• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Terkait

4. Kopi Robusta Manggarai

Pada zaman tanam paksa (1830-1880), jenis kopi yang ditanam di

Indonesia hanya Arabika. Kopi Arabika ditanam dari gunung hingga pantai.

Pada tahun 1880, muncul wabah karat daun (Hemileia vastatrix) yang

merusak kondisi kopi Arabika di dataran rendah. Dari wabah ini diketahui

bahwa kopi Arabika rentan terhadap penyakit terutama jika ditanam di

dataran rendah. Lalu didatangkan jenis kopi baru yaitu kopi Liberika

namun kurang produktif. Kemudian didatangkan lagi jenis kopi baru yaitu

kopi Robusta. Robusta mampu tumbuh di dataran rendah, bahkan hingga

400 m dpl serta tahan terhadap penyakit. Sejak itu, kebanyakan kopi yang

dibudidayakan di Indonesia adalah kopi Robusta dengan dominasi sekitar

80% (Dityo, 2015). Kopi Robusta sebagian besar diproduksi di Vietnam,

Indonesia, dan Cote d‟Ivoire (Preedy, 2015).

Kopi dari Manggarai dikenal dengan bahasa lokalnya yaitu kopi

tuang (kopi tuan). Kopi Robusta (Coffea canephora) dari Manggarai Timur

dinobatkan sebagai kopi terbaik di Indonesia tahun 2015 dengan perolehan

nilai 89.03 (Ningtyas, 2015). Dari enam kecamatan yang ada di Manggarai

Timur, semuanya memiliki lahan kopi. Areal terluas ada di Kecamatan

Poco Ranaka, yaitu 2.365,65 hektar, ditanami kopi jenis Robusta (Oktora

4.2Taksonomi Kopi Robusta

Klasifikasi botani Kopi Robusta (Preedy, 2015), sebagai berikut:

Kingdom :Plantae

Class :Dicotyledoneae

Order :Rubiales

Family :Rubiaceae

Genus :Coffea

Species :Coffea canephora

4.3Morfologi Kopi Robusta

Tanaman kopi Robusta dapat tumbuh hingga tinggi 10 m dan

memiliki akar tunggang serta terdapat beberapa akar lebar. Akar kopi

Robusta lebih dekat ke permukaan tanah. Pada akar lebar tersebut tumbuh

rambut akar, bulu-bulu akar, dan tudung akar. Pada batang kopi terdapat

lima jenis cabang yaitu cabang primer (plagiotrop), cabang sekunder,

cabang reproduksi (orthotrop), cabang balik, dan cabang kipas (Preedy,

2015 dan Panggaean, 2011).

Daun kopi tersusun secara berdampingan di ketiak batang, cabang,

dan ranting. Setiap pasangan daun tersusun saling menyilang terhadap

pasangan daun berikutnya. Permukaan daun mengkilap, berombak, dan

tulang daun menonjol. Daun kopi Robusta berwarna hijau agak terang dan

bertekstur lebih tebal dibandingkan dengan daun kopi Arabika. Bunga kopi

terbentuk pada akhir musim hujan dan akan menjadi buah hingga siap petik

menghasilkan 2-4 kelompok bunga, yang masing-masing kelompok

menghasilkan 4-6 kuntum bunga, sehingga pada setiap ketiak daun terdapat

8-24 kuntum bunga. Kuntum bunga berukuran kecil dan tersusun dari

kelopak, mahkota, benang sari, tangkai putik, dan bakal buah (Preedy, 2015

dan Panggaean, 2011).

Gambar 2.1 Morfologi tanaman kopi Robusta (Coffea canephora). Sumber: http://prgdb.crg.eu

Buah kopi membutuhkan waktu setahun agar dapat dipanen. Buah

kopi mentah berwarna hijau muda lalu berubah menjadi hijau tua, kuning,

dan berwarna merah atau merah tua ketika sudah matang (ripe). Panjang

buah kopi Robusta sekitar 8-16 mm. Buah kopi terdiri atas dua bagian yaitu

exocarp), lapisan monoseluler berlapiskan substansi menyerupai lilin yang

melindungi buah; biasanya merah, pink gelap, atau kuning; (2)

