• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

a. Batas Derajat Resiko Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Estimasi resiko didapatkan pada masing-masing stasiun kerja. Nilai batas bawah menunjukan resiko yang tinggi, sedangkan nilai batas atas menunjukan resiko yang rendah. Nilai batas atas dan bawah ini digunakan untuk menghitung nilai kontribusi dari masing-masing aspek. Hasil dari batas derajat kecanggihan komponen teknologi, sebagai berikut:

Tabel 20

Batas Derajat Resiko K3

Aspek Batas

Atas

Batas Bawah

Rentang

Fisik Lingkungan 7 3 4

Fisik Pekerjaan 9 2 7

Psikis Lingkungan 9 4 5

Psikis Pekerjaan 8 2 6

Sumber : Data Primer

73 Batas atas aspek fisik lingkungan menunjukan angka 7 yaitu polusi sedikit dan sedikit membahayakan pekerja. Terdapat beberapa stasiun kerja yang menimbulkan polusi dalam jumlah kecil. Batas bawah aspek fisik lingkungan menunjukan angka 3 yaitu polusi yang melimpah dan membahayakan pekerja, terdapat stasiun kerja yang menimbulkan polusi melimpah dan berbahaya.

Batas atas aspek fisik pekerjaan menunjukan angka 9 yaitu mesin atau peralatan tidak berbahaya bagi pekerja, terdapat beberapa alat atau mesin yang tidak berbahaya seperti pada stasiun kerja sortir dan packing.

Batas bawah menunjukan nilai 2, karena masih terdapat stasiun kerja yang menggunakan mesin yang berbahaya bagi pekerja, seperti stasiun kerja potong kotak yang terdapat pisau terbuka pada mesin produksinya.

Batas atas psikis lingkungan menunjukan nilai 9 yaitu lingkungan pekerjaan tidak memberikan tekanan psikis, stasiun kerja yang menunjukan nilai tinggi ini terdapat pada stasiun kerja sortir bahan baku. Batas bawah menunjukan angka 5 yaitu lingkungan cukup memberikan tekanan psikis. Terdapat beberapa stasiun kerja yang cukup memberikan tekanan psikis disebabkan oleh suhu dan kebisingan, yang terdapat pada stasiun kerja oven dan penggilingan.

74 Nilai batas atas psikis pekerjaan yaitu 8 yaitu pengoperasian mesin yang membutuhkan sedikit konsentrasi terletak pada stasiun kerja sortir dan packing.

Sedangkan batas bawah menunjukan angka 2 yaitu pengoperasian mesin membutuhkan konsentrasi tinggi terdapat pada salah satu stasiun kerja potong kotak.

b. Rating SOTA (State Of The Art) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Nilai kontribusi tiap aspek dihitung dari data penelitian dengan menggunakan perhitungan State of the Art dan memberikan hasil sebagai berikut :

Tabel 21 Rating SOTA K3

Stasiun Kerja Fisik Lingkungan

Fisik Pekerjaan

Psikis Pekerjaan

Psikis Lingkungan

Sortir Bahan Baku 0,750 0,688 1,000 0,500

Penggilingan 0,750 0,594 0,500 0,542

Masak Bahan Baku 0,875 0,708 0,750 0,563

Mesin Cetak Panjang 0,875 0,594 0,750 0,500

Mesin Cetak Kotak 0,875 0,531 0,750 0,500

Oven 0,875 0,656 0,500 0,521

Packing 0,875 0,719 1,000 0,542

Sumber : Data Primer

Nilai SOTA menunjukan nilai antara 0 – 1. Nilai 0 berarti rendahnya salah satu aspek yang berkontribusi terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja, sedangkan nilai 1 berarti tingginya salah satu aspek yang berkontribusi terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

75 Nilai di atas kemudian di rata-rata untuk memberikan hasil global state of the art pada masing-masing aspek. Hasil penilaian SOTA pada komponen K3 yaitu perlindungan fisik pekerja dari resiko lingkungan menghasilkan nilai yang cukup baik yaitu antara 0,750 – 0,875. Hasil penilaian cukup konsisten, namun nilai terendah 0,750 terletak pada dua stasiun kerja, yaitu sortir bahan baku dan penggilingan. Nilai yang rendah lingkungan fisik stasiun kerja tersebut, karena banyaknya polusi debu arang yang dihasilkan oleh stasiun kerja tersebut.

