tidak peduli pada kerusakan lingkungan. Perusahaan sebagai pelaku ekonomi mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat luas. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan industri, perusahaan dapat memberikan keuntungan

kepada masyarakat dan juga memberikan kerugian berupa permasalahan sosial kepada masyarakat yang berasal dari aktivitas perusahaan.

Perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam kondisi keuangan saja, namun juga harus memperhatikan aspek sosial dan lingkungannya (Husnan,2007). Dasar pemikiran yang hanya semata-mata pada kesehatan finansial tidak akan menjamin keberlangsungan (sustainability) perusahaan untuk bisa tetap tumbuh dan berkembang (Irawati, 2006). Keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan dimensi terkait lainnya, seperti dimensi sosial dan lingkungannya. Perusahaan juga harus melakukan pengukuran terhadap kinerja kemudian mengkomunikasikannya kepada para stakeholder. Bentuk kinerja mencakup tiga aspek yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup yang biasa disebut triple bottom line. Ketiga aspek tersebut merupakan kunci dari konsep pembanguan berkelanjutan ( Sawir, 2004).

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility mempersyaratkan kesadaran penuh bahwa setiap kegiatan pemanfaatan atau pengubahan sumber daya alam termasuk energi menjadi output tertentu dalam rangka bisnis selalu berada dalam interaksi konstan dan terus menerus dengan lingkungan sosial dan fisik di sekitarnya. Kesadaran ini juga menjelaskan bahwa seluruh proses kegiatan bisnis akan selalu berdampak baik positif maupun negatif. Karena itulah wujud output kebijakan atau program Corporate Social Responsibility harus berkait dengan upaya memaksimumkan dampak negatif dari suatu kegiatan atau bisnis tertentu (Iman, 2011).

Menurut Sueb (2001), apabila perusahaan tidak memperhatikan seluruh faktor yang mengelilinginya, mulai dari karyawan, konsumen, lingkungan, dan sumber daya alam sebagai satu kesatuan yang saling mendukung suatu sistem, maka akan mengakhiri eksistensi perusahaan itu sendiri. Kerusakan dan gangguan yang timbul dari faktor eksternal tersebut akan menganggu bahkan dapat menghentikan operasi perusahaan. Citra perusahaan akan semakin baik dimata masyarakat apabila dapat menunjukkan tanggung jawab dan kepeduliannya terhadap lingkungan eksternal, misalnya adanya alokasi dana untuk program pengolahan limbah, pendidikan dan pelatihan, pensiun, serta tunjangan lainnya. Corporate Social Responsibility diperlukan untuk menjaga keharmonisan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan sekitarnya.

Akuntansi sebagai alat pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat kendali terhadap aktivitas suatu unit usaha (Januarti dan Apriyanti, 2005). Makin meluasnya tanggung jawab perusahaan menyebabkan perlunya memasukkan unsur sosial dalam pertanggungjawaban perusahaan kedalam akuntansi. Hal ini mendorong timbulnya suatu konsep yang biasa disebut sebagai Social Accounting, Social Ecnomic ataupun Social Responsibilty Accounting (Sueb, 2001).

Akuntansi sosial merupakan bidang ilmu yang berusaha mengidentifikasi, mengukur, menilai, dan melaporkan aspek-aspek social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh lembaga. Akuntansi sosial dan lingkungan dikembangkan untuk menyediakan informasi yang berguna dalam pengambilan keputusan bagi semua pihak yang berkepentingan termasuk manajemen perusahaan, pemegang saham, karyawan, pelanggan, masyarakat umum dan pemerintah (Januarti dan Apriyanti, 2005).

Aktivitas-aktivitas sosial perusahaan ini menjadi sangat penting untuk diungkapkan karena kesadaran masyarakat Indonesia yang semakin meningkat. Oleh karena itu, kepedulian perusahaan terhadap masyarakat yang berupa aktivitas-aktivitas sosial perusahaan tersebut harus diungkapkan berupa laporan tanggung jawab sosial yang membahas pencatatan setiap transaksi keuangan perusahaan yang mempengaruhi lingkungan masyarakat. Biaya yang berkaitan dengan kemasyarakatan tersebut disebut sebagai biaya sosial (Januarti dan Apriyanti, 2005).

