• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Konstribusi Industri Rajutan terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Binong Jati

4.4.2. Kesejahteraan Tenaga Kerja

Masyarakat yang terjun langsung dalam usaha rajutan Binong Jati Bandung telah dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Tingkat kesejahteraan masyarakat dalam penelitian ini dapat dilihat dari jumlah penghasilan/upah masyarakat yang terlibat langsung dalam usaha industri rajutan

yakni tenaga kerja/pekerjanya. Para pekerja dalam industri rajutan ini diberikan upah yang berbeda yang sesuai dengan posisi dan keahlian yang mereka miliki serta jumlah produksi yang dapat mereka hasilkan. Upah yang diterima oleh pekerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

Untuk melihat tingkat kesejahteraan tenaga kerja industri rajutan maka penulis menggunakan UMR (upah minimum regional) yang diterapkan oleh Pemerintah Jawa Barat yang meliputi Kota Bandung tahun 2004 yakni sebesar Rp. 22.000 per hari atau Rp. 660.000 per bulan (BPS Kota Bandung tahun 2004). Peneliti akan mengambil sampel tenaga kerja Binong Jati sebanyak 4 orang. Pekerja yang dijadikan sampel adalah pekerja yang telah berkeluarga sehingga dapat dilihat sejauh mana upah yang mereka peroleh dari pekerjaannya dapat memenuhi kebutuhan keluarganya. Berikut ini adalah daftar upah rata – rata pekerja rajutan Binong Jati dalam satu bulan dan berdasarkan jenis pekerjaannya.

Tabel 4.12

Jumlah Upah Tenaga Kerja Industri Rajutan Binong Jati Kota Bandung Tahun 2003 dan 2004

Nama Pekerjaan Upah perminggu Upah perbulan

Dede Rajut Rp.250.000 Rp.1000.000 Kurnia Linking Rp.250.000 Rp.1000.000 Roni Setrika uap Rp.225.000 Rp.900.000 Sona Packing Rp.150.000 Rp.600.000

Sumber : Diolah berdasarkan wawancara dengan narasumber Dede, Kurnia, Roni dan Sona tanggal 23 Oktober 2009

Berdasarkan data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa upah yang diterima para pekerja di industri rajutan Binong Jati berkisar antara Rp. 600.000 – Rp. 1000.000 perbulan. Upah masing – masing pekerja berbeda menurut jenis pekerjaannya dan upah yang didapat juga tidak tetap karena tergantung dari

jumlah barang yang telah diselesaikannya. Upah tersebut sudah termasuk upah makan namun jika ada kerja lembur maka upah akan ditambah sesuai dengan barang yang dihasilkannya. Berikut ini akan diuraikan anggaran rumah tangga tenaga kerja rajutan Binong Jati Bandung selama satu bulan.

Dede bekerja sebagai pekerja rajut pada industri rajutan Binong Jati diberikan upah Rp. 1000.000 perbulan. Upah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari satu orang isteri dan tiga orang anak. Perincian anggaran rumah tangga dede adalah sebagai berikut.

 Upah rata – rata selama satu bulan Rp.1000.000

 Pengeluaran

 Beras untuk 5 orang = 30 kg x @ Rp.2700 = Rp. 81.000

 Membeli lauk pauk 30 x Rp.10.000 = Rp.300.000

 Biaya sekolah 3 orang anak* = Rp. 80.000

 Biaya Listrik = Rp. 50.000

 Biaya lain – lain = Rp. 70.000 +

Jumlah Rp. 581.000 –

Sisa Rp. 419.000

Ket*

Biaya sekolah 3 orang yaitu SMA, SMP dan SD

Biaya lain – lain (minyak goreng, minyak tanah, sabun, pasta gigi, sampo)

Berdasarkan rincian anggaran rumah tangga tersebut, kehidupan Dede dapat dikatakan sejahtera karena upah yang diperolehnya selama satu bulan sebagai pekerja rajut Binong Jati dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya

sehari – hari. Sisa uang yang dimilikinya digunakan untuk keperluan yang lain seperti membeli pakaian, biaya kesehatan, cicilan barang elektronik, dan ditabung. Bila mendapat upah lembur maka Dede biasanya akan menggunakan untuk ditabung (wawancara dengan Dede tanggal 24 Oktober 2009).

