BAB II KONSTITUSIONALITAS AMBANG BATAS PENCALONAN
B. Konsep Negara Demokrasi
3. Koalisi Partai Politik
Teori koalisi partai telah lama berkembang di negara-negara Eropa khususnya di negara-negara dengan sistem parlementer pada umumnya. Dalam sistem pemerintahan presidensial yang multipartai, koalisi adalah suatu keniscayaan untuk membentuk pemerintahan yang kuat. Hakikat koalisi sendiri adalah untuk membentuk pemerintahan yang kuat (strong), mandiri (autonomuos), dan tahan lama (durable).151
149 Jimly Asshiddiqie, Opcit. hlm. 712.
150Ibid. hlm. 13.
151Ibid.
Menurut Usep Runawijaya152, koalisi adalah hasil kompromi, dan setiap kompromi mengandung bibit keretakan (perpecahan). Berhubung dengan itu, tidak dapat diharapkan dari suatu kabinet koalisi untuk berlangsung cukup lama. Sertiap waktu ia terancam keruntuhan. Dan karena itu pula tidak dapat diharapkan dari kabinet koalisi suatu keberanian bertindak, suatu ketegasan dalam program dalam kebijaksanaan.
Koalisi yang kompromi yang menyebabkan sistem parlementer dengan sistem banyak partai tidak dapat melaksanakan berbagai usaha negara secara efektif, yang menyebabkan pemerintah tidak cukup mempunyai wibawa di dalam masyarakat, yang menyebabkan pemerintah tidak banyak kemampuannya. Inilah pula yang menyebabkan orang didalam parlemen mudah bicara, yang menyebabkan oposisi dapat dan biasa dilakukan secara merusak, yang menyebabkan terpeliharanya dan berkembangnya hasrat serta tabiat buruk dari manusia.153
Tidak satu pun koalisi yang digalang para elit yang menghasilkan paduan yang kuat. Namun seringkali koalisi yang dibangun membingungkan. Kompleksnya kekuatan politik, aktor dan ideologi menjadi faktor yang menyulitkan. Secara teoritis, koalisi partai hanya akan berjalan bila dibangun diatas landasan pemikiran yang realistis dan layak.154 Dalam praktik, koalisi merupakan cara paling umum dilakukan
152Usep Runawijaya, Op.Cit.,hlm. 75
153 Ibid, hlm. 76.
154Ibid.
oleh pemerintah yang hanya mendapatkan dukungan minoritas (minority goverment), Menurut Jose Antonio Cheibub :155
“minority goverment adalah pemerintah yang tidak mengontrol suara mayoritas di lembaga legislatif atau, dalam sistem bikameral, pemerintah tidak mengontrol suara mayoritas di salah satu kamar di lembaga legislatif.”
Menurut kamus politik kontemporer156, koalisi partai adalah kombinasi dari sejumlah kekuatan partai politik untuk membentuk suara mayoritas sehingga dapat memperjuangkan tujuan secara bersama-sama.157Adapun pengertian dari koalisi kabinet adalah dewan menteri yang mewakili partai-partai terbesar yang duduk di DPR. Sedangkan pengertian partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.158
Pada sistem multipartai saat kekuatan politik terdistribusi ke dalam banyak simpul partai, terutama sekali sistem pemerintahan parlementer, kebutuhan untuk membangun koalisi adalah kondisi yang tidak terhindarkan. Pada sistem parlementer,
155Jose Antonio, minority goverment-deadlock situations, sebagaimana dikutip dalam Saldi Isra, 2013, ‘’Pergeseran Fungsi Legislasi...’’, Op.Cit, hlm. 273.
156 J.C.T. Simorangkir,dkk, Kamus Hukum, (Sinar Grafika, 2000), hlm. 27.
157Akbar Kaelola, Kamus Istilah Politik Kontemporer, (Yogyakarta : Cakrawala, 2009), hlm.
159.
