• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis yang tercantum di bawah ini merupakan suatu konsep yang menjelaskan tentang penalaran peneliti berdasar suatu acuan pengetahuan, teori dalil, dan proporsi yang berhubungan dengan penelitian kelayakan usaha budidaya jamur tiram putih di CV. Megah Makmur Sentosa, Kecamatan Bantar Gebang, Kabupaten Bekasi. Berikut ini adalah beberapa teori yang mendasari kerangka pemikiran yang peneliti lakukan.

Teori Manfaat dan Biaya

Kebutuhan biaya, adalah besarnya biaya yang akan dikeluarkan suatu perusahaan untuk menjalankan suatu bisnis, seperti biaya yang diperkirakan pada awal pelaksanaan suatu usaha. Tujuan analisis dalam suatu proyek harus disertai dengan definisi mengenai biaya dan manfaat. Secara sederhana biaya adalah sesuatu yang membantu tujuan (Gittinger 1986). Biaya yang umumnya dimasukan dalam analisis proyek adalah biaya-biaya yang langsung berpengaruh terhadap suatu investasi, antara lain seperti biaya investasi dan biaya operasional.

Biaya investasi adalah biaya yang pada umumya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar, berupa pengeluaran untuk pembangunan, kendaraan operasional, pembelian mesin, peralatan dan biaya untuk menggantikannya yang mengubah sumber-sumber finansial menjadi barang kapital yang dapat menghasilkan keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode tahun yang akan datang. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan perusahaan secara rutin dalam setiap tahun selama umur proyek (Gittinger 1986).

Biaya (Cost)

1. Biaya proyek

Biaya proyek adalah apa saja yang mengurai persediaan barang-barang atau jasa-jasa konsumsi baik secara langsung maupun tidak langsung sehubungan dengan proyek, biaya yang dimasukan dalam perhitungan umumnya biaya-biaya yang dapat dikuantifikasi. Biaya proyek terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya investasi umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek

dalam jumlah yang cukup besar sedangkan biaya operasional adalah biaya yang rutin dikeluarakan setiap tahun pada umur proyek.

2. Biaya operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variabel cost). Biaya tetap adalah banyaknya biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan produksi yang jumlah totalnya tidak berubah atau tetap pada volume kegiatan tertentu, meliputi sewa, penyusutan, pajak dan sebagainya. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan cenderung berubah sesuai dengan bertambahnya volume produksi, meliputi biaya-biaya bahan baku, tenaga kerja langsung dan sebagainya.

Manfaat atau penerimaan (Benefit)

Secara ekonomis, manfaat atau benefit diartikan sebagai hasil kali total kualitas output dari suatu proses produksi dengan harga yang dibentuk di pasar yang dinyatakan dalam satuan mata uang tertentu .Manfaat proyek dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu : Direct benefits, Indirect benefits, dan Intangible benefits.

1. Direct benefits

Direct benefits berupa kenaikan dalam output fisik atau kenaikan nilai output yang disebabkan diantaranya oleh adanya perbaikan kualitas, perubahan lokasi, perubahan dalam waktu penjualan, penurunan kerugian dan penurunan biaya.

2. Indirect benefits

Indirect benefits adalah benefit yang timbul atau dirasakan di luar proyek karena adanya realisasi suatu proyek.

3. Intangible benefits

Intangible benefits yaitu benefit yang sulit dinilai dengan uang, diantaranya adalah seperti perbaikan hidup, perbaikan pemandangan karena adanya suatu taman, perbaikan distribusi pendapatan,integrasi nasional dan pertahanan nasional.

Studi Kelayakan Bisnis

Menurut Gittinger (1986), proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan dalam satu unit. Rangkaian dasar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek adalah siklus proyek yang terdiri dari tahaptahap identifikasi, persiapan dan analisis penelitian, pelaksanaan dan evaluasi.

Evaluasi proyek sangat penting, evaluasi ini dapat dilakukan beberapa kali selama pelaksanaan proyek. Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil (Husnan dan Suwarsono). Evaluasi yang dihasilkan berdasar analisis tersebut kemudian dijadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan apakah suatu gagasan usaha atau proyek dapat diteruskan (diterima) atau dihentikan (ditolak). Namun demikian, selain memiliki faktor kesamaan di

antara keduanya, terdapat faktor-faktor ketidaksamaan dilihat dari beberapa segi, antara lain: (1) Studi kelayakan dilaksanakan pada waktu suatu gagasan usaha belum dilaksanakan, sedangkan evaluasi proyek dapat dilaksanakan sebelum, pada waktu atau setelah selesainya suatu proyek. ; (b) Umumnya ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek lebih luas dari ruang lingkup pembahasan studi kelayakan. Studi kelayakan lebih menitikberatkan pada kelayakan suatu gagasan usaha dilihat dari segi kacamata pengusaha sebagai individu, sedangkan evaluasi proyek melihat kelayakan suatu proyek tidak hanya dilihat dari kacamata individu-individu yang terkena akibat langsung dari suatu proyek, tetapi juga dilihat dari kacamata masyarakat lebih luas yang mungkin mendapat akibat tidak langsung proyek. ; (c) Sejalan dengan ruang lingkup pembahasan evaluasi proyek yang lebih luas, maka metode evaluasi yang digunakan umumnya lebih rumit dari metode evaluasi dalam studi kelyakan. Evaluasi dalam studi kelaykan menekankan aspek finansial, sedangkan pada evaluasi proyek menekankan aspek ekonomi, meskipun aspek finansial juga diperhatikan.

Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis

Dalam studi kelayakan bisnis, terdapat berbagai aspek yang harus diteliti, diukur, dan dinilai. Menurut Nurmalina et al (2009), dalam studi kelayakan bisnis terdapat dua kelompok aspek yang perlu di perhatikan yaitu aspek non finansial dan aspek finansial. Aspek finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek lingkungan. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan. Hal tersebut menunjukkan bahwa jika salah satu aspek tidak dipenuhi makan perlu dilakukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan (Kasmir & Jakfar 2009).

Aspek Pasar

Analisa pada aspek pasar berperan dalam pendirian maupun perluasan usaha pada studi kelayakan bisnis dan merupakan variabel utama untuk mendapatkan perhatian. Jika pasar yang dituju tidak jelas, prospek bisnis ke depan juga menjadi tidak jelas, maka kegagalan bisnis menjadi besar. Analisis aspek pasar pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui berapa besar luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share dari produk yang di hasilkan (Umar 2003). Menurut Nurmalina et al (2009) menyebutkan bahwa aspek pasar dan pemasaran mencoba memperlajari tentang :

1. Permintaan dapat di amati secara total maupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai serta memperkirakan proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran yang diamati dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Bagaimana penawaran di masa lalu dan perkiraan untuk masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran seperti barang substitusi, kebijakan dari pemerintah, perubahan harga serta perubahan pola. 3. Harga penentuan harga dilakukan dengan membandingkan barang-barang

impor dan barang hasil produksi dalam negeri. Apakah terdapat kecenderungan perubahan harga dan bagaimana polanya.

4. Perkiraan penjualan yang dapat di capai perusahaan. Market share yang bisa dikuasai perusahaan dapat dihitung dengan cara :

Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai di bangun (Nurmalina et al 2009). Aspek-aspek teknis dapat dianalisis dari beberapa faktor, yakni :

1. Penentuan Lokasi Bisnis

Pada suatu bisnis, pemilihan lokasi bisnis mempertimbangkan beberapa hal, antara lain ketersediaan bahan baku, letak pasar yang di tuju, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan tenaga listrik dan air , fasilitas transportasi dan iklim serta keadaan tanah (agroekosistem) dari lokasi bisnis

2. Proses Produksi

Pada proses produksi, diketahui bahwa ada tiga jenis proses, yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan kombinasi. Sistem yang kontinu akan lebih mampu menekan risiko kerugian akibat fluktuasi harga dan efektivitas tenaga kerja yang lebih baik di bandingkan dengan sistem terputus. Menurut Suriawiria (2001), sesuai dengan perhitungan dasar agrobisnis jamur kayu yang secara ekonomi dapat dikatakan layak harus mempunyai jumlah produksi antara 750-1250 kg per hari atau rata-rata 1000 kg per hari untuk 10000 baglog.

3. Layout

Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Kriteria yang dapat digunakan untuk evaluasi layout, yaitu : (1) Adanya konsistensi dengan teknologi produksi, (b) Adanya arus produk dalam proses yang lancar dari suatu proses ke proses yang lain, (3) Penggunaan ruangan yang optimal, (4) Terdapat kemungkinan untuk dengan mudah melakukan penyesuaian maupun untuk ekspasnsi, (5) Meminimisasi biaya produksi dan memberikan jaminan yang cukup untuk keselamatan tenaga kerja, (6) Pemilihan Jenis Teknologi dan Equipment, (7) Kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan jenis teknologi adalah seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang diharapkan. Adapun kriteria yang dapat digunakan dalam pemilihan teknologi dan peralatan yaitu : ketepatan jenis teknologi yang dipilih dengan bahan mentah yang digunakan, keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain yang memiliki ciri-ciri yang mendekati lokasi bisnis, kemampuan pengetahuan penduduk (tenaga kerja) stempat dan kemungkinan pengembangannya, juga kemungkinan penggunaan tenaga kerja asing.

4. Pertimbangan kemungkinan adanya teknologi lanjutan sebagai salinan teknologi yang akan dipilih sebagai akibat keusangan.

Mesin dan peralatan meliputi yang bergerak dan tidak bergerak, yang secara umum digolongkan dalam mesin pabrik, mesin mekanik, peralatan elektronik, peralatan angkutan dan peralatan lainnya. Pemilihan mesin wajib mengikuti ketentuan jenis teknologi yang telah ditetapkan dan perlu mempertimbangkan berbagai macam faktor non teknologis seperti : (1) keadaan

infrastruktur dan fasilitas pengangkutan mesin dari tempat pembongkaran pertama samapai ke lokasi bisnis, (2) Keadaan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan mesin maupun peralatan yang ada di sekitar lokasi bisnis, (3) Kemungkin memperoleh tenaga ahli yang akan mengelola mesin dan perlaatan tersebut.

Aspek Manajemen dan Hukum

Menurut Nurmalina et al (2009), aspek manajemen mempelajari tentang manajemen dalam masa pembangunan bisnis dana manajemen dalam masa operasi. Manajemen dalam masa pembangunan usaha diantaranya mencakup siapa pelaksana usaha, bagaimana jadwal penyelessaian usaha tersebut, dan siapa yang melakukan studi masing-masing aspek kelayakan usaha tersebut, sedangkan manajemen dalam operasi memepelajari bagaimana bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, bagaimana struktur organisasi, bagaimana deskripsi masing- masing jabatan, berapa banyak jumlah tenaga kerja yang digunakan, dan menentukan siapa saja anggota direksi serta tenaga ahli.

Aspek hukum mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat dan izin. Selain itu, aspek hukum diperlukan dalam mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat akan menjalin kerjasama dengan pihak lain (Nurmalina et al 2009).

Aspek Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

Menurut Nurmalina et al (2009), yang akan di nilai dalam aspek ini adalah seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi dan budaya terhadap masyarakat secara keseluruhan. Hal berikut merupakan penjelasan mengenai aspek sosial, ekonomi, dan budaya.

1. Aspek sosial

Pada aspek sosial melihat adanya penambahan kesempatan kerja atau pengurangan pengangguran, pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan di sekitar lokasi usaha, manfaat dan pengorbaanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat di sekitar lokasi usaha.

2. Aspek ekonomi

Pada aspek ekonomi melihat suatu bisnis dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan masyarakat, peluang peningkatan pendapatan asli daerah, pendapatan dari pajak dan adanya penambahan aktivitas ekonomi.

3. Aspek lingkungan

Pada aspek lingkungan melihat apakahbisnis tersebut berdampak baik atau buruk pada perusahaan, dampak kelestarian lingkungan sekitar khususnya dengan adanya kegiatan bisnis suatu perusahaan, serta dampak terhadap lingkungan pada kebanyakan usaha seperti limbah.

Aspek Finansial

Dalam aspek finansial dilakukan penelitian untuk menilai biaya-biaya apa saja yang akan dikeluarkan dan seberapa besar biaya-biaya yang akan dikeluarkan. Aspek ini juga meneliti seberapa besar pendapatan yang akan diterima jika bisnis akan dijalankan (Kasmir dan Jakfar 2009). Pengkajian aspek finansial memperhitungkan jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan

mengoperasikan suatu bisnis, dari mana kemungkinan dana tersebut diperoleh, jumlah penghasilan yang akan diperoleh selama bisnis berjalan, dan peranan bisnis menyumbang pembangunan ekonomi, yang mana suatu analisis secara finansial berperan penting untuk mengetahui apakah suatu bisnis layak atau tidak layak untuk dijalankan. Terdapat beberapa alat yang digunakan untuk menentukan kelayakan aspek finansial, yaitu :

Net Present Value (NPV) yakni suatu proyek menentukan manfaat bersih yang diterima proyek selama umur proyek pada tingkat bunga tertentu. NPV juga dapat diartikan sebagai nilai sekarang dari arus kas yang ditimbulkan oleh investasi. Perhitungan NPV berdasr pada penentuan tingkat suku bunga yang relevan. Suatu bisnis dikatakan layak jika jumlah NPV lebih besar dari nol (NPV>0) yaitu dapat dikatakan bahwa jumlah seluruh manfaat yang diterima lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan. Sedangkan, nilai NPV lebih kecil dari nol (NPV<0) berarti bisnis tersebut tidak menghasilkan nilai biaya yang dipergunakan, maka bisnis tersebut tidak layak untuk dijalankan.

Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan nol serta menunjukkan seberapa besar pengembalian bisnis terhadap investasi yang ditanamkan. Gittinger (2008) menyatakan bahwa IRR adalah tingkat rata-rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam satuan persen. Tingkat IRR mencerminkan tingkat suku bunga maksimal yang dapat di bayar oleh bisnis untuk sumberdaya yang digunakan. Suatu bisnis dikatakan layak jika IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, sebaliknya jika IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka bisnis tidak layak untuk dijalankan.

Net Benefit Cost ratio (Net B/C) merupakan rasio antara manfaat bersih yang bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Kelayakan suatu bisnis dilihat berdasarkan kriteria Net B/C adalah jika nilai Net B/C lebih besar dari satu dan tidak layak jika nilai Net B/C kurang dari satu.

Discounted Payback Period(PP) atau tingkat pengembalian investasi adalah salah satu metode yang digunakan dalam menilai kelayakan suatu usaha yang mana digunakan untuk menetahui periode jangka waktu pengembalian atas modal yang ditanam dengan memperhitungkan nilai waktu uang. Bisnis yang baik akan menghasilkan pengembalian atas modal yang dipakai lebih cepat, atau dengan kata lain bisnis yang discounted payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar akan dipilih. Kriteria untuk mengukur kelayakan berdasar nilai DPP yang dihasilkan adalah jika nilai DPP kurang dari umur bisnis (DPP < umur bisnis).

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi ialah suatu laporan keuangan yang meringkas penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntansi. Laporan laba rugi juga merupakan suatu laporan yang menunjukkan hasil-hasil operasi perusahaan selama waktu tersebut. Laporan laba rugi ini menghasilkan suatu perhitungan yang akhirnya dapat melihat apakah suatu proyek yang dijalankan mendapat keuntungan ataukah mendapatkan kerugian selama waktu proyek. Laba ialah apa saja yang tersisa setelah dikurangkan dengan pengeluaran-pengeluaran yang timbul dalam memproduksi atau menjual barang dan jasa.

Proyeksi laba rugi menggambarkan besarnya pendapatan yang diperoleh pada suatu periode ke periode berikutnya. Kemudian juga akan tergambar jenis- jenis biaya yang dikeluarkan berikut jumlahnya dalam periode yang sama. Dari laporan ini dapat terlihat kondisi keuangan perusahaan apakah terdapat keuntungan atau kerugian dalam suatu periode (Kasmir dan Jakfar 2009).

Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk meneliti kembali analisa kelayakan usaha yang telah dilakukan. Adapun tujuannya untuk melihat pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Menurut Gittinger (2008), analisis sensitivitas digunakan untuk menarik perhatian pada masalah utama suatu bisnis dimana kegiatan bisnis selalu menghadapi ketidakpastian yang dapat terjadi pada suatu keadaan yang telah diperkirakan. Pendekatan dilakukan dengan mencari perubahan maksimum yang masih dapat ditolerir agar usaha masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal. Terdapat berbagai perubahan keadaaan dalam suatu bisnis. Bisnis di bidang pertanian , proyek- proyek sensitif berubah akibat empat masalh utama, yakni : (a) perubahan harga jual, (b) keterlambatan pelaksanaan proyek, (c) kenaikan biaya, (d) perubahan volume produksi.

Konsep Nilai Tambah

Nilai tambah merupakan pertambahan nilai suatu komoditi karena mengalami proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan dalam suatu proses produksi. Definisi nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input fungsional yang diberlakukan pada komoditi yang bersangkutan (Hayami 1987). Input fungsional tersebut berupa proses pengubahan bentuk (form utility), pemindahan tempat (place utility), maupun proses penyimpanan (time utility). Nilai tambah menggambarkan imbalan bagi tenaga kerja, modal dan manajemen.

Konsep nilai tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya perlakuan pada input suatu komoditas. Input yang menyebabkan terjadinya nilai tambah dari suatu komoditas terlihat dengan adanya perubahan- perubahan pada komoditas tersebut seperti perubahan bentuk, tempat dan waktu.

Analisis Nilai Tambah Metode Hayami

Nilai tambah adalah selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dengan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung (Hayami dalam sudiyono 2002). Sumber-sumber nilai tambah tersebut adalah pemanfaatan faktor-faktor seperti tenaga kerja, modal, sumberdaya manusia, dan manajemen.

Alat analisis nilai tambah biasanya digunakan pada kegiatan subsistem pengolahan, Adapun kelebihan dari alat analisis ini menurut Hayami adalah sebagai berikut :

b. Dapat diketahui produktivitas produksinya (rendemen dan efisiensi tenaga kerjanya)

c. Dapat diketahui balas jasa bagi pemilik-pemilik faktor produksi d. Dapat dimodifikasi untuk nilai tambah selain subsistem pengolahan

Dengan melakukan analisis nilai tambah, maka dapat diketahui besarnya balas jasa yang diterima pemilik faktor produksi. Analisis nilai tambah juga terdiri atas tiga komponen pendukung, yaitu faktor konversi yang menunjukkan banyak output yang dihasilkan dari satuan-satuan input, faktor koefisien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satuan-satuan input, dan nilai produk yang menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satuan-satuan input.

