• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan masyarakat ditinjau kondisi sosial kemasyarakatan di

EKONOMI WILAYAH DI TIGA DAERAH OTONOMI BARU DI INDONESIA

4.2 Kesejahteraan masyarakat di tiga kabupaten pemekaran

4.2.4 Kesejahteraan masyarakat ditinjau kondisi sosial kemasyarakatan di

tiga kabupaten pemekaran

Dalam kehidupan bermasyarakat adanya anggapan (stereotype), prasangka (prejudice), dan stigma adalah gejala sosial yang wajar dalam bergaul dan berinteraksi. Rudito (2007:76) mengatakan, perbedaan-perbedaan persepsi antargolongan sosial yang ada ini tidak dapat dipungkiri lagi bisa menjadi pemicu dalam konflik antargolongan atau kelompok sosial. Konflik-konflik yang terjadi akhir-akhir ini pada dasarnya merupakan perkembangan dari adanya stereotype dan prasangka yang berlebihan pada masing-masing golongan atau kelompok sosial dalam memandang satu dengan lainnya, walaupun pemicunya dapat terjadi dari berbagai aspek seperti ekonomi, politik dan sosial.

Dalam penyelesaian konflik kadang-kadang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat atau sesepuh. Sayogya (1983) menulis, golongan-golongan terpenting yang dijumpai dalam desa adalah golongan-golongan fungsional, golongan-golongan menurut umur dan kelamin serta golongan-golongan menurut keturunan. Di antara golongan-golongan fungsional terdapatlah pertama-tama: 1. Pemerintahan, 2. Organisasi-organisasi keamanan, 3. Para penghantar Agama, 4. Pegawai-pegawai lain, 5. Para guru, 6. Para pengusaha, 7. Penghuni-penghuni dari luar, 8. Para petani, 9. Kaum buruh, 10. Para sesepuh, 11. Kaum wanita, 12. Golongan pemuda/pemudi, 13. Golongan keturunan.

Soekanto (2006) menyatakan, bahwa peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status) yaitu apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan peranan. Peranan secara umum dapat diartikan sebagai keikutsertaan atau partisipasi secara lahiriah dan batiniah. Peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa

yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karena ia mengatur perilaku seseorang. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat xekaligus menjalankan suatu peranan.

Dikatakan oleh Soekanto, peranan tersebut mencakup tiga hal, yaitu (1) peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi seseorang atau tempat seseorang dalam masyarakat, dapat juga diartikan bahwa peranan merupakan serangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatannya, (2) peranan merupakan konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu atau kelompok yang ada dalam masyarakat sebagai organisasi, (3) peranan dapat dikatakan pula sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat (Soekanto, 2006).

Jadi golongan-golongan terpenting yang ada dalam masyarakat tersebut menjalankan peranannya di dalam masyarakat. Kalau terjadi konflik mereka biasanya menjalankan perannya dan dilibatkan atau melibatkan diri dalam penyelesaiannya. Kondisi sosial kemasyarakatan di tiga kabupaten pemekaran dapat dilihat dalam matrik berikut.

Tabel 15 Kondisi sosial kemasyarakatan di tiga kabupaten pemekaran

Kabupaten Peran tokoh

adat/masyarakat

Kondisi sosial kemasyarakatan Rokan Hilir - Tidak dilibatkan dalam

penyelesaian konflik - diabaikan

- Aktivitas masyarakat banyak; Sangat jarang terjadi konflik; kalau ada karena Pilkada/kades; tindak tegas sesuai hukum Rote Ndao - Dilibatkan dalam penyelesaian

konflik

- Diakui dan didengar

- Aktivitas masyarakat banyak; Jarang terjadi konflik; kalau ada karena Pilkada/kades; tindak tegas sesuai hukum

Mamasa - Dilibatkan dalam penanganan konflik

- Diakui dan didengar

- Aktivitas masyarakat banyak; Jarang terjadi konflik; kalau ada karena batas wilayah; Ditindak tegas sesuai hukum

Sumber : data primer, 2011 (lihat Lampiran 8, Tabel 9a) 4.2.4.1 Kabupaten Rokan Hilir

