• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Teori

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 59-64)

Skema 4.2 Prose Kerja Terapi Kelompok Assertiveness Training

3.1 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan land asan penelitian, yang disusun berdasarkan informasi dan konsep-konsep teori terkait. Kerangka teori yang peneliti susun ini menjelaskan secara detail bahwa kesehatan dan keberhasilan anak usia sekolah dipengaruhi oleh faktor fisik, kognitif, memori, pemikiran kritis, bahasa, psikososial dan yang tak kalah pentingnya adalah perkembangan emosi. Telah dibuktikan oleh beberapa ahli psikologi melalui penelitian, bahwa keberhasilan seorang anak tidak hanya tergantung pada kecerdasan inteligen melainkan kecerdasan emosional (kemampuan anak mengelola emosinya).

Anak usia sekolah ternyata mengalami beberapa masalah/stress, dimana tuntutan dari lingkungan sekitar sudah semakin luas. Pernyataan ini sesuai pada Ibung (2009) dalam penelitiannya tentang masalah dan stress pada anak usia sekolah. Faktor stressor yang kiranya dapat mempengaruhi kesehatan jiwa anak usia sekolah berasal dari dalam dan luar anak, diantaranya adalah orang tua yang akan menjadi role model bagi si anak. Ibu diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak untuk dapat mengatasi masalah-masalah anak dengan lingkungannya dengan kematangan emosi anak. Apabila anak mampu mengatasi masalahnya dengan baik, maka ia dapat menjadi pribadi yang asertif, penuh percaya diri dan mampu untuk melakukan tugas dengan penuh tanggung jawab.

Dibutuhkan beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan anak mengelola emosinya yaitu upaya sekolah dengan bimbingan konselingnya (program UKS), psikoedukasi keluarga tentang bagaimana mengatasi anak dengan masalah emosi, terapi kelompok terapeutik untuk usia sekolah. Namun beberapa upaya tersebut masih ada kekurangannya dimana perlu latihan secara intensif dan mengarah hanya pada satu pokok masalah saja yaitu pengendalian emosi anak. Perlunya seorang pelatih untuk melatih anak mengelola emosinya di rumah. Subjek yang sangat cocok adalah orang tua (ibu), karena ibu adalah orang terdekat dengan anak dan berinteraksi lebih banyak dengan anak ketimbang gurunya. Perlunya diberi pembekalan agar ibu bisa menjadi seseorang yang dapat memberi contoh baik bagi anak terutama perkembangan emosi. Terapi Kelompok Assertiveness Training lah yang dirasakan sangat cocok diberikan bagi ibu dengan anak usia sekolah yang belum dapat berkomunikasi secara asertif ke anak, terutama pada saat anak mengalami emosi yang meledak-ledak.

Tindakan untuk mengelola emosi anak usia sekolah melalui bagaimana cara berkomunikasi asertif dituangkan dalam sesi-sesi di Terapi Kelompok Assertiveness Training. Terapi Kelompok Assertiveness Training merupakan strategi preventif yang ditujukan untuk menyehatkan kondisi emosi ibu dan anak melalui komunikasi asertif. Ibu dilatih untuk belajar mengenali emosi diri sendiri, emosi anak, menerima perasaan anak dan bukan mengabaikannya, mengkomunikasikan kebutuhannya, menolak permintaan anak yang kurang rasional dapat dilakukan di Terapi Kelompok Assertiveness Training ini.

Berikut gambaran kerangka teori penelitian yang dijabarkan pada skema 3.1 dilakukan berdasarkan pada teori-teori yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Anak usia

sekolah

Perkembangan fisik (Hurlock, 1994) bertambahnya ukuran sistem rangka, otot dan ukuran beberapa organ tubuh lainnya

Perkembangan kognitif (teori Piaget) Berkembangnya daya pikir anak ke arah yang lebih konkrit, rasional & objektif.

Perkembangan memori (Matlin, 1994) Berkembangnya memori jangka panjang daripada jangka pendek.

Perkembangan pemikiran kritis (Santrock, 1998 dalam Rosa, 2005)

Pemahaman / refleksi terhadap masalah secara mendalam, mempertahankan pikiran tetap terbuka

Perkembangan bahasa (Hurlock, 1994) Pembendaharaan kosa kata dan kalimat bertambah kompleks.

Perkembangan Psikososial (Rosa, 2005) anak sudah siap untuk meninggalkan rumah dan orang tuanya dalam waktu terbatasanak belajar untuk bersaing (kompetitif), kooperatif dengan orang lain, saling memberi dan menerima, setia kawan dan belajar peraturan

Perkembangan Emosi (Goleman, 1995) 1. Mengenali emosi diri

2. Kemampuan mengelola perasaan 3. Memotivasi diri

4. Mengenali emosi orang lain/Empati 5. Membina hubungan

Carl Roger( 1930) a. Faktor Eksternal

lingkungan keluarga : kondisi kesehatan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, iklim intelektual dalam keluarga dan interaksi social / hubungan antara anggota keluarga.

b. Faktor Internal

berasal dari dalam diri anak itu sendiri: kesadaran diri (self-insight), penerimaan diri acceptance) dan tanggung jawab diri (self-responsibility).

