• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA RENCANA STRATEGIS TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA RENCANA STRATEGIS TAHUN"

Copied!
148
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA NOMOR : 05/PER/BP-BPWS/IV/2015

TENTANG

RENCANA STRATEGIS

BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA MADURA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perlu disusun Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura;

b. bahwa dalam menjawab tantangan serta perkembangan kebijakan dalam upaya percepatan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura, maka diperlukan tujuan, kebijakan, dan strategi dalam Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 2015-2019;

c. bahwa rencana strategis sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b telah disusun sebagai satu dokumen

(6)

ii

perencanaan indikatif yang memuat program-program dalam rangka percepatan pengembangan wilayah Surabaya-Madura;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura tentang Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 2015-2019.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4663);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

(7)

iii

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4816);

8. Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2009; 9. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;

10. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kementrian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 135 Tahun 2014;

11. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Jangka Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

12. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementrian/Lembaga (Renstra-KL) 2015-2019.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TENTANG RENCANA STRATEGIS BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA TAHUN 2015-2019.

(8)

iv

KESATU : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Kepala Badan ini.

KEDUA : Rencana Strategis Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu digunakan acuan bagi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura.

KETIGA : Perubahan atas Rencana Strategis ini dimungkinkan dengan memperhatikan perkembangan perubahan lingkungan strategis yang berpengaruh terhadap kebijakan pengembangan Wilayah Surabaya-Madura.

KEEMPAT : Peraturan Kepala Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 7 April 2015 KEPALA BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

(9)

v

KATA PENGANTAR RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

KATA PENGANTAR

KEPALA BADAN PELAKSANA

BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURABAYA-MADURA

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BP-BPWS) Tahun 2015-2019 sebagai penjabaran pelaksanaan program Nawa Cita Presiden yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.

Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 merupakan dokumen perencanaan yang bersifat indikatif dan memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program serta kegiatan untuk mempercepat pembangunan di wilayah Surabaya-Madura sesuai dengan tugas dan fungsi Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura yang tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 sebagaimana telah diubah dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009.

Pada periode 2015-2019, tantangan pembangunan di Wilayah Surabaya maupun Madura semakin kompleks dan terkadang tidak terduga. Untuk menyikapi tantangan ini, pembangunan dilaksanakan dengan memperhatikan dinamika, kekuatan/potensi serta perubahan lingkungan strategis, dengan semangat kemitraan, kerjasama lintas sektor dan peran serta masyarakat.

(10)

vi

KATA PENGANTAR

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019 ini akan menjadi acuan dalam perencanaan tahunan dan penyelenggaraan program serta evaluasi kinerja BP-BPWS selama lima tahun kedepan. Tentunya dokumen ini tidak dapat dilaksanakan dan mencapai tujuannya, bila tidak dilakukan dengan dedikasi yang tinggi dan kerja keras dari segenap unit kerja di lingkungan BP-BPWS maupun stakeholder terkait. Kepada semua pihak terkait diharapkan saling bersinergi dalam merealisasikan upaya percepatan pembangunan di Wilayah Surabaya-Madura.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dalam proses penyusunan Renstra BP-BPWS Tahun 2015-2019. Semoga penyusunan dan implementasi Renstra ini mendapatkan ridha dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Jakarta, 7 April 2015 KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH

SURABAYA-MADURA

(11)

vii

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 2

1.2 KONDISI UMUM ... 4

1.1.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah ... 4

1.1.2 Kondisi Fisik Dasar ... 5

1.1.3 Kondisi Perekonomian ... 7

1.1.4 Kondisi Sumber Daya Alam ... 11

1.1.5 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) ... 18

1.1.6 Kondisi Infrastruktur ... 21

1.1.7 Kawasan Potensial Wilayah Suramadu ... 28

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN ... 29

1.2.1 Potensi Wilayah Suramadu ... 29

1.2.2 Permasalahan Yang Dihadapi ... 31

1.2.3 Isu Strategis dan Tantangan ... 33

BAB 2 VISI, MISI, DAN TUJUAN ... 38

2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ... 38

(12)

viii

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

2.3 TUJUAN BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ... 39

2.4 SASARAN STRATEGIS BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ... 40

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, DAN STRATEGI ... 42

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL ... 42

3.1.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJPN 2005-2025 dan RPJMN 2015-2019 .. 42

3.1.2 Arah Kebijakan dan Strategi RTRW Nasional ... 58

3.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Percepatan Pembangunan Kawasan ... 60

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DAERAH ... 61

3.2.1 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur ... 61

3.2.2 Arahan Pembangunan dan PEnataan Ruang Kota Surabaya ... 72

3.2.3 Arahan Pembangunan dan Penataan Ruang di Wilayah Madura ... 75

3.3 ARAHAN KEBIJAKAN DAN STRATEGI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU ... 84

3.4 KERANGKA REGULASI ... 94

3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN ... 100

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ... 104

4.1 PROGRAM DAN KEGIATAN ... 105

4.1.1 Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu ... 105

4.1.2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya ... 109

4.2 TARGET KINERJA ... 112

(13)

ix

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019 BAB 5 PENUTUP ... 114 LAMPIRAN

(14)

x

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013 ... 7

Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010 ... 13

Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011 ... 14

Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013 ... 17

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ... 18

Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013 ... 19

Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013 ... 21

Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi) ... 22

Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional) ... 23

Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten) ... 23

Tabel 3.1 Kegiatan Strategis Jangka Menengah Nasional Provinsi Jawa Timur... 56

Tabel 3.2 Arahan Kebijakan RTRWN Untuk Pengembangan Wilayah Suramadu ... 59

Tabel 3.3 Kebijakan Penataan Ruang Provinsi Jawa Timur Dalam Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura ... 71

Tabel 3.4 Kebijakan Penataan Ruang Kota SurabayaTerhadap Pengembangan Wilayah Suramadu... 74

Tabel 3.5 Kebijakan Pembanguanan Kabupaten-Kabupaten di wilayah Madura ... 75

Tabel 3.6 Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten-Kabupaten di Wilayah Madura ... 77

Tabel 4.1 Skenario 1 : Perkiraan Alokasi Pendanaan BP-BPWS Tahun 2015-2019 ... 113

(15)

xi

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya – Madura) ... 3

Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan tanah Pulau Madura ... 5

Gambar 1.3 Tren Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013 .... 7

Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura Terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013... 8

Gambar 1.5 Kontribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009-2013... 9

Gambar 1.6 Produksi Pertanian dan Perkembangan Madura Tahun 2012 ... 11

Gambar 1.7 Produksi Peternakan Madura Tahun 2010 ... 12

Gambar 1.8 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura ... 15

Gambar 1.9 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013 ... 18

Gambar 1.10 Trend Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013 ... 19

Gambar 1.11 Trend Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013... 20

Gambar 1.12 Peta Jaringan jalan Pulau Madura ... 22

Gambar 1.13 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu ... 28

Gambar 3.1 Pentahapan Pembangunan Dalam RPJPN 2005-2025 ... 44

Gambar 3.2 Lokasi Prioritas Pengembangan kawasan Perkotaan dan Pedesaan Wilayah Jawa-Bali ... 57

Gambar 3.3 Sebaran Daerah Tertinggal Wilayah Pulau Jawa-Bali 2015-2019 ... 58

Gambar 3.4 Koridor Ekonomi Jawa ... 61

Gambar 3.5 Rencana Pembagian Klaster Kewilayahan Provinsi Jawa Timur ... 66

Gambar 3.6 Kerangka Program Percepatan Pengembangan Wilayah Suramadu ... 85

Gambar 3.7 Kerangkan Stimulan Pembangunan Wilayah dan Pembangunan Ekonomi Madura ... 86

(16)

xii

DAFTAR ISI

RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

Gambar 3.8 Arah Kebijakan BPWS Dalam Mendukung Peningkatan Ekonomi di Wilayah

Suramadu ... 88

Gambar 3.9 Konsep Pengembangan Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu ... 89

Gambar 3.10 Kecenderungan Arus Barang Melalui Pelabuhan di Wilayah Suramadu .. 91

Gambar 3.11 Sistem Konektivitasi di Dalam Klaster/kawasan ... 93

Gambar 3.12 Jaringan Sistem Konektivitas Nasional ... 94

Gambar 3.13 Kelembagaan dan Kewenangan Badan Pelaksana BPWS ... 96

Gambar 3.14 Pembagian Urusan Pemerintah ... 98

Gambar 3.15 Peran Pemerintah Daerah Pengembangan Kawasan Suramadu ... 100

Gambar 3.16 Kelembagaan Badan Pengembangan Wilayah Suramadu ... 101

(17)
(18)
(19)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

1

(20)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

2

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pulau Madura memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah baik dari sektor pertanian, kelautan perikanan, peternakan, maupun industry kecil menengah. Berdasarkan data yang ada, saat ini produk perikanan Pulau Madura berkontribusi kurang lebih 60% dari produk perikanan di Propinsi Jawa Timur, produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun), produk ternak sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, produk pertanian jagung kurang lebih 700.000 ton per tahun dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun. Namun demikian potensi tersebut belum tergarap secara baik dan secara umum perkembangan ekonomi wilayahnya relatif tertinggal dibandingkan dengan wilayah Provinsi Jawa Timur lainnya seperti Surabaya dan sekitarnya.

