• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

D. Cara Kerja

Penelitian dimulai pada tanggal 24 Maret-12 April 2017 di

Laboratorium Hayati Imuno, Fakultas Farmasi, Kampus III Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

1. Tahap Persiapan

a. Pengajuan Ethical Clearance

Ethical clearance (keterangan kelayakan etika) merupakan

surat yang menyatakan bahwa penelitian telah memenuhi prinsip-

prinsip dasar kesejahteraan hewan coba. Penelitian ini telah

mendapatkan persetujuan dari Komisi Ethical Clearance,

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu, Universitas Gadjah

Mada, Yogyakarta pada tanggal 22 Maret 2017 (Lampiran V).

b. Penentuan Dosis Kopi dan Konversi Dosis

Variasi dosis kopi yang diberikan kepada manusia adalah 25

g, 12.5 g, dan 6.25 g/50 kgBB/hari. Penentuan dosis yang diberikan ke

Rumus 4.1 Konversi dosis manusia 70 kg ke dosis tikus 200 g

Keterangan:

Berat badan manusia standar Internasional = 70 kg

Berat badan manusia standar Indonesia = 50 kg

Berat badan tikus = 200 g

Faktor konversi dari manusia ke tikus g = 0.018

Jadi, variasi dosis bubuk kopi Robusta Manggarai yang

diberikan ke tikus putih adalah 0.15 g, 0.3 g, dan 0.6 g/200gBB dengan

konsentrasi kafein secara berurutan adalah 0.6 mg, 1.2 mg, dan 2.4

mg.

c. Penetapan Konsentrasi Seduhan Peroral

Dasar penetapan konsentrasi seduhan untuk gambir, kopi

Robusta, dan Dulcolax, diperoleh melalui rumus sebagai berikut:

Rumus 4.2 Konsentrasi seduhan

D x BB = C X V

C = (D x BB)/V

Dosis manusia 50 kg = 12.5 g/hari (dosis perlakuan kelompok 2)

Untuk manusia 70 kg = x 12.5 g = 17.5 g/hari

Untuk tikus 200 g = 17.5 g/hari x 0.018

Keterangan:

D = dosis seduhan, g/gBB

BB = bobot maksimum tikus, gBB

C = konsentrasi seduhan, g/ml

V = volume pemberian seduhan peroral, ml

Volume dosis peroral untuk setiap tikus berbeda-beda

bergantung pada bobotnya. Perhitungan volume dosis peroral/tikus

adalah sebagai berikut:

Rumus 4.3 Volume seduhan peroral

d. Adaptasi Hewan Coba

Tikus putih betina (Ratus norvegicus) sebanyak 20 ekor

diadaptasi selama 10 hari yaitu sejak tanggal 24 Maret - 3 April 2017.

Satu ekor tikus putih ditempatkan pada satu kandang metabolik yang

telah dilabeli dengan kode RAL (Lampiran IV, no.8). Selama masa

adaptasi, tikus diberi 20 g BR2/ekor/hari dan air minum RO di setiap

pagi hari. BR2 merupakan jenis pakan standar yang mengandung

nutrisi yang dibutuhkan oleh tikus.

V =

x vol. seduhan peroral yang telah ditetapkan (ml) V = x vol. seduhan peroral yang telah ditetapkan (ml)

e. Induksi Gambir

Induksi gambir dilakukan dua hari sebelum diberikan

perlakuan bahan uji. Peneliti menimbang berat feses tikus (terhitung

sejak pukul 12:30-08:30 WIB) terlebih dahulu untuk memperoleh data

kondisi feses normal. Hal ini dilakukan karena pada pukul 12:00 tikus

diinduksi dengan ekstrak gambir lalu di hari ketiga pada pukul 09:30

diberikan perlakuan bahan uji. Dengan demikian, peneliti dapat

mengetahui efek sembelit dengan membandingkan kondisi feses

sebelum dan sesudah diinduksi gambir dalam rentang waktu yang

sama. Tahap-tahap induksi gambir antara lain:

1) Penimbangan bobot setiap tikus

2) Perhitungan volume dosis peroral/tikus

Volume dosis peroral untuk seduhan ekstrak gambir adalah 5 ml.

