• Tidak ada hasil yang ditemukan

commit to user

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

D. Kampoeng Batik

II. KERANGKA PEMIKIRAN

Pemerintah kota Surakarta khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Surakarta selalu berupaya untuk mengembangkan potensi pariwisata yang ada di kota Surakarta. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah tersebut antara lain adalah dengan mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan sebagai salah satu aset wisata budaya di kota Surakarta. Yang berperan sebagai unit pelaksana program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ini yaitu FPKBL (Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan), dan Pemerintah khususnya DISBUDPAR (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) kota Surakarta hanya bertindak sebagai fasilitator pelaksana kegiatan.

Pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ini dinilai mampu menunjang kemajuan pariwisata di kota Surakarta. Hal tersebut terbukti dengan semakin dikenalnya Kampoeng Laweyan oleh masyarakat luar kota Surakarta sebagai salah satu sentra Batik di Indonesia. Selain itu bukti lainnya adalah semakin yang besarnya minat masyarakat dari luar kota Surakarta untuk berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan untuk mempelajari asal-usul batik Solo, belajar membuat batik, sekedar berbelanja Batik atau melakukan kegiatan lainnya di Kampoeng tersebut. Selain itu dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan diharapkan

dapat memperkenalkan Batik Solo kepada masyarakat luas atau bahkan hingga ke mancanegara.

Dalam penelitian ini, peneliti mengadakan kegiatan untuk mengevaluasi program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Evaluasi program merupakan suatu proses untuk menilai seberapa jauh suatu program dapat “membuahkan hasil”, yaitu dengan membandingkan antara hasil yang diperoleh dengan tujuan dan/atau target program yang telah ditentukan. Jadi dalam penelitian dengan fokus utama evaluasi program ini, peneliti berusaha untuk menjabarkan dan menjelaskan mengenai sejauh mana keberhasilan Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan dengan tujuan untuk memajukan aspek pariwisata kota Surakarta. Kegiatan evaluasi ini dilakukan dengan membandingkan antara rencana program dengan sejauh mana pelaksanaan dari program tersebut dapat mencapai keberhasilan dan dapat menunjang pariwisata kota Surakarta.

Dan dalam rangka pelaksanaan kegiatan evaluasi/penilaian ini, peneliti menggunakan 3 indikator pelaksanaan evaluasi yaitu efektivitas, responsivitas, dan ketepatan. Dengan indikator-indikator tersebut dapat dilihat sejauh mana keberhasilan FPKBL dalam melaksanakan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan untuk menunjang pariwisata kota Surakata. Keberhasilan program tersebut tidak lepas dari faktor-faktor pendukung dan penghambat yang muncul dan mempengaruhi pelaksanaan program tersebut.

Kerangka pemikiran merupakan landasan peneliti dalam mengembangkan penelitiannya dengan menggunakan berbagai kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya. Oleh karena itu kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini berusaha membuat arahan untuk mempermudah pelaksanaan penelitian mengenai Evaluasi Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam menunjang Pariwisata kota Surakarta. Jadi, kerangka berpikir dari penelitian ini dibuat untuk memberikan penilaian sejauh mana FPKBL mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan untuk menunjang pariwisata kota Surakarta. Dalam pelaksanaan program tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mendukung dan menghambat pelaksanaan program tersebut. Dengan demikian apabila program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan tersebut dapat berjalan dengan baik maka kemajuan pariwisata di kota Surakarta pun juga akan dapat dicapai. Dan indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan program tersebut antara lain Efektivitas, Responsivitas, dan Ketepatan. Untuk lebih jelasnya, proses evaluasi ini digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 4 Kerangka Pemikiran

Keterangan Gambar :

Gambar kerangka pemikiran tersebut disusun dan dibuat berdasakan gambaran dari pelaksanaan program pengembangan Kampung Batik Laweyan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL)

Dari gambar bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa ada hubungan timbal balik antara Rencana Program untuk Memajukan Pariwisata kota Surakarta dengan Pelaksanaan Program Pengembangan Kampung Batik Rencana Program untuk Memajukan Pariwisata Kota Pelaksanaan Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Pencapaian Hasil Pelaksanaan Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dalam Evaluasi program Indikator yang digunakan : - Efektivitas - Responsivitas - Ketepatan Faktor Pendukung Pelaksanaan Program Faktor Penghambat Pelaksanaan Program