Dilihat dari kondisi perekonomiannya, terjadi ketidakseimbangan antara wilayah di Kota Surabaya dengan Pulau Madura. Berdasarkan data tahun 2013, pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura relatif kecil (antara 5,74% - 6,44%) dibandingkan rata-rata Provinsi Jawa Timur (6,55%) dan Kota Surabaya (7,34%). Indikator – indikator disparitas antar daerah masih menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari waktu ke waktu. Disparitas tersebut terutama dapat terlihat dari indikator pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan per kapita. Demikian juga, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative masih rendah antara 62,39 – 67.17 dibanding Propinsi Jawa Timur (73,54) dan Kota Surabaya (78,97).

(21)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

3

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka perlu upaya percepatan pembangunan wilayah Suramadu dengan pendekatan regional yang mengedepankan prinsip keseimbangan antar wilayah. Keseimbangan antar wilayah yang dimaksud adalah keseimbangan antar wilayah dalam berbagai sektor kehidupan berbasis pada potensi dan kearifan lokal. Dalam hal ini kawasan - kawasan yang tumbuh pesat terus dipertahankan, sedangkan kawasan – kawasan yang relatif kurang berkembang terus didorong perkembangannya. Selain itu, keseimbangan antar wilayah dilakukan melalui pembangunan infrastruktur pendukung untuk memperkuat interaksi antar kawasan.

Badan Pelaksana Badan Pengembangan Wilayah Suramadu (BP-BPWS) sebagaimana amanah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 27 Tahun 2008 tentang Badan Pengembangan Wilayah Surabaya - Madura yang terakhir disempurnakan dengan Perpres Nomor 23 Tahun 2009, dibentuk dengan tujuan umum mempercepat pengembangan wilayah Surabaya - Madura menjadi salah satu pusat pengembangan perekonomian Nasional. Sedangkan tujuan khusus pembentukan lembaga ini adalah meningkatkan ekonomi unggulan Madura melalui pengembangan kawasan. Dengan adanya percepatan pengembangan Wilayah Suramadu diharapkan ketidakseimbangan antara wilayah Surabaya dengan Pulau Madura dapat diatasi dan pengembangan potensi unggulan Madura dapat dikembangkan secara optimal sehingga pertumbuhan ekonomi di Pulau Madura dapat tumbuh berkembang lebih cepat.

Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu dapat diwujudkan melalui pengembangan kawasan/klaster yang sudah berkembang maupun prospektif berkembang melalui perkembangan sektor – sektor strategis. Perkembangan sektor strategis melalui keterkaitan ke depan dan ke belakang akan dapat mendorong pertumbuhan produksi secara keseluruhan. Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan dengan pusat – pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu – pintu outlet (lokal dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, telah diidentifikasi ada 22 (dua puluh dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat – pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan kawasan/klaster diarahkan

(22)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

4

untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor – sektor strategis dan komoditas unggulan secara berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan dengan pemberian dukungan terhadap sentra-sentra produksi unggulan yang terintegrasi dengan pusat pengolahan, pemasaran dan promosi hasil produksi berbasis ekonomi kreatif baik skala regional maupun nasional, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Madura yang berkelanjutan.

1.2 KONDISI UMUM

1.1.1. Kondisi Geografis dan Administrasi Wilayah

Wilayah Suramadu terdiri dari Kota Surabaya dan Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Wilayah administrasi Kota Surabaya yang masuk dalam lingkup wilayah Suramadu yaitu pada kawasan disekitar kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya yang merupakan wilayah administrasi Kelurahan Tambak Wedi Kecamatan Kenjeran dan Kelurahan Kedung Cowek Kecamatan Bulak. Kawasan ini mempunyai luas sebesar 255,81 Ha dan berbatasan langsung dengan Selat Madura.

Sementara itu wilayah Pulau Madura terdiri dari pulau utama dan beberapa pulau-pulau kecil yang termasuk dalam wilayah 4 (empat) kabupaten yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. Wilayah kepulauan di Madura terdiri atas 127 pulau-pulau kecil yang merupakan bagian dari Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Sampang. Dari 127 pulau pulau kecil tersebut, 49 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni. Secara geografis, Pulau Madura terletak antara koordinat 112°40’06” - 116°16’48” Bujur timur Adapun batas-batas administrasi wilayah sebagai berikut:

 Sebelah Utara : Laut Jawa;  Sebelah Selatan : Selat Madura;

 Sebelah Timur : Laut Jawa dan Laut Flores;  Sebelah Barat : Selat Madura.

(23)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

5

Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya – Madura)

Sumber : Diolah dari berbagai sumber

1.1.2. Kondisi Fisik Dasar

Secara umum, kondisi fisik dasar wilayah Suramadu pada kaki Jembatan Suramadu sisi Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 3 – 6 meter diatas permukaan laut (mdpl), kelerengan tanah didominasi oleh lahan-lahan dengan kelerengan antara 0–2% (datar), serta memiliki jenis tanah yang terdiri dari atas tanah aluvial kelabu dan aluvial kelabu tua.

Karakteristik fisik dasar Pulau Madura berbeda dengan Kota Surabaya. Kondisi morfologi Pulau Madura terbagi menjadi dua meliputi wilayah dataran rendah dan perbukitan. Wilayah dataran rendah meliputi bagian utara hingga selatan mengelilingi

Luas = 1.260,14 km2 (18 kecamatan) Luas = 1.233,30 km 2 (14 kecamatan) Luas = 729,30 km2 (13 kecamatan) Luas = 2.093,46 km2 (27 kecamatan)

(24)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

6

wilayah Pulau Madura, terletak pada bagian tepi pulau dan muara sungainya. Pada bagian utara daerah dataran pantai dimulai dari daerah Bangkalan hingga Dungkek, memiliki lebar pantai mencapai lebih dari 1 km, pola aliran dominan adalah sungai dendritik. Memiliki elevasi 0-25 meter dengan lereng landai kurang dari 5%. Perbukitan tersebar memanjang dari barat-timur. Memiliki elevasi lebih dari 25 meter hingga kurang dari 400 meter (dml) dengan kelerengan kurang dar 5-15%, tetapi pada bagian tengah satuan ini selang ketinggian (50-150) meter, seperti melalui wilayah Kecamatan Tambelangan-Kedungdung dan Sampang. Hulu sungai dapat merupakan mata air, dan aliran sungai yang relatif panjang maka aliran air cukup baik.

Kondisi topografi pada tiap Kabupaten di Pulau Madura adalah sebagai berikut topografi wilayah Bangkalan didominasi oleh daerah dengan kemiringan 2-15%; Sampang didominasi dengan kemiringan 9-15%; Pamekasan didominasi dengan kemiringan 0-15%; dan Sumenep didominasi dengan kemiringan 0-8%. Kondisi kelerengan Pulau Madura yang cukup beragam akan tetapi masih didominasi dengan daerah landai dengan kemiringan 0-8%.

