• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PIKIR

DASAR HUKUM

(Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, dan Qiyas)

HAK-HAK POLITIK

1. Hak Bicara

2. Hak memilih dan dipilih

3. Hak jihad dan berpartisipasi dalam politik 4. Hak Baiat HUKUMNYA Boleh (mubah) Wajib Haram

MASYARAKAT ISLAM DI SULAWESI SELATAN IMPLEMENTASI (Lembaga Legislatif) 1. Faktor Penghambat a. Faktor Eksternal b. Faktor Internal 2. Faktor Pendukung

Tulisan ini akan mengemukakan keikutsertaan politik perempuan dalam lingkup yang lebih sempit, yaitu sebagai anggota parlemen –meski penulis memahami politik dalam makna yang luas-. Hal ini dikarenakan, jabatan dan posisi perempuan sebagai pemimpin –sebagai legislator- sering digugat. Keikutsertaan perempuan dalam parlemen, dengan jadwal yang sangat padat, berbaur dengan laki-laki, dan lain sebagainya sangat menyita waktunya di luar rumah. Pada saat yang sama, telah meninggalkan peran dan fungsinya sebagai isteri dan ibu dari anak-anaknya, adalah dalih yang digunakan untuk menggugat keikutsertaan perempuan dalam politik praktis. Dunia inilah –politik praktis- yang dianggap sebagai dunianya lelaki, sehingga keikutsertaan

perempuan di dalamnya masih dianggap sebagian orang sebagai sesuatu hal yang tidak lazim dan tidak lumrah. Padahal, Islam telah memberikan tuntunan dalam menjalani kehidupan. Laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk ikut serta dalam politik, sebagai salah satu bentuk pelaksanaan amanah Allah, khalifatullah fil ardh.

Pekerjaan politik adalah hak warga negara untuk ikut serta mengambil peran dalam mengurusi urusan negara. Keikutsertaan ini dapat dengan cara langsung maupun tidak langsung. Yang dimaksud dengan cara langsung adalah warga secara langsung menangani urusan politik tidak dengan mewakilkan kepada yang lain, seperti menduduki jabatan kementerian dan jabatan-jabatan penting lainnya, termasuk juga jabatan majelis perwakilan rakyat ketika dipilih sebagai utusan mereka. Dalam hal ini pemilih berarti telah ikut serta –secara tidak langsung- dalam berpolitik.

Cara tidak langsung adalah keikutsertaan warga dalam urusan tertentu bukan sebagai pejabat dalam pemerintahan yang terikat oleh aturan dan politiknya, melainkan sebagai wakil yang dipilih masyarakat dimana dia hidup, seperti: ketua rukun tetangga dan warga; jabatan di perguruan tinggi; organisasi kemasyarakatan; dan lain sebagainya.184

Terdapat perbedaan pendapat mengenai keabsahan perempuan menduduki jabatan politik pada umumnya. Pendapat yang membolehkan berpandangan bahwa kaum perempuan mempunyai hak

184Salim Ali Al-Bahnasawi, Wawasan Sistem politik Islam, Terj. Mustolah Maufur (Cet 1; Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996), H. 287.

untuk melibatkan diri dalam kepemimpinan politik dengan berdasar pada prinsip demokrasi bahwa kaum laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama dalam hak dan kewajiban tanpa mempersoalkan jenis kelamin, warna kulit, maupun keyakinan.185

Bagi yang menolak hak keanggotaan perempuan dalam parlemen –atau jabatan politik langsung- tetapi menyetujui hak memilih mereka dalam berbagai bentuknya, hak keanggotaan dalam perguruan tinggi, anggota organisasi kemasyarakatan dan majlis lokal, mengacu pada prinsip bahwa persamaan dalam undang-undang dan konstitusi bukanlah persamaan antara dua kelompok yang tidak sama, melainkan persamaan antara yang mempunyai kesamaan. Sedangkan perempuan tidak sama dengan laki-laki dalam segala hal. Oleh sebab itu negara

mempunyai kewenangan untuk membatasi sumber-sumber

perundang-undangan antara yang sama dan yang tidak sama. Asas persamaan adalah bila warga mempunyai kesamaan dengan warga lainnya dalam keahlian, kondisi, dan pengalaman. Apabila syarat-sayarat persamaan telah terdapat dalam individu maka dia layak memiliki hak ini. Apabila faktor dan kondisi berbeda dari satu dan yang lainnya maka persamaan itu tidak dapat diberikan.186

Malah ada anggapan bahwa hak politik adalah memberikan kewenangan membuat undang-undang kepada wakil rakyat di

185Said Ushfur, al-Nizam al-Dusturi al-Mishri (t.t.: Dar al-Ma’arif, t.th.), h. 401; Abdul Hamid Asy-syuwarabi, al-Huq­q al-Siyasiyyah li al-Mar’ah fi al-Islam

(Iskandariah: Dar Mansya’ah al-Ma’arif, t.th.) h. 238.

Parlemen. Padahal jika dicermati, nash-nash syariah, baik laki-laki maupun perempuan tidak dibenarkan membuat undang-undang kecuali dalam masalah-masalah yang tidak diatur oleh syariah. Sebab Allah saja yang berhak membuat undang-undang dalam bidang politik, ekonomi, peperangan, sosial dan lain sebagainya, dikarenakan pengertian keadilan, kebenaran dan kebaikan berkaitan dengan kemashlahatan berbagai kelompok dan golongan yang berbeda serta memberi pengaruh di dalamnya. Maka suatu keniscayaan bahwa aturan untuk itu semua datangnya dari Allah yang Maha Tinggi, Maha Kaya: Allah yang khusus membuat aturan untuk mewujudkan keadilan sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Had³d (27): 25.187

Di kawasan negara-negara Arab terjadi perdebatan sengit mengenai hak perempuan untuk ambil bagian dalam pergaulan politik yang diwakili dalam hak pemilihan dan duduk di Parlemen. Sebagian aktifis perempuan dalam kegiatan politik beranggapan bahwa hak ini adalah kunci yang akan dapat membukakan bagi kaum perempuan semua kehormatan dan kemuliaan. Oleh sebab itu diadakan secara khusus berbagai konperensi dan pertemuan guna membicarakan masalah hak politik bagi kaum perempuan.

Berbagai perkumpulan perempuan mengira bahwa masuknya kaum perempuan di dalam Parlemen akan menyelesaikan segala

187QS. Al-Hadid (27): 25 َو ِﻂ ْﺴِﻘْﻟﺎِﺑ ُسﺎﱠﻨﻟا َمﻮُﻘَﯿِﻟ َناَﺰ ﯿِﻤْﻟاَو َبﺎ َﺘِﻜْﻟا ُﻢُﮭَﻌَﻣ ﺎَﻨْﻟَﺰْﻧَأَو ِتﺎَﻨﱢﯿَﺒْﻟﺎِﺑ ﺎَﻨَﻠُﺳُر ﺎَﻨْﻠَﺳ ْرَأ ْﺪَﻘَﻟ ِسﺎﱠﻨﻠِﻟ ُﻊِﻓﺎ َﻨَﻣَو ٌﺪﯾِﺪ َﺷ ٌسْﺄ َﺑ ِﮫ ﯿِﻓ َﺪ ﯾِﺪَﺤْﻟا ﺎ َﻨْﻟَﺰْﻧَأ ِﺐْﯿَﻐْﻟﺎِﺑ ُﮫَﻠُﺳُرَو ُهُﺮُﺼْﻨَﯾ ْﻦَﻣ ُ ﱠﷲ َﻢَﻠْﻌَﯿِﻟَو ن ِإ ٌﺰﯾِﺰَﻋ ﱞيِﻮَﻗ َ ﱠﷲ

keterbelakangan perempuan di bidang politik dan sosial; menjadi kunci rahasia bagi penyelesaian berbagai problem yang dihadapi kaum perempuan.188

Para ulama klasik dan modern berbeda pendapat mengenai hak-hak politik bagi kaum perempuan –sebagaimana telah dikemukakan-. Perbedaan pendapat ini kembali pada konsep mereka masing-masing mengenai sifat pekerjaan ini. Para ulama terdahulu meletakkan masalah hak kepemimpinan umum yang maksudnya adalah kekuasaan umum yang mendasar seperti kekuasaan membuat undang-undang hukum peradilan dan memutuskan berbagai perselisihan; kekuasaan yang melaksanakan keputusan-keputusan dan mengatur rakyat, termasuk di dalamnya kekuasaan kepala negara yang disebut dengan

imamah kubra.

