• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor Pendukung, Penghambat, dan Harapan Pelaksanaan Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

commit to user

DESKRIPSI LOKASI DAN PEMBAHASAN

D. Faktor-faktor Pendukung, Penghambat, dan Harapan Pelaksanaan Program Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan

1) Faktor Pendukung

Ada beberapa faktor yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, antara lain :

a) Adanya history

Yang dimaksud history dalam hal ini adalah adanya cerita sejarah mengenai Kampoeng Batik Laweyan. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Salah satu faktor pendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya history/ sejarah mengenai Kampoeng Batik Laweyan yang sangat terkenal hingga hampir ke seluruh nusantara, bahkan hingga ke luar negeri. Kampoeng Batik Laweyan sudah eksis sebagai kota batik sejak abad 15, dan terkenal sebagai Kampoeng Batik yang pertama kali berdiri di Indonesia. Karena sudah lama berdiri, di Kampoeng Batik Laweyan banyak terdapat cerita sejarah mengenai munculnya batik di Indonesia, perkembangan batik pada jaman kemerdekaan (era Samanhudi), perkembangan batik pada jaman Kyai Ageng Munis, maupun cerita sejarah tentang tokoh di Indonesia bernama Bagus Danang atau Mas Ngabehi Sutowijaya, dan masih banyak lagi sejarah lain yang dapat dipelajari di Kampoeng Batik Laweyan. Karena alasan banyaknya history yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan itulah banyak kunjungan dari kalangan pendidikan, peneliti, mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung ke Laweyan dengan tujuan utama untuk mengadakan penelitian mengenai Kampoeng Batik Laweyan.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa salah satu faktor pendukung pelaksanaan program pengembangan

Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya history yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan. Karena alasan history itulah banyak kunjungan dari kalangan pendidikan, peneliti, mahasiswa maupun pelajar yang berkunjung ke Laweyan dengan tujuan utama untuk mengadakan penelitian mengenai Kampoeng Batik Laweyan.

b) Terdapatnya aset warisan budaya

Apabila kita memasuki kompleks Kampoeng Batik Laweyan, disana kita masih dapat melihat rumah-rumah maupun bangunan-bangunan khas jaman dahulu yang corak bangunannya banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Eropa dan Islam. Selain bangunan, Kampoeng Laweyan juga mempunyai warisan leluhur yaitu berupa “Batik” dimana Kampoeng Laweyan dikenal sebagai kampoeng sentra penghasil batik yang mempunyai ciri khas dan karakter tersendiri dibandingkan kota-kota penghasil batik lainnya, selain itu Kampoeng Batik Laweyan merupakan Kampoeng Batik yang pertama kali ada di Indonesia.

Hal tersebut di atas didukung oleh pernyataan dari Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Terdapatnya aset warisan budaya di Kampoeng Laweyan menjadi nilai tambahan sendiri yang mendukung program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Salah satu aset warisan budaya di Laweyan adalah Batik sendiri. Batik merupakan warisan budaya yang mesti dilestarikan. Dan Kampoeng Laweyan sendiri merupakan sentra penghasil Batik yang tertua di Indonesia yang mempunyai sejarah panjang dari jaman kejayaannya pada abad 20, masa

kemunduran, hingga masa kebangkitan Kampoeng Batik Laweyan hingga sekarang. Banyak masyarakat dari luar daerah maupun dari luar negeri yang tertarik untuk mengunjungi Laweyan karena mereka penasaran dengan kerajinan batik dari Laweyan, dan itu menjadi modal bagi kami dalam mengembangkan Kampoeng Batik Laweyan sendiri. Di Laweyan sendiri sekarang ini banyak ditemukan hasil-hasil kerajinan dari batik yang bukan cuma berwujud kain, namun bisa berupa baju, kemeja, sepatu, tas, seprei, dan sebagainya dimana semua bermotif batik. Selain batik, Laweyan juga mempunyai aset warisan budaya yang lain yaitu rumah atau bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah. Dapat dilihat sendiri jika sebagian besar bangunan di Laweyan masih merupakan bangunan lama dimana bangunan-bangunan tersebut pada jaman dahulu banyak dipengaruhi oleh unsur budaya Eropa dan Islam. Bangunan rumah di Laweyan mempunyai ciri khas dengan gang-gang sempit, rumah satu dengan yang lain saling berdekatan dan tidak jarang antara rumah satu dengan yang lain ada satu pintu kecil yang saling menghubungkan yang biasanya pemilik rumah itu bersaudara. Selain itu di rumah bapak Muryadi salah satu warga Laweyan sini kita masih bisa menemukan adanya “Bunker” yaitu ruangan yang dulunya