Jenis tanah di Pulau Madura yang dominan adalah mediteran yang meliputi hampir seluruh wilayah Pulau Madura, kemudian gleisol, grumusol serta alluvial. Jenis tanah mediteran yang mencakup keseluruhan Pulau Madura dapat peruntukan Tebu, Padi, dan tanaman buah-buahan. Tanah Gleisol yang meliputi sebagian kecil wilayah Bangkalan, Sampang dan Pamekasan dapat diperuntukkan untuk tanaman kelapa, persawahan, perladangan, palawija. Tanah Grumusol meliputi sebagian kecil wilayah pamekasan dan Sumenep dapat diperuntukkan untuk padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kebun lada, tegalan, kebun karet. Tanah alluvial meliputi sebagaian kecil wilayah Sumenep dapat diperuntukkan persawahan, perladangan, kebun kelapa, palawija, dan untuk daerah perikanan. Jenis batuan yang dominan adalah pliosen fasies sedimen yang meliputi hampir seluruh Pulau Madura, pliosen fasies batu gamping serta aluvium.

(25)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

7

Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan Tanah Pulau Madura

Sumber : Kajian Pengembangan Pulau Madura, Tahun 2009, Kementerian PU

Dilihat dari kondisi penggunaan lahannya, secara umum Kota Surabaya didominasi peruntukkan lahan berupa kawasan permukiman dan peruntukkan tambak pada daerah sekitar pesisir pantai Kota Surabaya pada sisi utara dan sisi timur. Sedangkan pola peruntukan lahan Pulau Madura terbagi dalam 2 (dua) kawasan yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Berdasarkan data tahun 2008, jenis peruntukan lahan yang dominan di wilayah Madura adalah tegal dan kebun yang meliputi lebih dari sebagian (58 %) dari seluruh wilayah Pulau Madura. Dan diantaranya Kabupaten Sumenep memiliki prosentase luasan tegal dan kebun yang paling besar (sekitar 36 % dari total tegal dan kebun di Pulau Madura).

1.1.3. Kondisi Perekonomian

Dari segi perekonomian, pertumbuhan ekonomi keempat kabupaten di Madura masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jatim. Pertumbuhan ekonomi Madura ini juga relative lebih lambat dibandingkan Kota Surabaya, hal ini terlihat jelas bahwa Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua setelah Jakarta dan merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia Timur. Pertumbuhan ekonomi Kota Surabaya tahun 2010 mencapai 7,09% dan meningkat pada tahun 2013 (7,34%), di

(26)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

8

atas rata-rata pertumbuhan ekonomi Propinsi Jawa Timur. Sementara itu rata-rata pertumbuhan ekonomi di Madura pada tahun 2013 (6,20%) juga relatif meningkat dibandingkan tahun 2010 (5,54%), akan tetapi masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur (tahun 2010 sebesar 6,68% dan tahun 2013 sebesar 6,55%). Laju pertumbuhan ekonomi di Madura tahun 2013 tertinggi terdapat pada Kabupaten Sumenep yaitu 6,44% dan terendah terdapat pada Kabupaten Sampang yaitu 5,74%.

Nilai Absolut PDRB Kabupaten-Kabupaten se Madura Tahun 2013 mencapai 42,02 Trilyun rupiah dan memberikan kontribusi 3,70 % ke PDRB Jawa Timur tahun 2013 (1.136 Triliyun rupiah). Dimana Kabupaten Sumenep sebagai kabupaten dengan nilai PDRB tertinggi dibandingkan dengan ketiga kabupaten lain di Madura, yaitu pada tahun 2013 nilai PDRBnya mencapai 16,10 Triliun rupiah. Jika dilihat dari sektor/lapangan usaha yang mendominasi struktur perekonomian empat Kabupaten di Pulau Madura, secara umum sektor kontribusi terbesar penyumbang PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) adalah sektor pertanian (40,32%) dan sektor perdagangan (24,85%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam gambar di bawah.

(27)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

9

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi di Madura Tahun 2009-2013

KABUPATEN PERTUMBUHAN EKONOMI (%)

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

BANGKALAN 5.47 6.25 6.37 6.32 SAMPANG 5.40 6.04 6.12 5.74 PAMEKASAN 5.77 6.21 6.32 6.28 SUMENEP 5.51 6.24 6.33 6.44 SURABAYA 7.09 7.56 7.62 7.34 MADURA 5.54 6.19 6.29 6.20 JAWA TIMUR 6.68 7.22 7.27 6.55

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

5. 47 6.25 6.37 6.32 5.4 0 6.04 6.12 5. 74 5.7 7 6. 21 6.32 6.28 5.5 1 7.0 6.24 6.33 6.44 9 7.5 6 7.6 2 7.3 4 0 1 2 3 4 5 6 7 8

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013 BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA

6.68

7.22 7.27

6.55

JAWA TIMUR

Gambar 1.3 Trend Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013

(28)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

10

26,112,472.04 29,000,626.71 32,806,357.14 37,223,451.95 42,023,139.23 0.00 200,000,000.00 400,000,000.00 600,000,000.00 800,000,000.00 1,000,000,000.00 1,200,000,000.00

Tahun 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

Jut a Rup ia h MADURA JATIM*)

Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

32.52 31.92 30.45 28.9 28.09 25.79 26.4 26.88 27.62 28.05 14.93 15.14 15.51 15.66 15.89 2009 2010 2011 2012*) 2013**)

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN BANGKALAN

44.15 43.14 41.93 41.26 40.36 24.56 25.46 26.25 27.07 28.1 12.13 12.01 12.22 12.12 12 2009 2010 2011 2012*) 2013**)

(29)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

11

49.48 49.24 48.59 48.35 47.71 16.45 16.81 17.68 18.13 18.52 13.4 13.32 13.03 12.88 12.69 2009 2010 2011 2012*) 2013**)

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN PAMEKASAN

49.72 48.24 47.43 46.97 46.63 19.63 21.21 22.16 22.76 22.83 9.76 9.53 9.32 9.26 9.21 2009 2010 2011 2012*) 2013**)

DISTRIBUSI PDRB (%) KABUPATEN SUMENEP

Gambar 1.5 Konstribusi Sektor Terhadap PDRB di Madura Tahun 2009 - 2013

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

1.1.4. Kondisi Sumber Daya Alam

A. Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Potensi pertanian tersebar merata pada empat kabupaten di Madura dengan komoditas unggulan pertanian tanaman pangan yang berbeda-beda. Untuk pertanian tanaman pangan, komoditas unggulan adalah jagung, padi dan ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau. Pada tahun 2013, jumlah produksi jagung pada empat kabupaten di Madura mencapai 691.198,9 ton, jumlah produksi padi sawah dan ladang mencapai 867.432 ton, dan ubi kayu mencapai 389.612,22 ton.

(30)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

12

Sementara itu, sektor perkebunan sebagai sub sektor pertanian juga merupakan sektor utama dan sangat potensial dikembangkan di Madura. Komoditas unggulan sektor perkebunan di Madura adalah kelapa, tembakau dan cabe jamu, jambu mete, kopi, kapuk randu dan cengkeh. Pada tahun 2013, jumlah produksi tembakau pada empat kabupaten di Madura mencapai 7.313 ton, jumlah produksi kelapa mencapai 53.133 ton, jumlah produksi tebu mencapai 9.851 ton, dan jumlah produksi jambu mete 8.479 ton. Untuk komoditas tembakau, kontribusi terbesar dihasilkan dari Kabupaten Pamekasan, sedangkan komoditas kelapa terbesar dipasok dari Kabupaten Sumenep.

Dari sub sektor peternakan, komoditas sapi merupakan salah satu komoditas unggulan di Madura. Tahun 2013, produksi sapi Madura mencapai 861.826 ekor dimana 40% berasal dari Kabupaten Sumenep. Selain sapi, komoditas peternakan yang terbesar adalah ayam buras dengan jumlah produksi tahun 2013 mencapai 2.968.694 ekor dan ayam petelur dengan jumlah produksi mencapai 672.739 ekor.