Secara singkat, pendapat-pendapat dan aliran-aliran yang berhubungan dengan hak-hak politik bagi kaum perempuan itu ada tiga: Pertama, memandang bahwa Islam melarang hak politik bagi perempuan, Kedua, tidak memandang adanya larangan, dan Ketiga,

memandang bahwa masalah politik bagi perempuan itu tidak ada kaitannya dengan agama atau undang-undang, melainkan merupakan satu masalah sosial dan politikan sich.189

Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, seluruh makhluk dan

rahmat bagi kaum laki-laki juga kaum perempuan. Ajaran Islam

188Abdul Hamid Asy-syuwarabi,op. cit., h. 292.

berkehendak mengangkat harkat, martabat dan derajat manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Hak dan kewajiban diberikan kepada kaum laki-laki ataupun perempuan. Dalam kontek beribadah dan amal sholeh yang mempunyai dampak ma¡lahat untuk ummat, kaum laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban yang sama untuk melakukannya.

Kelahiran Islam tidak dimaksudkan sebagai pengulangan kembali sejarah pengekangan, pembatasan dan penempatan perempuan pada posisi tidak wajar sebagaimana bangsa-bangsa dan agama-agama lainnya. Islam memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pemeluk-pemeluknya untuk menciptakan kemakmuran dan keadilan di muka bumi. Islam juga memberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses pencerahan dunia. Tidak ada batasan yang membatasi pemeluk Islam melakukan sesuatu yang membawa kemashlahatan.

Dalam perspektif Islam, seluruh aktifitas manusia dinilai sebagai sebuah tugas kewajiban, yang selanjutnya dibagi menjadi fardhu ‘ain

(kewajiban individu) dan fardhu kifayah (kewajiban kolektif). Secara umum, tugas-tugas itu, baik fardhu ‘ain maupun fardhu kifayah terkait erat dengan kemampuan manusia, sehingga tugas-tugas tersebut menjadi wajib bagi orang-orang yang mampu memenuhinya, karena Allah tidak akan memaksa seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya.

Demikian pula aksi-aksi politik yang dipandang sebagai tugas, dan oleh karenanya dapat diklasifikasikan menjadi fardhu ‘ain -sebagaimana baiat atau sumpah kesetiaan dan syura atau musyawarah,

dan menjadi fardhu kifayah –sebagaimana jihad, jabatan

pemerintahan dan amar ma’ruf nahi munkar. Sifat wajib dari aktifitas-aktifitas tersebut, termasuk yang bersifat politis, didasarkan pada konsep perwakilan atau perwujudan Tuhan pada manusia di bumi (khilafah), yang mencakup laki-laki dan perempuan dan meminta tanggungjawab individu dan kolektif untuk memenuhi perintah-perintah Tuhan di bumi. Maka, laki-laki dan perempuan adalah pasangan yang setara, saling berbagi tanggungjawab atau tugas untuk menjalankan urusan-urusan politik dalam masyarakatnya karena mereka adalah rekan “auliya’” antara satu dengan yang lainnya, menyuruh apa yang baik dan melarang apa yang buruk.

Sebagaimana diketahui, semua pekerjaan dari pemegang kekuasaan peradilan, eksekutif dan legislatif adalah dalam rangka menjalankan perintah “menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar. Oleh karena itu, sebagaimana rekannya –kaum laki-laki-perempuan muslim memiliki tanggungjawab politik yang luas dan peran yang penting dalam kehidupan publik, sebuah peran yang pernah diberikan untuk melayani komunitas Islam yang mulai lahir di Madinah dan selama beberapa waktu setelah itu pada periode awal Islam. Terutama pada masa Nabi saw., kaum perempuan sangat aktif secara sosial dan politik. Mereka dibolehkan bahkan didorong untuk

berpartisipasi dalam proses pembangunan masyarakat Madinah dan mereka terbukti bisa menjalankan tugas tersebut.

Kaum perempuan muslim memulai aktifitas-aktifitas politik mereka pada saat mereka masuk Islam.190 Mereka membela agama yang baru dipeluknya dengan menghadapi perlawanan sengit dari keluarga-keluarga mereka sendiri dan dari masyarakat luas, mereka menanggung pelecehan serta perlakuan yang menyakitkan191 dan pada waktu tekanan kepada mereka meningkat, mereka justeru memutuskan untuk meninggalkan rumah, mencari perlindungan pada rekan-rekan mereka sesama muslim daripada meninggalkan keyakinan dan keimanan.

Semua prilaku seperti ini dinilai sebagai aktifitas-aktifitas politik dalam term kontemporer, karena itu meliputi tantangan terhadap sistem politik yang lama, protes terhadap pelecehan dan penganiayaan serta penolakan terhadap penekanan dan peniadaan kebebasan untuk memiliki keyakinan dan berekspresi. Dengan berdirinya negara Islam, peran kaum perempuan dalam urusan-urusan politik pada masyarakat baru, mendapatkan momentum. Kaum perempuan menjadi bagian dari

190Di sini merujuk peran yang dimainkan oleh Khadijah isteri pertama Nabi saw. Pada tahap awal misi beliau: menghibur beliau, menenteramkan beliau, dan mempercayai pesan beliau, sehingga menjadi perempuan pertama yang memeluk Islam.Ibid.

191Di antara nama-nama perempuan yang telah bertahan dengan perlakuan kejam dan penganiayaan adalah Sumayyah, ibu dari sahabat terkenal Ammar bin Yasir. Secara kejam beliau dibunuh oleh Abu Jahal karena menolak untuk meninggalkan keyakinannya. Beliau dihargai sebagai perempuan pertama yang mati syahid dalam Islam.Ibid.

anggota bangsa dan anggota komunitas yang efektif, ikut serta secara penuh dalam urusan-urusan publik.

Hal :Permohonan Bantuan Dana Pendidikan

Kepada

Yth. Bapak Bupati Maros

Di,-Maros

Kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Raodhatul Jannah

T.T.L. : Maros, 02 Juli 1987

Pekerjaan : Mahasiswi Fak. Syariah, Jur. Ekonomi Islam, Semester IV UIN Alauddin Makassar

Alamat : Pattunung, Desa Samangki, Kec. Simbang,

Kab. Maros

Dengan ini memohon Bantuan Dana Pendidikan Program Strata 1 (S1) Fakultas Syariah UIN Alauddin Makassar. Sebagai bahan pertimbangan, bersama ini kami lampirkan :

1. Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) 2. Foto Kopy Kartu Mahasiswa

3. Surat Keterangan Masih Kuliah 4. Foto Copy Transkrip Nilai 5. Perincian Dana Pendidikan

Atas perhatian dan bantuannya, kami haturkan banyak terima kasih.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Maros, 25 Maret 2007 Hormat Kami,

Raodhatul Jannah

Lampiran : Rekapitulasi Anggaran Dana Pendidikan Program Strata 1 (S1) UIN Alauddin Tahun Akademik 2006/2007

1. SPP Persemester Rp. 406.000,- x 6 semester Rp.

2.436.000,-2. Buku Rp. 150.000,- x 6 semester Rp.

18.000.000,-Jumlah : Rp. 23.436.000,-(Dua Puluh Tiga Juta Empat Ratus Tiga Puluh Enam Ribu Rupiah)

Hormat Kami,

Raodhatul Jannah

Par t isipasi polit ik per em puan t idak t er bat as pada keikut ser t aannya dalam lem baga legislat if, t et api bisa ber upa keikut ser t aannya dalam pem ber ian suar a unt uk m em ilih calon legislat if m aupun kepala negar a dan w akilny a yang ber kualit as. Par t isipasi it u sangat dibut uhkan agar kehidupan ber bangsa dan ber negar a dapat ber j alan sesuai dengan cit a- cit a unt uk m ew uj ut kan m asyar akat adil dan m ak m ur yang dir idai Allah.

Ket er libat an st r at egis dalam pem ber dayaan m asyar akat m er upakan bent uk ak t iv it as lain yang dapat dilakukan per em puan dalam pem bangunan bangsanya.

Adanya kem iskinan, ket er belakangan, dan keker asan yang

m enim pa per em puan m er upakan agenda yang m enant ang pada m uslim ah unt uk ikut m encar i solusiny a.

Dalam sej ar ah I slam , par t isipasi polit ik, per em puan sesudah hij r ah, diper lihat kan oleh kaum m uslim ah dengan keikut ser t aannya m em bangun m asyar akat . Seper t i Asy Syaffa yang ber gerak dalam bidang pendidikan dan kesehat an m elalui pem ber ant asan but a

hur uf, peningkat an penget ahuan, ser t a m endir ik an klinik

kesehat an. Di sam ping it u t er dapat Aisyah, ist r i Rasulullah, yang ikut pula m enyebar kan penget ahuan ke t engah m asyar akat dan Zainab int i Jahsy yang m em bina pusat ket er am pilan bagi par a per em puan. Dengan dem ik ian, par t isipasi polit ik it u m em ilik i w ilayah yang luas t er kait dengan penyelenggar aan pem er int ahan dan pem bangunan m asyar akat .

Dokumen terkait