158 Lihat dalam ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU No 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas UU No 2 Tahun 2008 sebagaimana telah ubah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik.
ketika tidak ada partai mayoritas maka pembentukan pemerintahan atau kabinet hanya dapat melalui koalisi diantara partai-partai yang ada. Meskipun demikian pada presidensialisme terjadinya koalisi partai juga bukan hal yang mustahil.159
Konsep koalisi lazimnya menunjuk pada persekutuan dua partai atau lebih yang didasarkan pada kepentingan politik dan platform haluan politik yang sama Pemerintahan koalisi/coalition government adalah suatu pemerintahan yang dibentuk oleh lebih dari satu partai politik. Pemerintahan koalisi lazimnya adalah pemerintahan gabungan partai partai di dalam sistem parlementer yang berbasis multipartai. Namun konsep koalisi pemerintahan government coalition menunjuk pada pemerintahan yang didukung oleh lebih dari satu partai di dalam konteks sistem presidensial.160
Koalisi partai dalam pemilihan calon presiden dan kepala daerah bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan dan bahkan beberapa pihak menganggap hal tersebut hingga saat ini masih diperlukan, mengingat kecilnya peluang seorang calon presiden dan kepala daerah dari sebuah partai mendapat suara mutlak dalam pemilu dan pilkada. Koalisi membantu mengurangi ketidakpastian siapa yang akan menang dalam pemilihan presiden nanti, koalisi juga biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa dukungan terhadap partai politik sering terkait erat dengan dukungan terhadap calon presiden dan kepala daerah dari partai bersangkutan.161
159 Sigit Pamungkas, Partai Politik: Teori dan Praktik di Indonesia, (Yogyakarta : Institute for Democracy and Welfarism, 2011), hlm. 253.
160 Frank Bealey, Dictionary of Political Science, (Oxford UK Blackwell : Publisher Ltd, 2000), hlm 64.
161 Yusa Djuyandi, Koalisi Partai Politik Untuk Demokrasi : Membangun Demokrasi Kebangsaan Dalam Nuansa Pluralisme. Humaniora Vol.2, No.2 Oktober 2011. hlm. 1046.
Secara teoritik model koalisi sebenarnya sangat beragam namun atas dasar skala atau be sarannya model koalisi dapat dibedakan atas tiga kategori yaitu :162
a) Minimal winning coalition, koalisi pemenang minimal menunjuk pada pemerintahan yang mendapatkan dukungan mayoritas sederhana di parlemen ; b) Minority coalition, koalisi minoritas koalisi pemerintahan dari partai partai
kecil dan karena itu tidak mendapat dukungan mayoritas sederhana di parlemen ;
c) Grand coalition atau oversized coalition, koalisi besar menunjuk pada koalisi pemerintahan yang didukung oleh mayoritas.
Berdasarkan sistem pemilihan presiden dan kepala daerah di Indonesia, seseorang dicalonkan untuk jabatan tersebut oleh sebuah partai politik atau gabungan partai politik. Keberadaan partai politik sampai saat ini setidaknya masih membantu mengurangi tingkat kesulitan memperkirakan perilaku pemilih terhadap calon-calon presiden dan kepala daerah yang akan bersaing dalam pemilihan. Di samping itu, partai politik adalah mesin politik yang punya daya mobilisasi massa paling sistematis, karena itu koalisi antar partai politik dapat berperan sebagai mesin politik besar untuk memobilisasi massa pemilih yang dicalonkan. Hal tersebut juga mengingat masih belum terdapatnya organisasi sosial-politik lain yang mempunyai kemampuan mobilisasi massa secara nasional sebesar partai politik.163
162 Arend Lijphart, Patterns of Democracy Government Forms and Performance in Thirty Six, (Countries New Haven and London Yale : University Press, 1999), hlm 134 138.
163 Ibid.
Berdasarkan teori koalisi partai politik yang telah diuraikan secara teoritik, bahwa koalisi partai politik yang dibentuk didasarkan pada kepentingan yang sama dalam pemerintahan. Koalisi partai politik biasanya digunakan di negara-negara yang sistem pemerintahan parlementer untuk memperkuat hubungan legislatif dan ekskutif dalam hal tugas dan kewenangan. Namun dalam perkembangannya dalam sistem pemerintahn presidensial diadopsi karena didasarkan pada sistem multipartai. Hal ini bertujuan untuk memperkuat hubungan antara legislatif dan eksekutif namun secara sistem presidensial, kedua hal ini terpisah dan tidak saling mempengaruhi.