pulpa/daging buah (mesocarp); berdaging, berlendir, dan mengandung

senyawa gula yang rasanya manis; dan (3) kulit tanduk endocarp, lapisan

tipis dan keras. Lalu biji kopi tersusun atas (1) kulit biji atau perisperm atau

spemoderm (dikenal juga sebagai silverskin), yaitu mantel biji dengan

kandungan utamanya adalah polisakarida, khususnya selulosa dan

hemiselulosa, serta monosakarida, protein, polifenol, mineral dan senyawa

mikro lainnya, selain itu, di sini juga terdapat asam klorogenik, lemak, dan

kafein yang memberikan karakteristik rasa dan aroma pada kopi ; (2) dua

biji yang berbentuk elips atau seperti telur yang mengandung endosperm;

dan (3) embrio (Preedy, 2015; Kingston, 2015, dan Panggabean, 2011).

(a) (b)

Gambar 2.2 a) Struktur buah kopi Robusta (Preedy 2015) dan b) Morfologi biji kopi Robusta (Panggabean, 2011)

Karakteristik biji kopi Robusta menurut Panggabean (2011) adalah

sebagai berikut: biji kopi agak bulat, lengkungan biji lebih tebal

dibandingkan dengan jenis Arabika, dan garis tengah (parit) dari atas ke

bawah hampir rata.

4.4Kandungan Senyawa Kopi

Kopi Robusta memiliki rasa yang kuat dan asam atau pahit. Kopi

Robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi daripada kopi

Arabika. Selain itu, juga terdapat antioksidan alami berupa asam klorogenik

dalam kadar yang tinggi. Asam klorogenik dihasilkan sendiri oleh kopi

sebagai bentuk mekanisme proteksi terhadap hama dan penyakit. Mineral

yang terkandung dalam daging buah kopi antara lain abu, Ca, P, Fe, Na, K,

Mg, Zn, Cu, Mn, dan B. Buah kopi yang telah matang mengandung

komponen zat seperti disajikan pada tabel 2.4 di bawah ini (Panggabean,

2011):

Tabel 2.4 Komposisi kandungan zat dalam buah kopi matang

No. Komponen Jumlah (%)

1. Air 42,66 2. Serat 27,44 3. Gula 9,46 4. Tanin 8,56 5. Mineral 3,77 6. Lemak dan resin 1,18 7. Senyawa volatile 0,11 8. Lain-lain 6,82

Tabel 2.5 Komposisi kimia biji kopi Robusta (Coffea canephora) antara sebelum dan sesudah disangrai per 100 gram berat kering (Preedy, 2015) Komponen Sebelum disangrai Sesudah disangrai Polisakarida 46.9-48.3 42.0 Sukrosa 0.9-4.8 0 Lipid 8-12 11.0 Protein 8.5-12 7.5 Asam amino 0.2-0.8 0 Asam alipatik 1.3-2.2 1.6 Asam klorogenik 7.1-12.1 3.8 Kafein 1.7-2.4 2.4 Trigonelin 0.3-0.9 0.7 Mineral (terutama potasium) 3-5.4 4.7 Senyawa volatile sedikit 0.1

Air 8-12 0-5

Melanoid - 23

Proses kopi pascapanen akan memberikan efek terhadap

komponen-komponen dalam kopi. Setelah proses pascapanen, komposisi

dan konsentrasi asam klorogenik berubah. Selain itu, total polisakarida

menjadi lebih baik terekstraksi dan kandungan lipid meningkat setelah

proses pengolahan kopi basah (wet process). Namun, proses kopi

pascapanen tidak memberikan efek perubahan terhadap kandungan kafein

(Preedy, 2015).

4.5Pengolahan Kopi Manggarai

Kopi Manggarai diproses dengan metode yang sangat umum

ditemukan di Indonesia yaitu metode giling basah (semi wet/semi washed

method). Setelah dipetik, biji kopi ditumbuk sambil dicampur air untuk

memisakan kulit dan biji kopi. Setelah itu, biji kopi dijemur selama 4 hari.

menghilangkan kulit tanduknya. Biji kopi disangrai dengan metode dark

roasting, yaitu disangrai dengan api sedang pada kompor atau tungku

hingga biji kopi berwarna hitam serta mudah dikunyah. Biji kopi

didinginkan hingga suhu ruangan lalu digiling dengan alat giling atau

ditumbuk dengan lumpang dan alu berukuran besar hingga diperoleh

tekstur bubuk kopi yang diinginkan (Masdakaty, 2015).