3) Pelabelan spoit-spoit berdasarkan volume dosis peroral

4) Penyeduhan gambir

Hasil perhitungan konsentrasi untuk seduhan ekstrak

gambir berdasarkan rumus 4.2 adalah 600 mg ekstrak gambir

diseduh dalam 5 ml air mendidih. Penyeduhan (lama ekstraksi)

dilakukan selama 8 menit agar diperoleh kadar tanin maksimum.

Setelah 8 menit, dilakukan penyaringan dengan kain saring untuk

memisahkan ampas gambir. Hal ini dilakukan agar seduhan dapat

Seduhan didiamkan hingga suhu 400C kemudian dimasukkan ke

dalam spoit-spoit yang telah dilabeli.

5) Seduhan gambir diberikan kepada tikus secara oral menggunakan

sonde oral yang dipasangkan pada spoit setiap pukul 12:00 WIB.

Pemberian oral dilakukan selama 1 menit untuk 1 ekor tikus.

6) Pada hari kedua, setelah diberikan seduhan ekstrak gambir, tikus

juga dipuasakan yaitu dengan tidak memberi minum selama 18 jam

terhitung sejak pukul 15:30-09:30. Tikus tetap diberi pakan BR2.

Hal ini merupakan perlakuan tambahan untuk mengurangi asupan

cairan sehingga tikus mengalami sembelit.

2. Tahap Pemberian Bahan Uji

Sebelum pemberian bahan uji, peneliti memastikan bahwa tikus

sedang mengalami sembelit dengan cara membandingkan berat feses tikus

di pagi hari (terhitung sejak pukul 12:30-08:30 WIB) antara sebelum dan

sesudah diinduksi seduhan ekstrak gambir selama dua hari. Penurunan

berat feses di pagi hari berkorelasi dengan berkurangnya frekuensi

defekasi pada tikus. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa tikus sedang

mengalami konstipasi (sembelit).

Penelitian ini menggunakan 4 ulangan hewan coba sehingga

diperlukan 4 hari untuk memberikan bahan uji untuk setiap ulangan.

Setiap ulangan terdiri atas 5 ekor, yang merupakan perwakilan dari kelima

medium, dan minimum serta kontrol positif (Dulcolax) dan negatif (air

hangat). Tahap-tahap pemberian bahan uji sebagai berikut:

a. Penimbangan bobot setiap tikus

b. Perhitungan volume dosis peroral/tikus

Dosis tertinggi kopi Robusta Manggarai yaitu 0.6 g/200gBB,

diberikan kepada tikus peroral dengan volume maksimum yaitu 5 ml.

Dosis kedua yaitu 0.3 g/200gBB, diberikan kepada tikus dengan

membagi 2 nilai volume dosis maksimum sehingga diperoleh volume

dosis peroral yaitu 2.5 ml. Dosis ketiga yaitu 0.15 g/200gBB, diberikan

kepada tikus dengan membagi 4 nilai volume dosis maksimum

sehingga diperoleh volume dosis peroral yaitu 1.25 ml. Dulcolax dan air

hangat diberikan kepada tikus dengan volume dosis peroral adalah 5 ml.

c. Pelabelan spoit-spoit berdasarkan volume dosis peroral

d. Tikus dipuasakan yaitu dengan tidak memberi pakan selama 1 jam

sebelum pemberian bahan uji.

e. Air sebanyak 1000 ml direbus hingga mendidih. Air ini digunakan

untuk membuat seduhan kopi dan Dulcolax serta didiamkan hingga

suhu 400C untuk kontrol negatif.

