• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSES HUKUM INBRENG TANAH DAN/ATAU

A. Pemasukan Modal (Inbreng) Ke Dalam Pendirian Perseroan

Perseroan Terbatas adalah salah satu bentuk usaha yang paling diminati dari seluruh organisasi usaha yang ada. Di Indonesia, Perseroan Terbatas (PT) merupakan salah satu bentuk perusahaan atau badan usaha yang berbadan hukum yang banyak digunakan dalam dunia usaha. Badan hukum merupakan subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban, badan hukum ini sengaja dibuat oleh manusia dengan maksud dan tujuan tertentu, memiliki kapasitas sebagai pribadi hukum yang dapat mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan pribadi para pendiri Perseroan, para pemegang saham Perseroan dan para pengurus Perseroan.38

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyatakan di dalam Pasal 1 angka 1 bahwa “Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya”. Berarti Perseroan Terbatas didirikan oleh para pendiri Perseroan berdasarkan perjanjian yang mereka lakukan diantara mereka. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor

38 Gatot Supramono, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek dalam Gugatan Perdata di Pengadilan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hal.135-136.

40 Tahun 2007 yang menyatakan Perseroan sebagai badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian oleh para pendirinya.

Suatu Perseroan Terbatas berdiri semata-mata karena perjanjian oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris. Demikian ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, yang menyatakan bahwa “Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia”.39 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menetapkan bahwa pendirian Perseroan Terbatas adalah berdasarkan perjanjian. Karena berdasarkan perjanjian, tentunya paling sedikit harus ada 2 (dua) orang yang melakukan perjanjian.

Disini nampak bahwa Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas tidak membolehkan saham Perseroan berada dalam 1 (satu) tangan, apabila hal ini dilanggar, konsekuensinya pemegang saham tunggal akan bertanggung jawab secara pribadi kepada pihak ketiga, meskipun Perseroan telah berstatus badan hukum. Penetapan pasal ini yang mengandung asas larangan pemegang saham tunggal secara konseptual mengandung makna menjamin unsur perjanjian dalam pendirian Perseroan Terbatas tetap tercermin serta pemegang saham tunggal kurang mencerminkan Perseroan sebagai badan usaha yang modalnya terdiri dari saham-saham yang dimaksudkan untuk mengikutsertakan pihak lain dengan sistem pertanggungjawaban terbatas.40

39Zaeni Asyhadie, Hukum Bisnis : Prinsip & Pelaksanaanya di Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2009), hal.44-45.

40Freddy Harris & Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hal 20-.21.

Yang mana dalam Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas juga menegaskan bahwa “setiap pendiri Perseroan Terbatas wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan Terbatas didirikan”.41 Adapun sejak ditandatangani akta pendirian Perseroan oleh para pendirinya, maka Perseroan telah berdiri dan hubungan antara para pendiri adalah hubungan kontraktual karena Perseroan belum mempunyai status badan hukum. Agar suatu kontrak atau perjanjian mengikat para pihak, menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, harus dipenuhi 4 (empat) persyaratan, yakni (i) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; (ii) kecakapan untuk membuat suatu perikatan;

(iii) suatu hal tertentu; (iv) suatu sebab yang halal.42

Perikatan yang memenuhi unsur-unsur tersebut diatas secara hukum mengikat para pihak. Setelah diperolehnya status badan hukum, maka Perseroan adalah badan yang mandiri dan hubungan antara para pendiri Perseroan tidak lagi merupakan hubungan kontraktual, pendiri Perseroan sebagai pemegang saham tidak lagi bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat oleh Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi nilai saham yang diambilnya.43

Dalam mendirikan Perseroan Terbatas diatur pada Pasal 7 ayat (2) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas bahwa setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian saham pada saat Perseroan didirikan. Berarti pada saat para pendiri Perseroan menghadap notaris untuk dibuat akta pendirian Perseroan,

41Farida Hasyim, Hukum Dagang, (Jakarta : Sinar Grafika, 2009), hal.151.

42Suharnoko, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Kencana, 2004), hal.1.

43 Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung : PT.

Alumni, 2004), hal.49.

setiap pendiri Perseroan sudah mengambil bagian saham Perseroan. Agar syarat ini sah menurut hukum, pengambilan bagian saham itu harus sudah dilakukan setiap pendiri Perseroan pada saat pendirian Perseroan itu berlangsung.44

Dalam pendiriannya Perseroan haruslah mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan para pendiri Perseroan dan yang didapat dari pemasukan modal para pendirinya (pemegang saham). Harta kekayaan ini sengaja diadakan dan memang diperlukan sebagai alat untuk mengejar tujuan Perseroan.