d. Macam-Macam Sistem Pemerintahan di Berbagai Negara
Sistem pemerintahan berasal dari istilah etimologis yaitu gabungan dari dua kata “sistem” dan “pemerintahan”.164 Sistem merupakan suatu struktur yang terdiri dari bagian-bagian atau komponen-komponen yang saling berhubungan dan apabila salah satu atau sebagian komponen tersebut tidak ada atau kurang berfungsi akan mempengaruhi komponen-komponen yang lainnya.165
Pemerintahan dapat diartikan secara luas maupun sempit. Dalam arti luas
“pemerintahan” adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan kesejahteraan, memelihara keamanan dan meningkatkan derajat kehidupan rakyat serta dalam menjamin kepentingan Negara itu sendiri. Dalam konteks fungsi legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Pengertian pemerintahan mencakup
164 Marwan Mas, Op.cit. 56.
165Ibid.
ke semua fungsi tersebut diatas, dalam arti sempit “pemerintahan” hanya menyangkut fungsi eksekutif saja.166
Menurut Moh.Mahfud MD167, sistem pemerintahan negara adalah sistem hubungan dan tata kerja antara lembaga-lembaga negara, dimana pembagian sistem pemerintahan di dalam ilmu negara dan ilmu politik menurut Moh. Mahfud MD dikenal beberapa sistem pemerintahan yakni, presidensial, parlementer, dan referendum. Sejalan dengan pandangan Mahfud MD, Jimly Asshiddiqie mengemukakan, Sistem pemerintahan berkaitan dengan pengertian regeringsdaad yakni penyelenggaraan pemerintahan eksekutif dalam hubungannnya dengan fungsi legislatif. Sistem pemerintahan yang dikenal di dunia secara garis besar dapat dibedakan tiga macam, yaitu:168
(1) Sistem pemerintahan presidensial (presidential sistem);
(2) Sistem pemerintahan parlementer (parlementary sistem);
(3) Sistem campuran (mixed sistem atau hybrid sistem).
Sri Soemantri juga mengemukakan varian sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintahan parlementer, sistem pemerintahan presidensial, dan sistem pemerintahan campuran. 169 Deny Indrayana juga menyatakan varian sistem pemerintahan dengan lebih variatif dari beberapa ahli diatas, yakni sistem
166Ibid.
167Moh. Mahfud MD, Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia, (Yogyakarta: UII Press, Edisi Revisi, 2000), hlm. 74.
168 Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia ……, Op.Cit. Hlm. 311.
169 Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara,(Jakarta : CV. Rajawali, 1984), hlm.76-80.
parlementer, sistem presidensial, sistem hybrd atau campuran, sistem kolegial, dan sistem monarki. C.F.Strong berpendapat dalam buku ”modern political constitution”
membagi sistem pemerintahan ke dalam kategori; parliamnetary executive dan nonparliamentary executive atau the fixed executive. 170 UUD 1945 sebelum perubahan secara histori sampai setelah perubahan telah menganut beberapa sistem pemerintahan. Namun saat ini setelah amandemen UUD 1945 bahwa Negara Indonesia menganut sistem pemerintahan presidensial.
a. Sistem Pemerintahan diberbagai Negara 1. Sistem Pemerintahan Presidensial
Sistem presidensial merupakan sistem pemerintahan yang terpusat pada jabatan presiden sebagai kepala pemerintahan (head of government) sekaligus sebagai kepala Negara (head of state).171 CF. Strong kemudian membedakan kedua jabatan kepala Negara dan kepala pemerintahan atau antara pengertian nominal executive dan real executive. Kepala Negara disebut sebagai nominal executive sedangkan kepala pemerintahan disebut sebagai real executive.172
Pada sistem pemerintahan presidensial menurut Bagir Manan hanya mengenal satu macam eksekutif. Fungsi kepala pemerintahan (chief executive) dan kepala Negara (head executive) ada pada satu tangan dan tunggal (single executive).
170 C.F.Strong, Modern Political Constitution: An Intoduction To The Comparative Study OfTheir History And Existing Form, (London: Sidwick & Jackson Limited, 1975), hlm. 209-244.
