• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESESUAIAN PROGRAM, TINGKAT PARTISIPASI, DAN KEMANFAATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOM

PROFIL LOKASI PENELITIAN

KESESUAIAN PROGRAM, TINGKAT PARTISIPASI, DAN KEMANFAATAN PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOM

Bab ini menguraikan tentang bagaimana kesesuaian program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk, serta tingkat partisipasi dan juga manfaatnya pada Koperasi Wanita Mandiri di Desa Kembang Kuning. Kesesuaian program ditinjau melalui empat faktor pendukung efektivitas penyuluhan oleh Setiana (2005). Bab ini juga membahas mengenai tingkat partisipasi yang dilihat pada tiap tahapan program menurut Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi, serta tahap pemanfaatan hasil berdasarkan tipologi tangga partisipasi Arnstein (2007) yaitu non-participation, degrees of tokenism, dan degrees of citizen control. Selanjutnya, pada bab ini juga dibahas mengenai kemanfaatan program, yang ditinjau melalui indikator keberhasilan program pemberdayaan ekonomi oleh Wibisono (2007).

Tingkat Kesesuaian Program Pemberdayaan Ekonomi

Kesesuaian program pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa sesuai program binaan oleh pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk terhadap kebutuhan dan potensi masyarakat, yaitu anggota Kopwama. Kesesuaian program merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas program menurut Hilarius dan Prayogo (2012). Kesesuaian program diukur melalui daftar pertanyaan yang tersusun dalam bentuk kuesioner. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, variabel ini ditinjau menggunakan 5 indikator pendukung efektivitas program oleh Setiana (2005) yang di antaranya ialah materi, metode, media, serta waktu dan lokasi program. Hasil penelitian oleh Mutmainna (2014) menyatakan bahwa kesesuaian program pada program pemberdayaan ekonomi lokal tergolong tinggi karena program tersebut telah tepat sasaran dan sesuai dengan apa yang penerima program butuhkan. Selain itu, kesesuaian program yang tinggi dalam penelitian Mutmainna (2014) juga dikarenakan program yang mudah untuk dilaksanakan di kehidupan nyata.

Mayoritas anggota Kopwama merasa bahwa program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk berkesesuaian yang tinggi, dengan alasan mereka merasa lebih aman jika melakukan simpan pinjam pada Koperasi Wanita Mandiri yang dibina oleh PT Holcim. Selain merasa aman, anggota lain juga merasa bahwa untuk melakukan simpan pinjam di Kopwama tidak memerlukan syarat yang menyulitkan sehingga mudah jika para anggota ingin melakukan pinjaman untuk modal usaha. Meskipun begitu, terdapat juga masyarakat yang merasa tidak ada perubahan signifikan dengan dibentuknya koperasi, dengan alasan bahwa mereka tidak terlalu mengembangkan hasil pinjaman menjadi usaha melainkan hanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Materi Program

Materi program yang dimaksudkan ialah segala sesuatu yang disampaikan dalam seluruh rangkaian kegiatan program. Menurut Setiana (2005) materi yang baik dalam suatu program adalah yang sesuai dengan kebutuhan sasaran, menarik, dapat memperbaiki kehidupan, meningkatan pendapatan, dan dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh sasaran program. Materi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia mencakup materi-materi pokok mengenai manajemen operasional koperasi dan juga materi penunjang lainnya seperti keterampilan ataupun materi terkait usaha mikro. Jumlah dan persentase anggota menurut kesesuaian materi program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian materi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Materi Program Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 8 26,7

Sedang 4 13,3

Tinggi 18 60,0

Total 30 100,0

Tabel 11 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian materi program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa kesesuaian materi program termasuk tinggi dalam program pemberdayaan ekonomi, yaitu sejumlah 60 persen. Penilaian yang tinggi tersebut ialah karena terdapat anggota yang merasa bahwa materi yang diberikan saat kegiatan program sudah sesuai dengan kebutuhan maupun potensi yang dimiliki anggota Kopwama. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“..materi yang disampaikan itu berkaitan dengan koperasi, kan kita kan orang awam yah jadi kita tau disitu bahwa koperasi bisa jalan kalo ada

legalitas, dan butuh anggota-anggotanya juga...” (S, 45 tahun)

Anggota merasa bahwa informasi yang disampaikan pada kegiatan dalam program pemberdayaan ekonomi sesuai dengan tujuan dari Kopwama itu sendiri, dan merasa bahwa informasi-informasi yang disampaikan dapat berguna baik secara kelompok maupun individu.

Metode Program

Metode program merupakan cara ataupun teknik yang digunakan berdasarkan tujuan khusus yang ingin dicapai dari program itu sendiri. Menurut Setiana (2005) terdapat banyak metode dalam suatu program, di antaranya yaitu berdasarkan pendekatan sasaran program, teknik komunikasinya, serta indera partisipan program. Jumlah dan persentase anggota menurut kesesuaian metode program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian metode pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Metode Program Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 9 30,0

Sedang 4 13,3

Tinggi 17 56,7

Total 30 100,0

Tabel 12 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian metode program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa kesesuaian metode pada program ini termasuk tinggi. Sejumlah 56,7 persen anggota memberikan penilaian yang tinggi terhadap kesesuaian metode pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Menurut Setiana (2005) metode dalam suatu program baiknya disesuaikan dengan kebutuhan sasaran program itu sendiri, yaitu dengan cara mengkombinasikan berbagai metode agar memberi manfaat yang lebih baik dalam pencapaian tujuannya. Anggota merasa bahwa pendekatan, teknik komunikasi, maupun metode lain yang digunakan oleh pihak PT Holcim Indonesia Tbk pada program ini sudah sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Selain itu, metode yang digunakan oleh pihak perusahaan cukup persuasif sehingga anggota Kopwama bersedia untuk terus terlibat dalam rangkaian kegiatan program. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“..caranya Holcim itu bagus, mengajak masyarakat untuk berorganisasi, awalnya kan kita hanya berbentuk PKK terus tiba-tiba digandeng sama Holcim ya kita senang, berterima kasih malah. Terus dengan caranya begitu kita jadi lebih inisiatif sendiri, buka buka internet buat tau tentang koperasi untuk buka usaha...” (S, 45 tahun)

Media Program

Media yang digunakan dalam suatu program ialah seluruh alat bantu yang berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan antara penyampai program dengan sasaran program. Media program digunakan agar informasi atau pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas, nyata, dan mudah dimengerti peserta program. Pada program pemberdayaan ekonomi, media yang digunakan ialah berupa gambar yang diproyeksikan, yaitu slide presentation. Jumlah dan persentase anggota menurut kesesuaian media pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian media program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Media yang digunakan dalam program yang baik menurut Setiana (2005) ialah alat bantu yang digunakan harus cocok dengan pesan atau informasi yang akan disampaikan.

Tabel 13 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian media program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Media Program Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 10 33,3

Sedang 7 23,3

Tinggi 13 43,3

Total 30 100,0

Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa terdapat 43,3 persen anggota memberikan penilaian tinggi terhadap kesesuaian media program karena dianggap cukup menarik perhatian anggota sehingga anggota lebih memperhatikan apa yang disampaikan saat kegiatan berlangsung. Selain hal tersebut, dengan sajian materi dalam bentuk slide presentation media yang digunakan pada program ini cukup memudahkan materi untuk dipahami sehingga sesuai dengan kebutuhan maupun kemampuan anggota. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“..pake proyektor trus pake ada slidenya gitu ya jadi merhatiin sih terus kan emang jadi lebih ngerti, tapi sayangnya kita ga dapet kertasnya gitu sih ya, kan diganti slidenya cepet...” (I, 44 tahun)

Waktu Pelaksanaan Program

Waktu pelaksanaan program merupakan jadwal yang digunakan saat melakukan kegiatan dalam program. Setiana (2005) menyatakan bahwa pada umumnya masyarakat sudah memiliki jadwal atau waktu rutinan yang dilakukan pada umumnya pagi hingga sore dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Pemilihan waktu pelaksanaan program baiknya disesuaikan dengan jadwal serta kebutuhan masyarakat, agar tujuan program dapat dicapai. Jumlah dan persentase anggota menurut kesesuaian waktu pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian waktu pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Waktu Pelaksanaan

Program Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 7 23,3

Sedang 6 20,0

Tinggi 17 56,7

Total 30 100,0

Tabel 14 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian waktu pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Berdasarkan data tersebut terdapat sebanyak 56,7 persen memberikan penilaian yang tinggi terhadap kesesuaian waktu pelaksanaan program. Anggota merasa bahwa pelaksanaan kegiatan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk dilaksanakanan pada waktu yang sesuai, karena anggota memilih waktu tersebut atas kesepakatan bersama, sehingga tidak merugikan pihak

manapun karena keputusan sepenuhnya berada pada pilihan anggota dan pengurus Kopwama. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“...kumpul gitu mah kita sendiri yang nentuin, jadi maunya hari apa minggu ke berapa tinggal pilih, trus kalo udah ada tanggalnya mah tinggal masing-masing ketua kelompoknya kasih tau ke anak buahnya... (A, 42 tahun)

Lokasi Pelaksanaan Program

Setiana (2005) berpendapat bahwa ada masyarakat yang tidak tinggal sepenuhnya menetap di desa, sehingga pemilihan tempat pelaksanaan program seharusnya disesuaikan pula dengan jadwal dan lokasi yang mendukung. Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian lokasi pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kesesuaian lokasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Lokasi Pelaksanaan

Program Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 13 43,3

Sedang 4 13,3

Tinggi 13 43,3

Total 30 100,0

Tabel 15 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kesesuaian lokasi pelaksanaan program pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia. Berdasarkan data tersebut terdapat sebanyak 43,3 persen memberikan penilaian yang tinggi terhadap kesesuaian lokasi pelaksanaan program. Anggota merasa bahwa lokasi pelaksanaan dalam program pemberdayaan ekonomi dilakukan di tempat yang sesuai dengan kebutuhan, yaitu berada di lokasi yang dekat dengan perumahan masyarakat seperti yang disebutkan oleh salah satu anggota sebagai berikut: “...lokasi mah deket neng kan cuma di Club House, deket tinggal nyebrang...” (I, 44 tahun). Namun berdasarkan data tersebut pula, sejumlah 43,3 persen anggota memberikan penilaian rendah atas lokasi pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi. Hal tersebut ialah karena meskipun lokasi yang ditentukan tergolong dekat dan tidak menyusahkan, namun tempat yang dipilih untuk menjadi lokasi pelaksanaan pogram terlalu besar sehingga situasi saat program berlangsung menjadi kurang kondusif. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut: “...di mana tuh Club House yah, kegedean neng jadi jauh proyektornya tapi kalo di kantor koperasi mah kan juga kekecilan yah...” (A, 42 tahun).

Tingkat Partisipasi pada Program Pemberdayaan Ekonomi

Tingkat partisipasi pada penelitian ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keterlibatan anggota Kopwama pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Tingkat partisipasi pada penelitian ini secara garis besar merujuk pada tahapan partisipasi oleh Cohen dan Uphoff (1977) yakni tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil. Kemudian, pada setiap tahapan tersebut dilakukan penggolongan tingkatan partisipasi yang merujuk pada Arnstein (2007) yaitu non-participation, tokenism, dan citizen power. Penggolongan tersebut diukur melalui daftar pertanyaan yang tersusun ke dalam kuesioner.

Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan pada pelaksanaan program CSR ialah merupakan tahap pengambilan keputusan pada saat merencanakan kegiatan maupun agenda yang akan dilakukan pada saat program berjalan. Termasuk didalamnya ialah penggalian ide, perumusan pilihan, melakukan evaluasi dari tiap pilihan yang ada, dan pengambilan keputusan atas pilihan tersebut, serta perumusan strategi untuk melaksanakan pilihan yang telah ditetapkan (Cohen dan Uphoff 1977). Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya dalam tahap pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi

tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Tahap Perencanaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Non Partisipasi 6 20,0

Tokenisme 4 13,3

Citizen Power 20 66,7

Total 30 100,0

Tabel 16 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi masyarakat tahap perencanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Data tersebut menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat pada tahap ini tergolong tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya anggota yang berada pada tingkat partisipasi citizen power yaitu sejumlah 66,7 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota terlibat secara penuh dan aktif dalam tahap perencanaan yaitu dengan menghadiri kegiatan program, menyuarakan pendapat, memberikan saran maupun kritik dan melibatkan dirinya pada saat pengambilan keputusan. Contohnya ialah ketika diadakan rapat bersama antara anggota Kopwama dengan pihak pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk yang membahas perubahan UP2K dari PKK Kampung Narogong menjadi koperasi anggota dapat menyuarakan pendapat dengan bebas. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut: “...mau ngasih saran, kritik atau apa mah bebas sih menyuarakan pendapatnya ga ada dibatesin atau kayak gak didengar atau apa...” (SS, 56 tahun).

Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan bagian yang penting dalam suatu program yang di dalamnya diperlukan keterlibatan dalam bentuk sumbangan materi, sumbangan pemikiran, ataupun tindakan sebagai anggota program (Cohen dan Uphoff 1977). Pelaksanaan pada program mitra binaan koperasi oleh pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk ialah termasuk pemantauan kegiatan koperasi tiap bulannya, serta pelatihan-pelatihan yang diberikan kepada anggota Koperasi. Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya pada tahap pelaksanaan program dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Tahap Pelaksanaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

Non Partisipasi 5 16,7

Tokenisme 2 6,7

Citizen Power 23 76,7

Total 30 100,0

Tabel 17 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi masyarakat tahap pelaksanaan pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Partisipasi pada tahap pelaksanaan dapat digolongkan tinggi, dibuktikan dengan sejumlah 76,7 persen anggota berada pada tingkat partisipasi citizen power. Hal tersebut menunjukkan bahwa anggota terlibat secara penuh dan aktif dalam tahap perencanaan yaitu dengan menghadiri kegiatan program, menyuarakan pendapat, memberikan saran maupun kritik dan melibatkan dirinya pada saat pengambilan keputusan. Anggota merasa terlibat pada setiap kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan, di antaranya ialah kegiatan rutin bulanan oleh Kopwama dan juga berbagai pelatihan keterampilan dari PT Holcim. Meskipun begitu, terdapat juga anggota yang tidak mengikuti kegiatan karena ada halangan atau merasa selalu ikut namun tidak terlalu melibatkan diri didalam kegiatan tersebut. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama yaitu sebagai berikut: “...kalo ada pendapat, saran, dan lainnya itu pasti dipertimbangin sih sama anggota, bareng-bareng ditentuin...” (S, 45 tahun).

Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi merupakan tahap dimana masyarakat atau anggota program dapat memberikan umpan balik atas pelaksanaan program yang telah dilaksanakan sebagai masukan bagi pelaksanaan program ke depannya. Pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk, tahap evaluasi dilakukan setiap tahunnya, sesuai dengan jadwal tutup pembukuan Kopwama yang dilakukan di akhir tahun. Tahap evaluasi dilakukan dengan melakukan pelaporan penggunaan dana oleh Kopwama terhadap pihak PT Holcim, yang kemudian sambil dilakukan diskusi untuk membahas pembagian SHU (sistem hasil usaha) dan kegiatan penutup tahunan. Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya pada tahap evaluasi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Tahap Evaluasi Jumlah (Orang) Persentase (%)

Non Partisipasi 15 50,0

Tokenisme 1 3,3

Citizen Power 14 46,7

Total 30 100,0

Pada Tabel 18 diketahui bagaimana persebaran anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi masyarakat tahap evaluasi pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Berdasarkan data tersebut, didapatkan bahwa 50,0 persen dari anggota berada pada tingkat partisipasi non partisipasi. Separuh dari total anggota berada pada tingkat partisipasi non partisipasi, karena meskipun terdapat anggota yang menghadiri kegiatan program, namun mereka tidak merasa harus terlibat pada tahap evaluasi dan cenderung melimpahkan keputusan kepada pengurus Kopwama dan pihak perusahaan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“...kalo pas kumpul laporan ke Holcim saya pernah denger sih, tapi saya gaikutan itumah, kalo buat nentuin sesuatu mah lebih ke pengurus aja kali yah saya mah sebagai anggota ngikut aja, kan pasti pengurus mah mutusin yang terbaik buat koperasi...” (A, 42 tahun)

Tahap Pemanfaatan Hasil

Tahap pemanfaatan hasil dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan suatu program dalam pencapaiannya terhadap sasaran program. Agar hasil yang diharapkan dari suatu program dapat dirasakan, tentunya membutuhkan partisipasi pada tahapan perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi. Hasil dari program ini ialah berbentuk SHU (sistem hasil usaha) yang merupakan keuntungan yang didapat masing-masing anggota atas keaktifannya dalam melakukan simpan pinjam di koperasi. Kemudian, setiap akhir tahun atau setelah tutup pembukuan dilakukan kegiatan pengajian sekaligus pembukaan buku selanjutnya yang sekaligus dilakukan untuk berdiskusi mengenai rencana bagi koperasi tahun selanjutnya. Jumlah dan persentase anggota menurut partisipasinya dalam tahap pemanfaatan hasil dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Tahap Pemanfaatan Hasil

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Non Partisipasi 0 0,0

Tokenisme 1 3,3

Citizen Power 29 96,7

Tabel 19 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut tingkat partisipasi masyarakat tahap pemanfaatan hasil pada program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Dapat disimpulkan bahwa partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil berada pada level tertinggi yaitu citizen power. hal tersebut dibuktikan dengan sejumlah 96,7 persen anggota berada pada level tersebut, karena manfaat dari program dirasa memuaskan dan mudah untuk didapatkan. Anggota merasa pada tahap tersebut tidak ada yang ditutup-tutupi ditandai dengan pembagian SHU yang transparan, sehingga anggota melibatkan dirinya secara sukarela. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama yaitu I, 44 tahun sebagai berikut: “...kalo hasil kita pasti dapet ga ada ditahan-tahan, informasi jelas ga ditutup-tutupin...”

Kemanfaatan Program Pemberdayaan Ekonomi

Suatu program dilakukan untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu yang tentunya akan memberikan manfaat bagi perusahaan maupun masyarakat. Kemanfaatan program pada penelitian ini dilakukan untuk menganalisis seberapa besar manfaat yang dirasakan bagi masyarakat sebagai subyek program. kemanfaatan program pada penelitian ini merujuk pada Wibisono (2007) yang mengemukakan indikator keberhasilan dari suatu program. Indikator keberhasilan tersebut di ukur dari aspek ekonomi dan juga aspek sosial masyarakat. Kemanfaatan program diukur melalui daftar pertanyaan yang disusun dalam sebuah kuesioner.

Kemanfaatan Ekonomi

Kemanfaatan ekonomi program merupakan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dalam kehidupan ekonominya. Manfaat ekonomi program dinilai melalui perbaikan kualitas sarana maupun sarana yang masyarakat miliki, kemandirian ekonomi masyarakat, serta bagaimana kualitas hidupnya. Jumlah dan persentase anggota menurut kemanfaatan ekonomi yang dirasa oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan ekonomi program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa Kembang Kuning tahun 2016

Kemanfaatan Ekonomi

Jumlah (Orang) Persentase (%)

Rendah 8 26,7

Sedang 11 36,7

Tinggi 11 36,7

Total 30 100,0

Tabel 20 menunjukkan persebaran anggota Kopwama menurut kemanfaatan ekonomi program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk. Berdasarkan Tabel tersebut anggota yang memberikan penilaian rendah maupun tinggi berada pada jumlah yang sama yaitu sebesar 36,7 persen. Hal tersebut dikarenakan ada sebagian anggota yang membuka bisnis ekonomi dari

dana pinjaman koperasi, sehingga merasa ada pertambahan pendapatan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“...saya jadi lebih mandiri ya keuangannya, saya kan bisnis katering gitu yah sama kalo pas lebaran suka bikin kue saya jualin, nah itu modalnya kan dari koperasi tinggal pinjam...” (E, 34 tahun)

Meskipun begitu, terdapat anggota yang hanya menggunakan dana pinjaman dari koperasi hanya untuk biaya kehidupan sehari-hari. Hal ini menandakan bahwa dari program pemberdayaan ekonomi memiliki manfaat ekonomi yang berbeda-beda pada masing-masing individu anggota. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh salah satu anggota Kopwama sebagai berikut:

“...saya belum merasakan adanya kesempatan ekonomi yang lebih besar sih, soalnya saya emang gak jualan atau usaha warung, tapi saya jadi lebih mandiri sih kan bisa pinjam dan menabung...”(I, 44 tahun)

Kemanfaatan Sosial

Kemanfaatan sosial program merupakan manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dalam hubungannya dengan lingkungan sosialnya. Manfaat sosial proram dinilai melalui penilaian atas frekuensi gejolak sosial, kualitas hubungannya dengan perusahaan, serta kepuasan yang masyarakat rasa selama program dilaksanakan. Jumlah dan persentase anggota menurut kemanfaatan sosial yang dirasakan oleh masyarakat dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Jumlah dan persentase anggota Kopwama menurut kemanfaatan sosial program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia di Desa