Adapun pendirian Perseroan Terbatas tidak dapat dilakukan tanpa pemenuhan syarat modal minimun. Pemenuhan syarat modal minimun bertujuan agar pada waktu Perseroan Terbatas didirikan setidak-tidaknya sudah mempunyai modal, yaitu sebesar modal dasar (authorized capital), modal ditempatkan (issued capital) dan modal disetor (paid-up capital) yang akan menjadi jaminan bagi pihak ketiga terhadap Perseroan Terbatas.45

Kewajiban para pendiri Perseroan Terbatas dalam menyetor modal ke dalam Perseroan dimaksudkan supaya Perseroan memiliki modal awal dalam melakukan kegiatan Perseroan dalam rangka mencapai tujuan Perseroan dalam upaya mendapat keuntungan. Tanpa adanya modal awal Perseroan, maka jelas Perseroan tidak dapat menjalankan kegiatannya untuk mencari keuntungan. Apa yang diinbrengkan ke dalam pendirian Perseroan Terbatas merupakan pembayaran atas saham yang diambil

44Orinton Purba, Petunjuk Praktis Bagi RUPS, Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas agar Terhindar dari Jerat Hukum, (Jakarta : Raih Asa Sukses, 2012), hal.24.

45 Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hal.185.

pendiri Perseroan dari Perseroan. Pasal 1619 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menentukan bahwa para sekutu perdata wajib memasukkan ke dalam kas persekutuan yang didirikan tersebut. Pemasukan (inbreng, contribution) itu dapat berupa:46

1. uang;

2. benda-benda atau barang-barang apa saja yang layak bagi pemasukan, seperti kendaraan bermotor dan alat operasional kantor, tanah dan/atau bangunan;

3. Keahlian atau tenaga kerja, baik fisik maupun pikiran.

Perseroan harus mempunyai harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan para pendiri Perseroan, para pemegang saham Perseroan serta para pengurus Perseroan dan didapat dari pemasukan para pendiri Perseroan (pemegang saham). Harta kekayaan ini sengaja diadakan dan memang diperlukan sebagai alat untuk mengejar tujuan Perseroan dalam hubungan hukumnya dimasyarakat atau dengan pihak ketiga. Harta kekayaan itu menjadi jaminan perikatan yang telah dibuat oleh Perseroan dengan pihak ketiga. Dengan demikian, bila dikemudian hari timbul tanggung jawab hukum yang harus dipenuhi oleh Perseroan, maka pertanggungjawaban yang timbul tersebut semata-mata dibebankan pada harta yang terkumpul dalam Perseroan tersebut.47

46 Abdul Muis, Hukum Persekutuan & Perseroan, (Medan : Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2006), hal.53-54.

47Abdul R. Saliman, Hermansyah & Ahmad Jalis, Hukum Bisnis untuk Perusahaan Edisi 2, Cetakan Ke-1, (Jakarta: Kencana, 2005), hal.96-97.

Modal Perseroan ini berbeda dengan harta kekayaan Perseroan. Modal Perseroan hanya merupakan sebagian dari harta kekayaan Perseroan. Harta kekayaan Perseroan itu selalu berubah-ubah sejalan dengan gerak perkembangan usaha Perseroan, sedangkan modal Perseroan itu bersifat relatif tetap, kalaupun bila modal Perseroan dikehendaki berubah, perubahan itu harus dibuat dengan akta notariel tersendiri dan harus dimohonkan persetujuan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Harta kekayaan Perseroan biasanya akan dapat dibaca dalam neraca dan perhitungan rugi laba yang dibuat setiap akhir tahun pembukuan.48

Adapun modal dasar Perseroan Terbatas seluruhnya terbagi dalam saham.

Yang mana Undang-Undang Perseroan Terbatas dalam Pasal 7 ayat (2) Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas mengharuskan para pihak yang terlibat dalam perjanjian pendirian suatu Perseroan Terbatas mengambil bagian sahamnya pada saat Perseroan Terbatas didirikan yang merupakan modal awal Perseroan Terbatas. Yang dimaksud dengan modal Perseroan adalah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor.49

Modal dasar (authorized capital) adalah seluruh nilai nominal saham Perseroan yang disebut dalam anggaran dasar Perseroan. Modal dasar Perseroan adalah total jumlah saham yang dapat diterbitkan oleh Perseroan. Anggaran dasar Perseroan yang menentukan berapa banyak jumlah saham yang dijadikan modal

48Agus Budiarto, Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas Edisi 2, Cetakan 2, (Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia, 2009), hal.47.