171Marwan Mas. Op.cit. hlm 57.
172Ibid. hlm. 58.
Eksekutif tunggal dalam sistem pemerintahan presidensial tidak bertanggungjawab kepada Badan Perwakilan Rakyat, tetapi langsung kepada rakyat karena dipilih langsung atau dipilih melalui “badan pemilih” (electoral college).173
Awal kelahiran sistem presidensial dimulai dari Negara Amerika Serikat, dimana sistem pemerintahan presidensial murni diterapkan di Amerika Serikat.
Dalam literatur dinyatakan, Amerika Serikat tidak saja merupakan tanah kelahiran sistem presidensial, tetapi juga contoh ideal karena memenuhi hampir semua kriteria yang ada dalam sistem pemerintahan presidensial. Berbeda dengan sejarah sistem parlementer, sistem presidensial tidak dibangun melalui proses evolusi yang lambat dan panjang. Kelahiran sistem presidensial tidak dapat dilepaskan dari perjuangan Amerika Serikat menantang dan melepaskan diri dari kolonial Inggris serta sejarah singkat pembentukan konstitusi Amerika Serikat.174
Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim menyatakan bahwa :175
” Latar belakang negara Amerika Serikat menganut sistem presidensial adalah kebencian rakyat terhadap pemerintahan Raja George III sehingga mereka tidak menghendaki bentuk negara monarki dan untuk mewujudkan kemerdekaannya dari pengaruh Inggris, maka mereka lebih suka mengikuti jejak Montesqieu dengan mengadakan pemisahan kekuasaan, sehingga tidak ada kemungkinan kekuasaan yang satu akan melebihi kekuasaan yang lainnya, karena dalam trias politika itu terdapat sistem check and balances.”
Proses lahirnya presiden di Amerika Serikat cukup berliku. Hasrat untuk membentuk kerajaan bukan Republik tetap memiliki pendukung berani mati. Setahun
173Ibid.
174Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi-Menguatnya Model Legislasi Parlemennter Dalam Sistem Presidensial Indonesia, (Jakarta : Rajawali Pers, 2013), hlm 31.
175 Moh. Kusnardi dan Hermaily Ibrahim, Pengantar Hukum Tata……., Op.Cit. hlm. 177.
sebelum konstitusi disetujui, John Jay mengirimkan surat kepada George Washington mempertanyakan apakah setidaknya Amerika Serikat berbentuk kerajaan. Pada akhrinya setelah melalui perdebatan yang panjang serta rumit bentuk negara Republik disetujui, kemudian sistem presidensial diadopsi serta presiden pertama Amerika Serikat terpilih George Washington (1789-1797).176
Setelah proses kelahiran sistem presidensial di Amerika Serikat, sistem pemerintahan yang dipimpin oleh presiden muncul di beberapa negara di belahan dunia. Misalnya, di Perancis, jabatan presiden muncul setelah Revolusi Perancis (14 juli 1789) pada awal terbentuknya Republik Kedua (1848-1851) dengan Louis Napoleon sebagai Presiden. Akan tetapi, setahun kemudian berubah statusnya menjadi Kaisar Napoleon III (1852) yang menjalankan pemerintahan sampai Perancis dikalahkan Jerman (1870). Pada masa Republik Ke Tiga (1875-1940) dan setelah Perang Dunia II Pemerintahan Repubik yang dipimpin oleh presiden tetap dijalankan sampai saat ini.
Di Benua Asia, pemerintahan republik yang dipimpin oleh Presiden di cangkokkan Amerika Serikat di Filipina pada 1935. Peristiwa itu terjadi setelah Filipina mendapat kemerdekaan terbatas dalam bentuk commonwealth of thephilippines dari Amerika Serikat.177
176 Denny Indrayana. Mendesain Presidensiil Yang Efektif Bukan Presiden Sial atau Presiden Sialan, Jurnal Demokrasi dan HAM, Vol. 6, No. 3, 2007. hlm. 3.
177 Harun Alrasyid Dalam Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi: Menguatnya ModelLegislasi Parlementer Dalam Sistem Presidensial Indonesia, (Jakarta :PT.
RajaGrafindoPersada,2010), hlm. 33-34.