Berdasar analisis nilai tambah, maka dapat dikaji faktor apa saja dari proses produksi yang dapat menghasilkan atau menaikkan nilai tambah dan sebaliknya. Adapun beberapa informasi yang dapat diperoleh melalui analisis nilai tambah Hayami antara lain :

a. Perkiraan besarnya nilai tambah (Rp)

b. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase nilai tambah dari njilai produk

c. Imbalan bagi tenaga kerja (Rp), menunjukkan besarnya upah yang diterima oleh tenaga kerja langsung

d. Bagian tenaga kerja dari nilai tambah yang dihasilkan (%), menunjukkan persentase imbalan tenaga kerja dari nilai tambah

e. Keuntungan pengolahan (Rp), menunjukkan bagian yang diterima pengusaha (pengolah) karena menanggung resiko usaha

f. Tingkat keuntungan pengolah terhadap nilai output (%) menunjukkan persentase keuntunganh terhadap nilai tambah

g. Marjin pengolahan (Rp), menunjukkan kontribusi pemilik faktor produksi selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi

h. Persentase pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%) i. Persentase keuntungan perusahaan terhadap marjin (%)

j. Persentase sumbangan input lain terhadap marjin (%)

Kerangka Pemikiran Operasional

Usaha di bidang pertanian memiliki potensi yang baik untuk dikembangkan, hal ini ditunjukkan dari data real pada jumlah perkembangan produksi hortikultura di Bekasi yang memiliki perkembangan yang positif. Peningkatan jumlah produksi hortikultura pada daerah Bekasi terjadi setiap tahunnya, hal itu memperlihatkan adanya kenaikan permintaan kebutuhan penduduk akan produk hortikultura, salah satunya jamur tiram. Peningkatan permintaan dapat dilihat dari data permintaan jamur tiram pada CV. Megah Makmur Sentosa yang cenderung meningkat setiap tahunnya, sehingga terdapat ketidak seimbangan antara permintaan yang semakin meningkat dengan produksi jamur tiram yang stabil. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan kapasitas produksi dengan cara pembuatan kumbung baru yang nantinya diharapkan dapat memenuhi permintaan dan perolehan profit yang maksimal.

Gambar 2 Alur kerangka pemikiran operasional kelayakan usaha dan nilai tambah olahan jamur tiram putih

Jamur

crispy

Nugget Jamur

Layak Tidak Layak

Rekomendasi Dilaksanakan

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Non Finansial:

Aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,

aspek hukum, aspek sosial lingkungan.

Aspek finansial :

NPV , Net B/C , IRR, DPP

Analisis Switching Value : Penurunan Jumlah output, Penurunan harga output, kenaikan biaya variabel 1. Permintaan jamur tiram yang terus meningkat 2. Kemudahan teknis budidaya jamur tiram putih

3. Kelebihan jamur tiram : panen dapat dilakukan setiap hari, harga jual stabil, pasar pasti, mengandung banyak manfaat

Usaha Budidaya Jamur Tiram CV. Megah Makmur Sentosa

Usaha Pengolahan Jamur Tiram

Analisis Nilai Tambah -Besarnya Nilai Tambah -Nilai Output

-Keuntungan

-Imbalan Tenaga Kerja

Kondisi existing : Kumbung kapasitas 10.000 baglog

Identifikasi kondisi yang ada : - Kekurangan supply jamur

- Jamur sebagai alternatif pemenuhan makanan bergizi - Terdapat potensi lahan

- Permintaan pasar lokal belum dapat dipenuhi

Rencana perusahaan ke depan : Pembangunan Kumbung Baru berkapasitas

Budidaya jamur tiram putih yang dilakukan oleh perusahaan relatif lebih mudah ditinjau dari aspek biologinya. Masa produksi jamur tiram relatif lebih cepat sehingga periode dan waktu panen lebih singkat dan dapat berlanjut sepanjang tahun. Selain itu, CV. Makmur Megah Sentosa merupakan salah satu produsen jamur tiram putih terbaik di Bekasi hal itu ditunjukkan dalam hasil

Dokumen terkait