Data penelitian perlindungan fisik pekerja dari resiko pekerjaan memberikan hasil antara 0,531 – 0,719.

Terdapat nilai terendah yaitu 0,531 pada stasiun kerja pemotongan bahan baku kotak, karena mesin terdapat pisau yang digunakan terbuka sehingga berbahaya dan beresiko melukai pekerja. Nilai tekanan psikis oleh lingkungan cukup baik, walaupun masih terdapat nilai 0,500 pada stasiun kerja penggilingan dan oven. Pada stasiun kerja penggilingan, mesin yang digunakan cukup berisik untuk pekerja, sedangkan stasiun kerja oven yang dirasa pekerja cukup panas suhunya. Untuk stasiun kerja lain, suhu masih dalam batas wajar dan kebisingan masih dalam batas wajar.

Komponen terakhir adalah tekanan psikis oleh pekerjaan, menghaslkan nilai yang cukup rendah karena

76 berkisar antara 0,500 – 0,563. Nilai yang cukup rendah tersebut terjadi karena kesadaran pekerja akan kesehatan dan keselamatan diri masih kurang. Tidak semua pekerja mematuhi dan menggunakan alat perlindungan diri. Selain dari sisi pekerja, pihak manajemen atau perusahaan juga tidak memberikan training K3 kepada pekerja. Perusahaan juga kurang tegas dengan pekerja yang tidak mematuhi peraturan K3 dengan menegur atau memberikan sanksi.

c. Kontribusi Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja Nilai kontribusi tiap aspek yang dihitung di atas, kemudian dirata-rata untuk menunjukan hasil global dari state of the art pada masing-masing aspek sebagai berikut:

Tabel 22 Kontribusi Aspek K3

Fisik Lingkungan

Fisik Pekerjaan

Psikis Pekerjaan

Psikis Lingkungan

0,742 0,865 0,885 0,737

Sumber : Data Primer

Aspek Fisik Lingkungan memberikan hasil cukup tinggi, hal tersebut dikarenakan tingginya nilai jalur evakuasi, penerangan, dan sirkulasi udara pada tiap stasiun kerja. Walaupun masih terdapat nilai rendah pada indikator limbah yang dihasilkan oleh tiap stasiun kerja.

Aspek Fisik Pekerjaan memberikan hasil yang tinggi karena alat-alat yang digunakan cukup aman bagi pekerja, kecuali mesin pisau. Pada setiap stasiun kerja terdapat alat perlindungan diri yang disediakan oleh

77 perusahaan, namun masih ada beberapa pekerja yang tidak menggunakanya.

Aspek Psikis Pekerjaan memberikan hasil paling tinggi, karena kondisi pada setiap stasiun kerja memiliki suhu yang ideal, kecuali stasiun kerja oven yang cukup panas untuk pekerja. Selain itu, tingkat kebisingan pada setiap stasiun kerja dinilai masih dibatas normal.

Pada aspek Psikis Lingkungan menunjukan nilai paling rendah. Masih terdapat 2 poin dengan nilai 0 (nol) untuk aspek ini. Poin yang menunjukan nilai 0 (nol) adalah tidak adanya training atau pelatihan tentang K3 untuk pekerja dan tidak adanya jaringan informasi yang diberikan untuk pekerja.

d. Derajat Intensitas Kontribusi Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja (β)

Derajat intensitas Kontribusi Aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja dilakukan dengan teknik AHP (Analisis Hirarki Proses) dengan mewawancarai manajer pada tiap masing-masing aspek. Manajer diminta untuk membandingan kepentingan antar masing-masing aspek kesehatan dan keselamatan kerja. Perhitungan menunjukan hasil sebagai berikut :

78 Tabel 23

Derajat Intensitas Kontribusi Aspek K3

Fisik Lingkungan

Fisik Pekerjaan

Psikis Pekerjaan

Psikis Lingkungan

0,33 0,25 0,26 0,15

33% 25% 26% 15%

Sumber : Data Primer

Dari hasil di atas di atas, manajer cenderung tidak terlalu condong pada salah satu aspek, karena hasil menunjukan nilai yang hampir sama.

e. Koefisien Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Nilai Koefisiensi Kesehatan dan Keselamatan Kerja didapatkan dari perhitungan state of the art dengan rumus :

=

Dengan perhitungan di atas didapatkan koefisien K3 sebagai berikut :

0,81

Nilai Koefisien Kesehatan dan Keselamatan Kerja yaitu 0,81 atau 81%. Menurut ILO (2013), perusahaan sukses dalam menangani K3 jika tingkat kesehatan dan keselamatan kerja 0,00%. PT. PPJ tergolong dalam perusahaan beresiko tinggi dalam penerapan K3, karena nilai koefisien K3 sebesar 81%.

79 4.7. Kaitan Antara Kontribusi Teknologi Dengan Kesehatan

Dan Keselaman Kerja

Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS. Dihitung dari data penelitian State of The Art (SOTA) dengan pekerja sebagai responden. Hasil SPSS menunjukan data sebagai berikut :

Tabel 24

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.000a 9 .213

Likelihood Ratio 11.090 9 .270

Linear-by-Linear Association .564 1 .453

N of Valid Cases 4

a. 16 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .25.

Hasil dari Chi Square Test di atas signifikansinya menunjukan angka 0.213 yang berarti signifikansi > 0.05 dan H0 diterima. Artinya terdapat kaitan antara Kontribusi Teknologi dengan K3 nilainya sekitar 21,3%, berbeda secara signifikan dengan nol. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hipotesis alternatif yang mengakatan “kaitan antara Kontribusi Teknologi dengan K3” didukung oleh data.

Kaitan antara Technoware dengan aspek psikis lingkungan yaitu mesin yang digunakan untuk proses produksi dibangun atau dirakit sendiri oleh perusahaan.

80 Mesin yang digunakan memiliki tingkat kebisingan yang ditolelir pekerja, walaupun terdapat satu stasiun kerja yang cukup tinggi tingkat kebisinganya, yaitu pada mesin penggilingan.

Kaitan antara Humanware dengan fisik lingkungan terletak ada kesadaran pekerja dalam menggunakan perlengkapan K3 atau APD. Dengan menggunakan perlengkapan perlindungan tersebut, pekerja akan terhindar dari kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat bekerja.

Setiap stasiun kerja terdapat polusi yang dihasilkan, apabila pekerja menggunakan perlengkapan perlindungan maka pekerja akan meminimalisasi gangguan terhadap kesehatan.

Setiap stasiun kerja memiliki resiko sendiri-sendiri akan kecelakaan yang ditimbulkan oleh masing-masing alat produksi, maka dari itu, pekerja wajib untuk menggunakan perlengkapan K3 untuk menanggulangi kecelakaan akibat bekerja.

Kaitan antara Infoware dan Fisik Pekerjaan. Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja yang dialami oleh pekerja dengan memberikan informasi yang jelas pada setiap stasiun kerja.

Seharusnya, perusahaan memiliki informasi meliputi standar operasional prosedur, informasi peringatan mesin yang digunakan, informasi penggunaan alat perlindungan diri, informasi penanganan apabila terjadi kecelakaan kerja.

Dengan adanya informasi yang lengkap dan jelas, dapat

81 mengurangi resiko terjadinya kecelakaan kerja. PT. PPJ belum memiliki seluruh informasi tertulis tersebut.

Kaitan Orgaware dengan psikis pekerjaan. Organisasi sangat mempengaruhi psikis dari pekerja. Dengan tidak adaya lembur pekerja dapat membuat pekerja tidak terlalu kelelahan saat bekerja. Perusahaan juga memberikan fasilitas BPJS ketenagakerjaan bagi seluruh pekerja. Perusahaan yang seharusnya memberikan peraturan K3 secara tertulis dan terletak pada setiap stasiun kerja, namun dalam prakteknya perusahaan hanya memberikan peraturan K3 secara lisan.

Perusahaan juga bertindak kurang tegas, karena jarang menegur dan tidak memberikan sanksi terhadap pekerja yang tidak mengikuti peraturan K3. Selain itu, perusahaan juga tidak memberikan training K3 yang sangat penting untuk pencegahan gangguan kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat bekerja.

82 BAB V

Dokumen terkait