Arend lijphart dalam bukunya ‘’Parliamentary versus Presidencial Goverment’’ menguraikan beberapa ciri-ciri sistem pemerintahan presidensial yang diterapkan di Amerika Serikat adalah sebagai berikut:178
1) Majelis tetap sebagai Majelis saja;
2) Eksekutif tidak dibagi tetapi hanya ada seorang presiden yang dipilih oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu pada saat majelis dipilih;
3) Kepala pemerintahan adalah kepala negara;
4) Presiden mengangkat kepala departemen (Menteri) yang merupakan bawahannya;
5) Presiden adalah eksekutif tunggal;
6) Anggota majelis tidak boleh menduduki jabatan pemerintahan dan sebaliknya, peerintahan tidak bolh menjadi anggota Mejelis;
7) Eksekutif bertanggungjawab kepada konstitusi.
Sedangkan Bagir Manan179mengatakan bahwa ciri-ciri model Amerika Serikat sebagai pencerminan sistem presidensial murni adalah sebagi berikut:
1) Presiden adalah pemegang kekuasaan eksekutif tunggal;
2) Presiden adalah penyelenggara pemerintahan yang bertanggungjawab, disamping berbagai wewenang konstitusional yang bersifat prerogatif dan biasanya melekat pada jabatan kepala negara (head of state);
3) Presiden tidak bertanggungjawab kepada badan perwakilan rakyat (Congress), karena itu tidak dapat dijatuhi atau dikenakan sanksi mosi tidak percaya oleh Congress;
4) Presiden tidak dipilih dan tidak diangkat oleh Congress;
5) Presiden memangku jabatan selama 4 tahun, dan hanya dapat dipilih untuk dua kali masa jabatan berturut-turut (8 tahun), Dalam hal mengganti jabatan presiden yang berhalangan tetap, maka jabatan tersebut paling lama diduduki 10 tahun berturut-turut;
6) Presiden dapat diberhentikan dalam dalam jabatan melalui impeachment180karena alasan terkait ‘’treason, bribery, or hight crime and
178Haposan Siallagan dan Janpatar Simamora,Hukum Tata Negara Indonesia, Medan : UD.
Sabar, 2011), hlm. 111.
179Ibid., hlm 112.
180Menurut Marsillam Simanjuntak, Impeachment adalah suatu proses tuntutan hukum (pidana) khusus terhadap seorang pejabat publik kedepan sebuah kuasi pengadilan politik, karena ada tuduhan pelanggaran hukum sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar. Lihat Marsillam Simanjuntak sebagaimana dikutip dalam Haposan Siallagan dan Janpatar Simamora, ibid.
misdemeanors’’ (melakukan penghianatan, menerima suap, melakukan kejahatan berat, dan pelanggaran lainnya).
Selain dari ciri-ciri sistem presidensial juga diuraikan prinsip sistem presidensial, menurut Jimly Asshiddiqie prinsip dari sistem presidensial sebagai berikut :181
1) Terdapat pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang kekuasaan eksekutif dan legislatif;
2) Presiden merupakan eksekutif tunggal. Kekuasaan eksekutif presiden tidak terbagi dan yang ada hanya presiden dan wakil presiden saja;
3) Kepala pemerintahan adalah sekaligus kepala negara atau sebaliknya kepala negara adalah sekaligus merupakan kepala pemerintahan;
4) Presiden mengangkat para menteri sebagai pembantu atau sebagai bawahan yang bertanggungjawab kepadanya;
5) Anggota parlemen tidak boleh menduduki jabatan eksekutif dan demikian pula sebaliknya;
6) Presiden tidak dapat membubarkan ataupun memaksa parlemen;
7) Jika dalam sistem parlementer berlaku prinsip supremasi parlemen, maka dalam sistem pemerintahan presidensial berlaku prinsip supremasi konstitusi.
Karena itu pemerintahan eksekutif bertanggungjawab kepada konstitusi;
8) Eksekutif bertanggungjawab langsung kepada rakyat yang berdaulat;
9) Kekuasaan tersebar secara tidak terpusat seperti dalam sistem parlementer yang terpusat pada parlemen.