Ibung, 2008

a. Faktor Internal : Karakter kepribadian anak Kondisi fisik anak

b. Faktor eksternal (Ibung, 2008) • Orang tua

• Hubungan dgn kakak & adik

• Lingkungan luar rumah : sekolah, teman, guru, Ketidakmampuan anak mempelajari pelajaran sekolah

Komunikasi efektif orang tua (Ramadhani, 2008)

Faber dan Mazlish (2009)

a. Kemampuan orang tua dalam membantu anak mengatasi perasaan-perasaan negative anak seperti frustasi, cemas, kemarahan b. Kemampuan orang tua menjalin kerja sama

dengan anak

c. Kemampuan orang tua mencari alternative pengganti hukuman

d. Kemampuan orang tua mendorong otonomi / kemandirian anak.

e. Kemampuan orang tua memberikan pujian ke anak

Intervensi kep: - Penyuluhan

- Psikoedukasi keluarga - Terapi kelompok terapeutik

Assertiveness training (Vinick,1983) :

1. Sesi I: melatih klien memahami asertif, agresif dan kesopanan

2. Sesi II: mengidentifikasi hak personal dan hak orang lain 3. Sesi II: mengurangi hambatan kognitif dan afektif untuk

perilaku asertif : cemas, marah, perasaan bersalah dan pikiran irasional

4. Sesi IV: meningkatkan ketrampilan perilaku asertif dalam situasi nyata dan observasi model

Assertiveness training (Wahyuningsih, 2008) : Sesi I : melatih kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan

Sesi II : melatih kemampuan mengungkapkan keinginan dan kebutuhan

Sesi III : mengekspresikan kemarahan

Sesi IV : mengatakan “tidak” untuk permintaan yang tidak rasional dan menyampaikan alasan

Sesi V : mempertahankan perubahan asertif dalam berbagai situasi.

Program UKS Bimbingan konseling sekolah

3.2 Kerangka Konsep

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi asertif ibu meliputi aspek kognitif, psikomotor dan sikap. Kemampuan ini dihitung dalam bentuk skor sebelum mendapat terapi dan sesudah mendapat Terapi Kelompok Assertiveness Training. Kemampuan anak mengelola emosi diukur juga sebelum dan sesudah mendapatkan terapi, untuk mengetahui apakah terapi yang diberikan diikuti juga dengan meningkatnya juga kemampuan anak mengelola emosi.

Variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat (kemampuan komunikasi asertif ibu) disebut variabel confounding yaitu faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kemampuan komunikasi ibu seperti usia ibu, tingkat pendidikan, jumlah anak, jumlah pendapatan, status perkawinan dan jenis kelamin anak.

Variabel bebas (independent) adalah Terapi Kelompok Assertiveness Training itu sendiri, dilakukan dalam 6 sesi. Kemampuan komunikasi kognitif, psikomotor dan sikap ibu dalam berkomunikasi asertif diukur sebelum dan sesudah terapi. Ketiga variabel tersebut dijelaskan dalam bentuk kerangka konsep (skema 3.2)

Pelaksanaan Terapi Kelompok Assertiveness Training :

Sesi I : melatih ibu memahami perbedaan karakteristik komunikasi asertif, pasif, agresif pada anak

Sesi II : melatih ibu menjadi pendengar aktif terhadap keluhan anak Sesi III : melatih ibu menyampaikan perbedaan pendapat ke anak dalam mengambil keputusan

Sesi IV : melatih ibu menyampaikan keinginan/harapan orang tua mengubah perilaku negatif anak.

SesiV: melatih ibu mengatakan “tidak” untuk permintaan anak yang kurang rasional

Sesi VI : Sharing mempertahankan sikap asertif dalam berbagai situasi

Kemampuan komunikasi asertif ibu meliputi Kognitif,

Psikomotor dan Afektif Kemampuan komunikasi asertif

ibu meliputi Kognitif, Psikomotor dan Afektif

Variable dependent Variable dependent

Variable independent Variable counfounding Karakteristik Ibu : 1. Usia ibu 2. Tingkat pendidikan 3. Jumlah anak 4. Jumlah pendapatan keluarga/bulan 5. Status perkawinan 6. Jenis kelamin anak

Kemampuan anak mengelola emosi Kemampuan anak mengelola emosi

Dalam dokumen UNIVERSITAS INDONESIA (Halaman 59-64)

Dokumen terkait