• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun dan Effendi 2012). Pada pendekatan kualitatif, metode yang digunakan ialah content analysis atau analisis isi yang didapat melalui wawancara mendalam kepada informan dibantu dengan panduan pertanyaan. Teknik wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui bagaimana karakteristik program CSR yang dilakukan oleh perusahaan. Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah individu yaitu anggota kelompok penerima program.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) karena beberapa pertimbangan yaitu PT Holcim Indonesia

Tbk merupakan perusahaan yang menjalankan usaha di bidang pemanfaatan sumber daya alam, sementara Desa Kembang Kuning merupakan salah satu desa yang termasuk pada Ring 1 pelaksanaan CSR PT Holcim Indonesia Tbk yang berarti lokasi yang sangat dekat dengan Pabrik Narogong dan memiliki interaksi di antara masyarakat dan perusahaan sehingga menjadi relevan dalam hal melihat hubungan kesesuaian program dengan tingkat partisipasi masyarakat.

Kegiatan penelitian ini dalam jangka waktu lima bulan terhitung mulai bulan Maret 2016 sampai dengan Agustus 2016. Penelitian ini meliputi penyusunan penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapang, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi. Pengambilan data lapang dilakukan terhitung selama 2 bulan, yaitu bulan Maret 2016 hingga April 2016.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan sumber data yang berasal dari responden dan juga informan. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Kuesioner berisi beberapa variabel yaitu karakteristik peserta, kesesuaian program, tingkat partisipasi, serta kemanfaatan program. Sementara itu, data kualitatif dari informan diperoleh melalui wawancara mendalam yang juga digunakan untuk menyempurnakan perolehan informasi dari kuesioner. Topik wawancara mendalam meliputi bagaimana karakteristik program CSR yang dilaksanakan oleh PT Holcim Indonesia Tbk di antaranya termasuk bagaimana kesesuaian program, tingkat partisipasi penerima program, dan manfaat yang dihasilkan program.

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan langsung di lapangan dengan cara survei,

observasi, serta wawancara mendalam yang dilakukan langsung kepada responden maupun informan melalui panduan pertanyaan wawancara untuk mendapatkan data mengenai kesesuaian program, tingkat partisipasi, dan kemanfaatan program. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor desa dan kantor kecamatan untuk mendapatkan data mengenai penduduk dan monografi desa, serta data peserta program pemberdayaan ekonomi dari PT Holcim Indonesia Tbk. Jenis dan metode pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jenis dan metode pengumpulan data

No. Data yang dibutuhkan Metode

1. Peta dan data monografi Desa

Data Sekunder: Sumber data dari kantor Desa Kembang Kuning berupa Profil Desa

2. Warga yang ikut menjadi peserta program CSR

Data Sekunder: Koperasi Wanita Mandiri berupa Data Anggota

3. Kesesuaian Program

Data Primer: Sumber data dari wawancara kepada responden (Warga Desa Kembang Kuning yang menjadi peserta program CSR) menggunakan panduan kuesioner melalui wawancara

4. Tingkat Partisipasi Masyarakat

Data Primer: Sumber data dari wawancara kepada responden (Warga Desa Kembang Kuning yang ikut dalam Program CSR) menggunakan panduan kuesioner melalui wawancara

5. Kemanfaatan Program

Data Primer: Sumber data dari wawancara kepada responden (Warga Desa Kembang Kuning yang menjadi peserta program CSR) menggunakan panduan kuesioner melalui wawancara

Teknik Penentuan Responden dan Informan

Subyek pada penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden dalam penelitian ini ialah peserta program pemberdayaan ekonomi oleh CSR PT Holcim Indonesia yang merupakan anggota Koperasi Wanita Mandiri di Desa Kembang Kuning, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor. Informan merupakan pihak fasilitator CSR PT Holcim Indonesia Tbk, masyarakat atau stakeholders terkait.

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta program pemberdayaan ekonomi PT Holcim di Desa Kembang Kuning. Unit analisis yang digunakan ialah individu. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling atau sampel acak sederhana yaitu sampel diambil sedemikian rupa sehingga setiap unit responden dalam populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi 2012). Pemilihan responden tersebut ditentukan melalui kerangka sampling dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007, kemudian jika terdapat calon responden yang

menolak diwawancarai, akan digantikan dengan sisa populasi yang ada. Peneliti hanya mengambil sebanyak 30 responden yang merupakan peserta program pemberdayaan ekonomi di Desa Kembang Kuning, karena populasi bersifat homogen dan tidak terlalu tersebar secara geografis.