Menurut Saldi Isra, sistem pemerintahan presidensial memiliki karakter yang utama dan beberapa karakter lainnya yakni :182
1) Presiden memegang fungsi ganda, sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Meskipun sulit untuk dibedakan secara jelas, presiden sebagai kepala negara dapat dikatakan sebagai simbol negara, sebagai kepala pemerintahan, presiden merupakan pemegang kekuasaan tunggal dan tertinggi.
2) Presiden tidak hanya sekedar memilih anggota kabinet, tetapi juga berperan penting dalam pengambilan keputusan di dalam kabinet;
181 Jimly Asshiddiqie,Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, 2007), hlm. 31.
182 Saldi Isra, Pergeseran Fungsi Legislasi ………, Op.cit. hlm. 40-42.
3) Hubungan antara eksekutif dan legislatif terpisah, dengan adanya pemilihan umum untuk memilih presiden dan memilih lembaga legislatif;
4) Dengan pemisahan secara jelas antara pemegang kekuasaan legislatif dan eksekutif, pembentukan pemerintah tidak tergantung kepada proses politik di lembaga legislatif.
5) Sistem pemerintahan presidensial dibangun dalam prinsip clear cut separation of powers antara pemegang kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif dengan konsekuensi bahwa antara legislatif dan eksekutif tidak dibutuhkan mempunyai hubungan kerjasama. Artinya terjadi pemisahan secara tegas antara presiden dengan legislatif.
Dengan pola hubungan yang terpisah, lebih lanjut Saldi Isra mengatakan bahwa ada keuntungan dari sistem presidensial yakni:183
1) Dengan dipilih secara langsung, kekuasaan presiden menjadi lebih legitimasi karena mendapat mandat langsung (direct mandate) pemilih sementara itu, dalam sistem parlementer perdana menteri diangkat melalui proses penunjukan (appointed indirectly);
2) Dengan adanya pemisahan antara lembaga negara terutama legislatif dan eksekutif, setiap lembaga negara dapat melakukan pengawasan terhadap lembaga negara lainnya untuk mencegah terjadinya penumpukan dan penyalahgunaan kekuasaan;
3) Dengan posisi sentral dalam jajaran eksekutif, presiden dapat mengambil kebijakan strategis yang amat menentukan secara tepat (speed and decisiveness);
4) Dengan masa jabatan yang tetap, posisi presiden jauh lebih stabil dibandingkan perdana menteri yang bisa diganti disetiap waktu.
Berdasarkan sistem pemerintahan yang presidensial bahwa kedudukan presiden lebih dominan meskipun diusulkan oleh partai politik. Badan Perwakilan Rakyat tidak dapat menjatuhkan presiden dengan mosi tidak percaya. Dalam sistem presidensial, adanya penerapan check and balances antar lembaga, dapat diartikan bahwa antar lembaga dapat mengawasi satu sama lainnya dalam roda pemerintahan.
Lahirnya sistem check and balances berdasarkan teori pemisahan kekuasaan
183Ibid. hlm. 42.
(separation of power) oleh Montesqieu yaitu disebut dengan trias politica yaitu pemisahan kekuasaan antara (Eksekutif, legislative dan Yudikatif). Di Indonesia penerapan check and balances setelah adanya amandemen UUD 1945 dan mulai saat itu sistem pemerintahan berdasarkan presidensial.
Selama empat kali perubahan UUD 1945 dari tahun 1999-2002, tidak ditemukan catatan risalah yang membahas secara eksplisit pilihan untuk bertahan dengan sistem pemerintahan presidensial dengan cara melakukan pemurnian (purifikasi).184 Menurut Aulia A. Rachman memberikan 5 (lima) alasan MPR hasil pemilihan umum 1999 mempertahankan dan sekaligus melakukan purifikasi sistem presidensial, yaitu :
a) Pilihan bentuk sistem pemerintahan presidensial merupakan kesepakatan dan berdasarkan aliran pemikiran (beliefs) dan kepentingan (interest) para pendiri Negara pada 1945, meskipun formatnya tidak sebagaimana sistem pemerintahan presidensial umumnya.
b) Bangsa Indonesia mempunya pengalaman traumatis ketika berlaku sistem pemerintahan parlementer menurut UUDS 1950.
c) Sistem pemerintahan parlementer dianggap sebagai aliran pemikiran demokrasi liberal.
d) Sistem pemerintahan presidensial dapat menciptakan stabilitas pemerintahan.
e) Pemilihan langsung memperkuat legitimasi pemerintah karena mendapat mandat langsung dari rakyat.
