• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III ANALISIS DATA

2. Simbol Sosial Nilai-Nilai Kepahlawanan Dalam Film Harap Tenang Ada Ujian

2.4 Kesetiakawanan Sosial a Denotatif

103

M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedia Al-quran: Tafsir Sosial berdasarkan Konsep-konsep Kunci

(Paramadina: jakarta1996) hal 46 104

Achyar Zein, Nabi Ibrahim: Sosok Pemimipin Yang Rela Berkorban,

http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=12162 diakses pada tanggal 20 Juli 2010

commit to user

Dalam perjuangannya, seorang pahlawan tidaklah sendiri. Dia ditemani rekan-rekan seperjuangan serta orang-orang yang nasibnya sedang diperjuangkan. Demi mencapai tujuan bersama, seorang pahlawan haruslah mempunyai kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kesetiakawanan sosial mengandung aspek-aspek solidaritas, tenggang rasa, empati dan bukan sebaliknya tak acuh, masa bodoh dengan orang lain, atau egois.105

Nilai kesetiakawanan sosial tercermin dari sikap mental yang dimiliki seseorang atau suatu komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya sehingga mendorong untuk peduli melakukan perbuatan bagi kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi kesetiakawanan sosial adalah memberikan yang terbaik bagi orang lain.106 Secara denotatif simbol-simbol Kesetiakawanan Sosial ditunjukan pada penggalan- penggalan scene dibawah ini.

1. Visual

Gambar yang menunjukkan simbol sosial Kesetiakawanan Sosial diambil dari scene 7. Dalam scene ini relawan Jepang datang bersama dengan relawan lainnya setelah diusir olah anak kecil dengan membawa alat-alat berat untuk memudahkan evakuasi korban gempa.

4.1.1 Scene 7

105

Darmadi, Kesetiakawanan Tetap Diperlukan, http://www.suaramerdeka.com edisi 20 Desember 2004 diakses tanggal 23 Juli 2010

106

commit to user

1.a

Setelah diusir oleh anak kecil dari Jogjakarta, relawan Jepang datang kembali bersama dengan relawan-relawan lainnya dengan membawa alat-alat berat untuk memudahkan evakuasi, karena untuk mengevakuasi korban gempa dibutuhkan tenaga relawan yang banyak agar korban dapat segera ditangani.

Simbol Teknis pada Scene 7

Setting : Halaman sekolah darurat Properti : peta, peralatan evakuasi

Pemeran : relawan jepang

Kostum : Relawan Jepang mengenakan kaos dan celana jeans

Pencahayaan : Normal

Sound : Natural sound, suara peralatan evakuasi Teknik Kamera : Long Shot

b. Konotatif

Menurut penulis salah satu nilai yang patutu diteladani dari pahlawan adalah Kesetiakawanan Sosial. Nilai Kesetiakawanan Sosial tercermin dari sikapmental yang dimiliki seseorang atau suatu komunitas, peka terhadap lingkungan sosialnya sehingga mendorong untuk peduli

commit to user

melakukan perbuatan kepentingan lingkungan sosialnya tersebut. Esensi Kesetiakawanan Sosial adalah memberikan ynag terbaik bagi orang lain.

Dalam perjuangannya, seorang pahlawan tidaklah sendiri. Dia ditemani rekan-rekan seperjuangannya serta orang-orang yang nasibnya sedang diperjuangkan. Demi mencapai tujuan bersama, seorang pahlawan haruslah mempunyai kesetiakawanan social yang tinggi.107

Esensi kesetiakawanan social adalah memberikan yang tebaik bagi orang lain. Itulah yang dilakukan relawan Jepang untuk menolong korban gempa. Dalam adegan ini menggunakan natural sound, suara peralatan evakuasi menurut penulis hal ini untuk menggambarkan ancaman psikologis kepada anak kecil. Teknik pengambilan gambar yang menggunakan long shot menampilkan suasana pada saat itu serta menunjukkan bahwa relawan Jepang datang kembali bersama dengan relawan lain dalam jumlah yang lebih banyak.

Relawan memiliki rasa peka terhadap lingkungan sosialnya tersebut. Dengan mengajak relawan yang lebih banyak maka akan mempermudah evakuasi korban gempa disana, karena jumlah korban yang sangat banyak tentu membutuhkan tenaga relawan lebih banyak juga. Para relawan melakukan semua ini karena mempunyai solidaritas yang tinggi juga empati ynag besar kepada orang-orang sekitar. Dengan demikian berdasarkan beberapa unsur diatas semakin memperlihatkan nilai kesetiakawanan social, dengan teknis long shot yang menampilkan

107

commit to user

suasana pada saat itu menunjukkan bahwa relawan Jepang datang kembali bersama dengan relawan lain dalam jumlah yang lebih banyak.

c. Mitos

Kesetiakawanan sosial atau rasa solidaritas sosial adalah merupakan potensi spiritual, komitmen bersama sekaligus jati diri bangsa oleh karena itu Kesetiakwanan Sosial merupakan nurani bangsa Indonesia yang tereplikasi dari sikap dan perilaku yang dilandasi oleh pengertian, kesadaran, keyakinan tanggung jawab dan partisipasi social sesuai dengan kemampuan dari masing-masing warga masyarakat dengan semangat kebersamaan, kerelaan untuk berkorban demi sesama, kegotongroyongan dalam kebersamaan dan kekeluargaan. Oleh karena itu Kesetiakawanan Sosial merupakan nilai dasar kesejahteraan sosial, modal sosial (social capital) yang ada dalam masyarakat terus digali, dikembangkan dan didayagunakan dalam mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia untuk bernegara yaitu masyarakat sejahtera.

Sebagai nilai dasar kesejahteraan sosial, kesetiakawanan sosial harus terus direvitalisasi sesuai dengan kondisi actual bangsa dan diimplementasikan dalam wujud nyata dalam kehidupan kita. Kesetiakawanan sosial merupakan nilai yang bermakna bagi setiap bangsa. Jiwa dan semangat kesetiakawanan social dalam kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya telah ada sejak jaman nenek moyang kita jauh sebelum negara ini berdiri sebagai suatu bangsa yang merdeka yang kemudia dikenal sebagai bangsa Indonesia. Jiwa dan

commit to user

semangat kesetiakawanan social tersebut dalam perjalanan kehidupan bangsa kita telah teruji dalam berbagai peristiwa sejarah, dengan puncak manifestasinya terwujud dalam tindak dan sikap berdasarkan rasa kebersamaan dari seluruh bangsa Indonesia pada saat menghadapi ancaman dari penjajah yang membahayakan kelangsungan hidup bangsa. Sejarah telah membuktikan bahwa bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan berkat kesetiakawanan sosial yang tinggi. Oleh karena itu, semangat kesetiakawanan sosial harus senantiasa ditanamkan, ditingkatkan dan dikukuhkan melalui berbagai kegiatan.108

Salah satu faktor yang mendukung kelestarian dan tercapainya tujuan kehidupan bersama ialah sikap setia terhadap apa yang telah menjadi kesepakatan bersama. Demikian pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, diperlukan suatu kesetiaan terhadap bangsa dan negara untuk mempertahankan dan melestarikan kelangsungan hidup bangsa dan usaha untuk mencapai tujuan didirikannya negara. Menurut W.J.S Poerwodarminta dalam kamus Bahasa Indonesia, ‘kesetiaan’ bersala dari kata dasar ‘setia’ yang berarti “tetap dan teguh hati (dalam keluarga, persahabatan)”. Misalnya, bagaimanapun berat tugas yang harus dijalankan, ia tetap setia (patuh dan taat) melaksanakannya.

Di mata dunia, bangsa kita sudah lama dikenal sebagai bangsa yang memiliki peradaban tinggi dengan entitas kesetiakawanan sosial yang kental, tidak tega melihat sesamannya menderita. Kalau toh menderita,

108

http://najmudincianjur.blogspot.com/2009/10/arti -dan-makna -kesetiakawanan-sosial.html, diakses pada tanggal 23 Juli 2010

commit to user

“harus” dirasakan bersama dengan tingkat kesadaran nurani yang tulus, bukan sesuatu yang dipaksakan dan direkayasa. Merasa senasib sepenanggungan dalam naungan “payung kebesaran” religi, kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Itulah yang membuat bangsa lain menaruh hormat dan respek. Peristiwa 49 tahun ynag lalu, benar-benar menjadi sebuah catatan sejarah yang tak pernah jenuh dibaca dan ditafsirkan. Dengan semangat “Tat twan Asi” (Aku adalah Engkau), rasa setia kawan menjelma dan bernaung turba dalam dada bangsa kita, sehingga mampu merebut kembali kemerdekaan dari keserakahan kaum penjajah.

Ketika baru saja berhasil menumpas pemberontakan PKI Madiun, secara mendadak Belanda melancarkan aksi militernya yang kedua, 19 Desember 1945. Dengan taktik “perang kilat”, Belanda melancarkan serangan di semua front wilayah Republik Indonesia. Pangkalan Maguwo Yogyakarta menjdi basis serangan hingga akhirnya berhasil menduduki ibukota Yogyakarta. Prajurit RI bergerak mundur dengan siasat gerilya. Jendral Soedirman sebagai pemegang komando tak henti-hentinya memberikan “suntikan” dan kekuatan batin kepada seluruh rakyat dan prajurit RI. Dengan semangat setia kawan yang tinggi, seluruh rakyat dan prajurit kita terus berjuang, bahu-mambahu, saling rangkul dan saling berkorban dalam upaya mempertahankan kemerdekaaan.109

109

http://saawali.info/2007/07/15/kesetiakawanan -sosial-versus-masyarakat-konsumtif/, diakses pada tanggal 23 Juli 2010

commit to user BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan

Sasaran akhir dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan penelitian dan membuktikan tujuan penelitian. Untuk itu, berdasarkan hasil interpretasi dan analisis data menggunakan semiotika model Roland Barthes maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada film Harap Tenang Ada Ujian terdapat nilai-nilai kepahlawanan. Nilai-nilai tersebut ditunjukan melalui simbol-simbol sosial yang ditampilkan melalui peran para tokoh dalam film. Nilai-nilai kepahlawanan tersebut antara lain:

a) Keberanian, ditunjukan oleh peran seorang anak kecil sebagai tokoh

yang berani mengambil resiko untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang hendak diraih.

commit to user

b) Pantang Menyerah ditunjukan oleh anak kecil sebagai seseorang yang

gigih dan juga mempunyai semangat juang yang tinggi.

c) Rela Berkorban, ditunjukan relawan Jepang sebagai tokoh yang

senantiasa membantu orang-orang yang disekitarnya dengan mengorbankan jiwa raganya.

d) Kesetiakawanan Sosial, ditunjukan relawan Jepang sebagai seseorang

yang memiliki kesetiakawanan sosial yang tinggi dicerminkan dari sikap relawan Jepang yang peka terhadap lingkungan sosialnya sehingga peduli untuk melakukan perbuatan bagi kepentingan lingkungan sosialnya tersebut.

2. Pesan tentang nilai kepahlawanan secara khusus berhubungan dengan elemen-elemen dasar dari karakter pahlawan yaitu, Keberanian, Pantang Menyerah, Rela Berkorban, Kesetiakawanan Sosial banyak disampaikan melalui tanda-tanda non verbal maupun verbal. Tanda non verbal dan verbal ini disampaikan sesederhana mungkin untuk menyelami karakter tokoh, dialog, dan situasi cerita.

3. Dari ketujuh nilai kepahlawanan yang disebutkan penulis, hanya beberapa nilai saja yang terlihat menonjol yaitu keberanian, pantang menyerah, rela berkorban, serta kesetiakawanan sosial.

2. Saran

Dari hasil penelitian serta kesimpulan yang diambil, peneliti dapat menyarankan

commit to user

1. Bagi para pembuat film agar dapat menghasilkan film yang tidak hanya mengejar sisi komersil belaka. Oleh karena itu, kini sudah saatnya para sineas film untuk lebih memahami bahwa film dapat menjadi wahana bagi pembebasan dan pengaktualisasikan kondisi nyata untuk mampu menampilkan nilai-nilai ideal yang kini telah luntur atau bahkan telah hilang dari bangsa Indonesia.

2. Bagi penikmat film agar dapat menjadi penonton yang cerdas. Sikap yang mestinya dimiliki oleh penonton film adalah kritis menanggapi fenomena yang disajikan dalam film. Jika sikap kritis ini dimiliki, maka pembaca tidak akan mudah terjerumus dalam penjara simbol-simbol yang mengekang cara berpikir yang bebas, kreatif dan humanis. Hal ini terjadi karena pembaca tidak mempunyai sifat kritis dan cenderung menganggap apa yang disajikan dalam film sebagai realitas yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat. Selain sifat kritis, pembaca mestinya juga mengembangkan sifat pro aktif. Pembaca sebagai bagian dari masyarakat yang paling dekat dengan media massa mestinya mau dan berani untuk mengungkapkan keluhan akan ketidakbenaran yang sekiranya dirasakan akibat konstruksi makna dalam film. Dengan demikian maka penonton mampu menempatkan dirinya sebagai ”penonton yang aktif”, bukan sebagai silent majority dari sebuah film sebagai industri hiburan.

3. Film hanyalah representasi realitas, bukan cermin dari realitas itu sendiri. Dalam sebuah film, realitas yang ditampilkan sudah mengalami konstruksi makna. Oleh sebab itu, bagi peneliti lain yang ingin

Dokumen terkait