(31)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

13

81,839.60 87,293.20 4,268.70 3,712.30 3,589.20 5,238.40 8,946.80 2,601.90 10,846.20

Produksi tanaman buah-buahan (ton)

Mangga Pisang Pepaya Jambu Biji Jambu Air Jeruk Rambutan Salak Nangka 7,313 7,277 8,479 53,133 24 9,851 118.00 950.90 32.00 51.50 6.70 50.80

Produksi peternakan (ton)

Tembakau Kapuk Randu Jambu Mete Kelapa Kopi Tebu Siwalan Cabe Jamu Pinang Asam Jawa Lada Serat Nanas 2,968,694 414,374 672,739 166,327 82,329 2,934 861,826 41 6,487 327 664 71 846 82,329

Populasi ternak (ekor)

Ayam Buras Ayam Pedaging*) Ayam Petelur I t i k Entog K u d a Sapi Potong Sapi Perah Kerbau Kambing Domba Itik Manila

Gambar 1.6 Produksi Pertanian, Perkebunan, dan Perternakan Madura Tahun 2012

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

B. Kelautan dan Perikanan

Wilayah Madura yang tidak hanya mencakup wilayah daratan melainkan wilayah perairan (kepulauan) juga memiliki potensi sektor perikanan yang cukup besar memberikan kontribusi terhadap sektor perikanan Provinsi Jawa Timur. Sektor perikanan dan kelautan merupakan sektor yang mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, dimana sektor perikanan dan kelautan akan menimbulkan multiplier effect terhadap kegiatan lainnya seperti industri, pelabuhan, perdagangan dan jasa serta sarana prasarana transportasi penunjang kegiatan perikanan. Kabupaten Sumenep merupakan kabupaten penghasil perikanan laut terbesar dibandingkan dengan tiga kabupaten yang lain. Kecamatan penghasil produksi perikanan air

(32)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

14

laut terbesar di Kabupaten Sumenep adalah Kecamatan Masalembu, Arjasa dan Batang-batang.

Produksi perikanan yang berkembang di Kabupaten Sampang berupa perikanan laut sebesar 8.075,071 ton. Produksi perikanan di Kabupaten Pamekasan terbanyak berasal dari perairan umum sebesar 50,500.00 ton. Produksi perikanan yang berkembang yaitu perikanan laut dengan produksi 46,555.21 ton. Jumlah produksi sektor perikanan tangkap dan budidaya Provinsi Jawa Timur mencapai 934,6 ribu ton per tahun dan Pulau Madura mencapai 598,9 ton per tahun. Kontribusi Madura terhadap sektor perikanan Jawa Timur mencapai 64,08%.

Air laut di perairan Madura yang mengandung garam berkualitas tinggi merupakan bahan baku yang terbaik di Indonesia untuk industri garam. Potensi produksi garam di Pulau Madura terdapat di wilayah Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan produksi garam mencapai 462.413,86 ton dengan luas lahan mencapai 8,045.89 Ha. Produksi garam tersebut memberikan konstribusi terhadap produksi garam Jawa Timur sebesar 81,55% (Dinas Kelautan dan Perikanan Jawa Timur, 2011).

(33)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

15

Tabel 1.2 Produksi Komoditas Perikanan Madura Tahun 2010

Kabupaten/Kota Produksi Perikanan Tangkap (Ton) Produksi Perikanan

Budidaya (Ton) Jumlah (Ton)

1. Bangkalan 21.194,70 129,00 21.323,70 2. Sampang 12.429,10 215,40 12.644,50 3. Pamekasan 19.633,30 944,60 20.577,90 4. Sumenep 43.552,10 500.862,80 544.414,90 Total Madura 598.961,00 Total Jatim 934.675,10

Sumber: BPS Jawa Timur, Tahun 2011

Tabel 1.3 Produksi Garam Madura Tahun 2011 Kabupaten/Kota Luas lahan keseluruhan (Ha) Total Produksi (Ton) 1. Bangkalan 115.89 4,310.00 2. Sampang 4,200.00 288,511.00 3. Pamekasan 1,796.00 61,574.86 4. Sumenep 1,934.00 108,018.00 Total Madura 8,045.89 462,413.86 Total Jatim 11,201.96 567,059.08 Madura thd Jatim 71,83 % 81,55 % Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim, 2011

C. Pariwisata

Pulau Madura memiliki potensi 32 destinasi wisata yang berdasarkan jenisnyadapat dikelompokkan menjadi wisata budaya, wisata religius, wisata alam dan kesehatan. Pengembangan pariwisata saat ini berpotensi sebagai salah satu pengungkit pertumbuhan ekonomi Madura, karena Kementerian Pariwisata telah menetapkan Kabupaten Pamekan dan Kabupaten Sumenep sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

(34)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

16

Beberapa kawasan unggulan pariwisata di Madura antara lain wisata ziarah Syaichona Cholil (Kabupaten Bangkalan), wisata budaya kerapan sapi dan sapi sono’ (sapi hias) di Kabupaten Pamekasan, serta wisata kesehatan Pulau Gili Iyang (Kabupaten Sumenep).

Sebaran Potensi Daya Tarik Wisata Madura

Makam Agung Aer Mata Ibu Batik Tj. Bumi Siring Kemuning Hutan kera nepa Air terjun torowan Pantai Slopeng Makam Asta Tinggi

Keraton Sumenep Museum Sumenep M. Syaichona Cholil Mercusuar Sembilangan Pusat jamu Madura Makam P. Kadirun

Bukit Geger P. Rongkang M. Ratu Ebu Waduk Klampis P. Camplong Gua Lebar Batik Proppo

Api tak kunjung padam Makam Batu Ampar Kep. Kangean P. Lombang Masjjid Agung Sumenep

Wisata alam pantai Wisata budaya Wisata kerajinan/kriya

Wisata alam hutan Wisata alam oksigen

M. Syech Yusuf Wisata O2 Giliiyang Pulau Sapudi Grand Final Karapan Sapi 9 9 Kepulauan Kangean

Gambar 1.7 Sebaran Daya Tarik Wisata di Madura

D. Pertambangan

Potensi kekayaan sumber daya alam Pulau Madura lainnya adalah tambang dengan kandungan gas alam serta minyak bumi. Ladang migas di Madura Barat mencapai 22 juta barel. Fakta menunjukkan bahwa saat ini LNG dari Madura telah memasok 60% kebutuhan

(35)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

17

Industri di Jawa Timur, di mana LNG tersebut diambil dari kepulauan Kangean yang disalurkan melalui pipa laut sejauh 450 km ke arah Pulau Jawa.

Blok offshore di Laut Jawa terbentang dari Sumatera bagian Tenggara sampai ke daerah dekat Jawa barat. Berbagai blok yang ada di Laut Jawa adalah blok offshore sekitar Pulau Bawean, Gresik, dan pulau-pulau kecil di wilayah Madura dan Blok Sumatera Tenggara, kedua blok ini mampu menghasilkan produksi sebesar 65.154 barrel per harinya. dengan rincian 62.130 barrel minyak mentah ditambah 3.024 barrel kondensat. Perusahaan yang mengoperasikannya adalah British Petroleum, Pertamina, CNOOC S.E.S. HESS, TOTAL, KODECO Energy, ExxonMobil, Lapindo, Kangean Energy, Pertamina, dan Petrochina.

Sektor pertambangan di Pulau Madura terdiri dari tambang golongan C dan tambang golongan A dan didominasi oleh bahan galian C. Potensi terbesar untuk pertambangan terdapat pada Kabupaten Pamekasan dengan hasil pasir kuarsa kalsit. Potensi gas bumi terdapat di Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Hasil pertambangan yang ada di Kabupaten Sampang terdiri dari batu gamping, batu putih, pasir sungai, pasir laut, sirtu, tanah liat, pasir gunung, dimana produksi pertambangan tertinggi adalah batu gamping sebesar 978 ton.

Potensi hasil tambang yang ada di Kabupaten Pamekasan terdiri dari pasir, batu kapur, tanah liat, tanah urug, dan sirtu. Hasil tambang berupa pasir hanya terdapat di Kecamatan Pademawu dan Galis. Hasil tambang berupa batu kapur terdapat di Kecamatan Larangan, Palengaan, Pegantenan, dan Pasean. Hasil tambang tanah liat dapat ditemukan pada Kecamatan Pademawu, Palengaan. Hasil tambang tanah urug dimiliki Kecamatan Larangan, Pamekasan, Palengaan, dan Waru. Hasil tambang berupa sirtu ada di Kecamatan Tlanakan, Pamekasan, dan Batumarmar. Sementara itu produksi pertambangan di Kabupaten Sumenep antara lain berupa batu gunung, pasir kerikil, dan pasir urug, Produksi tertinggi di sektor ini berupa batu gunung sebesar 58.032,19 ton.