Selain itu juga terdapat 3 (tiga) karakter sistem pemerintahan presidensial yang dianut setelah perubahan UUD 1945 ; pertama, mereformasikan model dan proses pemilihan presiden dan wakil presiden dari pemilihan model sistem perwakilan (pemilihan di MPR) menjadi pemilihan secara langsung oleh rakyat.
184 Saldi Isra, Sistem Pemerintahan ………., Op.cit. hlm. 149.
Kedua, membatasi periodesasi masa jabatan presiden/wakil presiden. Ketiga, memperjelas syarat dan tata cara pemakzulan (impeachment) presiden atau wakil presiden.185 Selanjutnya dalam perubahan UUD 1945 juga diberikan kewenangan kepada presiden menerbitkan peraturan setingkat Undang-undang. Hal tersebut diatur dalam Pasal 22 UUD NRI Tahun 1945 menyebut bahwa kekuasaan ini dapat digunakan presiden “dalam hal ihwal kegentingan memaksa”.186
2. Sistem Pemerintahan Parlementer
Munculnya sistem parlementer tidak lepas dari perkembangan sejarah Negara kerajaan seperti Inggris, Belgia, dan Swedia yang rakyatnya mulai memikirkan pentingnya mengurangi kekuasaan absolut Raja atau Ratu. Sistem ini pertama kali di jalankan di kerajaan Inggris, sebagai suatu pengganti sistem pemerintahan yang absolut.187 Menurut Djokosoetono, sistem parlementer merupakan sistem yang ministeriele verantwoordelijk-heid (menteri bertanggunggungjawab kepada parlemen).188 Sistem parlementer memang didasarkan landasan bahwa parlemen adalah pemegang kekuasan tertinggi, A.V Dicey menyebutnya parliamentary sovereignity.189
185 Ibid, hlm. 150.
186 Fitra Arsil, Op.cit. hlm. 242.
187 Suwoto Mulyosudarmo, Peralihan Kekuasaan : Kajian Teoretis dan Yuridis terhadap Pidato Nawaksara, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm. 21.
188 Fitra Arsil, Op.cit, hlm. 18.
189 A.V. Dicey sebagaimana dikutip dalam bukunya Fitra Arsil, Ibid, hlm. 18-19.
Secara lebih rinci Jimly Asshiddiqie menyebutkan cirri-ciri sistem pemerintahan parlementer sebagai berikut :190
a) Terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan legislative ;
b) Eksekutif yang dipimpin oleh perdana menteri, dibentuk oleh parlemen dari partai politik yang menduduki kursi mayoritas di parlemen. Jika ternyata di dalam parlemen tidak ada satupun parpol yang menduduki kursi mayoritas maka parpol penyusunan kabinet dan perdana menteri umumnya dilakukan dengan koalisi ;
c) Kepala Negara hanya berfungsi atau berkedudukan sebagai kepala Negara saja. Kepala Negara tidak dituntut pertanggungjawaban konstitusional apapun sebab kepala Negara hanya berfungsi sebagai simbol Negara.
kendatipun demikian, kepala Negara juga diberi wewenang menunjuk dan membubarkan kabinet dalam keadaan tertentu.
d) Adanya pertanggungjawaban kabinet kepada parlemen yang mengakibatkan parlemen dapat membubarkan atau menjatuhkan “mosi tidak percaya” kepada kabinet.
Sistem pemerintahan parlementer terbentuk akibat pergeseran sejarah hegemonia kerajaan, yang dalam realitas historinya dapat dilihat ketiga fase peralihan.191 Ketiga fase tersebut dikelompokan sebagai berikut :192
Sistem pemerintahan parlementer terbentuk akibat pergeseran sejarah hegemonia kerajaan, yang dalam realitas historinya dapat dilihat ketiga fase peralihan.191 Ketiga fase tersebut dikelompokan sebagai berikut :192