Laweyan. Maksud dari hubungan timbal balik disini adalah Pemerintah mempunyai suatu rencana program yang bertujuan untuk memajukan pariwisata kota Surakarta, salah satu caranya adalah dengan mendukung program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang dijalankan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL). Dalam hal ini pemerintah Kota Surakarta khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) kota Surakarta berperan sebagai fasilitator pelaksanaan program yang dijalankan oleh FPKBL dalam hal yang berkaitan dengan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Diharapkan dari program pengembangan ini juga dapat mendorong kemajuan pariwisata di kota Surakarta sehingga pariwisata kota Surakarta terutama wisata budayanya dapat dikenal oleh masyarakat luar kota Solo atau bahkan dikenal oleh masyarakat mancanegara sehingga pendapatan daerah kota Solo dapat meningkat dan kemajuan dapat dicapai.

Dalam pelaksanaan program pengembangan Kampung Batik Laweyan tidak lepas dari pengaruh faktor luar, baik itu faktor-faktor yang mendukung maupun faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program tersebut. Setelah pelaksanaan program dilaksanakan kita dapat mengetahui hasil apa saja yang dicapai oleh pelaksanaan program tersebut. Dan yang terakhir setelah dilihat pencapaian hasil dari pelaksanaan program, hasil tersebut kemudian dievaluasi/dinilai seberapa jauhkah keberhasilan pelaksanaan program tersebut dapat tercapai serta apakah pelaksanaan program tersebut telah mencapai tujuan dalam rangka memajukan pariwisata kota Surakarta.

Dalam melakukan kegiatan evaluasi dari pelaksanaan Program Pengembangan Kampung Batik Laweyan tersebut, peneliti menggunakan 3 dari 5 indikator yang dikemukakan oleh Dunn sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan evaluasi. Ketiga indikator tersebut antara lain :

1. Efektivitas

Indikator efektivitas digunakan dalam kegiatan evaluasi untuk mengetahui apakah pelaksanaan Program Pengembangan Kampung Batik Laweyan tersebut telah mencapai hasil yang diinginkan, yaitu terutama untuk memajukan pariwisata kota Surakarta.

2. Responsivitas

Indikator responsivitas digunakan dalam kegiatan evaluasi untuk mengetahui apakah hasil program tersebut dapat memberikan kepuasan pada kelompok masyarakat tertentu. Yang dimaksud disini adalah apakah hasil dari pencapaian program tersebut dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah, masyarakat Laweyan, pengusaha batik di Kampung Laweyan, dan bagi masyarakat kota Surakarta pada umumnya.

3. Ketepatan

Indikator ketepatan digunakan dalam kegiatan evaluasi untuk mengetahui apakah hasil pencapaian dari pelaksanaan program tersebut dapat memberikan manfaat terutama dalam memajukan pariwisata kota Surakarta.

Dalam kegiatan evaluasi ini alasan peneliti hanya menggunakan 3 dari 5 indikator yang dikemukakan oleh Dunn, dan tidak menggunakan 2 indikator lainnya antara lain :

1. Kecukupan

Indikator kecukupan seperti yang diungkapkan oleh Dunn merupakan indikator yang digunakan untuk menilai seberapa jauh hasil yang telah dicapai dapat memecahkan masalah. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan indikator kecukupan karena dari kegiatan evaluasi berkaitan dengan pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ini hasil yang telah dicapai tidak bertujuan untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu, namun bertujuan untuk menilai seberapa jauh pelaksanaan program dapat mencapai tujuan dengan cara membandingkan antara hasil dengan rencana yang telah dibuat.

2. Pemerataan

Indikator pemerataan seperti yang diungkapkan oleh Dunn merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui apakah biaya dan manfaat didistribusikan merata kepada kelompok masyarakat yang berbeda. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan indikator pemerataan karena dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ini tidak bertujuan untuk mendistribusikan biaya dan manfaat kepada kelompok masyarakat tertentu, tetapi bertujuan untuk melakukan penilaian terhadap keberhasilan pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.

BAB III