f. Penyeduhan kopi Robusta Manggarai

Penyeduhan dilakukan untuk dosis tertinggi saja. Hal ini

bertujuan untuk mempermudah pembagian volume dosis peroral untuk

ketiga kelompok dosis kopi Robusta Manggarai. Hasil perhitungan

berdasarkan rumus 4.2 adalah 0.6 g bubuk kopi Robusta diseduh dalam

5 ml air yang nilainya setara dengan 6 g bubuk kopi Robusta diseduh

dalam 50 ml air mendidih (93-950C). Dari hasil penyeduhan ini

diambil tiga variasi volume dosis peroral kopi Robusta Manggarai

yaitu 5 ml, 2.5 ml, dan 1.25 ml. Penyeduhan (lama ekstraksi)

dilakukan selama 5 menit lalu dilakukan penyaringan dengan kain

saring untuk memisahkan ampas kopi. Hal ini dilakukan agar seduhan

dapat masuk ke dalam spoit dan sonde oral yang akan digunakan.

Seduhan didiamkan hingga suhu 400C kemudian dimasukkan ke dalam

spoit-spoit yang telah dilabeli.

g. Melarutkan Dulcolax

Dulcolax dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan

mortar. Hasil perhitungan konsentrasi untuk seduhan Dulcolax

berdasarkan rumus 4.2 diperoleh 0.252 mg Dulcolax diseduh dalam 5

ml air mendidih. Dulcolax dilarutkan selama 5 menit kemudian

didiamkan hingga suhu 400C lalu dimasukkan ke dalam spoit-spoit

yang telah dilabeli.

h. Sebanyak 5 ml air mendidih suhu 400C dimasukkan ke dalam spoit

untuk kontrol negatif.

i. Seduhan bubuk kopi Robusta Manggarai, Dulcolax, dan air hangat

diberikan kepada tikus secara oral menggunakan sonde oral yang

dipasangkan di ujung spoit pada pukul 09:30-11:30 WIB. Pemberian

3. Tahap Pengambilan Data

a. Pengamatan frekuensi defekasi

Frekuensi defekasi diamati selama 6 jam terhitung dari waktu

pemberian seduhan bahan uji. Berikut adalah lembar pengambilan

data frekuensi defekasi pada tikus:

Tabel 3.1 Lembar pengambilan data frekuensi defekasi tikus putih

Hari, tanggal: Tikus 1 Waktu perlakuan:--:-- Tikus 2 Waktu perlakuan:--:-- Tikus 3 Waktu perlakuan:--:-- Tikus 4 Waktu perlakuan:--:-- Tikus 5 Waktu perlakuan:--:-- Waktu Defekasi Berat Basah Feses (g) Waktu Defekasi Berat Basah Feses (g) Waktu Defekasi Berat Basah Feses (g) Waktu Defekasi Berat Basah Feses (g) Waktu Defekasi Berat Basah Feses (g) Dst ∑ berat basah feses= ∑ berat basah feses= ∑ berat basah feses= ∑ berat basah feses= ∑ berat basah feses= ∑ berat kering feses= ∑ berat kering feses= ∑ berat kering feses= ∑ berat kering feses= ∑ berat kering feses=

b. Pengamatan konsistensi feses

Konsistensi feses ditentukan oleh kandungan air dalam feses

dengan menghitung selisih berat feses basah dengan berat feses kering

 normal (n) dengan kadar air 45-56 %  agak lembek (al) dengan kadar air 57-68 %  lembek (l) dengan kadar air 69-80 %  cair (c) dengan kadar air > 80 %

Feses tikus yang dikeluarkan setiap defekasi ditimbang berat

basahnya lalu dikeringkan selama 19 jam terhitung sejak pukul 16:00-

11:00 pada suhu 24.9 - 28.4 0C. Berikut adalah lembar pengambilan

data konsistensi feses:

Tabel 3.2 Lembar pengambilan data konsistensi feses tikus putih

Kelompok Dosis

Total berat feses basah dr ke-4 tikus-

A (gram)

Total berat feses kering dr ke-4 tikus -B (gram) Kadar air feses-C (A-B) (gram) Kadar air yg hilang (%) (C/A x 100 %) Ket.* 0.15 g/200gBB 0.3 g/200gBB 0.6 g/200gBB Dulcolax Akuades

*Ket. diisi dengan kategori konsistensi feses

Dokumen terkait