Disahkannya Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pada Pasal 74 ayat 1 yang menyebutkan bahwa perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Selain itu, adanya pernyataan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (Revisi 2009) paragraf sembilan secara implisit menyarankan untuk mengungkapkan tanggung jawab akan masalah sosial. Dimana perusahaan dapat menyajikan laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri dimana fakor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting.

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan suatu konsep atau program yang dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Tanggung jawab sosial berarti bahwa manajemen mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi di dalam pembuatan keputusannya (Hani,2003).

Konsep Corporate Social Responsibility menyiratkan bahwa perusahaan dengan sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasi dan interaksi mereka dengan stakeholders. Sehingga secara tidak langsung konsep ini dapat membangun citra positif bagi perusahaan.

Corporate Social Responsibility pada dasarnya dapat diterapkan dalam setiap perusahaan. Akan tetapi tantangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan berbeda dari tantangan yang dihadapi oleh perusahaan lainnya. Salah satu perusahaan yang menarik untuk dicermati yaitu perusahaan pertambangan.

Sebagai perusahaan pertambangan, mereka menyadari bahwa kegiatan operasi perusahaan memiliki dampak secara langsung terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Perusahaan menyadari bahwa aspek lingkungan hidup dan khususnya pengembangan masyarakat tidak sekedar tanggung jawab sosial tetapi merupakan bagian dari risiko perusahaan yang harus dikelola dengan baik. Karakteristik industri pertambangan di Indonesia sebagai industri pembuka daerah tertinggal dan terisolir juga menjadikan peran perusahaan tambang untuk berperan aktif dalam pengembangan masyarakat sekitar. Hal ini akan berperan penting dalam menurunkan risiko adanya gangguan terhadap operasi perusahaan. Beranjak dari konsepsi ini maka perhatian yang mendalam terhadap upaya pelestarian lingkungan serta partisipasi secara proaktif dalam pengembangan masyarakat merupakan salah satu kunci kesuksesan kegiatan pertambangan.

Fenomena yang terjadi pada Perusahaan pertambangan adalah pada setiap kegiatan penambangan berpotensi memberi dampak negatif pada lingkungan sekitar lokasi kegiatan penambangan, karena potensi itulah perusahaan melakukan pengawasan untuk menghindari kemungkinan pencemaran lingkungan.

Diantaranya dengan melakukan reklamasi, penghijauan dan rehabilitasi. Hal

tersebut dilakukan setelah masa tutup tambang

(http://webcache.googleusercontent.com).

Berdasarkan hal tersebut, kini pergeseran orientasi pemikiran oleh para pemegang saham atau investor untuk lebih peduli pada sektor lingkungan membuat permintaan akan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) makin meningkat. Aspek penting yang ada dalam Laporan Keberlanjutan adalah penjelasan tidak hanya mengenai manajemen, operasional, produk, tetapi juga membahas dampak lingkungan, dan juga keterlibatan dengan komunitas sekitar (Chapra,1983).

PT. Antam Tbk, PT. Timah Tbk dan PT. Tambang Batu Bara Bukit Asam Tbk merupakan perusahaan pertambangan yang melakukan pengembangan kegiatan tanggung jawab sosial dengan menerapkan prinsip keseimbangan ekonomi, lingkungan dan sosial. Prinsip ini mencakup pembinaan hubungan dengan pemangku kepentingan (stakeholders). Keseimbangan peran inilah yang menjadi kunci sukses pelaksanaan Corporate Social Responsibility pada hal ini, dibuktikan dengan keberhasilan perusahaan tersebut masuk dalam kelompok 25 besar emiten terbaik yang dituangkan dalam indeks KEHATI. Indeks SRI-KEHATI merupakan indeks harga saham yang mengacu pada tata cara Sustainable and Responsible Investment (SRI). Diharapkan kinerja indeks harga saham SRI-KEHATI akan membawa dampak positif bagi kinerja perusahaan secara keseluruhan (Sumber : http://antaranews.com)

66 163 175 23 32 73 17 19 34 54 69 106 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 2009 2010 2011

Pengembangan Masyarakat Program Kemitraan Bina Lingkungan Lingkungan Hidup

Grafik di bawah ini sebagai contoh data yang dapat dilihat bagaimana Perusahaan menggunakan dana Corporate Social Responsibility untuk berpartisipasi terhadap masyarakat.