Masyarakat Rokan Hilir termasuk tinggi aktivitasnya, hal tersebut juga ditunjang adanya organisasi masyarakat yang cukup banyak dan beragam di Kabupaten Rokan Hilir. Keberadaan sekolahan dari tingkat Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, SMP, sampai Sekolah Menengah Umum di setiap kecamatan, adanya tempat ibadah, adanya kader PKK yang ribuan banyaknya, organisasi kelompok belajar (kejar) dengan warga

belajar mencapai ribuan orang. Adanya tiga rumah sakit, puskesmas dan puskemas pembantu meningkatkan kegiatan masyarakat, begitu pula adanya tujuh dokter spesialis, dokter umum, enam dokter gigi, ratusan bidan, dan ratusan perawat yang berada di unit kesehatan, selain itu ada dokter umum yang buka praktek, dua dokter spesialis dan enam bidan. Sebanyak hampir empat ratus koperasi tersebar di kecamatan-kecamatan, anggotanya mencapai puluhan ribu orang dengan simpanannya mencapai sebesar puluhan miliar rupiah (tahun 2008). Sebanyak duabelas bank beroperasi di Kabupaten Rokan Hilir (Bank BRI, Bank Riau, Bank Mandiri, dan Bank Panin).

Masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir jarang berkonflik. Menurut responden dalam penjelasannya, kalau ada konflik melibatkan pemerintah dan kepolisian, tokoh masyarakat kurang berperan. Hal tersebut diperkuat pernyataan Sekretaris Daerah Kabupaten Rokan Hilir, Bapak Sy, SH yang mengatakan : “Forum Budaya Melayu yang dibentuk dengan tokoh masyarkatnya kurang berperan dalam penyelesaian konflik, karena tidak mengakar dan tidak dianggap oleh masyarakat. Mereka ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah bukan oleh masyarakat”. “Kalau begitu, yang salah siapa Bapak? Jawabnya “ Yang menetapkan yang menunjuk”. “Kalau begitu proses penetapkan tokoh masyarakat di Forum Budaya Melayu perlu diubah seperti penetapan DPD Bapak? “Ya perlu diubah”, jawabnya.

4.2.4.2 Kabupaten Rote Ndao

Kehidupan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Rote Ndao cukup harmonis. Hal ini tercermin pada keberadaan tempat ibadah (masjid dan gereja) yang berdampingan bahkan dapat dikatakan bersebelahan seperti di Kecamatan Labalain, Kelurahan Ba’a, di mana umat masing-masing agama dapat melaksanakan aktivitas ibadahnya sehari-hari tanpa merasa terganggu dan diganggu dengan kegiatan ibadah umat lainnya.

Masyarakat Rote Ndao termasuk tinggi aktivitasnya, hal tersebut juga ditunjang adanya organisasi masyarakat yang cukup banyak dan beragam di Kabupaten Rote Ndao. Keberadaan sekolahan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum (SLTA) di setiap kecamatan, adanya tempat ibadah, adanya pekerja sosial kemasyarakatan, organisasi sosial, adanya tokoh wanita yang banyak tersebar di setiap kecamatan, adanya karang taruna yang banyak tersebar di setiap kecamatan. Adanya puskesmas dan puskemas pembantu meningkatkan kegiatan masyarakat, begitu pula

adanya tiga bank yang beroperasi dan koperasi yang berbadan hukum dengan anggota yang cukup banyak dan menyimpan uangnya di koperasi, dan dana bergulir yang berkembang untuk pemberdayaan usaha kecil dan menengah.

Konflik yang terjadi di masyarakat Rote Ndao kebanyakan disebabkan karena masalah-masalah kecil dan biasanya dapat diselesaikan pada saat itu juga. Masyarakat di Kabupaten Rote Ndao jarang berkonflik. Menurut responden dalam penjelasannya, kalaupun ada konflik akan diperkecil dengan dialog yang melibatkan pemerintah dan tokoh masyarakat, sehingga konflik tidak meluas dan berkembang. Bupati Rote Ndao mengatakan : “Kita bentuk Forum Peduli Budaya yang anggotanya tokoh-tokoh masyarakat, kita libatkan dalam penyelesaian konflik. Kita hidupkan “TU’U” yaitu budaya arisan untuk anak sekolah dan telah berjalan dua tahun, dan telah berhasil menyekolahkan lebih 2.000 anak. Anggotanya dari kelurahan, masyarakat, dan handai-taulan”.

4.2.4.3 Kabupaten Mamasa

Kehidupan sosial kemasyarakatan di Kabupaten Mamasa cukup harmonis. Hal ini tercermin pada keberadaan para pejabat di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Mamasa yang bermacam-macam keyakinan agamanya. Tempat peribadatan di Kabupaten Mamasa hampir enamratusan buah, jumlah masjid hampir seratus, ada musholla, hampir limaratus gereja, dan lima pura. Hal tersebut juga ditunjang adanya organisasi masyarakat yang cukup banyak dan beragam di Kabupaten Mamasa. Keberadaan sekolahan dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Umum (SLTA) hampir ada di setiap kecamatan, adanya dua rumah sakit, puskesmas di setiap kecamatan, puskesmas desa, puskesmas keliling, satu apotik dan tujuh toko obat. Selain berkebun dan bercocok tanam, masyarakat banyak melakukan kegiatan di luar rumah sesuai dengan kepentingannya. Walaupun begitu, ada responden yang menyatakan jarang terjadi aktivitas bahkan tidak ada aktivitas dari masyarakat. Hal ini biasa terjadi pada masyarakat petani yang tidak setiap saat beraktivitas.

Konflik yang terjadi menurut persepsi masyarakat di tiga kabupaten dalam setahun kurang dari 4 (empat) kali, walaupun ada yang menyebutkan antara 4 – 6 kali kejadian. Konflik, kalaupun terjadi biasanya pada saat adanya pemilihan kepala desa maupun pemilihan kepala daerah (Pemilukada). Menurut penjelasannya responden, pemimpin tidak memenuhi janjinya ataupun karena tidak sesuai dengan janji-janji yang dikatakan

pada saat kampanye. Konflik karena pelanggaran adat tidak pernah terjadi dan yang sering terjadi konflik karena masalah anak muda.

Penanganan konflik yang terjadi di masyarakat di tiga kabupaten pada umumnya masyarakat mempunyai persepsi harus ditindak tegas sesuai dengan hukum yang berlaku dan dicari akar permasalahannya. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di Kabupaten Rote Ndao, Siak dan Rokan Hilir sadar hukum dan cerdas dalam penyelesaian konflik. Karena dengan dibawa ke ranah hukum dan ditemukan akar masalahnya, maka penanganan konflik lebih adil, tidak berat sebelah dan mudah penyelesaiannya. Dengan demikian diharapkan konflik tidak terulang kembali. Ada seorang warga yang mengatakan (Bapak Sh, pemilik warung di Mamasa, wawancara hari Rabu, tanggal 5 Oktober 2011) : “Kalau ada konflik antar anak-anak muda, kita laporkan saja kepada polisi. Ngapain kita harus ikut-ikutan membela pak, kita tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah”. Konflik dapat diatasi dengan melibatkan tokoh masyarakat, aparat kepolisian dan unsur aparat pemerintah daerah.

Persepsi masyarakat terhadap kondisi sosial kemasyarakatan di daerahnya rata-rata ‘baik’ artinya kondusif tata kehidupan di tiga kabupaten pemekaran. Akan tetapi apabila dicermati, kalau ada konflik kebanyakan di Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Rokan Hilir penyebabnya adalah pemilihan kepala desa maupun kepala daerah (Pemilukada), sedangkan di Kabupaten Mamasa penyebab utamanya adalah batas wilayah. Tetapi masyarakat di tiga kabupaten pemekaran sepakat bahwa setiap konflik harus dibawa ke ranah hukum, ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku..

Peran tokoh masyarakat di Kabupaten Rokan Hilir dalam penyelesaian konflik jarang bahkan tidak dilibatkan. Hal ini disebabkan masyarakat tidak percaya lagi terhadap keberadaannya. Peran tokoh masyarakat tersebut perlu dihidupkan kembali, karena dapat membantu pemerintah dalam penyelesaian konflik dan masalah lainnya, serta dapat menjadi mediator dalam penyelesaian konflik yang komprehensif. Oleh karena itu, pemilihan tokoh-tokoh yang akan duduk di dalam Forum Adat Melayu adalah tokoh-tokoh masyarakat yang berakar dari masyarakat, yang benar-benar dikehendaki masyarakat.

4.2.5 Kesejahteraan masyarakat ditinjau dari kondisi lingkungan hidup di