• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Berdasarkan Indikator Efektivitas, Responsivitas, dan Ketepatan

commit to user

DESKRIPSI LOKASI DAN PEMBAHASAN

B. Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan Berdasarkan Indikator Efektivitas, Responsivitas, dan Ketepatan

a) Efektivitas

Indikator efektivitas digunakan untuk menilai seberapa jauh tercapainya tujuan pelaksanaan program. Berdasarkan apa yang disampaikan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan mempunyai tujuan sebagai berikut :

“Pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang dilakukan oleh FPKBL pada mulanya bertujuan untuk menyelamatkan keberadaan Batik Tulis Asli Laweyan yang terancam oleh munculnya industri Batik Printing yang diproduksi secara massal. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu pelaksanaan program tersebut juga bertujuan untuk

mengembangkan segala potensi wisata yang ada di Kampoeng Batik Laweyan sehingga Kampoeng Laweyan dapat lebih dikenal oleh masyarakat di luar wilayah Laweyan atau bahkan dikenal sampai ke mancanegara.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Pendapat lain juga disampaikan oleh Bapak Gembong H Wibowo selaku Kabid Pengendalian Aset, Promosi, dan Kerjasama DISBUDPAR Kota Surakarta :

“Pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan pada dasarnya merupakan tugas utama dari Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPBKBL) dan kami dari pihak DISBUDPAR hanya berperan sebagai fasilitator dan promotor dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh FPBKBL dalam rangka pengembangan Kampoeng Laweyan. Hal tersebut kami lakukan karena kegiatan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang dijalankan oleh FPBKBL secara tidak langsung mempunyai beberapa manfaat, seperti : dapat mengenalkan Batik Asli Solo ke masyarakat di luar kota Surakarta bahkan hingga ke Mancanegara, serta meningkatkan minat wisatawan untuk mengunjungi kota Solo sehingga jumlah wisatawan terus meningkat dan efeknya adalah ekonomi kota Solo meningkat, kesejahteraan masyarakat meningkat, dan otomatis PAD juga meningkat.”

(Wawancara tanggal 2 Juli 2012)

Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL mengatakan bahwa dalam mencapai tujuan pelaksanaan program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa hal yang dilakukan oleh FPKBL antara lain :

“Dalam mencapai tujuan pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa hal yang dilakukan oleh FPKBL, yaitu :

1. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang mendukung pelaksanaan program, seperti kegiatan pelatihan pembuatan batik, mengadakan paket wisata batik, mengadakan pameran batik, dan lain sebagainya.

2. Mengadakan revitalisasi/perbaikan fasilitas-fasilitas yang ada di Kampoeng Batik Laweyan.

3. Mengadakan promosi dengan cara mencetak leaflet, brosur, buletin bulanan, dan buku profil pariwisata. Selain itu juga melalui media elektronik baik radio maupun televisi lokal. 4. Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak di luar Laweyan

yang dapat mendukung kemajuan Kampoeng Laweyan.” (Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Sesuai dengan tupoksinya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta juga ikut berperan dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan sebagai fasilitator dan promotor. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Bapak Gembong H Wibowo selaku Kabid Pengendalian Aset, Promosi, dan Kerjasama DISBUDPAR Kota Surakarta berikut ini :

“Peran DISBUDPAR Kota Surakarta dalam program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah mempromosikan Kampoeng Batik Laweyan melalui media cetak seperti brosur dan leaflet maupun media elektronik seperti radio maupun televisi, sehingga diharapkan pengunjung tiap tahun selalu mengalami peningkatan. Selain mempromosikan, kami juga berperan untuk memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan program; seperti contohnya FPKBL berencana untuk mengadakan pembinaan pengelolaan industri batik di Kampoeng Batik Laweyan kemudian DISPUDPAR memfasilitasi rencana kegiatan tersebut dengan jalan menjalin kerjasama dengan Dinas Koperasi Pengusaha Kecil dan Menengah serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan agar dapat membantu dalam pemberian dana bantuan serta pembinaan pengelolaan industri batik di Kampoeng Batik Laweyan, selain itu DISBUDPAR Kota Surakarta juga menjalin komunikasi dengan dunia usaha seperti Himpunan Pariwisata Indonesia (HPI), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), dan Asosiasi Biro Pejalanan Wisata untuk membantu mengembangkan dan menunjang sarana prasarana kepariwisataan di Kampoeng Batik Laweyan.”

b) Responsivitas

Indikator responsivitas digunakan dalam suatu kegiatan evaluasi untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan suatu program dapat memberikan kepuasan pada kelompok masyarakat tertentu. Dalam kegiatan evaluasi ini indikator responsivitas digunakan untuk mengetahui apakah hasil dari pencapaian program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dapat memberikan keuntungan bagi pemerintah, masyarakat Laweyan, pengusaha batik di Kampoeng Laweyan, dan bagi masyarakat kota Surakarta pada umumnya.

