• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI

3.4 KERANGKA REGULASI

UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (UU SPPN) telah mengamanatkan penanganan kerangka regulasi yang sejalan dengan kerangka pendanaan sejak proses perencanaan. Oleh karena itu pengelolaan kerangka regulasi sejak proses perencanaan kebijakan dan juga perencanaan regulasinya akan meningkatkan kualitas kebijakan dan regulasi yang tertib sehingga memungkinkan setiap tindakan dapat memberikan manfaat yang lebih optimal.

UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pada Pasal 18 merupakan langkah terobosan untuk mensinergikan antara kebijakan dan

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

95

regulasi. Urgensi integrasi kerangka regulasi dalam dokumen perencanaan sangat dibutuhkan karena kerangka regulasi bertujuan untuk:

 Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan perundang-undangan sesuai kebutuhan pembangunan;

 Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan

 Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan.

Lingkup penugasan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BPWS) adalah penugasan multi sektor dan lintas kabupaten/kota sehingga pembangunan wilayah Suramadu merupakan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Program percepatan pengembangan wilayah Suramadu adalah multi sektor dan lintas kabupaten/kota, beberapa hal yang perlu dikoordinasikan adalah sebagai berikut:

• Aturan perundang-undangan: disharmoni dalam aturan perundang-undangan antar bidang infrastruktur maupun dengan bidang non-infrastruktur.

• Kapasitas kelembagaan: tatakelola (governance), hubungan antar lembaga dan kapasitas SDM.

• Pembebasan tanah: pembebasan tanah untuk kepentingan pembangunan infrastruktur secara tepat waktu dan tepat biaya.

• Pendanaan: efektifitas alokasi dan keterbatasan dana untuk pembangunan infrastruktur.

• Prioritisasi: sinkronisasi prioritas pembangunan infrastruktur lintas sektor, lintas wilayah maupun antar tingkatan (nasional, propinsi, kabupaten/kota).

Berdasarkan lingkup substansi yang multi sektor dan kewilayahan yang lintas kabupaten, kerangka regulasi diperlukan untuk menjamin pelaksanaan koordinasi kebijakan dan pelaksanaan pembangunan Wilayah Suramadu sebagaimana diamanatkan oleh Perpres yang merupakan kewenangan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Propinsi bersama sama BPWS dalam skema hubungan kelembagaan di bawah ini. Kerangka regulasi tersebut

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

96

diturunkan mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi, dan PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah.

Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS

Pemerintah Provinsi sebagai wakil dari pemerintah di Daerah (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi) mempunyai fungsi koordinasi program Pemerintah dengan Pemerintah Daerah. Dalam pembangunan wilayah Suramadu, Gubernur bersama sama dengan BPWS mensinergikan Pusat dan daerah dalam berbagai urusan dan melaksanakan kesepakatan,

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

97

kerjasama serta melaksanakan berbagai peran dalam memfasilitasi, mengkoordinasikan dan sinkronisasi pelaksanan pembangunan kawasan oleh Dunia usaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta masyarakat.

Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dan kepala daerah melaksanakan sinergi pusat-daerah dan antarpusat-daerah yang dilakukan dalam seluruh proses mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi yang mencakup kerangka kebijakan, regulasi, anggaran, kelembagaan, dan pengembangan wilayah yaitu:

a. Sinergi dalam Kerangka Perencanaan Kebijakan, antara lain: (1) sinergi dalam perencanaan pembangunan; (2) sinergi dalam penetapan target pembangunan; (3) standardisasi indikator pembangunan; (4) pengembangan database dan sistem informasi; (5) perijinan investasi di daerah.

b. Sinergi dalam Kerangka Anggaran

Sinergi antara APBN dan APBD (DAU, DAK, DBH, DP, Dana Otsus).

c. Sinergi dalam Kerangka Kelembagaan dan Aparatur Daerah, yaitu (1) menata dan menyempurnakan pengaturan mekanisme pembangunan antartingkat pemerintahan sebagai dasar penetapan kinerja dan alokasi anggaran; (2) meningkatkan kapasitas aparatur.

d. Sinergi dalam Kerangka Pengembangan Wilayah, meliputi: (1) sinkronisasi kebijakan dalam penggunaan lahan dan tata ruang; (2) keterpaduan pembangunan prasarana dan sarana antar kabupaten/kota; (3) meningkatkan pengaturan bersama alih fungsi lahan; (4) mempercepat penyusunan penyusunan RTRW Daerah, dan peraturan pendukung pelaksanaan RTRW; (5) membangun kesepakatan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota, urusan pemerintahan terbagi habis dalam kewenangan Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Urusan pemerintahan setiap bidang

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

98

terbagi ke dalam urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan urusan bersama antara Pemerintah dengan Pemerintah Daerah.

Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintahan Sumber : Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007

Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten dengan pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat. Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian hubungan antara Daerah dengan Daerah lainnya, artinya mampu membangun kerjasama antar Daerah untuk

URUSAN PEMERINTAHAN

ABSOLUT (Mutlak Urusan Pusat) CONCURRENT

(Urusan bersama Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota)

PILIHAN/OPTIONAL

(SektorUnggulan) WAJIB/OBLIGATORY (PelayananDasar)

SPM

(StandarPelayanan Minimal) PP 65/2005 Politik Luar Negeri

Pertahanan Keamanan Yustisi

Moneter & Fiskal Nasional Agama

Contoh: kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, dan perhubungan

Contoh: pertanian, industri, perdagangan, pariwisata, kelautan, dsb

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

99

meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar Daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar Daerah dengan Pemerintah.

Kerjasama antar daerah dilakukan dalam rangka pengelolaan urusan pemerintahan yang memberikan dampak lintasdaerah, Dengan demikian masyarakat akan mendapatkan manfaat yang sebesar besarnya dari pengelolaan urusan pemerintahan secara bersama. Beberapa substansi penting yang diatur dalam pasal 2 PP 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja Sama Daerah, antara lain: kerjasama daerah dilakukan dengan prinsip efesiensi, efektivitas, sinergi, saling menguntungkan, kesepakatan bersama, itikad baik, mengutamakan kepentingan nasional dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, kesamaan kedudukan, transparansi, keadilan dan kepastian hukum. Obyek kerja sama daerah adalah seluruh urusan pemerintahan yang telah menjadi kewenangan daerah otonomi dan dapat berupa penyediaan pelayanan publik.

Dalam pasal 5 PP 50 Tahun 2007 bahwa kerja sama daerah dituangkan dalam bentuk perjanjian kerja sama :

 Dalam rangka membantu kepala daerah melakukan kerja sama dengan daerah lain yang dilakukan secara terus menerus atau diperlukan waktu paling singkat 5 (lima) tahun, kepala daerah dapat membentuk badan kerja sama.

 Badan kerja sama sebagaimana dimaksud diatas adalah bukan perangkat daerah. Dalam kaitannnya dengan pengembangan Wilayah Suramadu, Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu antara lain:

1. Dukungan politik & komitmen stakeholder, meliputi: sektor-sektor terkait, swasta, masyarakat, media massa

2. Dukungan sumberdaya, meliputi: legal, organisasi, SDM, dana 3. Dukungan leadership, meliputi visi, pro-aktif, konsisten, dsb

BAB 3 – ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

100

Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Dalam Pengembangan Kawasan Suramadu

Dokumen terkait