digunakan khusus untuk menyimpan barang-barang berharga yang biasanya terdapat di ruang bawah tanah, dan bunker tersebut dulunya milik seorang punggawa Raden Wilasdi Wiryo Supasmo yang merupakan keturunan Bei Kertorujo VIII.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa salah faktor lain yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya aset warisan budaya yang terdapat di Kampoeng Batik Laweyan. Aset warisan budaya itu berupa Batik dan rumah/bangunan-bangunan kuno yang masih banyak ditemukan di Kampoeng Laweyan. Karena adanya aset warisan budaya itulah banyak masyarakat dari luar daerah maupun luar negeri yang merasa tertarik untuk mengunjungi Kampoeng

Laweyan dengan tujuan untuk melihat warisan budaya itu secara langsung.

c) SDM yang unggul dan handal

Dalam melaksanakan tujuan pelaksanaan program, adanya program yang matang pun tidak akan dapat terwujud tanpa dijalankan oleh SDM yang unggul dan handal. Hal tersebut juga terjadi dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang didukung dan dijalankan oleh SDM-SDM yang unggul dan handal sehingga tujuan dari pelaksanaan program dapat tercapai. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Faktor lain yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya SDM-SDM yang unggul dan handal. Hal tersebut dapat terbukti bahwa dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan didukung oleh praktisi-praktisi batik yang sangat hebat dan bisa diandalkan. Salah satu praktisi batik yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah Bapak Achmad Sulaiman pemilik usaha batik Puspa Kencana yang terdapat di Kampoeng Laweyan. Beliau mempunyai industri dan showroom batik yang memproduksi aneka batik cap, batik tulis, dan batik printing. Hasil produksi beliau sudah diakui dan sangat terkenal, dan beliau menjadi pengekspor batik sudah selama ±20 tahun. Selain bapak Sulaiman, ada juga bapak Alpha sebagai praktisi batik di Kampoeng Laweyan. Meskipun bapak Alpha baru saja memulai usaha batik sejak tahun 2005 dengan mendirikan Batik Mahkota, namun bapak Alpha dinilai mempunyai power untuk membangun Kampoeng Batik Laweyan sehingga kemudian beliau diberi kepercayaan untuk mejabat sebagai ketua FPKBL. Bapak Alpha merupakan salah satu pengusaha batik di Laweyan yang juga merupakan dosen fakutas

tehnik di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Prestasi bapak Alpha dalam bidang batik tidak perlu diragukan lagi, karena untuk pengusaha batik yang baru saja memulai usaha sejak tahun 2005, Batik Mahkota yang didirikan bapak Alpha sudah mempunyai lisensi SNI dari pemerintah Indonesia.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa selain faktor adanya history dan aset warisan budaya, SDM yang unggul dan handal juga merupakan salah satu faktor pendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.

d) Adanya kerjasama

Faktor lain yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya kerjasama. Dalam melaksanakan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL) selalu menjalin kerjasama dengan dinas atau pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan, terutama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) kota Surakarta. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Dalam melaksanakan segala kegiatan yang berhubungan dengan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, kami selaku pengurus FPKBL selalu mengadakan kerjasama dengan pihak-pihak lain terutama sekali dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (DISBUDPAR) kota Surakarta. Komunikasi kami dengan DISBUDPAR terjalin sangat baik. Apabila ada keluhan atau masukan dari para pengusaha maupun masyarakat Laweyan, kami menampung

keluhan dan masukan tersebut kemudian menyampaikannya kepada pihak DISBUDPAR untuk kemudian dicarikan solusi pemecahan masalahnya yang terbaik. Berkat bantuan dana sebesar ±500juta dari Pemerintah melalui DISBUDPAR pun program revitalisasi Kampoeng Batik Laweyan pada tahun 2007-2008 sukses dilaksanakan. Bentuk revitalisasi tersebut berupa pembangunan pagar tanaman, pergola, selter tempat orang-orang duduk, lampu hias, dan sebagainya sehingga fasilitas di Kampoeng Laweyan menjadi lebih lengkap dan lebih indah. Apabila kami pihak dari Laweyan berencana untuk mengadakan suatu kegiatan, maka DISBUDPAR menjadi pihak yang membantu dalam hal promosi dan fasilitator dalam pencarian dana pendukung. Selain itu kami juga seringkali diundang oleh pihak DISBUDPAR untuk mendukung segala kegiatan yang berhubungan dengan acara kepariwisataan kota Surakarta, seperti pada acara batik carnival, pameran batik, dan sebagainya. selain dengan pihak DISBUDPAR, kami pun juga menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain, seperti dengan pihak Tehno Park kami menjalin kerjasama berkaitan dengan pembuatan batik warna alam, kami bekerjasama dengan Sekolah Pariwisata Sahid dalam rangka untuk mempromosikan wisata batik di Laweyan, bekerjasama dengan pihak dari Intel Pentium dalam rangka pembuatan video testimoni User yaitu video berkaitan dengan kemanfaatan IT dalam User, bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berkaitan dengan rencana pembuatan Laweyan Cyber