4.6Penyeduhan Kopi

Air yang digunakan untuk menyeduh kopi adalah air bersih dan

segar yang dididihkan hingga suhu 93-950C, lalu diseduhkan ke dalam

bubuk kopi selama 3-5 menit. Bubuk kopi akan muncul ke permukaan

membentuk kerak. Ketika waktu penyeduhan telah selesai, digunakan

sendok bersih untuk memecahkan kerak tersebut (Kingston, 2015).

Masyarakat Manggarai biasanya menyeduh kopi dengan air

mendidih. Air mendidih dituangkan ke dalam gelas yang telah berisi 1

hingga 1 ½ sdm (tergantung selera) bubuk kopi lalu diaduk-aduk. Kopi

dapat diminum ketika masih panas atau ketika sudah hangat. Selesai

menikmati kopi, gelasnya (umumnya gelas kaca bening) ditelungkupkan

sehingga ampas kopi yang mengendap di dasar gelas akan meninggalkan

jejak seperti garis-garis kopi pada dinding gelas. Jejak tersebut dipercaya

mengandung pesan atau informasi di masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Tradisi ini dikenal dengan nama toto kopi (meramal dengan kopi) (Anggo,

Gambar 2.3 Tradisi toto kopi di Manggarai (Anggo, 2016)

4.7Konsumsi Kopi

Komponen yang paling dikenal dan berpengaruh dari kopi adalah

kafein. Kafein dapat membahayakan jika dikonsumsi berlebihan. Menurut

SNI 01-7152-2006 batas maksimum kafein dalam makanan dan minuman

adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian (Arwangga dkk 2016). Selain

memperhatikan kandungan kafeinnya, konsumsi kopi sebaiknya dilakukan

pada waktu yang tepat.

Kortisol adalah hormon yang dihasilkan oleh korteks adrenal.

Salah satu fungsinya adalah menaikkan tekanan darah sehingga secara

alami kesiagaan tubuh (alertness) mencapai level maksimalnya.

Konsentrasi hormon ini meningkat pada pukul 08:00-09:00, 12:00-13:00,

dan 17:30-18:30. Konsumsi kopi (kafein) tidak dianjurkan pada waktu

tersebut karena kesiagaan tubuh telah disuntikkan secara alamiah,

Waktu yang paling tepat untuk mengonsumsi kopi adalah ketika

konsentrasi kortisol turun yaitu pada pukul 09:30-11:30 dan 13:30-17:00

(Miller, 2013).

4.8Hubungan antara Konsumsi Kopi (Kafein) dan Defekasi

Ketika mengonsumsi kopi, kafein diabsorpsi melalui saluran

pencernaan dan dapat tinggal di dalam sistem tubuh selama empat hingga

enam jam. Sesampainya di hati, kafein dipecah menjadi 3 senyawa.

Paraxanthine adalah senyawa dengan jumlah paling banyak, berfungsi

untuk meningkatkan pemecahan lemak dalam aliran darah. Theobromine

adalah senyawa dengan jumlah sedang, berfungsi memperluas pembuluh

darah dan meningkatkan produksi urin. Theophylline adalah senyawa

dengan jumlah sedikit, berfungsi untuk merelaksasi otot halus pada saluran

pencernaan dan pernapasan (Kingston, 2015).

Kopi adalah minuman stimulan (perangsang). Konsumsi kopi

berkafein dapat menstimulasi atau mengaktifkan pergerakan usus dan

melunakkan feses, dimana efeknya 60% lebih kuat daripada air dan 23%

lebih kuat daripada kopi decaf (kopi tak berkafein) pada manusia normal.

Penelitian Müller et al. (2012) melaporkan bahwa konsumsi kopi espresso

pascaoperasi adalah cara murah dan aman untuk mengaktifkan pergerakan

usus setelah pembedahan kolon. Müller et al. mengijinkan pasien untuk

melakukan treatment yaitu meminum 3 gelas kopi setiap hari (100 ml pada

pukul 08:00, 12:00, dan 16:00), yang dimulai pada pagi hari setelah

pembedahan dengan memperhatikan standar kualitas dan kuantitas kopi

espresso (Preedy, 2015).

Diagram 2.1 Manfaat kopi bagi kesehatan dan pengobatan penyakit (Preedy, 2015)

Dokumen terkait