(36)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

18

1.1.5. Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura relative mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya. Jika pada tahun 2010 IPM Provinsi Jatim rata-rata 71,62% dan Madura 59,70 - 65,60%, maka IPM pada tahun 2013 mengalami peningkatan untuk Provinsi Jawa Timur 73,54% dan Madura 62,39 – 67,17%. Namun kondisi tersebut masih menunjukkan kondisi masyarakat Madura yang masih tertinggal jika dibandingkan kondisi masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Kondisi tersebut juga terlihat dengan melihat jumlah penduduk miskin di Madura terhadap penduduk miskin di Jawa Timur sampai tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Madura memiliki prosentase 17,5% (870.000 orang) terhadap jumlah penduduk miskin di Jawa Timur (4.960.100 orang).

Tabel 1.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013

KABUPATEN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

BANGKALAN 64.51 65.01 65.69 66.19

SAMPANG 59.70 60.78 61.67 62.39

(37)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

19

KABUPATEN

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (%)

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

SUMENEP 65.60 66.01 66.41 66.89

SURABAYA 77.28 77.85 78.33 78.97

JAWA TIMUR 71.62 72.18 72.84 73.54

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

64 .5 1 59 .7 0 64 .6 65 .6 77.2 8 65 .0 1 60 .7 8 65 .4 8 66 .0 1 77.8 5 65 .6 9 61 .6 7 66 .5 1 66 .4 1 78.3 3 66 .1 9 62 .3 9 67 .1 7 66 .8 9 78.9 7 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP SURABAYA

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 TAHUN 2013

71.62 72.18 72.84

73.54

Gambar 1.8 Trend Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Madura Tahun 2010-2013

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Dilihat dari kondisi ketenagakerjaannya, sampai tahun 2013 jumlah angkatan kerja pada 4 kabupaten di Madura mencapai 2.135.048 orang, dengan jumlah angkatan kerja terbanyak di Kabupaten Sumenep yaitu sebesar 645.569 orang. Sementara tingkat pengangguran terbuka di Pulau Madura sekitar 3,93%, untuk tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada Kabupaten Bangkalan yaitu 6,78%. Untuk lebih jelas mengenai data angkatan kerja dan tingkat pengangguran terbuka di Madura tahun 2009-2013 dapat dilihat dalam tabel dan gambar di bawah.

(38)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

20

Tabel 1.5 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja di Madura Tahun 2009-2013

KABUPATEN JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG)

2009 2010 2011 2012 2013*) BANGKALAN 500.688 461.365 473.198 492.413 507.089 SAMPANG 493.170 461.746 480.195 499.631 491.679 PAMEKASAN 482.625 454.102 464.908 482.955 490.711 SUMENEP 624.715 614.494 661.924 644.439 645.569 TOTAL 2.101.198 1.991.707 2.080.225 2.119.438 2.135.048

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

50 0, 68 8 49 3, 17 0 48 2, 62 5 62 4, 71 5 46 1, 36 5 46 1, 74 6 45 4, 10 2 61 4, 49 4 47 3, 19 8 48 0, 19 5 46 4, 90 8 66 1, 92 4 49 2, 41 3 49 9, 63 1 48 2, 95 5 64 4, 43 9 50 7, 08 9 49 1, 67 9 49 0, 71 1 64 5, 56 9

BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP

JUMLAH ANGKATAN KERJA (ORANG) MADURA

TAHUN 2009 – 2013

2009 2010 2011 2012 2013*)

Gambar 1.9 Trend Angkatan Kerja di Madura 2009-2013

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Tabel 1.6 Tingkat Pengangguran Terbuka di Madura Tahun 2009-2013

KABUPATEN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%)

2009 2010 2011 2012 2013*) BANGKALAN 5,14 6,05 6,37 5,13 6,78 SAMPANG 1,70 1,79 2,13 1,71 4,68 PAMEKASAN 2,17 3,53 2,61 2,29 2,17 SUMENEP 2,27 2,06 1,99 1,14 2,56 TOTAL 3,57 3,23 3,13 2,44 3,93

(39)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

21

-1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 2009 2010 2011 2012 2013*)

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (%) MADURA

TAHUN 2009 - 2013

BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP

Gambar 1.10 Trend Pengangguran Terbuka di Madura 2009-2013

Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014

Dilihat dari sosial budayanya, mayoritas penduduk di Pulau Madura beragama Islam dan sampai saat ini masih sangat mewarnai corak kehidupan masyarakatnya. Peran ulama/kyai menjadi menonjol dan merupakan figur sentral yang dihormati dan ditaati. Dalam adat istiadatnya, masyarakat Madura masih kental dengan kearifan local peran 4 (empat) elemen, yaitu Bapa’, Ebuh, Guru dan Rato’.

1.1.6. Kondisi Infrastruktur

Kondisi infrastruktur di wilayah Kota Surabaya secara umum cukup memadai bila dibandingkan dengan kondisi infrastruktur di wilayah Pulau Madura yang relatif lebih minim. Kondisi infrastruktur wilayah Surabaya-Madura diuraikan sebagai berikut:

1. Jaringan Jalan

Jaringan jalan di Pulau Madura dihubungkan dengan ruas jalan utama yang melintas pada pesisir utara (lintas utara), pesisir selatan (lintas selatan), dan jalan lintas tengah yang menghubungkan keduanya; dimana ketiga jaringan jalan utama tersebut berfungsi sebagai jalan penghubung regional kewilayahan antar kabupaten di Pulau Madura dan juga sebagai

(40)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

22

jalur utama penghubung dengan akses Suramadu sehingga dapat terlihat keterjalinan infrastruktur transportasi dengan Jembatan Suramadu serta Kota Surabaya sebagai pusat ekonomi di sekitar Pulau Madura. Sesuai dengan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2029 (Perda Jawa Timur nomor 5 Tahun 2012), maka jaringan jalan lintas Pulau Madura meliputi jalan yang memiliki status eksisting :

 Jalan Lintas Utara sebagai jalan provinsi sepanjang 178 km;

 Jalan Lintas Tengah Selatan sebagai jalan nasional sepanjang 193 km;

 Jalan Lintas Selatan (Kamal – Sampang) sebagai jalan provinsi sepanjang 84,3 km;  Jalan Penghubung Lintas Utara – Selatan sebagai jalan provinsi dan kabupaten

sepanjang 180 km; dan

 Jalan di dalam kawasan (jalan lingkar dalam kota) sebagai jalan desa dan jalan kabupaten sepanjang 28 km.

Berdasarkan kondisi eksisting tahun 2013, kondisi jalan di Madura didominasi dengan kondisi yang relatif baik. Kondisi jaringan jalan lintas Pulau Madura tersebut pada umumnya memiliki lebar jalan ± 4 – 6 meter dengan panjang total 663,3 km. Untuk lebih jelas, kondisi jaringan jalan di setiap kabupaten di Madura dapat terlihat sebagai berikut:

Tabel 1.7 Kondisi Jaringan Jalan Pulau Madura Tahun 2013

KONDISI PANJANG (KM)

BANGKALAN SAMPANG PAMEKASAN SUMENEP

BAIK 484,90 745,56 441,72 538,88 SEDANG 109,92 98,14 121,28 RUSAK RINGAN 74,63 294,80 30,67 497,49 RUSAK BERAT 51,92 81,06 14,49 520,73 tidak ada Keterangan 30,60 168,91 TOTAL 721,37 1121,42 615,62 1847,27

(41)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

23

Gambar 1.11 Peta Jaringan Jalan Pulau Madura

Tabel 1.8 Kondisi Jalan Lintas Utara Pulau Madura (Jalan Propinsi)

NO NAMA RUAS LOKASI PANJANG (km) LEBAR (m) Baik KONDISI 2013 (km)

Sedang (km)

Rusak (km) 1 Bangkalan - Batas Kab. Sampang Bangkalan 46.38 4 - 8 12.77 27.61 6.00 2 Batas Kab. Bangkalan - Ketapang Sampang 17.54 4 - 6 17.54 - - 3 Ketapang - Batas Kab.

Pamekasan Sampang 23.02 4 - 8 21.02 0.50 1.50 4 Batas Kab. Sampang - Sotobar Pamekasan 5.68 4 - 2.40 3.28 5 Sotobar - Batas Kab. Sumenep Pamekasan 12.32 4 - 12.32 - 6 Batas Kab. Pamekasan - Sumenep Sumenep 35.30 4 - 6 12.36 22.94 - 7 Batas Kota Sumenep - Pantai Lombeng Sumenep 26.45 4 - 7 3.52 2.28 20.65

(42)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

24

Tabel 1.9 Kondisi Jalan Lintas Lintas Tengah Selatan Madura (Jalan Nasional)

NO NAMA RUAS PANJANG (km) LEBAR (m) KONDISI 2012

1 Bts. Kota Sampang-Bts. Kab Pamekasan 7.60 6 Baik 2 Bts. Kota Pamekasan-Bts. Kab.Sumenep 5.17 6 Baik 3 Bts. Kab. Pamekasan-Bts. Kota Sumenep 26.78 6 Baik 4 Bts. Kota Sumenep - Kalianget 8.83 6 Baik

TOTAL 43.38

Tabel 1.10 Kondisi Jalan Lintas Lintas Selatan Madura (Jalan Kabupaten)

NO NAMA RUAS PANJANG (km) LEBAR (m) Keterangan

1 Pembangunan Jembatan Sreseh-Pangarengan, Cs 0.51 - 2 Pembangunan Jalan Modung-Sreseh 7.00 - 3 Pembangunan Jalan Lingkar Sampang 2.50 - 4 Pembangunan Jalan Kamal-Modung 30 4

TOTAL 40.01

2. Prasarana Perhubungan

Pulau Madura sebagai bagian dari kepulauan yang ada di Propinsi Jawa Timur memiliki transportasi penghubung pula yang berfungsi menghubungkan wilayah di Pulau Madura sebagai pulau utama dengan pulau-pulau kecil di sekitar Pulau Madura, dengan memanfaatkan jalur penyeberangan laut dan bandara udara Trunojoyo di Kabupaten Sumenep. Berdasarkan RTRW Propinsi Jawa Timur Tahun 2009 – 2029, pada saat ini terdapat beberapa pelabuhan yang sudah dikembangkan di Pulau Madura meliputi :

 Pelabuhan nasional di Sapudi, Sapeken dan Kangean di Kabupaten Sumenep.

 Pelabuhan regional di Branta (Kabupaten Pamekasan), Telaga Biru (Kabupaten Bangkalan), dan kalianget di Kabupaten Sumenep.

 Pelabuhan lokal di Masalembu, Gayam dan Raas(Kabupaten Sumenep), Taddan (Kabupaten Sampang), serta Sepulu di Kabupaten Bangkalan.

(43)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

25

Transportasi penyeberangan laut di Pulau Madura juga didukung dengan pelabuhan penyeberangan yang terdapat di Tanjung Perak – Kamal (Bangkalan), Jangkar (Situbondo) – Wilayah Sumenep, Kalianget – Ketapang, dan masih terdapat pelabuhan lainnya yang digunakan sebagai transportasi penyeberangan. Pengembangan pelabuhan penyeberangan kedepan diarahkan pada wilayah kepulauan dengan meningkatkan jalur pelayaran untuk memberikan akses pada pulau-pulau khususnya di wilayah Kabupaten Sumenep, dengan memanfaatkan prasarana pelabuhan penyeberangan Kalianget.

Sistem transportasi antar pulau di wilayah Madura sangat penting karena jumlah pulau kecil sangat banyak di wilayah Madura yaitu sebanyak 126 pulau dan yang berpenghuni 48 pulau. Diantara 48 pulau yang berpenghuni tersebut, prasarana perhubungan antar pulau belum memadai dan untuk itu dibutuhkan peningkatan prasarana perhubungan dan pendukungnya. Pulau - pulau kecil yang merupakan simpul – simpul utama perhubungan laut antar pulau, yaitu : Pulau Mandangin, Pulau Gili Raja, Poteran, Pulau Sapudi, Pulau Ra’as, Pulau Sapekan, Pulau Pagerungan Besar, Pulau Kangean, Pulau Keramaian dan Pulau Masalembu.

Untuk transportasi udara, Pulau Madura memiliki bandara udara Trunojoyo yang terletak di Kabupaten Sumenep. Pengembangan perhubungan udara di Wilayah Suramadu direncanakan melalui peningkatan Kapasitas Bandar Udara Trunojoyo yang terletak di

(44)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

26

Kabupaten Sumenep sebagai pintu gerbang kedua Pulau Madura selain Jembatan Suramadu. Pengembangan bandara ini strategis untuk mobilitas angkutan transportasi wilayah Timur Pulau Madura dengan kota kota di Pulau lain.

3. Air Baku

Kapasitas pengolahan air bersih yang tersedia di Pulau Madura sebesar 1.300 liter/detik saat ini belum dapat memenuhi perkiraan perkembangan dimasa yang akan datang. Sedangkan potensi sumberdaya air yang tersedia mencapai 33.500 liter/detik. Beberapa potensi sumber air baku di Pulau Madura antara lain:

 Waduk/Embung

Beberapa potensi waduk yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku di Wilayah Suramadu adalah Waduk Blega (Kabupaten Bangkalan), Waduk Klampis dan Waduk Nipah (Kabupaten Sampang) dan Tambak Agung (Kabupaten Sumenep).

 Mata Air

Terdapat beberapa titik mata air Kabupaten Bangkalan di wilayah bagian Utara (Kec.Sepulu, Tanjung Bumi dan Klampis), di wilayah bagian Selatan (Kec.Modung,

(45)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

27

Tragah dan Kwanyar), sedangkan wilayah bagian Tengah (Kec.Konang, Geger, Tanah Merah dan Burneh), terdapat mata air atau sumber berkapasitas kecil yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk kebutuhan sehari – hari.Sedangkan, potensi mata air lainnya yang tersebar di keempat kabupaten merupakan sumber mata air yang belum dimanfaatkan secara maksimal baik untuk penyediaan air minum maupun air bersih.

 Air Tanah

Beberapa sumber air tanah terdapat di Kabupaten Bangkalan bagian barat, selatan dan sedikit di bagian utara yang digunakan untuk irigasi pertanian, air perkotaan dan industri karena ditunjang dengan kondisi geologi dan dipengaruhi geohidrologi, topografi dan morfologi. Cakupan sumber air tanah tersebut menyebar di berbagai kecamatan lintas kabupaten yaitu di Kabupaten Sampang bagian utara (yang berbatasan dengan Kabupaten Bangkalan) dan Sampang bagian Selatan, Kabupaten Pamekasan bagian Tengah dan Selatan, serta Kabupaten Sumenep bagian tengah dan sedikit ke barat

4. Energi Listrik

Distribusi listrik Madura berasal dari Jaringan Listrik Jawa-Madura-Bali (Jamali) yang dipasok Perusahaan Listrik Negara (PLN). Wilayah Madura masih mengalami deficit listrik karena kebutuhan listrik hingga tahun 2010 adalah sebesar 120 MW (media online, 14 januari 2010), namun baru dipasok 110 MW.

Pasokan listrik Jamali dialirkan melalui kabel bawah laut dari Gresik sebesar 80 MW dan sisanya dipasok dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) berlokasi di Gili Timur,

Jaringan Sistem Interkoneksi JAMALI Wilayah Jawa Timur

(46)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

28

Kecamatan Kamal Kabupaten Bangkalan sebesar 30 MW. Untuk sumber listrik di pulau – pulau kecil Madura, umumnya masih menggunakan tenaga diesel dan pembangkit listrik tenaga surya yang skala pelayanannya terbatas.Hal ini selain jarak antar pulau-pulau kecil dengan pulau utama relatif jauh, pulau-pulau kecil tersebut sulit mendapatkan pasokan solar pada kondisi iklim yang ekstrim terisolir.Hal ini mengakibatkan penyediaan tenaga listrik sangat terbatas dan menjadi kendala utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat yang umumnya bekerja sebagai nelayan.