Gambar 1.1

Realisasi Biaya CSR Tahun 2009 - 2011 (Rp Miliar)

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Antam Tbk (2011)

Grafik di atas merupakan realisasi dana untuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility pada PT. Antam Tbk yang terdiri dari dana

Pengembangan Masyarakat, Program Kemitraan, Bina Lingkungan, serta Lingkungan Hidup. (Laporan Keberlanjutan PT. Antam Tbk, 2011).

Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Program Bina Lingkungan adalah program pemberdayaan kondisi sosial masyarakat oleh BUMN melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Dimana dana Program Kemitraan digunakan sebagai pemberdayaan ekonomi masyarakat misalnya pinjaman lunak untuk sektor perdagangan, industri, perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan, dan jasa. Sedangkan Bina Lingkungan digunakan sebagai pemberdayaan kondisi sosial, misalnya bantuan bencana alam, bantuan pendidikan dan pelatihan, kesejahteraan masyarakat, sarana ibadah, sarana umum, dan pelestarian alam (Peraturan Menteri Negara BUMN No: PER-05/MBU/2007).

Penelitian tentang Corporate Social Responsibility sebelumnya dilakukan oleh :

1) Asri (2009), dalam penelitiannya mengkaji mengenai pengaruh penerapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan Corporate Social Responsibility memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri (2009) terletak pada variabel yang pernah diteliti yaitu Corporate Social Responsibility sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apakah

masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan waktu penelitian.

2) Cahyono (2011), dalam penelitiannya mengkaji mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility pada perusahaan manufaktur yang diteliti tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2011) terletak pada variabel yang pernah diteliti kembali yaitu Corporate Social Responsibility sebagai variabel bebas dan kinerja keuangan perusahaan sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan kebenaran teori tersebut apakah masih layak atau tidak. Kemudian perbedaannya terletak pada objek yang diteliti dan waktu penelitian.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“PENGARUH PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1.2 Indentifikasi Masalah

Berdasarkan hal di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Bagaimana pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

2) Bagaimana kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

3) Seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data, mencari dan mendapatkan informasi tentang pengaruh implementasi Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan PT. Antam Tbk.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) Mengetahui pengungkapan Corporate Social Responsibility pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

2) Mengetahui kinerja keuangan pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

3) Mengetahui seberapa besar pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kinerja keuangan pada Perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2011.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Dari penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain :

1) Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan pengenalan terhadap permasalahan mengenai pengungkapan Corporate Social Responsibility dan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan perusahaan, sehingga penulis bisa menerapkan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan dengan kondisi yang sebenarnya di lapangan.

2) Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Perusahaan pertambangan untuk dapat tetap melaksanakan program Corporate Social Responsibility secara berkelanjutan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan sekitar.

3) Bagi Investor

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter.

4) Bagi Pembaca

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pengaruh CSR terhadap kinerja perusahaan serta dapat memberikan

sumbangan pengeluaran bagi peneliti lainnya mengenai CSR yang saat ini masih belum banyak dibahas oleh dunia akademis.

1.4.2 Kegunaan Teoritis

Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pemikiran yang berguna bagi perusahaan sebagai dasar perbaikan dan pengembangan mengenai CSR di masa mendatang.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Peneliti dalam menyusun skripsi ini melakukan penelitian dengan pendekatan studi kasus pada Perusahaan pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI), dimana data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari website www.idx.co.id, perpustakaan lokal dan perpustakaan umum. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian adalah sejak bulan September 2012 hingga selesai.

Dalam dokumen CSR Terhadap Kinerja Keuangan (Halaman 17-34)

Dokumen terkait