Pemilihan informan dilakukan secara sengaja (purposive) dan dengan teknik bola salju (snowball sampling) dengan jumlah yang tidak ditentukan. Penetapan informan dengan teknik ini memungkinkan perolehan data dari satu informan ke informan lainnya sehingga jika pertambahan informasi tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru, maka pencarian informasi akan diberhentikan. Penetapan informan ini dilakukan dengan menentukan orang-orang tertentu yang mengetahui mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, khususnya program pemberdayaan ekonomi PT Holcim Indonesia Tbk di lokasi penelitian. Informan kunci yang dipilih ialah pihak officer community relations PT Holcim Indonesia Tbk.

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner dan pertanyaan terstruktur sebagai pedoman wawancara mendalam. Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama menanyakan mengenai kesesuaian program yang mencakup materi, metode, media, waktu pelaksanaan, dan lokasi pelaksanaan program. kemudian yang kedua ialah tingkat partisipasi pada setiap tahapannya yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil. Terakhir ialah kemanfaatan program yang mencakup kemanfaatan ekonomi dan kemanfaatan sosial program. Setelah seluruh data diperoleh, kemudian diolah menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS (Statictical Program for Social

Sciences) for Windows versi 20.0. Tahap pertama yang dilakukan ialah

pengkodean data indikator masing-masing variabel, kemudian dilakukan perhitungan persentase jawaban responden dalam bentuk tabel frekuensi dan juga dilakukan uji reliabilitas (Lampiran 1). Software SPSS digunakan untuk mengukur data kuantitatif dengan uji korelasi Rank Spearman yang digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal (Lampiran 2 dan Lampiran 3).

Hubungan antara kesesuaian program dengan tingkat partisipasi disajikan menggunakan tabulasi silang. Berikut hipotesis hubungan kedua hubungan variabel tersebut:

H0 = tidak terdapat hubungan positif antara kesesuaian program dengan tingkat partisipasi.

H1 = terdapat hubungan positif antara kesesuaian program dengan tingkat partisipasi.

Data yang diperoleh tentang hubungan kedua variabel tersebut kemudian digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Hubungan antara tingkat partisipasi dengan kemanfaatan program memiliki hipotesis sebagai berikut:

H0 = tidak terdapat hubungan positif antara tingkat partisipasi dengan kemanfaatan program.

H1 = terdapat hubungan positif antara tingkat partisipasi dengan kemanfaatan program.

Data yang diperoleh tentang hubungan kedua variabel tersebut kemudian digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu rendah, sedang, dan tinggi.

Aturan nilai dalam menentukan lemah atau kuatnya hubungan adalah jika 0,00 maka tidak terdapat hubungan, jika 0,01-0,09 berarti terdapat hubungan yang kurang berarti, jika 0,10-0,29 maka hubungannya lemah, 0,30-0,49 berarti hubungan yang moderat, jika 0,50-0,69 maka terdapat hubungan yang kuat, jika 0,70-0,89 terdapat hubungan yang kuat, dan jika >0,9 maka hubungan antar variabel tersebut mendekati sempurna.

Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan catatan tematik (Lampiran 4) digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dengan cara mereduksi hasil wawancara mendalam dengan para responden dan informan.

Definisi Operasional Definisi Operasional Kesesuaian Program

Kesesuaian program ialah program terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses pelayanan bagi peserta program berdasarkan kemampuan dan potensi lokal (Hilarius dan Prayogo 2012). Kesesuaian program diukur melalui empat faktor pendukung efektivitas program, yaitu: metode, materi, media, serta waktu dan lokasi. Dalam Tabel 5 faktor tersebut ditinjau pula dengan prinsip- prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000. Keterangan penilaian berikut dengan skor:

 Rendah: penghitungan skor X ≤ SD  Sedang: penghitungan skor SD< X < SD  Tinggi: X ≥ SD

Tabel 5 Definisi Operasional Kesesuaian Program

Variabel Definisi Operasional Skala

Ukur Materi Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan

program yang diukur melalui segala sesuatu yang disampaikan dalam kegiatan program yang menyangkut ilmu atau teknologi dengan

memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000

Ordinal

Metode Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan program yang diukur melalui teknik pendekatan maupun pelaksanaan program dengan memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000

Ordinal

program yang diukur melalui alat bantu yang digunakan untuk menyampaikan materi selama program berlangsung dengan memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000

Waktu Pelaksanaan

Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan program yang diukur melalui ketepatan jadwal pelaksanaan program dengan memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000

Ordinal

Lokasi Pelaksanaan

Keselarasan akan kebutuhan masyarakat dengan program yang diukur melalui kemudahan lokasi pelaksanaan program dengan memperhatikan prinsip penerapan CSR dalam ISO 26000

Ordinal

Definsi Operasional Tingkat Partisipasi

Partisipasi masyarakat ialah tingkat keterlibatan oleh sasaran dalam suatu program. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tingkat partisipasi diukur melalui tingkatan partisipasi oleh Arnstein (2007) menjadi 8 tingkatan dengan 3 kategori yaitu non-partisipasi, tokenism, dan citizen power pada setiap tahapan program. Lebih jelas dapat pada Tabel 6.

Tabel 6 Definisi Operasional Tingkat Partisipasi

Variabel Definisi Indikator Pengukuran Skala Ukur Perencanaan Keikutsertaan responden

dalam mengikuti kegiatan perencanaan program yang diukur menggunakan Delapan tangga partisipasi (Arnstein, 2007) yaitu, manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated power, dan citizen control. a. Rendah: jika responden menjawab pada tingkatan 1 dan 2 b. Sedang: jika responden menjawab pada tingkatan 3 sampai 5 c. Tinggi: jika responden menjawab pada tingkatan 6 sampai 8 Ordinal

Pelaksanaan Keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan program yang diukur menggunakan Delapan tangga partisipasi (Arnstein, 2007) yaitu, manipulation, therapy, informing, consultation, placation, a. Rendah: jika responden menjawab pada tingkatan 1 dan 2 b. Sedang: jika responden menjawab pada tingkatan 3 sampai Ordinal

partnership, delegated power, dan citizen control.

5 c. Tinggi: jika responden menjawab pada tingkatan 6 sampai 8

Evaluasi Keikutsertaan responden dalam memantau setiap kegiatan CSR perusahaan yang diukur menggunakan Delapan tangga partisipasi (Arnstein, 2007) yaitu, manipulation, therapy, informing, consultation, placation, partnership, delegated power, dan citizen control. a. Rendah: jika responden menjawab pada tingkatan 1 dan 2 b. Sedang: jika responden menjawab pada tingkatan 3 sampai 5 c. Tinggi: jika responden menjawab pada tingkatan 6 sampai 8 Ordinal Menikmati Hasil Keikutsertaan responden dalam memanfaatkan setiap hasil kegiatan CSR

perusahaan yang diukur menggunakan Delapan tangga partisipasi (Arnstein, 2007) yaitu, manipulation, therapy, informing,

consultation, placation, partnership, delegated power, dan citizen control.

a. Rendah: jika responden menjawab pada tingkatan 1 dan 2 b. Sedang: jika responden menjawab pada tingkatan 3 sampai 5 c. Tinggi: jika responden menjawab pada tingkatan 6 sampai 8 Ordinal

Definisi Operasional Kemanfaatan Program

Kemanfaatan program ialah seluruh hasil atau keluaran dari dilaksanakannya suatu program. Keterangan penilaian berikut dengan skor:

 Rendah: penghitungan skor X ≤ SD  Sedang: penghitungan skor SD< X < SD  Tinggi: X ≥ SD

Secara ekonomi, diukur dari peningkatan kualitas sarana dan prasarana, kemandirian masyarakat secara ekonomis, dan peningkatan peluang ekonomi masyarakat. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Definisi Operasional Kemanfaatan Ekonomi Program

Indikator Definisi Skala

Ukur Pertambahan

Kualitas Sarana dan Prasarana

Perbaikan jumlah, mutu, atau apapun terkait segala bentuk jenis fasilitas fisik maupun nonfisik yang mendukung pelaksanaan kegiatan.

Ordinal

Kemandirian Ekonomi

Bertambahnya kemampuan masyarakat dalam mengelola perekonomiannya sendiri melalui pertambahan pengetahuan dan pengembangan keterampilan.

Ordinal

Kualitas Hidup Kondisi kehidupan masyarakat setelah mengikuti program serta pengetahuan dan keterampilan yang didapatkan dan

keberlanjutannya.

Ordinal

Sementara itu, kemanfaatan program secara sosial diukur dari frekuensi gejolak sosial, kualitas hubungan masyarakat dan perusahaan, dan kepuasan masyarakat. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Definisi Operasional Kemanfaatan Sosial Program

Variabel Definisi Skala Ukur

Frekuensi Gejolak Sosial

Kondisi masyarakat dimana terjadinya perselisihan yang melibatkan lapisan masyarakat dan disebabkan oleh masalah tertentu seperti masalah ekonomi, sosial, dan individual dan mempengaruhi keamanan di desa.

Ordinal

Kualitas Hubungan Masyarakat dan Perusahaan

Tingkat baik atau buruknya interaksi timbal balik antara masyarakat dengan perusahaan.

Ordinal Kepuasan

Masyarakat

Terpenuhinya harapan dan keinginan masyarakat melalui dilaksanakannya program CSR oleh perusahaan.