1.1.7. Kawasan Potensial Wilayah Suramadu

Berdasarkan pendekatan berbasis pada sumberdaya unggulan Madura, kedekatan dengan pusat – pusat pelayanan, aksesbilitas dengan pintu – pintu outlet (lokal dan regional) dan mengacu pada rencana tata ruang, diidentifikasi 22 (dua puluh dua) klaster/kawasan yang sudah berkembang maupun berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat – pusat pertumbuhan ekonomi. Pengembangan klaster/kawasan diarahkan untuk mendukung perkembangan ekonomi melalui pengembangan sektor – sektor strategis secara berkelanjutan.

Sektor strategis dapat diartikan sebagai sektor – sektor yang mempunyai multiplier effect (backward – forward linkages) yang besar yang mempunyai kemampuan secara berkelanjutan dapat dikembangkan melalui investasi infrastruktur yang efisien. Pengembangan sektor strategis Madura difokuskan pada sektor pertanian, perikanan dan kelautan, pariwisata dan industri perdagangan jasa.

(47)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

29

Gambar 1.12 Klaster/Kawasan di Wilayah Suramadu

1.3 POTENSI DAN PERMASALAHAN

1.2.1. Potensi Wilayah Suramadu

Wilayah Suramadu terdiri dari sebagian wilayah Kota Surabaya dan seluruh Wilayah Pulau Madura (Kabupaten Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep). Karakteristik perekonomian kedua wilayah tersebut sangat berbeda, dimana Kota Surabaya didominasi dengan kegiatan perdagangan dan jasa, sementara itu di Wilayah Pulau Madura dengan didominasi kegiatan berbasis sumber daya alam.

(48)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

30

Pulau Madura memiliki potensi yang sangat besar terutama di sector pertanian, perkebunan, peternakan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan industri kecil menengah. Potensi Wilayah Madura akan lebih ekonomis dimanfaatkan secara terpadu dengan potensi kawasan Surabaya dan sekitarnya, agar dapat mewujudkan wilayah Suramadu sebagai suatu pusat pertumbuhan ekonomi di Jawa Timur. Adapun potensi wilayah Suramadu antara lain:

 Kawasan Suramadu merupakan bagian dari Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kawasan Perkotaan Gerbangkertasusila yang ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) pertumbuhan ekonomi.

 Pulau Madura memiliki potensi pertanian pangan, perkebunan, peternakan, perikanan darat dan perikanan laut serta pertambangan, yaitu:

- Produk perikanan Pulau Madura pada saat ini berkontribusi kurang lebih 60% dari produk perikanan di Propinsi Jawa Timur

- Produk garam Pulau Madura berkontribusi sekitar 50% dari produk garam Nasional (kurang lebih 1.200.000 ton per tahun)

- Produk ternak sapi kurang lebih 1.000.000 ekor per tahun, dan produk perkebunan tebu di Madura kurang lebih 250.000 ha per tahun.

 Pengembangan industri lokal, seperti garam, kerajinan dan batik Madura, serta potensi pengembangan industri berbasis pada pertanian pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan;

 Potensi wisata budaya, religi dan alam yang didasarkan pada budaya lokal tersebar lebih dari 30 destinasi wisata di Pulau Madura.

(49)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

31

1.2.2. Permasalahan yang Dihadapi

Beberapa permasalahan utama yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan di Wilayah Suramadu, yaitu :

1) Kesenjangan perkembangan antara Wilayah Madura dengan wilayah-wilayah lain di Propinsi Jawa Timur

Kegiatan ekonomi di Wilayah Madura didominasi oleh kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan. Hal ini mempengaruhi tingkat pendapatan dan pendidikan masyarakat sehingga migrasi penduduk dari Pulau Madura ke pusat kota-kota lain khususnya Surabaya (termasuk didalamnya brain drain). Ketimpangan pembangunan akan semakin tinggi dan menimbulkan masalah sosial dan lingkungan. 2) Ketersediaan infrastruktur yang terbatas, seperti jalan, listrik dan air baku

menyebabkan sulitnya perkembangan sektor-sektor penggerak pertumbuhan ekonomi seperti industry dan perdagangan

Keterbatasan infrastruktur di wilayah Suramadu menjadi permasalahan penting, yang seharusnya segera ditanggulangi untuk mempercepat pengembangan wilayah Suramadu. BP-BPWS memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas infrastruktur di wilayah Suramadu.

Masih tingginya ketimpangan antar kawasan di wilayah Suramadu antara keempat kabupaten di Pulau Madura, yaitu Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep, dengan Kota Surabaya maupun rata-rata wilayah di Provinsi Jawa Timur, sebagai akibat masih rendahnya konektivitas antarwilayah di Pulau Madura dan belum meratanya ketersediaan infrastruktur. Ketersediaan infrastruktur yang memadai akan mempermudah aksesibilitas pusat-pusat pertumbuhan kawasan. Pendekatan pembangunan infrastruktur berbasis kawasan semakin penting untuk diperhatikan. Pengalaman menunjukkan bahwa infrastruktur transportasi berperan besar untuk membuka

(50)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

32

isolasi wilayah. Sementara itu, ketersediaan infrastruktur pengairan merupakan prasyarat kesuksesan pembangunan pertanian dan sektor-sektor lainnya.

3) Belum memperoleh opini WTP dan dukungan manajemen yang optimal Penyelenggaran catatan atas laporan keuangan di lingkungan BP-BPWS sudah cukup baik, meskipun belum mendapatkan opini WTP dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia. Selain itu, penataan kelembagaan BPWS, pengaturan ketentuan ketentuan organisasi dan pelaksanaan tugas, rekrutmen personel profesional sangat dibutuhkan untuk mendukung berfungsinya suatu organisasi BPWS yang dapat menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif. Selain itu dukungan sarana dan prasarana perkantoran yang memadai juga akan mengoptimalkan pelaksanaan tugas. Untuk mendukung kecepatan ketersediaan informasi, diperlukan inventarisasi, pencatatan, pelaporan BMN yang akurat serta pengamanannya dan pengelolaannnya secara tertib, diperlukan koordinasi dan sinkronisasi antar Deputi, Sekretariat dan Divisi yang lebih baik.

4) Perlu ditingkatkan sinergitas koordinasi antar unsur pemerintah pusat, daerah, swasta dan masyarakat

Sebagaimana instansi pemerintah lainnya, BPWS dalam mengembangkan kawasan Suramadu memiliki keterbatasan anggaran. Oleh karena itu pelaksanaan pengusahaan dan investasi perlu melibatkan pelaku usaha lokal terutama untuk dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.

5) Kesenjangan ekonomi di wilayah Suramadu dan perlu penyamaan persepsi dalam hal otonomi daerah

Tingkat perkembangan ekonomi Wilayah Madura yang relatif rendah dibanding dengan wilayah-wilayah di Jawa Timur. Kondisi ini dapat dilihat dari masih relatif lambat dan lemahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah Madura. Di sisi lain,

(51)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

33

Pulau Madura memiliki potensi alam yang melimpah meliputi potensi sektor pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan dan kelautan, maupun pariwisata. Dalam perpektif pelaksanaan otonomi daerah, untuk pengembangan wilayah Suramadu, perlu diadakan kerjasama antar daerah antara Pemerintah Kabupaten di Wilayah Madura dan atau pemerintah Kota Surabaya. Sebagaimana diamanatkan oleh pasal 196 UU No. 32 Tahun 2004, bahwa pelaksanaan urusan pemerintahan yang mengakibatkan dampak lintas daerah dikelola bersama oleh daerah terkait. Seiring dengan prinsip itu penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

1.2.3. Isu Strategis dan Tantangan

Isu strategis yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu, yaitu:

a. Aspek Pengembangan Wilayah dan Ekonomi

Ketimpangan di antara Wilayah Suramadu merupakan salah satu isu strategis yang meliputi lemahnya keterkaitan hubungan antara desa-kota, perbedaan nilai tambah dari berbagai sektor pertanian, kurang berkembangnya kegiatan perindustrian lokal, belum optimalnya pengembangan kegiatan ekonomi pertanian, perikanan dan pariwisata Pulau Madura serta belum memadainya kapasitas dan kualitas infrastruktur dan SDM. Untuk itu diperlukan upaya pengembangan kawasan-kawasan strategis di tingkat lokal yang berupa klaster-klaster potensi unggulan dan sentra-sentra produksi, pengolahan dan pemasaran unggulan yang diharapkan dapat menciptakan trickle down effect untuk pertumbuhan ekonomi Madura, yang terintegrasi dengan kawasan strategis di tingkat propinsi (KSP) dan nasional (KSN).

