• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

Menurut pendapat Sudikno Mertokusumo kata teori berasal dari kata theoria yang artinya pandangan atau wawasan, kata teori mempunyai banyak arti dan biasanya diartikan sebagai pengetahuan yang hanya ada dalam alam pikiran tanpa dihubungkan dengan kegiatan yang bersifat praktis.21Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi.22 Sedangkan kerangka teori merupakan landasan dari teori atau dukungan teori dalam membangun atau memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis. Kerangka teori atau landasan teori dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat teori, tesis

21Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pusaka, 2012), hal. 4.

22 JJ. M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-Asas, (Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Penyunting M. Hisyam , 1996), hal. 203.

mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang dijadikan masukan eksternal dalam membuat kerangka berpikir dalam penulisan.23

Sedangkan menurut H.R. Otje Salman dan Anthon F. Susanto, teori berasal dari kata theoria dalam bahasa Latin yang berarti perenungan yang pada gilirannya berasal dari kata thea dalam bahasa Yunani yang secara hakiki menyiratkan sesuatu yang disebut dengan realitas. Dalam banyak literatur beberapa ahli menggunakan kata ini untuk menunjukkan bangunan berpikir yang tersusun secara sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataannya), juga simbolis.24

Tugas teori hukum ialah memberikan suatu analisis tentang pengertian hukum dan tentang pengertian-pengertian lain yang dalam hubungan ini relevan, kemudian menjelaskan hubungan antara hukum dengan logika dan selanjutnya memberikan suatu filasafat ilmu dari ilmu hukum dan suatu ajaran metode untuk praktek hukum.25

Dalam pemungutan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dikenal sistem pemungutan pajak Self Assessment System. Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak di mana wajib pajak diberi wewenang

untuk menghitung, melaporkan dan membayar sendiri besarnya pajak yang terutang atau yang harus dibayar. Sistem ini diberlakukan untuk memberikan kepercayaan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat guna meningkatkan kesadaran dan peran serta

23M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, ( Bandung : Mandar Madju, 1994), hal. 80.

24H.R. Otje Salman S dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum, Mengingat, Mengumpulkan dan Membuka Kembali, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2010), hal. 21.

25B. Arief Sidharta, Meuwissen Tentang Pengembanan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum, (Bandung : PT. Refika Aditama, 2007), hal. 31.

masyarakat dalam menyetorkan pajaknya. Negara hanya bertindak sebagai pengawas atas pelaksanaan undang-undang pajak. Sistem ini digunakan di Indonesia pada pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).26

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan yang berkaitan dengan penyetoran modal (inbreng) yang dilakukan oleh pendiri Perseroan dalam bentuk lain yang tidak berupa uang tunai, yakni tanah dan/atau bangunannya adalah Teori Pemilikan Bersama (propriete collective) dari Marcel Planiol. Menurut teori ini, hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban anggota bersama-sama. Disamping hak milik pribadi, hak milik serta kekayaan itu merupakan harta kekayaan bersama. Anggota-anggota tidak hanya dapat memiliki masing-masing untuk bagian yang tidak dapat dibagi, tetapi juga sebagai pemilik bersama-sama untuk keseluruhan. Disini dapat dikatakan, bahwa orang-orang yang berhimpun itu semuanya merupakan suatu kesatuan dan membentuk suatu pribadi yang dinamakan badan hukum.

Pada fase penyetoran modal (inbreng) yang dilakukan oleh pendiri Perseroan dalam bentuk lain yang tidak berupa uang tunai, yakni tanah dan/atau bangunannya, semata-mata dilakukan dengan tujuan untuk memberikan modal (harta kekayaan) pada Perseroan dan memisahkannya dari harta kekayaan pribadi masing-masing para pendiri Perseroan. Dengan penyetoran modal (inbreng) seperti ini maka terjadi suatu pemilikan bersama dari para pendiri Perseroan atas barang-barang dan hak-hak yang telah dimasukkan sebagai modal oleh para pendiri. Modal tersebut merupakan suatu

26Setu Setyawan, Perpajakan Indonesia (Edisi 2009), (Malang : UMM Press. 2009), hal 9-10.

kesatuan dan ditempatkan sebagai kekayaan Perseroan yang dipisahkan dari harta kekayaan masing-masing pendiri Perseroan.27

2. Kerangka Konsepsi

Kerangka konsepsi merupakan gambaran bagaimana hubungan antara konsep-konsep yang akan diteliti. Salah satu cara untuk menjelaskan konsep-konsep-konsep-konsep tersebut adalah dengan membuat definisi. Definisi merupakan suatu pengertian yang relatif lengkap tentang suatu istilah dan definisi bertitik tolak pada referensi.28

Dalam penelitian tesis ini, perlu kiranya didefenisikan beberapa pengertian tentang konsep-konsep guna menghindari kesalahpahaman atas berbagai istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, selanjutnya akan dijelaskan maksud dari istilah-istilah tersebut dalam suatu kerangka konsep. Berikut ini diuraikan beberapa konsep / definisi / pengertian yang dijumpai dalam tesis ini dengan referensi yaitu Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas:

1. Pengertian Pajak Daerah

Kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

27C.S.T Kansil & Christine Kansil, Modul Hukum Dagang, (Jakarta: Djambatan, 2001), hal.12.

28Amiruddin dan H.Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 47 - 48

2. Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Pajak atas perolehan hak atas tanah dan/atau bangunan. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak yang terutang dan harus dibayar oleh pihak yang memperoleh suatu hak atas tanah dan/atau bangunan. Dalam konteks ini Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan dimaknai sebagai pemasukan ke kas daerah sesuai undang-undang pajak.

3. Pengertian Perolehan Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

Perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan oleh orang pribadi atau badan.

4. Pengertian Hak atas Tanah dan/atau Bangunan

hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan.

5. Pengertian Perseroan Terbatas

badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

6. Pengertian Direksi

Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud

dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.