1. Asal Penciptaan Perempuan
Allah swt. memuliakan perempuan sedemikian rupa dengan terabadikannya jenis kelamin perempuan dalam Qur’an, yakni al-Nisa. Al-Qur’an tidak pernah mendiskreditkan segala hal yang terkait dengan perempuan termasuk mitra jenisnya. Al-Qur’an dengan bijaksananya mengetengahkan perbedaan yang dimiliki laki-laki dan
perempuan -sebagaimana perbedaan siang dan malam- yang
disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing dalam tatanan kehidupan. Perbedaan ini berarti keberadaan keduanya dalam sebuah kesatuan yang utuh dan saling menunjang.
Dalam kaitannya dengan kehidupan rumah tangga -dalam ruang lingkup yang sempit- sangat dibutuhkan sebuah kepemimpinan.
Rumah tangga pada umumnya memberi pengertian sebuah keluarga yang terdiri dari suami, isteri dan anak-anak. Keluarga merupakan sebuah institusi yang menyimpan isu dan problematika yang berkepanjangan. Problematika yang muncul dari kehidupan berumah tangga atau keluarga senantiasa aktual apalagi dalam situasi dan pola masyarakat yang selalu berubah. Kondisi seperti ini membutuhkan seorang pemimpin yang mampu dan punya kelebihan untuk
menyelesaikan persoalan, demi kelestarian tujuan kehidupan
berkeluarga (harmonis, damai, tenang dan tenteram) sebagaimana tercantum dalam QS. al-Rm (30) : 21.48
Hukum dan undang-undang perkawinan di Indonesia dengan mengacu pada ayat al-Qur’an sebenarnya telah dibuat dan dijadikan pedoman yang baku bagi kehidupan suami isteri. Namun, tidak menutup kemungkinan mengalami pergeseran sosiologis akibat nilai budaya dan kondisi yang senantiasa berubah. Misalnya kewajiban pria (suami) sebagai satu-satunya pemimpin atau kepala keluarga untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Hal ini, menurut Quraish Shihab, disebabkan oleh kelebihan yang diberikan Allah kepada laki-laki, yakni kelebihan fisik dan psikis.49
48Lihat Zaitunah Subhan,Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir
Al-Qur’an(Cet. I; Yogjakarta: LKis, 1999), h. 101.
49Lihat M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’iy Atas
Pelbagai Persoalan Umat(Cet. III; Bandung: Mizan, 1996), h. 310. Abbas Mahmud
al-Aqqad, seorang pemikir ortodoks dari Mesir merumuskan bahwa persoalan yang dihadapi kaum perempuan senantiasa berkisar pada 3 masalah pokok, yaitu : (1) Karakter perempuan, yang meliputi kesanggupannya untuk menjalin hubungan dengan teman sejenisnya, dan jenis lain sesama manusia. (2) Hak-hak dan
tugas-Dalam kondisi seperti sekarang, saat bidang pekerjaan tidak lagi didominasi oleh kekuatan fisik seseorang, Kaum perempuan telah banyak memperoleh kesempatan mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian-nya. Ketentuan yang telah menjadi pemahaman bahwa kaum pria adalah pemimpin bagi perempuan menimbulkan persepsi negatif terhadap kedudukan kaum perempuan, menjadikan kaum pria lebih superior dibanding perempuan. Sementara perempuan hanya sebagai pelayan pria (suami) dan muncullah persepsi bahwa perempuan bisa saja diperlakukan apa kata (kehendak) suaminya, sebab hidupnya sepenuhnya tergantung pada suami.50
Pernyataan negatif seperti di atas tidak dapat disalahkan begitu saja. Pandangan tersebut seakan melekat pada opini masyarakat secara umum, disebabkan opini awal yang dibangun oleh sejarah. Selama ini telah berkembang pola pikir yang membentuk pandangan stereotype tentang perempuan. Stereotype yang dibentuk oleh sejarah ini diperkuat pula dengan dimuatnya dalam berbagai media massa, sehingga benar-benar menyudutkan perempuan.51
Inilah yang kemudian memunculkan rumusan sepihak sehingga mengakibatkan diskriminasi terhadap perempuan dan berbagai
tugas perempuan, baik dalam lingkungan keluarga maupun di tengah-tengah masyarakat luas. (3) Menyangkut moralitas dan etika dalam arti yang seluas-luasnya. Abbas Mahmud al-Aqqad,al-Mar’at fi al-Qur’an(Cairo: Dar al-Hilal, t.th.), h. 25.
50Zaitunah Subhan,op. cit.,h. 102.
51Lihat Hillary M. Lips, Sex and Gender an Introduction (Edisi III; USA: Mayfield Publishing Company, 1992), h. 26.
ketidakadilan lainnya. Banyak stereotype yang dilekatkan masyarakat kepada perempuan yang berakibat terbatasnya ruang gerak perempuan.52 Pada gilirannya, hal ini membentuk pola tingkah laku dan sikap perempuan yang diterjemahkan menjadi kodrat perempuan yang tidak dapat diubah. Pola pikir seperti ini demikian kuatnya dibentuk dan menjadi semacam ajaran agama yang berkembang subur dalam masyarakat dari dulu sampai sekarang. Pandangan semacam ini justeru seringkali diperkuat oleh pemahaman ajaran agama yang tidak sempurna, baik bersumber dari al-Qur’an maupun hadis.53Pemahaman yang keliru inilah yang seringkali menjadi acuan sikap/tingkah laku masyarakat, terlebih lagi apabila pemahaman tersebut dilontarkan oleh orang yang dihormati.
Pandangan diskriminatif terhadap perempuan tidak dapat terlepas dari penafsiran awal terhadap ayat-ayat dan hadis yang banyak mengundang kontroversi. Antara lain :
1. QS. al-Nisa’ (4): 154:
52Mansour Fakih, “Posisi Kaum Perempuan Dalam Islam: Tinjauan dan Analisis Gender” dalam Membincang Feminisme: Diskursus Gender Perspektif
Islam(Cet. I; Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 48.
53Zaitunah Subhan,op. cit.,h. 2.
54Beberapa ayat lain yang juga menggunakan termnafs wahidahadalah : 1). QS. al-A’raf (7): 189 َﺣ ْﺖ َﻠَﻤَﺣ ﺎَھﺎﱠﺸَﻐَﺗ ﺎﱠﻤَﻠَﻓ ﺎَﮭْﯿَﻟِإ َﻦُﻜْﺴَﯿِﻟ ﺎَﮭَﺟ ْوَز ﺎَﮭْﻨِﻣ َﻞَﻌَﺟَو ٍةَﺪِﺣاَو ٍﺲْﻔَﻧ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻘَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا َﻮُھ ِﮫ ِﺑ ْتﱠﺮ َﻤَﻓ ﺎ ًﻔﯿِﻔَﺧ ًﻼ ْﻤ ﱠ ﺑ َر َﷲﱠ ا َﻮ َﻋ َد ْﺖ َﻠ َﻘ ْﺛ َأ ﺎﱠﻤ َﻠ َﻓ َﻦﯾِﺮِﻛﺎﱠﺸﻟا َﻦِﻣ ﱠﻦَﻧﻮُﻜَﻨَﻟ ﺎًﺤِﻟﺎَﺻ ﺎَﻨَﺘْﯿَﺗاَء ْﻦِﺌَﻟ ﺎَﻤُﮭ 2). QS. al-Zumar (39): 6. ْﺨَﯾ ٍجاَو ْزَأ َﺔَﯿِﻧﺎَﻤَﺛ ِمﺎَﻌْﻧَ ْﻷا َﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ َلَﺰْﻧَأَو ﺎَﮭَﺟ ْوَز ﺎَﮭْﻨِﻣ َﻞَﻌَﺟ ﱠﻢُﺛ ٍةَﺪِﺣاَو ٍﺲْﻔَﻧ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻘَﻠَﺧ ْﻢُﻜِﺗﺎ َﮭﱠﻣُأ ِنﻮ ُﻄُﺑ ﻲ ِﻓ ْﻢُﻜُﻘُﻠ ُﺗ ﻰﱠﻧَﺄَﻓ َﻮُھ ﱠﻻِإ َﮫَﻟِإ َﻻ ُﻚْﻠُﻤْﻟا ُﮫَﻟ ْﻢُﻜﱡﺑَر ُ ﱠﷲ ُﻢُﻜِﻟَذ ٍث َﻼَﺛ ٍتﺎَﻤُﻠُظ ﻲِﻓ ٍﻖْﻠَﺧ ِﺪْﻌَﺑ ْﻦِﻣ ﺎًﻘْﻠَﺧ َ ن ﻮ ُﻓ َﺮ ﺼْ
ﺎَﮭْﻨِﻣ َﻖَﻠَﺧَو ٍةَﺪِﺣاَو ٍﺲْﻔَﻧ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻘَﻠَﺧ يِﺬﱠﻟا ُﻢُﻜﱠﺑَر اﻮُﻘﱠﺗا ُسﺎﱠﻨﻟا ﺎَﮭﱡﯾَأﺎَﯾ
ِﮫِﺑ َنﻮُﻟَءﺎَﺴَﺗ يِﺬﱠﻟا َ ﱠﷲ اﻮُﻘﱠﺗاَو ًءﺎَﺴِﻧَو اًﺮﯿِﺜَﻛ ًﻻﺎَﺟِر ﺎَﻤُﮭْﻨِﻣ ﱠﺚَﺑَو ﺎَﮭَﺟ ْوَز
ﺎًﺒﯿِﻗَر ْﻢُﻜْﯿَﻠَﻋ َنﺎَﻛ َ ﱠﷲ ﱠنِإ َمﺎَﺣ ْرَ ْﻷاَو
Terjemahnya :
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.55
Perbedaan penafsiran di kalangan mufassir tentang penciptaan perempuan berangkat dari ayat tersebut yaitu ketika memahami kata
nafs.Di kalangan ahli tafsir masa lalu memahami kata nafs dalam ayat
tersebut dengan makna Adam. Di antara ulama tafsir yang memahami
seperti itu adalah Ibnu Ka¡³r, al-Qur¯ubi, Jalaluddin al-Suy¯i, Mahmud al-Nasafy, Ab³ al-Su’d, Burhanuddin al-Biqa’iy, Fakhr al-D³n Razi, Alsi, °abary, Muhammad Husain ¨ahabiy, dan al-Zamakhsyar³y.
Al-Zamakhsyar³y misalnya menafsirkan kalimat
ﻦ ﻣ ﻢ ﻜ ﻟ ﻖ ﻠ ﺧ
ة ﺪ ﺣ ا و ﺲ ﻔ ﻧ /ة ﺪ ﺣ ا و ﺲ ﻔ ﻧ ﻦ ﻣ ﻢ ﻜ ﻘ ﻠ ﺧ
denganﺪ ﺣ ا و ﻞ ﺻ ا ﻦ ﻣ ﻢ ﻜ ﻋ ﺮ ﻓ
ﻢﻜﯿﺑأ مدَا ﺲﻔﻧ ﻮھو
(diciptakan dari jiwa yang satu yakni jiwa/diriAdam ). Mengenai ayat
ﺎﮭﺟوز ﺎﮭﻨﻣ ﻖﻠﺧو
al-Zamakhsyar³ymengemukakan dua penafsiran, yaitu : 1) a¯af (mengikut) kepada yang
mahzf (dijatuhkan), maka seakan-akan dikatakan :