Village yaitu pariwisata di Laweyan yang dikemas dalam

IT, dan masih banyak bentuk kerjasama kami dengan pihak- pihak lain.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa usaha pihak FPKBL dalam menjalin kerjasama dengan beberapa pihak yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan juga menjadi point penting yang menjadi faktor pendukung pelaksanaan program

e) Kepedulian masyarakat

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, adanya kepedulian dari masyarakat Laweyan juga menjadi faktor pendukung pelaksanaan program. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Dari faktor-faktor pendukung yang telah saya sebutkan tadi, faktor paling utama yang mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya kepedulian masyarakat tentang pelaksanaan program. Masyarakat di Laweyan sangat peduli dan seringkali ikut berpartisipasi dalam mendukung kegiatan promosi, pelestarian, serta pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Masyarakat di Laweyan sini sangat berperan aktif dalam melestarikan budaya dan industri batik khususnya. Buktinya dari tahun 2004 setelah dibentuknya Kampoeng Batik Laweyan, industri batik di Laweyan semakin banyak bermunculan.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Hal serupa juga disampaikan oleh Bapak Bambang selaku salah satu pengusaha batik di Kampoeng Laweyan, bahwa :

“Iya memang kami masyarakat Laweyan turut mendukung pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Setelah dibentuknya Kampoeng Batik Laweyan sejak tahun 2004, kemudian saya juga ikut membuka showroom disini. Selain untuk usaha mencari pendapatan, juga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk yang lainnya. Disini bisnis batik merupakan usaha yang menjanjikan, jadi saya pun ikut turut seta mengembangkan dan melestarikannya, karena itu kan juga untuk keuntungan saya dan kebanyakan masyarakat disini sendiri.”

(Wawancara tanggal 16 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa kepedulian dari masyarakat menjadi faktor pendukung utama

dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan.

2) Faktor Penghambat

Selain adanya faktor pendukung, ada pula beberapa hal yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, antara lain :

a) Terbatasnya dana

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan, dana merupakan faktor pendukung yang paling penting. Tanpa adanya dana yang memadai, suatu kegiatan tidak akan dapat terlaksana. Begitu pula dengan pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, adanya keterbatasan dana pendukung sangat menghambat pelaksanaan program. Hal tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL :

“Yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah masalah dana. Sebenarnya ada dana dari Pemerintah Kota Surakarta melaui DISBUDPAR, tapi dana itu dirasa sangat kurang untuk pengembangan. Untuk biaya operasional di Kampoeng Batik Laweyan pun sebenarnya jauh dari kata cukup. Namun untuk mengatasi masalah dana tersebut, biasanya swadaya dari para pengusaha batik, masayarakat sekitar, dan orang-orang yang berkaitan dengan kegiatan. Selain swadaya biasanya kami juga menjalin kerjasama dengan beberapa pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan. Contohnya saja pada event SBC kita mendapat dukungan dari Departemen Luar Negeri untuk mempromosikan SBC ke luar negeri, kita mendapat bantuan

dari Jerman Barat dalam pembangunan IPAL, dan sebagainya.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

Dari hasil wawancara tersebut dapat diketahui bahwa persoalan dana menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Namun persoalan dana dapat diatasi dengan cara swadaya dari para pengusaha dan masyarakat di Kampoeng Laweyan maupun dengan jalan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain yang terkait.

b) Masyarakat

Dalam pelaksanaan program, faktor masayarakat dapat menjadi faktor pendukung maupun faktor penghambat pelaksanaan program. Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL, bahwa :

“Yang menjadi penghambat pelaksanaan program adalah masyarakat yang kontra, maklum jika ada yang pro maupun kontra. Namun masyarakat yang kontra tersebut biasanya hanya disebabkan oleh kurangnya pemahaman tentang pariwisata, pendapat mereka yang berbeda mengenai benda- benda kuno, kurangnya kesepahaman dalam visi dan misi, serta ada juga masyarakat sini yang terganggu dengan ada banyaknya wisatawan yang berkunjung. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan jalan memberikan pengertian dan penjelasan yang lebih kepada masyarakat yang kontra tadi, serta diperlukan adanya kesepahaman visi dan misi bersama.”

Dari hasil wawancara tersebut dapat juga diketahui bahwa masyarakat dapat menjadi faktor pendukung maupun penghambat dalam pelaksanaan program. Namun hal tersebut bukanlah faktor penghambat serius dalam pelaksanaan program.

c) Infrastruktur kurang mendukung

Seperti yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Infrastruktur yang kurang memadai di Kampoeng Laweyan menjadi salah satu faktor penghambat pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan. Infrakstruktur yang kurang memadai itu seperti contohnya tidak adanya papan petunjuk jalan, tidak tersedianya toilet umum, kurang tersedinya tempat-tempat sampah, kurangnya Linmas/Hansip, dan sebagainya dimana hal-hal tersebut dapat mempengaruhi kenyamanan wisatawan yang berkunjung ke Kampoeng Laweyan.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

3) Harapan Pelaksanaan Program

Dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan ada beberapa harapan atau target yang ingin dicapai oleh Forum Pengembangan Kampoeng Batik Laweyan (FPKBL), yaitu antara lain :

a. Adanya konsilidasi ke dalam

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Salah satu harapan dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya konsilidasi ke dalam. Yang dimaksud dengan konsilidasi ke dalam dalam hal ini adalah diharapkan nantinya ada hubungan kerjasama yang lebih baik antara FPKBL dengan pihak-pihak lain dalam rangka pelaksanaan program ini. Karena dari kerjasama itu diharapkan tujuan-tujuan dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dapat tercapai, sehingga Kampoeng Batik Laweyan dapat mencapai kemajuan yang diharapkan.” (Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

b. Peningkatan SDM

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Harapan lain dari pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan adalah adanya peningkatan SDM. Dari hal ini diharapkan SDM yang sudah ada sebagai pelaksana program dapat mengalami peningkatan kualitas menjadi SDM yang lebih hebat, unggul, dan handal sehingga dengan adanya SDM yang lebih berkualitas tujuan dari program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan dapat tercapai dengan lebih baik.”

(Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

c. Adanya Kaderisasi pengusaha batik

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Harapan kami lainnya adalah adanya kaderisasi pengusaha batik. Jadi diharapkan adanya generasi muda sebagai penerus apa yang sudah kami capai sekarang dalam hal melestarikan, mengembangkan, dan memajukan potensi wisata yang ada di Kampoeng Laweyan. Sehingga dengan adanya kaderisasi penerus tersebut diharapkan Kampoeng Batik Laweyan terus mengalami kemajuan dan aset warisan budaya yang ada disini tidak mengalami kepunahan.” (Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

d. Terwujudnya Laweyan Cyber Village

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Sekarang ini kami sedang mengembangkan konsep

Laweyan Cyber Village. Laweyan Cyber Village sendiri

adalah suatu konsep pariwisata yang dikemas dalam IT. Jadi disini kami ingin memperkenalkan dan mempromosikan Kampoeng Batik Laweyan melalui media internet. Karena sekarang ini jaman sudah maju apalagi dalam hal teknologi, maka kami ingin memanfaatkan hal tersebut karena kemajuan teknologi internet jauh lebih pesat. Dengan cara kami memperkenalkan dan mempromosikan Kampoeng Laweyan melalui media internet diharapkan Kampoeng Laweyan menjadi jauh lebih dikenal oleh calon wisatawan yang ada di Indonesia atau bahkan hingga ke mancanegara, sehingga mereka merasa tertarik untuk berkunjung kesini.” (Wawancara tanggal 12 Juli 2012)

e. Terwujudnya LPK

Hal tersebut seperti apa yang diungkapkan oleh Bapak Arif Budiman Effendi selaku Kepala Bidang Teknologi Informasi FPKBL sebagai berikut :

“Salah satu target kami yang lainnya adalah kami berencana untuk membentuk LPK (Lembaga Pendidikan Keterampilan) Laweyan. Lewat LPK ini diharapkan kami dapat menciptakan generasi-generasi penerus yang mempunyai keterampilan dalam hal membatik, sehingga

dapat tercipta kaderisasi yang lebih baik dan Batik asli Laweyan dapat dilestarikan dan mengalami kemajuan hingga nanti.”

BAB V PENUTUP

Dalam kaitannya dengan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan, ada beberapa program yang dijalankan, antara lain :

1. Grand Design Tata Ruang

Merupakan suatu program yang dirancang untuk menata tata ruang kawasan wisata Kampoeng Batik Laweyan agar menjadi lebih apik sehingga minat wisatawan untuk berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan semakin besar. 2. Grand Design Ekonomi

Merupakan suatu program yang dirancang untuk meingkatkan perekonomian di Laweyan.

3. Grand Design Konservasi

Merupakan suatu program yang dirancang untuk memelihara benda-benda maupun bangunan peninggalan sejarah yang perlu untuk dilestarikan dan selain itu dapat dijadikan aset budaya yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kampoeng Batik Laweyan.

4. Grand Design Sosial Budaya

Merupakan suatu program yang dirancang untuk melestarikan tradisi sosial budaya yang ada di Kampoeng Batik Laweyan yang dapat menjadi keunikan dan dapat menjadi nilai tambah dalam menarik minat wisatawan untuk mengunjungi Kampoeng Batik Laweyan.

5. Grand Design Manajemen

Merupakan suatu program yang dirancang untuk memperbaiki manajemen pengelolaan Kampoeng Batik Laweyan agar program-program yang ada dapat tercapai.

6. Grand Design Pemanfaatan Teknologi IT

Merupakan suatu program yang dirancang untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi IT/internet dalam rangka kegiatan mengembangkan dan mempromosikan Kampoeng Batik Laweyan.

Dalam pelaksanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan tersebut, terfokus pada terfokus 3 hal yaitu pada pengembangan batik/industri lainnya, bangunan dan lingkungannya, serta sosial dan budaya. Adapun rincian rencana program yang terfokus pada ketiga hal tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut :

1. Fokus Pengembangan Batik/Industri Lainnya

Ada beberapa rencana berkaitan dengan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang terfokus pada pengembangan Batik/Industri lain, antara lain :

a) Memperkenalkan Batik Laweyan kepada masyarakat di luar Laweyan bahkan hingga ke mancanegara melalui media promosi baik itu iklan koran, media massa, pamflet, dsb.

b) Menciptakan kreasi baru tidak hanya menproduksi kain batik saja, namun dikreasikan menjadi kerajinan-kerajinan lain dengan tetap mengusung tema batik.

c) Mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak lain berkaitan dengan pengenalan batik Laweyan.

d) Mengadakan beberapa event/kegiatan dengan tujuan untuk mengenalkan batik Laweyan ke masyarakat luar.

e) Menciptakan Batik Go Green, yaitu batik warna alam.

2. Fokus Pengembangan Bangunan dan Lingkungan

Memasuki Kampoeng Laweyan kita akan disuguhi pemandangan berupa bangunan-bangunan peninggalan jaman dulu, berupa bangunan kuno tertutup tembok-tembok yang menjulang tinggi. Bangunan-bangunan tersebut dapat menjadi aset peninggalan sejarah yang bila dimanfaatkan dengan baik dapat mendatangkan banyak keuntungan. Oleh karena itu ada beberapa rencana berkaitan dengan pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang terfokus pada pengembangan bangunan dan lingkungan yang dirancang oleh FPKBL, antara lain :

a) Merawat dan melestarikan bangunan-bangunan kuno peninggalan jaman dulu yang sudah ada.

b) Mengadakan perbaikan pada sejumlah bangunan-bangunan kuno peninggalan sejarah yang mengalami kerusakan tanpa menghilangkan unsur bangunan aslinya.

c) Membangun IPAL (Instalansi Pembuangan Air Limbah) yang dihasilkan oleh industri-industri yang ada di Laweyan.

d) Memperbaiki maupun melengkapi fasilitas pendukung maupun sarana dan prasarana yang ada di Kampoeng Batik Laweyan.

e) Mengembangkan beberapa kawasan di sekitar lingkungan Kampoeng Batik Laweyan.

3. Fokus Pengembangan Sosial dan Budaya

Yang dimaksud dengan perencanaan program pengembangan Kampoeng Batik Laweyan yang terfokus pada pengembangan sosial dan budaya disini adalah dalam pelaksanaan program tersebut mesti selalu berpegangan pada nilai-nilai sosial budaya yang telah ada di Kampoeng Laweyan. Selain itu ada beberapa rencana pengembangan dengan fokus sosial