Kurnia bekerja sebagai pekerja linking pada industri rajutan Binong Jati diberikan upah Rp. 1000.000 perbulan. Upah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari satu orang isteri dan dua orang anak yang satu usia sekolah dan satu lagi balita. Perincian anggaran rumah tangga Kurnia adalah sebagai berikut.

 Upah rata – rata selama satu bulan Rp.1000.000

 Pengeluaran

 Beras untuk 4 orang = 25 kg x @ Rp.2700 = Rp. 67.500

 Membeli lauk pauk 30 x Rp.10.000 = Rp.300.000

 Biaya sekolah 1 orang anak* = Rp. 30.000

 Biaya Listrik = Rp. 40.000

 Biaya lain – lain = Rp. 70.000 +

Jumlah Rp. 507.500 –

Sisa Rp. 492.500

Ket*

Biaya sekolah 1 orang yaitu SD

Biaya lain – lain (minyak goreng, minyak tanah, sabun, pasta gigi, sampo)

Berdasarkan rincian anggaran rumah tangga tersebut, kehidupan Kurnia dapat dikatakan sejahtera karena upah yang diperolehnya selama satu bulan sebagai pekerja linking Binong Jati dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya

sehari – hari. Sisa uang yang dimilikinya digunakan untuk keperluan yang lain seperti membeli pakaian, biaya kesehatan, cicilan motor, dan sisanya ditabung (wawancara dengan Kurnia tanggal 24 Oktober 2009).

Roni bekerja dibagian setrika uap pada industri rajutan Binong Jati diberikan upah Rp. 900.000 perbulan. Upah tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari satu orang isteri dan satu orang anak yang masih balita. Perincian anggaran rumah tangga Roni adalah sebagai berikut.

 Upah rata – rata selama satu bulan Rp.900.000

 Pengeluaran

 Beras untuk 3 orang = 20 kg x @ Rp.2700 = Rp. 54.000

 Membeli lauk pauk 30 x Rp.7500 = Rp.225.000

 Biaya sekolah (belum usia sekolah/balita) = Rp. –

 Biaya Listrik = Rp. 50.000

 Biaya lain – lain * = Rp. 60.000 +

Jumlah Rp.389.000 –

Sisa Rp. 511.000

Ket*

Biaya lain – lain (minyak goreng, minyak tanah, sabun, pasta gigi, sampo)

Berdasarkan perincian anggaran rumah tangga tersebut, kehidupan Roni masih dapat dikatakan sejahtera karena upah yang diperolehnya selama satu bulan sebagai pekerja setrika steam uap dapat mencukupi kebutuhan rumah tangganya sehari – hari. Sisa uang yang dimilikinya digunakan untuk keperluan yang lain

seperti membeli pakaian, biaya kesehatan, cicilan motor, cicilan barang elektronik dan sisanya ditabung (wawancara dengan Roni tanggal 24 Oktober 2009).

Pada proses packing atu bagian finishing lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Mereka bekerja di industri rajutan Binong Jati ini untuk membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari – hari. Sona bekerja dibagian packing dengan upah Rp. 600.000 perbulan. Upah yang didapatkan digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya yang terdiri dari satu orang suami dan tiga orang anak. Suami Sona bekerja sebagai pedagang yang penghasilannya perbulan RP. 700.000 setelah digabung dengan penghasilan suaminya, maka pemasukan uang keluarga Ibu Sona sebesar Rp. 1.300.000 Berikut ini merupakan perincian anggaran rumah tangga Sona yakni sebagai berikut.

 Penghasilan rata – rata selama satu bulan Rp.1.300.000

 Pengeluaran

 Beras untuk 5 orang = 30 kg x @ Rp.2700 = Rp. 81.000

 Membeli lauk pauk 30 x Rp.7500 = Rp.225.000

 Biaya sekolah 3 orang anak = Rp 100.000

 Biaya Listrik = Rp. 60.000

 Biaya lain – lain * = Rp. 100.000 +

Jumlah Rp.566.000 –

Sisa Rp. 734.000

Ket*

Berdasarkan perincian anggaran rumah tangga tersebut diketahui bahwa upah bekerja Sona dibagian packing memang dibawah UMR yang ditetapkan pemerintah. Namun upah yang didapatkan Sona dengan bekerja di industri rajutan Binong Jati dipergunakan untuk membantu suami mencukupi kebutuhan rumah tangga sehari – hari jadi dengan upah tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Sisa uang yang dimiliki Sona digunakan untuk keperluan yang lain seperti membeli pakaian, biaya kesehatan, cicilan barang elektronik, biaya yang tidak terduga dan sisanya ditabung (wawancara dengan Sona tanggal 24 Oktober 2009).

Upah yang diterima oleh para tenaga kerja yang bekerja di industri rajutan Binong Jati dapat dikatakan cukup sejahtera karena mereka dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari bahkan ada sisa untuk keperluan lain yang tidak terduga dan ditabung. Meskipun ada beberapa pekerja yang menerima upah di bawah UMR yang ditetapkan pemerintah (bagian QC dan packing) namun pekerja di bagian ini mayoritas perempuan dan mereka bekerja untuk membantu suaminya mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari.

Pada dasarnya upah yang diterima oleh pekerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok seperti membeli beras, lauk pauk, biaya listrik dan biaya sekolah anaknya. Untuk lauk pauk kebutuhan minimalnya tahu, tempe, telur, sayuran dan ikan asin. Pada awal minggu mereka menerima upah dapat menambah lauk pauk seperti membeli ikan dan daging. Dengan kondisi yang seperti itu memperlihatkan bahwa pemenuhan gizi para pekerja dan keluarganya

mencukupi karena bekerja sebagai buruh di industri rajutan Binong Jati terbukti dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

Berdasarkan pemaparan di atas dengan melihat penghasilan yang diperoleh pengusaha dan upah pekerja dapat terlihat kesejahteraan hidup para pengusaha rajutan dengan pekerja rajutan. Perbedaan kesejahteraan pengusaha rajutan dengan pekerjanya dapat terlihat dari bangunan rumah masing – masing dan kendaraan yang dimilikinya. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti (Oktober tahun 2009) dapat digambarkan bahwa bangunan rumah yang dimiliki pengusaha rajutan (Suhaya Wondo dan Jamjam Hendarsah) dapat dikatakan sangat sejahtera, rumah mereka didirikan di atas tanah yang luas dan bangunan rumah yang mewah. Bangunan rumah yang dimiliki oleh Wondo dan jamjam tidak hanya satu rumah namun sampai dua rumah mewah di kawasan Binong Jati dan dilengkapi juga dengan peralatan elektronik serta kendaraan bermotor dan mobil yang tidak hanya satu tapi dua mobil. Sedangkan jika melihat kesejahteraan hidup para pekerja, secara umum mereka hidup sederhana dan rumah yang mereka miliki juga sederhana namun diantara mereka ada yang memiliki kendaraan bermotor.

Perbedaan tingkat kesejahteraan antara pengusaha dengan pekerja mengakibatkan munculnya perbedaan status sosial ekonomi di wilayah Binong Jati. Dengan adanya perbedaan ini mengakibatkan setiap orang harus berusaha, dan bekerja keras untuk mencapai kedudukan yang lebih tinggi dengan meningkatkan kinerjanya dalam bekerja. Seorang pekerja pun jika memiliki semangat dan mau bekerja keras tidak menutup kemungkinan dapat merubah

status sosialnya kearah yang lebih baik. Adanya pelapisan sosial dan perbedaan kedudukan dalam masyarakat Binong Jati tidak mengakibatkan adanya konflik karena warga Binong jati masih memiliki sikap saling menghormati, menghargai dan mau saling tolong menolong jika ada warga yang kesulitan.

4.4.3. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Binong Jati Dengan