• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerjasama Internasional dalam Rezim Hukum Baru

Dalam dokumen Konstruksi Hukum atas Kedaulatan Negara (Halaman 104-111)

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kedaulatan Negara di Ruang-maya

3. Kerjasama Internasional dalam Rezim Hukum Baru

Kerjasama internasional telah diselenggarakan untuk menegaskan sikap negara-negara terhadap ruang-maya, rezim hukum baru yang berbeda secara tradisional dengan sistem negara. Kerjasama yang digelar antara lain berupa konferensi-konferensi yang mempunyai lingkup regional dan global dan perundingan di organisasi-organisasi internasional seperti United Nations Commissions on International Trade Law (Uncitral), Council of Europe (Dewan Eropa), European Union (Uni Eropa), Association of Southeast Asia Nations (ASEAN), Asia-Pasific Economic Cooperation (APEC), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Dalam konferensi dan perundingan yang telah berlangsung, negara-negara bersepakat menyusun peraturan tertulis sebagai bentuk kerjasama antarnegara yang secara bersama-sama bertekad menegakkan hukum di ruang-maya. Meskipun tidak semuanya, regulasi yang tersusun pada umumnya mengatur kerjasama di bidang ekonomi dan perdagangan.

Kejahatan internet yang secara bersama-sama ditolak oleh negara-negara adalah kejahatan atau tindak pidana perdagangan elektronik (electronic commerce, e-commerce) dan sejenisnya. Hampir tidak ada regulasi yang berupaya mengancam pidana terhadap individu berkenaan dengan tindak pidana subyektif seperti

pencemaran nama baik dan/atau penghinaan. Berikut ini penulis himpun sejumlah kerjasama internasional yang telah terselenggara beserta instrumen hukum yang dihasilkannya.

a. Model hukum perdagangan elektronik menurut Uncitral

Uncitral menyusun dan mengembangkan model hukum mengenai perdagangan elektronik yang menjadi dasar untuk hukum perdagangan elektronik di sejumlah negara. The Uncitral Model Law on Electronic Commerce dihasilkan pada tahun 1995 berdasarkan perumusan yang bersinambungan sejak tahun 1978. Majelis Umum PBB akhirnya menyetujui model hukum tersebut dengan Resolusi 51/162 pada tanggal 16 Desember 1996.

Model hukum perdagangan elektronik Uncitral merupakan landasan untuk mengatur otentikasi, perlengkapan, dan dampak pesan elektronik berbasis komputer dalam perdagangan. Model hukum perdagangan elektronik Uncitral berupaya (1) mendefinisikan kontrak elektronik dan memberi pengaturan terkait penerimaan dan kekuatan pembuktian dari bukti elektronik, (2) mengatur perdagangan elektronik secara spesifik untuk perundang-undangan nasional, dan (3) memberi aturan yang pasti untuk transaksi berbasis elektronik.

Model hukum perdagangan elektronik Uncitral menyatakan bahwa penafsiran peraturan ini harus dilakukan dengan niat baik dan sesuai dengan (1) prinsip hukum internasional dan (2) persyaratan khusus

untuk mendorong keseragaman dalam penerapannya. Untuk meratifikasi model hukum Uncitral, setiap pihak dapat mengubah atau mengadopsinya sejauh dibutuhkan berdasarkan ketentuan perjanjian.

b. Model hukum tandatangan elektronik menurut Uncitral

The Uncitral Model Law on Electronic Signatures (2001) dihasilkan sebagai implementasi dari The Uncitral Model Law on Electronic Commerce (1995). Model hukum tandatangan elektronik ini ditujukan untuk membantu negara dalam mengharmonisasikan, memodernisasikan, dan menciptakan kerangka legislatif yang adil untuk dapat menangani secara lebih efektif persoalan dalam tandatangan elektronik.

Tujuan dari model hukum tandatangan elektronik Uncitral adalah untuk memberi dasar hukum dalam penggunaan tandatangan elektronik dan perlakuan yang sama terhadap dokumentasi tertulis dan informasi elektronik. Model hukum tandatangan elektronik Uncitral memperhatikan prinsip tentang tidak adanya diskriminasi terhadap berbagai teknik yang mungkin dapat dipakai untuk berkomunikasi atau disimpan informasinya secara elektronik.

c. Model hukum transfer dana internasional menurut Uncitral

The Uncitral Model Law on International Credit Transfer (1994) memuat ketentuan-ketentuan mengenai transfer dana yang dilakukan secara lintas-batas, yaitu transfer dana yang dilakukan oleh bank

pengirim (sending bank) dan bank penerima (receiving bank) yang berada di negara yang berbeda.

Model hukum transfer dana internasional Uncitral mengartikan istilah “transfer dana” secara luas, yakni serangkaian kegiatan yang diawali dari perintah pengirim mengenai pembayaran berupa sejumlah dana tertentu kepada penerima. Istilah tersebut juga mencakup setiap perintah pembayaran oleh bank pengirim asal atau setiap bank penerus guna melaksanakan perintah pembayaran dari pengirim asal.

Serangkaian kegiatan dalam cakupan arti transfer dana juga tidak terbatas pada kegiatan transfer dana yang dilakukan secara elektronik atau dari satu komputer ke komputer lain, tetapi juga serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan perintah pembayaran melalui pengurusan dokumen-dokumen perintah pembayaran.

Model hukum transfer dana internasional Uncitral bersifat terbuka dan tidak eksklusif. Artinya, para pihak dapat membuat ketentuan atau persyaratan-persyaratan disepakati di samping ketentuan-ketentuan dalam model hukum transfer dana internasional Uncitral.

Perumus model hukum transfer dana internasional Uncitral menyadari kemungkinan timbulnya sengketa hukum karena transfer dana yang bersifat lintas batas negara. Dalam hal terjadinya sengketa hukum, model hukum transfer dana internasional Uncitral menempatkan kebebasan para pihak untuk menentukan hukum mana

yang berlaku untuk mengatur hak dan kewajiban mereka. Alternatif kedua dapat dilakukan tatkala para pihak tidak menentukan sendiri hukum apa yang akan berlaku. Dalam hal ini, perumus model hukum transfer dana internasional Uncitral secara tegas menyatakan bahwa hukum yang akan berlaku adalah hukum dari (negara) bank penerima.

Model hukum transfer dana internasional Uncitral tidak hanya berlaku terhadap bank, melainkan juga lembaga keuangan lainnya yang berfungsi mentransfer dana ke luar negeri sebagai bidang pekerjaannya. Model hukum transfer dana internasional Uncitral juga menegaskan bahwa anak atau cabang-cabang bank yang berada di luar negeri dianggap sebagai bank yang terpisah dari induknya (separate bank). Ketentuan ini semata-mata dimaksudkan demi kepastian hukum.

d. Konvensi tentang tindak pidana di ruang-maya menurut Dewan Eropa

Instrumen hukum internasional yang mengatur masalah tindak pidana di ruang-maya (cybercrime, seharusnya cyberspace-crime) yang saat ini paling mendapat perhatian adalah Convention on Cybercrime yang digagas oleh Dewan Eropa pada tahun 2001. Kendati pada awalnya dibuat oleh organisasi regional, yaitu Dewan Eropa, dalam perkembangannya, konvensi ini dimungkinkan untuk diratifikasi dan diaksesi oleh negara manapun di seluruh dunia yang

memiliki komitmen dalam upaya pemberantasan tindak pidana di ruang-maya.

Di Budapest, Hongaria, pada tanggal 23 November 2001, negara-negara Eropa menyusun dan menyepakati Convention on Cybercrime yang lalu dimasukkan dalam European Treaty Series Nomor 185. Substansi konvensi tersebut mencakup area yang cukup luas, bahkan mengandung kebijakan pidana (criminal policy) yang bertujuan untuk melindungi masyarakat dari tindak pidana di ruang-maya, baik melalui undang-undang maupun kerjasama internasional.

Convention on Cybercrime (2001) disepakati oleh Dewan Eropa sebagai konvensi yang terbuka untuk diaksesi oleh negara manapun di seluruh dunia. Hal ini dimaksudkan supaya konvensi tersebut dapat menjadi norma dan instrumen hukum internasional dalam agenda pemberantasan tindak pidana di ruang-maya.

e. Model hukum perdagangan elektronik menurut Uni Eropa

Uni Eropa mengatur perdagangan elektronik yang terdiri dari The General EU Electronic Commerce Directive pada tanggal 4 Mei 2000, The Electronic Signature Directive pada tanggal 30 November 1999, dan The Brussels Convention on Online Transactions yang berlaku mulai tanggal 1 Maret 2002. Instrumen-instrumen hukum tersebut mengatur tentang hukum kontrak, yurisdiksi dan hukum positif, perdagangan elektronik, perlindungan konsumen, tandatangan

elektronik, keamanan data, hak kekayaan intelektual, penyelesaian sengketa alternatif (alternative dispute resolution), pembayaran, tindak pidana di ruang-maya, dan hukum pajak.

f. Kerangka hukum perdagangan elektronik menurut ASEAN ASEAN telah mengeluarkan ASEAN Reference Framework for Electronic Commerce Legal Infrastructure (2001) yang pada dasarnya mengikuti prinsip-prinsip Uncitral yang mengatur hal-hal seperti (1) konsep dasar dan definisi, (2) prinsip-prinsip umum dari hukum perdagangan elektronik, (3) ruang lingkup dan akibat hukum perdagangan elektronik, (4) pengaturan hukum perdagangan elektronik, (5) anggapan hukum perdagangan elektronik, (6) implementasi hukum perdagangan elektronik, dan (7) legislasi yang relevan.

g. Cetak-biru aksi untuk perdagangan elektronik menurut APEC Pada bulan November 1998, APEC menyusun Blueprint for Action on Electronic Commerce yang menekankan peran pemerintah untuk mendukung dan memfasilitasi perkembangan dan kemajuan perdagangan elektronik dengan (1) menyediakan lingkungan yang efektif, termasuk aspek hukum dan regulasi yang transparan dan konsisten; (2) menyediakan lingkungan yang mendukung kepercayaan dan keyakinan di antara pelaku perdagangan elektronik; (3) mendukung fungsi efisien dari perdagangan elektronik secara

internasional dengan tujuan untuk membentuk suatu kerangka domestik; dan (4) mempercepat dan mendorong penggunaan media elektronik.

h. Rencana aksi untuk perdagangan elektronik menurut OECD OECD mulai merundingkan masalah perdagangan elektronik pada tahun 1998 di Ottawa, Kanada, dengan mengumumkan Action Plan for Electronic Commerce yang antara lain merencanakan untuk (1) membangun kepercayaan untuk pengguna dan konsumen, (2) menetapkan aturan dasar untuk tempat pasar digital, (3) memperbaiki infrastruktur informasi untuk perdagangan elektronik, dan (4) memaksimalkan keuntungan dari perdagangan elektronik.

Dalam dokumen Konstruksi Hukum atas Kedaulatan Negara (Halaman 104-111)