49 Penjelasan Pasal 41 ayat (1) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756.

dasar. Setiap lembar saham mempunyai nilai nominal yang akan menjadi jumlah nilai nominal modal dasar Perseroan, yang sama nilainya dengan nilai nominal seluruh saham. Adapun batas minimal modal dasar Perseroan paling sedikit Rp.50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). Boleh memperbesar atau memperkecil jumlah modal yang ditetapkan dalam anggaran dasar tetapi harus meminta persetujuan Menteri Hukum dan HAM dikarenakan perubahan anggaran dasar mengenai besarnya modal dasar termasuk perubahan anggaran dasar tertentu yang harus mendapat persetujuan Menteri Hukum dan HAM.50

Modal ditempatkan (issued capital) adalah jumlah saham yang sudah diambil pendiri Perseroan atau pemegang saham, dan saham yang diambil itu ada yang sudah dibayar dan ada pula yang belum dibayar. Modal ditempatkan adalah modal yang disanggupi pendiri Perseroan atau pemegang saham untuk dilunasinya, dan saham itu telah diserahkan kepadanya untuk dimiliki. Adapun Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas mengatur paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus ditempatkan. Modal ditempatkan dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah yaitu antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau neraca Perseroan yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris.51

50 Gunawan Widjaja, Hak Individu & Kolektif Para Pemegang Saham, (Jakarta : Praninta Offset, 2008), hal.6-7.

51Faisal Santiago, Pengantar Hukum Bisnis, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2012),hal.37-38.

Modal disetor adalah modal yang sudah dimasukkan pemegang saham sebagai pelunasan pembayaran saham yang diambilnya atau saham yang telah dipenuhi kewajiban penyetorannya dan telah dibayar penuh oleh pemegang saham atau pemiliknya. Adapun Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas mengatur paling sedikit 25% (dua puluh lima persen) dari modal dasar harus disetor penuh. Modal disetor penuh dibuktikan dengan bukti penyetoran yang sah yaitu antara lain bukti setoran pemegang saham ke dalam rekening bank atas nama Perseroan, data dari laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan atau neraca Perseroan yang ditandatangani oleh direksi dan dewan komisaris.52

Penyetoran modal yang dilakukan oleh para pendiri Perseroan dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan saham dalam Perseroan sebagai pembayaran atas saham yang diambil para pendiri Perseroan pada saat pendirian Perseroan. Saham adalah sejumlah uang yang diinvestasikan oleh investor dalam suatu Perseroan, yang mana atas investasi tersebut pada umumnya pemegang saham mendapat keuntungan dari Perseroan dalam bentuk dividen. Saham adalah kekayaan pribadi pemegang saham yang bersifat benda bergerak yang tidak dapat diraba tetapi dapat dialihkan.53

Perseroan hanya diperkenankan mengeluarkan saham atas nama pemiliknya dan Perseroan tidak boleh mengeluarkan saham atas tunjuk/saham tanpa nama. Oleh karena saham adalah porsi atau bagian dari harta Perseroan yang dimiliki pemegang saham dalam saham atas nama maka semua saham yang dimiliki harus tertulis atas

52Ibid.

53 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis Terhadap Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, (Salatiga : Griya Media, 2011), hal.88 & 90.

nama. Nilai nominal saham harus dicantumkan pada saham dalam mata uang rupiah.

Saham tanpa nilai nominal tidak dapat dikeluarkan. Pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya yang mana pengaturan bentuk bukti pemilikan saham ditetapkan dalam anggaran dasar Perseroan sesuai dengan kebutuhan.54

Agar suatu Perseroan dapat berfungsi dengan baik harus memiliki sejumlah harta kekayaan tersendiri yang terpisah dari harta kekayaan para pendiri Perseroan, para pemegang saham dan para pengurusnya. Kekayaan Perseroan ini dimulai dengan perolehannya dari pemasukan para pendiri Perseroan yang telah mengambil bagian saham dengan kewajiban untuk menyetor sejumlah uang tunai ataupun penyetoran modal dalam bentuk lainnya (inbreng), berupa benda atau barang, yang dapat dinilai dengan uang, sebesar nilai saham yang telah diambilnya itu. Karenanya pada setiap saham dicantumkan jumlah uang yang merupakan nilai nominal saham tersebut.

Keseluruhan dari jumlah nilai saham tersebut merupakan modal awal Perseroan.

B. Proses Hukum Inbreng Tanah dan/atau Bangunan ke dalam Pendirian