Bapak Gembong H Wibowo selaku Kabid Pengendalian Aset, Promosi, dan Kerjasama DISBUDPAR Kota Surakarta mengemukakan bahwa :

“Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta dalam hal ini selalu mendukung segala kegiatan yang dilakukan oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) dalam rangka pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, karena pelaksanaan program tersebut diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi beberapa pihak, yaitu bagi Pemerintah Kota Surakarta sendiri, bagi pengusaha batik di Laweyan, bagi masyarakat kota Surakarta secara umum, dan bagi kemajuan perekonomian di kota Surakarta. Dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan diharapkan kesenian Batik Asli Solo dapat diperkenalkan kepada masyarakat di luar kota Solo bahkan hingga ke mancanegara, sehingga ada minat dari masyarakat dari luar kota Solo untuk mengunjungi kota Solo. Dari hal tersebut dapat berdampak positif yaitu meningkatnya jumlah wisatawan, sehingga dengan semakin banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Solo perekonomian kota Solo terus mengalami peningkatan, kesejahteraan masyarakat meningkat, dan otomatis PAD juga meningkat.”

Kemudian Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL mengatakan bahwa :

“Selain melaksanakan kegiatan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, FPKBL mempunyai fungsi untuk menampung keluhan-keluhan maupun aspirasi dari para pengusaha batik di Laweyan. Keluhan dan aspirasi tersebut ditampung kemudian dikomunikasikan kepada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) kota Surakarta yang selanjutnya pihak DISBUDPAR akan menjalin komunikasi dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Bapak Bambang selaku salah satu pengusaha batik di Kampoeng Laweyan menambahkan bahwa :

“Memang jika kami dari pihak pengusaha maupun masyarakat di Laweyan apabila mempunyai keluhan atau masukan seputar masalah di Laweyan selalu menyampaikannya kepada FPKBL yang kemudian dikomunikasikan kepada DISBUDPAR maupun pihak-pihak lain. Untuk keluhan saya tidak ada, karena saya rasa program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang di jalankan FPKBL cukup bagus dan bermanfaat bagi kami pengusaha batik di Laweyan sini maupun bagi masyarakat Laweyan sendiri. Dan untuk masukan ada baiknya FPKBL lebih meningkatkan fasilitas, sarana, dan prasarana yang ada di Kampoeng Laweyan seperti tolilet umum, area penghijauan seperti taman, tempat-tempat duduk, dan sebagainya sehingga pengunjung merasa nyaman ketika berada di Kampoeng Laweyan.”

(Wawancara tanggal 16 Juli 2012)

Ibu Wati selaku warga masyarakat di Kampoeng Laweyan juga menambahkan bahwa :

“Iya, bila kami masyarakat di Laweyan sini mempunyai keluhan kami selalu menyampaikannya kepada FPKBL. Salah satu yang saya keluhkan adalah apabila ada rombongan besar yang berkunjung ke Laweyan dengan menggunakan bus-bus besar, Laweyan menjadi semrawut karena tidak adanya tempat parkir yang disediakan khusus untuk bus itu, selain itu sampah- sampah bekas pengujung berserakan.”

Berdasarkan hasil wawancara tersebut diketahui bahwa untuk melaksanakan kegiatan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) telah membuat hubungan komunikasi yang baik dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) Kota Surakarta maupun dengan pihak- pihak lain yang berkaitan. Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL yang mengatakan bahwa :

“Komunikasi antara FPKBL dengan DISBUDPAR Kota Surakarta bisa dilakukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Secara langsung biasanya dilakukan pada saat PEMKOT Surakarta mempunyai kegiatan atau mengadakan

event-event di Kota Surakarta. FPKBL sering diundang untuk

koordinasi, karena PEMKOT Surakarta seringkali mengadakan kegiatan yang berhubungan dengan seni dan budaya dimana dalam kegiatan tersebut seringkali memperkenalkan kesenian Batik asli Solo sebagai warisan kesenian yang perlu dilestarikan dan diperkenalkan kepada masyarakat luas. Selain itu komunikasi antara FPKBL dengan DISBUDPAR Kota Surakarta maupun pihak-pihak lain yang terkait terjadi pada acara rutin Selawenan. Selawenan merupakan acara yang

diselengarakan secara rutin setiap tanggal 25 setiap bulannya di Kampoeng Batik Laweyan. Dalam acara rutin Selawenan

biasanya dipertunjukkan kesenian-kesenian khas Laweyan seperti wayang, ketoprak, dan sebagainya. Acara Selawenan

merupakan suatu bentuk forum diskusi umum sebagai ajang silaturahmi dimana dalam acara tersebut biasanya dihadiri oleh para pengusaha, stakeholder, masyarakat, dan yang berkompeten di Kampoeng Laweyan. Di Selawenan semua

undangan baik itu pejabat maupun masyarakat dan lainnya duduk secara bersama secara lesehan dan mengkomunikasikan segala hal tentang Kampoeng Batik Laweyan dan juga pariwisata pada umumnya. Jadi selain pertunjukan pentas seni, dalam acara tersebut juga ada kegiatan diskusi, rapat, dan juga perencanaan serta evaluasi kegiatan-kegiatan yang rutin diselenggarakan. Namun sayang, acara Selawenan sudah lama

bulan Jili 2011. Hal tersebut karena kurangnya dana untuk mengadakan acara-acara seperti itu. Namun kami dari pihak FPKBL berharap semoga kelak acara Selawenan dapat kami

adakan secara rutin kembali.” (Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

c) Ketepatan

Indikator ketepatan digunakan dalam kegiatan evaluasi ini untuk mengetahui apakah hasil pencapaian dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan tersebut dapat memberikan manfaat tertentu. Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL mengungkapkan, bahwa :

“Program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dilaksanakan dengan harapan dapat memberikan manfaat yaitu :

1. Memaksimalkan potensi-potensi wisata yang ada di Kampoeng Laweyan.

2. Mengenalkan batik asli Solo kepada masyarakat luas baik itu masyarakat dalam maupun luar negeri.

3. Mempertahankan dan melestarikan aset warisan budaya yang ada di Kampoeng Laweyan.

4. Meningkatkan perekonomian masyarakat Laweyan secara khusus.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Hal lain diungkapkan oleh Bapak Gembong H Wibowo selaku Kabid Pengendalian Aset, Promosi, dan Kerjasama DISBUDPAR Kota Surakarta, bahwa :

“Kami dari pihak Pemerintah mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan karena diharapkan dari pelaksanaan program tersebut dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Mengenalkan batik asli Solo kepada masyarakat di luar kota Surakarta hingga ke mancanegara.

2. Meningkatkan segala potensi pariwisata yang ada di kota Surakarta.

3. Dari semua kegiatan yang berkaitan dengan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan diharapkan dapat menarik minat wisatawan baik itu wisatawan lokal maupun mancanegara untuk mengunjungi kota Surakarta. Karena dengan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke Surakarta, maka perokonomian kota Surakarta diharapkan juga dapat meningkat sehingga kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat dapat tercapai.”

(Wawancara tanggal 2 Juli 2012)

Bapak Bambang selaku salah satu pengusaha batik di Kampoeng Laweyan menambahkan bahwa :

“Kalau saya sebagai salah satu pengusaha batik di Laweyan sini merasa bahwa program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dapat memberikan manfaat positif bagi kami yaitu dengan suksesnya program tersebut maka semakin besar minat wisatawan untuk mengunjungi Kampoeng Laweyan sehingga pendapatan kami pun juga bisa semakin meningkat.”

(Wawancara tanggal 16 Juli 2012)

Kemudian Ibu Wati selaku warga masyarakat di Kampoeng Laweyan juga memberikan pendapat lain bahwa :

“Kami sebagai masyarakat di Kampoeng Laweyan juga dapat merasakan manfaat dari adanya program pengembangan Kampoeng batik Laweyan. Dengan adanya program itu maka Kampoeng Laweyan dapat semakin dikenal oleh masyarakat di luar Laweyan bahkan sampai ke mancanegara. Dengan semakin dikenalnya Kampoeng Laweyan, maka jumlah peminat wisatawan untuk berkunjung ke Laweyan juga semakin besar. Dari hal itu maka dapat memberikan peluang usaha maupun lapangan pekerjaan pada masyarakat di Laweyan sini.”

(Wawancara tanggal 16 Juli 2012)

C. Hasil Evaluasi Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan