• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesejahteraan

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 93-98)

BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

2. Kesejahteraan

2.1. Indeks Penghasilan

Sejalan dengan meningkatnya kondisi ekonomi Lampung, tingkat kesejahteraan masyarakat turut mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya indikator pendapatan masyarakat, sebagaimana yang diindikasikan oleh indeks penghasilan dari hasil Survei Konsumen di kota Bandar Lampung yang berada di level 144,5, dimana lebih banyak masyarakat yang menilai adanya kenaikan penghasilan dibandingkan yang menilai penurunan penghasilan. Meningkatnya pendapatan akan mendorong peningkatan daya beli masyarakat Lampung yang pada akhirnya memperbaiki tingkat kesejahteraan.

Grafik 5.2

Indeks Penghasilan Konsumen

Sumber : Survei Konsumen KBI Bandar Lampung

2.2 Kesejahteraan Petani

Salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli masyarakat pedesaan adalah Nilai Tukar Petani (NTP). NTP merupakan perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayarkan petani. Disamping itu, NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

NTP Provinsi Lampung pada triwulan III-2011 mencapai 123,7, masih menjadi yang tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa surplus yang diterima oleh petani di Lampung paling besar di Indonesia. Pada triwulan laporan, surplus petani di Lampung tumbuh sebesar 0,84% (qtq), lebih tinggi dibandingkan surplus petani secara nasional yang tumbuh mencapai 0,36% (qtq).

144.5 161 120.00 130.00 140.00 150.00 160.00 170.00

Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Ju

l Au g Sep 2010 2011 Indeks

Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Ekspektasi penghasilan 6 bulan yad

77

Sementara jika dibandingkan dengan seluruh provinsi di wilayah Sumatera, pertumbuhan NTP Lampung secara triwulanan berada pada posisi tertinggi.

Secara tahunan, NTP Lampung masih terus menunjukkan peningkatan sebesar 5,7% (yoy). Sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) tercatat mengalami peningkatan tertinggi dibandingkan sub sektor lainnya, sebesar 11,9% (yoy). Hal ini seiring dengan tingginya permintaan terhadap komoditas perkebunan dan diiringi oleh meningkatnya harga komoditas perkebunan dunia pada tahun 2011. Selain itu, terbatasnya supply yang dipicu oleh anomali cuaca yang terjadi pada tahun ini juga turut berkontribusi terhadap kenaikan harga komoditas perkebunan yang berdampak terhadap peningkatan NTP Lampung pada subsektor TPR. Informasi ini dikonfirmasi dari hasil liaison kepada perusahaan dan asosiasi di sektor perkebunan yang menyatakan bahwa permintaan konsumen lokal dan dunia (terutama negara-negara di Asia antara lain terhadap gula, kakao, karet dan kelapa sawit cukup tinggi.

Sumber : BPS Provinsi Lampung

90 95 100 105 110 115 120 125 130 135 140

I II III IV I II III IV I II III

2009 2010 2011

Grafik 5.3

Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Lampung Per Sub Sektor

Padi & Palawija Hortikultura

TPR Peternakan

Perikanan

Grafik 5.4

Perkembangan Harga Komoditas Perkebunan

Sumber : Bloomberg (diolah)

478.21 1,026.65 2873.88 31.00 -5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 100.00 600.00 1,100.00 1,600.00 2,100.00 2,600.00 3,100.00

Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep*

2010 2011

USD Cent/pound

Karet (USD cent/kg) CPO (USD/metric ton) Kakao (USD/ton) Gula (axis kanan)

78

2.3. Kemiskinan

Berdasarkan data BPS Provinsi Lampung, jumlah penduduk miskin di Lampung pada bulan Maret 2011 mencapai 1,3 juta orang atau sebesar 16,93% dari total penduduk yang mencapai 7,67 juta jiwa. Jumlah tersebut menurun sebanyak 181,2 ribu orang (12,24%) dibandingkan dengan bulan Maret tahun 2010. Trend penurunan jumlah penduduk miskin terus terjadi sejak tahun 2007.

Sumber : BPS Provinsi Lampung

0 5 10 15 20 25 30 35 0.00 500.00 1000.00 1500.00 2000.00 2500.00 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 % Ribu Jiwa Grafik 5.5

Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Lampung

Jumlah Penduduk Miskin % Penduduk Miskin

Tabel 5.5

Perbandingan NTP Tiap Wilayah

79

Mayoritas penduduk miskin berada di wilayah pedesaan, yaitu dengan jumlah sebesar 1,06 juta jiwa atau 81,37% dari jumlah penduduk miskin. Sementara itu, jumlah penduduk miskin yang berada di perkotaan mencapai 242 ribu jiwa (18,63%).

Tabel 5.6

Garis kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin

Sumber : BPS Provinsi Lampung

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin, ada beberapa dimensi lain yang perlu diperhatikan yakni tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan pengentasan kemiskinan juga harus mampu mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan.

Pada tahun 2011 Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan menunjukkan penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 2,98 pada Maret 2010 menjadi 2,77. Demikian pula pada Indeks Keparahan Kemiskinan yang mengalami penurunan (meskipun kecil) dari 0,723 pada Maret 2010 menjadi 0,718 pada Maret 2011. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.

Sumber : BPS Provinsi Lampung

2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Perkotaan 203,685 224,168 236,098 270,303 365,6 349,3 301.7 241.9 (17,85%) (16,78%) (14,03%) (12,27%) Perdesaan 160,734 175,734 189,954 221,543 1.226,0 1.209,0 1178.2 1056.8 (22,14%) (21,49%) (20,65%) (18,54%) Kota+Desa 172,332 188,812 202,414 234,073 1.591,6 1.558,3 1479.9 1298.7 (20,98%) (20,22%) (18,94%) (16,93%)

Jumlah Penduduk Miskin (Ribu) Persentase Penduduk Miskin Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah Maret 2007 Maret 2008 Maret 2009 Maret 2010 Maret 2011 Indeks Kedalaman Kemiskinan

(P1) 3.94 3.83 3.94 2.98 2.77 Indeks Keparahan Kemiskinan

(P2) (axis kanan) 1.07 1.03 1.12 0.72 0.72 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 2.50 2.70 2.90 3.10 3.30 3.50 3.70 3.90 4.10 Grafik 5.6

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Provinsi Lampung

80

Sementara itu, Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai langkah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia termasuk di Provinsi Lampung. Sebagai contoh dalam bidang pendidikan, dimana Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terus berupaya meningkatkan kuantitas dan kualitas sertifikasi guru secara nasional. Untuk Provinsi Lampung, kuota sertifikasi guru tahun ini sebanyak 9.901 orang, menempati posisi terbanyak kedua secara nasional dan meningkat dibandingkan kuota sebelumnya yaitu 9.451 orang. Peningkatan ini merupakan hasil monitoring dan evaluasi Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan (PPSDP) Kemendiknas yang menilai proses sertifikasi di Lampung telah berjalan cukup baik dan memenuhi kuota yang ditargetkan. Penambahan kuota sertifikasi guru ini dilakukan agar semua guru di Indonesia tersertifikasi pada 2015, dengan tujuan agar sertifikasi tersebut berdampak nyata pada peningkatan kompetensi guru sehingga dapat memberikan pendidikan yang berkualitas kepada anak didiknya.

Program lain terkait peningkatan kesejahteraan yang telah dicanangkan Pemerintah adalah penuntasan buta aksara, dimana berdasarkan data Kemendiknas jumlah penyandang buta aksara di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 8,3 juta jiwa atau 4,79% dari jumlah penduduk usia 15-45 tahun, dan 70% diantaranya berusia diatas 40 tahun. Program yang diprioritaskan bagi daerah dengan tingkat buta aksara tinggi (termasuk Lampung) tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian bantuan operasional program keaksaraan dasar sebesar Rp360.000/orang untuk 550.000 orang, yang akan digunakan untuk pembelian materi ajar dan sarana prasarana pembelajaran lainnya dengan proses pembelajaran sebanyak 114 jam selama 6 bulan yang terbagi dalam 2 kali pertemuan setiap minggunya.

81

Grafik 6.1

Saldo Bersih Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha (%)

Sumber : Survei Kegiatan Dunia Usaha KBI Bandar

Lampung triwulan III-2011

66.67 28.57 50 100 33.33 0 50 100 150

Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

Industri Pengolahan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa

Perusahaan

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 93-98)

Dokumen terkait