(52)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

34

b. Aspek Pengembangan SDM

Dilihat dari aspek kondisi sosial budaya masyarakat Madura saat ini, apabila dikaitkan dengan pengembangan industrialisasi di Madura, maka beberapa isu strategis pengembangan SDM di Madura adalah:

 Pengembangan kawasan-kawasan strategis yang berupa pusat – pusat produksi perlu mempertimbangkan prioritas pengembangan SDM dengan memperhatikan kearifan lokal.

 Tingkat pendidikan dan ketrampilan belum memenuhi kebutuhan industrialisasi  Pelaku ekonomi lokal sulit masuk dalam sektor modern baik karena kemampuan

investasi, kemampuan produksi dan lain sebagainya. c. Aspek Pengusahaan dan Investasi

Peningkatan iklim investasi dan iklim usaha di wilayah Suramadu menjadi sangat penting bagi perekonomian wilayah Suramadu karena dapat memberikan efek ganda (multiplier effect) terhadap perekonomian yang cukup besar. Oleh karena itu perubahan pola pikir (mindset) dalam pemahaman bahwa pembangunan ekonomi wilayah membutuhkan kolaborasi bersama antara Pemerintah Pusat (melalui BPWS dan sektor) dan Daerah, dunia usaha (BUMN, BUMD dan swasta) dalam semangat Suramadu Incorporated. Pengusahaan dan investasi kawasan Suramadu diharapkan dapat memberikan ruang kepada pelaku usaha lokal terutama untuk dapat meningkatkan nilai tambah pemanfaatan sumberdaya lokal. BUMN, BUMD dan swasta diharapkan dapat menjadi pilar dan kontributor utama investasi dalam pelaksanaan pengelolaan dan pengusahaan kawasan.

d. Aspek Dukungan Sektor

Infrastruktur transportasi darat, laut dan udara menjadi sangat penting untuk disediakan mengingat kondisi geografis Madura berupa kepulauan dengan disparitas ekonomi antar kawasan yang sangat beragam. Tersedianya infrastruktur transportasi akan memperlancar arus barang, manusia dan jasa, serta dapat menjadi

(53)

BAB 1– PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

35

penghubung yang efisien antara sumber bahan baku (resource), pusat produksi dan pasar. Selain itu, ketersediaan infrastruktur transportasi yang memadai akan menciptakan konektivitas antar daerah bahkan antar pulau, termasuk daerah terpencil dengan daerah terdekat bahkan dengan pusat pertumbuhan ekonomi. Pada akhirnya tersedianya infrastruktur akan banyak membawa dampak posistif bagi produktivitas industri, kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan daya saing. Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu bersifat multisektor dan multi dimensi, sehingga perlu dukungan dan keterlibatan serta komitmen sektor terkait secara optimal.

Tantangan yang dihadapi dalam rangka percepatan pengembangan Wilayah Suramadu, yaitu:

a. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Pulau Madura

Pengembangan Sumber Daya Manusia untuk mendukung penelitian dan pengembangan maupun kegiatan produksi pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, industri dan jasa.

b. Perlu ditingkatkan sinergitas kooodinasi antar unsur pemerintah pusat, daerah, swasta dan masyarakat

Percepatan pengembangan Wilayah Suramadu merupakan lingkup penugasan yang bersifat lintas sektor dan sinergi pusat dan daerah. Dukungan kebijakan pemerintah baik pusat, propinsi, dan daerah (baik kebijakan sektoral maupun tata ruang) yang sinergis sangat diperlukan untuk memperkuat pelaksanaan program/kegiatan percepatan pengembangan Wilayah Suramadu.

c. Koordinasi, sinkronisasi program dan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan, pembangunan dan pemeliharaan/pengelolaan infrastruktur

Program percepatan pengembangan Wilayah Suramadu perlu diintegrasikan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan

(54)

BAB 1 – PENDAHULUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

36

Jangka Menengah Daerah (baik propinsi maupun kabupaten/kota) serta dikoordinasikan dengan sektor-sektor lain seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Perhubungan, PLN dan sektor lain yang terkait.

d. Menciptakan iklim yang kondusif untuk investasi.

Peningkatan iklim yang kondusif untuk pengembangan investasi dan usaha sangat penting untuk mendorong investasi masuk (baik investasi domestik maupun investasi asing) dan mendorong berkembangnya usaha di wilayah Suramadu. Meningkatnya investasi dan berkembangnya usaha sangat penting untuk mendorong aktivitas perekonomian, karena dapat menggerakkan usaha lain yang terkait dan dapat menciptakan lapangan kerja baru, sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

(55)
(56)
(57)

BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

37

(58)

BAB 2 – VISI, MISI, DAN TUJUAN RENSTRA BP-BPWS 2015-2019

38

VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1 VISI BADAN PENGEMBANGAN WILAYAH SURAMADU

Visi dapat diartikan sebagai keadaan dari sesuatu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dalam konteks pengembangan wilayah Suramadu, visi dapat diartikan sebagai keadaan wilayah Suramadu yang diharapkan di masa yang akan datang. Dengan memperhatikan arah kebijakan, strategi pembangunan dan penataan ruang Nasional, Provinsi Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Wilayah Suramadu, kondisi geografis, potensi strategis Pulau Madura dan sosial budaya masyarakat, percepatan pengembangan wilayah Suramadu, maka disusun visi jangka panjang percepatan pengembangan Wilayah Suramadu sebagai berikut:

“Mendukung Percepatan Pembangunan Wilayah Suramadu Untuk

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dan Pengembangan Wilayah”

Berdasarkan visi pengembangan Wilayah Suramadu di atas, Badan Pelaksana BPWS sesuai peran dan fungsinya mempunyai visi untuk mendukung percepatan pengembangan Kawasan Suramadu khususnya untuk periode tahun 2015-2019 sebagai berikut:

“Terwujudnya Percepatan Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu

melalui Pembangunan Kawasan, Dukungan Sektor dan Kerjasama Dengan

Badan Usaha”

Gambar

Gambar 1.1 Wilayah Administrasi Suramadu (Surabaya – Madura)  Sumber : Diolah dari berbagai sumber
Gambar 1.2 Kondisi Ketinggian Permukaan Tanah Pulau Madura  Sumber : Kajian Pengembangan Pulau Madura, Tahun 2009, Kementerian PU
Gambar 1.3 Trend Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Suramadu tahun 2010-2013  Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
Gambar 1.4 Kontribusi PDRB Madura terhadap Jawa Timur Tahun 2010-2013  Sumber : BPS Propinsi Jatim, 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian terkait dengan apa yang mau dilakukan, apa yang mau untuk mengatasi permasalahan itu, jadi kalau saya menurut saya kalau ada masalah rekomendasi yang

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tata Ruang Kota Bekasi merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan yang memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan

Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memuat tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran model Cooperative Learning tipe STAD yang memenuhi kelayakan sebagai perangkat pembelajaran

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian harga pokok variabel5. Mahasiswa dapat menentukan

Renstra Biro Hubungan Masyarakat Kemenperin Tahun 2020-2024 memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis, arah kebijakan, strategi, program, kegiatan, dan anggaran pada

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) tahun 2014-2019, disusun sebagai wadah penjabaran visi, misi, tujuan, strategi dan kebijakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

6.Sesudah menerapkan Balanced Scorecard, bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan dilihat dari keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis