• Tidak ada hasil yang ditemukan

Koordinasi TPID Sumbagsel dalam Menghadapi Gejolak Harga

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 48-51)

Sama halnya dengan tahun 2010 lalu, permasalahan kenaikan harga beras kembali menjadi salah satu upward risk inflasi nasional di penghujung tahun. Harga beras mengalami kenaikan di sejumlah daerah tidak terkecuali di Zona Sumatera Bagian Selatan, meskipun 2 lumbung beras nasional yaitu Sumsel dan Lampung berada di wilayah ini.

Sebagai gambaran, harga beras di sejumlah pasar tradisional di Bandar Lampung terus mengalami kenaikan sejak Juli 2011. Berdasarkan pemantauan Tim Evaluasi Harga Provinsi Lampung, harga rata-rata beras kualitas asalan IR-64 telah mencapai Rp9.000/kg pada Oktober minggu ke 2 atau mengalami peningkatan 5,88% dibandingkan Agustus 2011. Rilis BPS Provinsi Lampung juga menunjukkan bahwa beras menjadi penyumbang inflasi sejak Juni, dimana sumbangan tertinggi terjadi pada September 2011, yaitu sebesar 0,22%. Akibatnya, inflasi kumulatif Bandar Lampung mengalami lonjakan sebesar 2,33% dibandingkan triwulan II-2011 atau menjadi 3,59% (ytd).

Penurunan supply karena berakhirnya masa panen, hingga isu tendensi aliran komoditas ke daerah defisit beras diperkirakan menjadi pemicu naiknya harga beras. Rendahnya penyerapan beras BULOG di sejumlah daerah karena HPP yang tidak lagi mampu mengimbangi kenaikan harga pasaran juga menjadi isu yang menarik untuk dibahas mengingat pentingnya penyaluran raskin dalam menjaga daya beli masyarakat miskin terhadap pangan pokok. Untuk itu, dalam rangka mengetahui lebih jauh mengenai kondisi perberasan terkini di Sumbagsel, maka pada 17 Oktober 2011 lalu diadakan Rapat Koordinasi TPID Sumbagsel melalui Conference Call yang melibatkan TPID di 5 wilayah, yaitu Lampung, Sumsel, Bengkulu, Jambi, dan Pangkal Pinang. Di Lampung, Conference Call ini diadakan di Kantor Bank Indonesia yang dihadiri oleh Ketua Tim Teknis TPID (Biro Perekonomian) serta anggota tim teknis terkait, yaitu BKPD, BULOG dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura dengan pemaparan masing-masing instansi sebagai berikut :

1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura :

- Produksi padi Lampung merupakan terbesar ke 7 nasional, setelah Sumsel, Sumut,

Sulsel, Jateng, Jabar, dan Jatim, dengan perkembangan produksi sbb :

- Upaya pencapaian sasaran produksi tahun 2011 dilakukan melalui :

a. Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan total lahan 143.200 ha (Padi non hibrida seluas 120.700 ha, Padi hibrida seluas 10.500 ha, dan Padi lahan kering seluas 12.000 ha).

32

c. Kerjasama dengan korporasi di bidang pembiayaan (c/ dengan PT PUSRI, dimana

PUSRI berencana merealisasikan program Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K) 2011. Dana tersebut diberikan bagi kelompok tani yang ada di seluruh kabupaten di Provinsi Lampung, dengan luas areal 590,75 hektar). d. Penandatanganan MoU antara Gubernur Lampung dan Kementerian Pertanian

untuk mendukung peningkatan produksi padi yang merupakan bagian dari upaya pencapaian swasembada beras nasional tahun 2014, yang kemudian diteruskan dengan adanya komitmen bersama antara Gubernur Lampung dengan Bupati/Walikota seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung (untuk mendorong produksi beras di masing-masing wilayah).

e. Perluasan areal tanam

f. Penguatan kelembagaan petani

- Waktu musim tanam padi diperkirakan bulan November. Kendala yang dihadapi

dalam musim tanam adalah anomali cuaca (kemunduran jadwal musim hujan). Untuk menghadapinya, Distan telah melakukan beberapa upaya, diantaranya perbaikan sistem irigasi dan pompanisasi di lahan pertanian padi.

2. BKPD Provinsi Lampung

- Ketersediaan pangan Provinsi Lampung berdasarkan ARAM II (2011), sbb :

Ket: nilai konsumsi perkapita berdasarkan jumlah penduduk tahun 2011 sebesar 9.071.855 jiwa (Sumber : Pemerintah Provinsi Lampung)

- Berdasarkan data tersebut, produksi beras adalah sebesar 1.760.895 ton, setelah

dikurangi tercecer maka ketersediaan sebesar 1.702.785 ton. Dengan konsumsi beras sebesar 94,9 Kg/Kap/Th atau total konsumsi sebesar 860.916 Ton, berarti Lampung surplus sebesar 841.869 Ton.

- Cadangan Pangan di Prov.Lampung terbagi 3, yaitu Cadangan Pangan Pemerintah

(dikelola Bulog), Cadangan Pangan Pokok (beras) Pemerintah Provinsi Lampung (dikelola oleh BKPD Prov.Lampung), dan Cadangan Pangan Masyarakat.

- Berdasarkan UU No.7 Tahun 1996 tentang pangan, Inpres No 5 Tahun 2011 tentang

pengamanan produksi beras nasional dlm menghadapi iklim ekstrim, dan Permentan No.65/Permentan/OT.140/12/2010 tgl 28 Desember 2010 tentang standar pelayanan minimal bidang ketahanan pangan, maka Provinsi diharapkan menyediakan cadangan pangan minimal 200 ton setara beras yang digunakan untuk penanganan rawan pangan transien, bencana alam, dan intervensi kenaikan harga beras.

33

- Di Lampung, landasan hukum penyediaan cadangan pangan diatur dalam Pergub

Lampung No. 37 tahun 2010 (yang berhasil mencadangkan 47 ton beras) , Pergub Lampung No. 26 tahun 2011 (direncanakan mampu membuat cadangan 46 ton beras), sehingga perkiraan total cadangan pangan pemprov Lampung s.d Tahun 2011 sebesar 93 Ton.

- Sebelum tahun 2015, Provinsi Lampung diharapkan mampu memenuhi Target

Penyediaan Cadangan pangan beras minimal 200 ton. Dalam rangka mencapai target tersebut, maka

pada tahun 2012 akan dilakukan penyediaan 67 ton beras (melalui APBD Provinsi Lampung) dan sebesar 40 ton (pendanaan APBN).

- Saat ini, cadangan beras di masyarakat diperkirakan mencapai 841.869,13 ton (di Tingkat Rumah Tangga Konsumen sebanyak 13.718,26, di Tingkat Rumah Tangga Petani/Produsen sebanyak 555.287,78, di Penggilingan Padi sebanyak 67.696,19, sedangkan di Pedagang mencapai 205.166,90). Dengan demikian, mayoritas cadangan beras terbesar diperkirakan ada di tingkat rumah tangga produsen/petani 65,95% dan di Rumah Tangga Konsumen 24,36%. Permasalahan dalam pemenuhan cadangan beras ini adalah tidak adanya cadangan beras di tingkat kabupaten/kota dan masih tingginya konsumsi beras masyarakat.

- Untuk itu, dalam rangka mengurangi konsumsi beras 1,5 % per tahun & mengurangi konsumsi terigu diimbangi peningkatan konsumsi umbi-umbian, buah-buahan, sayuran, hasil ternak & ikan, maka dilakukan gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP)

- Program aksi P2KP diantaranya : 1.Pemanfaatan Sumber pangan lokal melalui pemanfaatan pekarangan (bekerjasama dengan TP PKK Provinsi, melalui dasawisma

dan TP PKK Kabupaten/Kecamatan/Desa), 2. Bimtek pengolahan bahan pangan lokal (bekerjasama dengan Polinela), 3. Promosi P2KP , 4. Sosialisasi Pangan Lokal untuk

anak-anak SD/MI. 3. BULOG Divre Lampung :

- Target pengadaan beras DN oleh BULOG mencapai 125.000 ton, dimana hingga 19 September 2011, pengadaan beras DN mencapai 43.794 ton atau 35.04 % dari target atau mampu memenuhi 3 bulan raskin hingga Desember.

- Lampung belum akan melakukan Operasi Pasar mengingat masih terdapatnya beras dengan harga Rp7.000/kg (harga beras OP diperkirakan sebesar Rp6.800/kg, sehingga belum efisien dan efektif untuk dilakukan OP).

- HPP BULOG saat ini (BULOG Lampung telah 4 kali melakukan penambahan insentif HPP) tidak mampu mengimbangi harga beras di pasaran yang telah mengalami kenaikan cukup signifikan, sehingga pengadaan menjadi minim. Untuk itu, dalam rangka memenuhi target pengadaan beras tahun 2011, BULOG Lampung direncanakan melakukan impor sebanyak 60.000 ton. Hingga Oktober 2011, beras impor yang sudah masuk Lampung dari Vietnam dan Thailand tercatat sebanyak 17.850 ton, sedangkan yang sedang mengalami bongkar sebanyak 19.100 ton, dan yang sedang dalam perjalanan mencapai 21.350 ton.

34

Dalam dokumen KAJIAN EKONOMI REGIONAL (Halaman 48-51)

Dokumen terkait