• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Indonesia baik untuk lingkup nasional maupun lokal pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi. Sebagai negara yang memiliki potensi sumberdaya hutan yang cukup besar maka pembangunan ekonomi bertumpu pada pemanfaatan sumberdaya hutan tersebut, dimana hal ini dipengaruhi pula oleh pandangan-pandangan yang cenderung bersifat eksploitatif. Pada sisi lain, adanya permintaan yang tinggi terhadap sumberdaya hutan tersebut mengakibatkan pemanfaatan sumberdaya hutan merupakan suatu hal yang tidak terelakkan.

Pengelolaan sumber daya hutan yang baik akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, demikian juga sebaliknya, pengelolaan sumberdaya hutan yang tidak baik akan menimbulkan dampak buruk bagi masyarakat, yang mengakibatkan manfaat yang diperoleh dari sumberdaya hutan sering tidak seimbang dengan biaya sosial yang harus ditanggung. Sehingga persoalan yang mendasar dalam pengelolaan sumberdaya hutan adalah bagaimana mengelola sumberdaya itu agar dapat menghasilkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat dengan tidak mengorbankan kelestarian sumberdaya hutan itu sendiri (Fauzi 2004a).

Oleh sebab itu dalam pengelolaan (pemanfaatan) sumberdaya hutan paling tidak terdapat dua aspek penting yang terkait, yaitu aspek sumberdaya dan aspek stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan hutan. Dalam aspek sumberdaya diperlukan adanya pemahaman akan potensi, peranan dan fungsi dari suatu sumberdaya, yang secara kodrati bahwa setiap sumberdaya diciptakan dengan sejumlah manfaat, peranan dan fungsi yang penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Berdasarkan fakta-fakta yang ada, maka kondisi sumber daya hutan Indonesia dengan segala keanekaragaman hayatinya telah mengalami tekanan yang cukup berat dan akan semakin berat pada masa yang akan datang. Tekanan yang dialami itu disebabkan karena besarnya potensi hutan yang bernilai strategis dan menjadi tumpuan dan modal dasar pembangunan ekonomi nasional serta

xlix memberikan dampak yang positif bagi peningkatan devisa, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan industri, mendorong pertumbuhan wilayah dan pertumbuhan ekonomi.

Kondisi seperti itu menyebabkan terjadinya degradasi sumber daya hutan hampir di seluruh kawasan hutan di Indonesia. Proses degradasi ini merubah keadaan lahan hutan menjadi lahan kritis dan semakin mengkhawatirkan karena semakin tahun mengalami peningkatan. Meningkatnya luas lahan kritis pada kawasan hutan tersebut karena telah terjadi eksploitasi hutan besar-besaran, baik yang dilakukan oleh pemegang HPH maupun akibat terjadinya penebangan liar (illegal logging) yang akan memberikan dampak yang besar kepada keseimbangan lingkungan dan kelestarian sumber daya hutan serta tidak tercapainya ketiga fungsi kawasan hutan, yaitu fungsi : konservasi, produksi dan lindung. Gagasan pembangunan hutan tanaman (HTI) yang pada awalnya ditujukan untuk merehabilitasi lahan- lahan hutan yang kritis dan tidak produktif dan mempunyai tujuan utama untuk turut menjamin penyediaan pasokan bahan baku industri pengolahan kayu di Indonesia, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak berjalan mulus.

Dalam aspek stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan hutan, perlu pemahaman tentang masalah hak pemilikan (negara, individu (private) dan komunal) dan akses terhadap sumber daya, yang merupakan hal pokok untuk berhasilnya efisiensi alokasi sumber daya dan bekerjanya pasar. Satu hal ya ng perlu dipahami bahwa di dalam sumber daya alam, antara sumber daya dan rezim pemilikan sumber daya harus dibedakan dengan jelas. Satu sumber daya bisa saja mempunyai berbagai hak pemilikan dan akses terhadap sumber daya (Bromley 1989 dalam Fauzi 2004a).

Upaya-upaya pengelolaan (pemanfaatan) sumberdaya alam (hutan) selalu dihadapkan pada konflik dan kontroversi yang merupakan konsekuensi dari perbedaan nilai dan kepentingan yang terdapat dalam masyarakat. Konflik yang terjadi adalah konflik pemanfaatan maupun konflik kewenangan. Konflik pemanfaatan terjadi antar masyarakat, antara masyarakat dengan pemerintah, maupun antara masyarakat dengan pihak-pihak pengelola yang mendapatkan keuntungan ekonomi dari pemanfaatan sumberdaya alam. Konflik kewenangan

l terjadi karena adanya tumpang tindih kepentingan antara pemerintah pusat, Provinsi maupun kabupaten/kota karena tidak adanya ketidakjelasan tugas dan wewenang dalam struktur kelembagaan formal.

Memperhatikan pengelolaan hutan yang telah dilaksanakan, terjadi ketidak seimbangan hak- hak dan wewenang antara pemerintah dan pihak pengelola hutan dengan masyarakat yang tinggal di dalam/sekitar hutan dalam mengelola dan memanfaatkan sumberdaya hutan serta ketidak seimbangan dalam akses terhadap sumberdaya hutan sehingga menyebabkan ketimpangan kesejahteraan. Padahal, hubungan saling ketergantungan manusia dengan hutan dalam suatu interaksi dalam sistem kehidupan merupakan dalil yang tidak dapat disangkal. Maka, untuk memperoleh hasil yang lebih baik dalam menjaga kelestarian hutan dan mengatasi masalah ketidak seimbangan atau ketimpangan tersebut, perlu penyempurnaan kebijakan dalam pengelolaan hutan dengan memanfaatkan potensi masyarakat lokal, yaitu memanfaatkan basis pengetahuan dan kearifan setempat yang mencakup aspek teknis seperti penetapan jenis unggulan setempat dan penentuan bentuk pelaksanaan sesuai kondisi lokal, sampai aspek managerial dalam bentuk pemberian prioritas pelaksana pada masyarakat setempat.

Keterlibatan, peranserta atau kebersamaan masyarakat dalam mengelola hutan sangat diperlukan mengingat mereka merupakan bagian dari ekosistem hutan. Keterlibatan dan peranserta itu dapat dinyatakan dalam berbagai bentuk yaitu dengan memberi bantuan, mobilisasi atau menggerakkan masyarakat, membayar masyarakat sebagai tenaga kerja, bagi hasil atau menjadikan masyarakat sebagai mitra sejajar dalam setiap pengambilan keputusan, perencanaan dan implementasinya. Diharapkan rasa ikut memiliki dan tanggung jawab atas pengelolaan bisa tumbuh dari masyarakat sekitar hutan apabila mereka diberi kepercayaan lebih besar dalam pengelolaan hutan. Penyempurnaan kebijakan itu diharapkan dapat memberikan implikasi- implikasi perbaikan perilaku baik kepada pihak pengambil keputusan, para pelaksana HTI, kinerja institusi dan masyarakat.

Oleh karena itu, keberhasilan pelaksanaan kebijakan dalam pengelolaan hutan ini sangat tergantung apakah masyarakat lokal diberi hak-hak bahwa mereka dapat diikutsertakan/berperan serta dalam pengambilan keputusan dalam

li merancang dan melaksanakan program pembangunan yang bersangkutan. Hak-hak tersebut mengandung arti bahwa akses dalam bentuk Hak-hak- Hak-hak pemanfaatan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang terhadap sumberdaya menjadi sangat penting, karena jika hal itu tidak dilakukan, maka mereka akan tidak menghiraukan program/kegiatan tersebut dan bahkan sampai mencoba menentang atau merusaknya.

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, adanya model dalam perspektif pemberdayaan masyarakat di dalam dan di sekitar hutan dalam pembangunan hutan tanaman merupakan upaya untuk mencapai kelestarian fungsi kawasan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena pengelolaan sumber daya hutan ke masa depan harus memberikan penegasan hak-hak (property rights) bagi masyarakat lokal dan pembinaan organisasi kemasyarakatan komunal yang lebih transparan serta adanya pengakuan formal atas kelembagaan sistem pengelolaan hutan oleh masyarakat lokal. Alur pikir pelaksanaan penelitian ini sebagaimana Gambar 1.

lii Tidak

Ya

subyekpenelitian

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

1.Hak pemilikan 2.Akses terhadap sumberdaya Masalah Pengelolaan SDH 1. Ketidak-tegasan hak pemilikan 2. Ketidakseimbangan dalam akses terhadap sumberdaya 3. Ketimpangan dalam kesejahteraan 4. Degradasi/deforestasi Perubahan paradigma pengelolaan hutan Penyempurnaan kebijakan pembangunan kehutanan: pemberdayaan masyarakat

Kelestarian hutan terjaga Masyarakat sejahtera Manfaat bagi masyarakat Kebijakan Pembangunan Kehutanan (HPH dan HPHTI) Analisis manfaat ekonomi, sosial & lingkungan Peranserta masyarakat Konflik pemanfaatan & kewenaangan Berhasil? Game theory

liii 3.2. Model/Hipotesis

Dari penjelasan-penjelasan di atas, hipotesis yang dapat dikemukan :

1. Pelaksanaan pembangunan HTI akan menguntungkan dan memberikan dampak yang positif antara lain berupa peningkatan pendapatan, peningkatan pengetahuan, peningkatan lapangan kerja dan kesempatan kerja, serta peningkatan produktifitas laha n.

2. Pembentukan kemitraan dengan masyarakat dalam mengelola hutan tanaman melalui MHBM akan merupakan solusi yang baik dalam menjaga kelestarian hutan dan pembangunan HTI ke masa depan