• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneliti mengambil kesimpulan dari objek penelitian terkait masalah pemberdayaan guru pada sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, dan peneliti menemukan masalah yang sangat serius bahwa tingkat kemalasan guru dalam pengabdianya sangat menonjol di daerah pedalaman sehingga wajah pendidikan di daerah pedalaman Timika terjadi kemunduran. Potret guru ini tentunya tidak tampak baik apabila peneliti gunakan objek guru masa kini dan masa lampau di daerah pedalaman kabupaten Mimika Papua. Oleh karena itu untuk menyajikan pemberdayaan guru ini peneliti sudah mencoba menggambarkan bagimana pemberdayaan guru yang sebenarnya, melalui pengamatan dan kreaktivitas peneliti sudah mewujudkan gambaran itu bahwa ternyata pemberdayaan guru sangat kompleks dan perlu pengamatan penuh serta mau diarahkan ke konteks apa dan dimana masalah itu ada.

Temuan masalah di lapangan bahwa pemberdayaan guru tidak secara efektif dalam mempersiapkan profesionalisme gurunya untuk menciptakan profesionalitanya, dan pemberdayaan guru muarahnya pada pemberian dukungan penuh dalam mempersiapkan kompetensi yang harus dikuasai oleh guru-guru, maka secara otomatis akan mempengaruhi semangat mengajar guru di daerah pedalaman. Pengaruh dari dukungan atas pengabdian guru otomastis mencipatakan suatu perubahan dalam diri guru dan lingkungannya. Sehingga keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri dasarnya dan mengarah

169

pada kompetensi guru yang memuat tiga komponen dasar, yakni (1) guru yang kompoten mengajar bidang studi yang diajarkan, (2) guru yang profesional dalam melaksanakan tugasnya, dan (3) guru yang trampil dalam melakukan tugas kesehariannya dan kurangnya frekuensi pelatihan pelatihan dari dinas pendidikan dan kebudayaan kabupaten Mimika, tidak adanya penataran, tidak adanya bimbingan teknis, dan penyuluan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan pakar pendidikan kepada para guru.

Guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, terlihat kurang aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar. Kadang muncul pertanyaan oleh orang tua siswa tentang keberadaan guru yang statusnya kurang jelas, karena guru yang ditugaskan di daerah pedalaman tidak melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Guru yang ditugaskan tidak serius menjalankan tugas dan sifat kemasalan itu sudah melekat pada diri guru di daerah pedalaman sehingga tidak melakukan tanggungjawabnya sebagai guru pengajar. Tugas guru adalah berusaha menciptakan proses pengajaran yang memberikan harapan, bukan yang menakutkan. Dalam proses mengajar dan mendidik setiap guru perlu memiliki kesabaran dan kasih sayang terhadap siswanya, hingga mereka benar-benar telah menjadi pribadi dewasa.

Guru memiliki hati yang mengajar, hati yang mendidik, hati yang memotivasi, dan hati yang mengharakan. Tugas guru adalah mengajar dan mendidik tetapi yang terjadi adalah membunuh karakter atau semangat belajar siswa dan hal itulah yang sedang terjadi pada sekolah-sekolah di daerah

170

pedalaman Papua pada umumnya dan pada khususnya pedalaman kabupaten Mimika. Karena profil pendidikan di daerah pedalaman Papua sangat kompleks, dilihat dari geografis, budaya, karakter/sifat orang-orangnya. Maka seorang guru mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mempelajari karakter dan sifat-sifat orang-orang yang ada di sekitarnnya.

Sumber masalah terkait profil guru dan kompetensi guru sekolah dasar di daerah pedalaman adalah ada pada Dinas Pendidikan dan Keudayaan Kabupaten Mimika Papua serta sifat guru yang membuat kemunduran pendidikan di daerah pedalaman. Dan akibat daripada kurang efektifnya penanganan pemerintah kabupaten Mimika yaitu Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika. Penulis menilai Dinas Pendidikan belum sempurna dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai pengendali mutu pendidikan di kabupaten Mimika pada Umumnya dan lebih khususnya pendidikan di Daerah Pedalaman Timika. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika gagal total membangun sumberdaya manusia suku Amungme dan Suku Kamoro kabupaten Mimika yang berada di pesisir pantai dan lereng-lereng pegunungan Timika.

Tidak ada keseriusan dari Dinas Pendidikan dan kebudayaan kabupaten Mimika, terkait pemberdayaan guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman, tidak adanya pengawasan secara tetat terhadap guru-guru di daerah pedalaman Timika. Tidak ada kerja sama yang baik antara Dinas P & K, dan Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab di lapangan. Profil guru sekolah dasar di Distrik Tembagapura dan Distrik Jila terjadi kemunduran dalam arti prilaku

171

dan tindakan guru di lapangan. Karena dampak dari pada prilaku dan tindakan guru yang tidak profesional mengakibatkan kemunduran pendidikan di daerah pedalaman, karena pemerintah daerah tidak adanya program khusus bagi guru-guru pedalaman kabupaten Mimika untuk pelatihan-pelatihan, seminar, dan belajar berkelanjutan, agar pembentukan profesionalisme guru-guru di pedalaman lebih matang, supaya guru-guru di pedalaman mengalami proses perubahan dari segi kompetensi, perilaku,sikap, dan tingkat pengetahuan yang lebih baik.

Kompetensi guru yang rendah sering menjadi kendala bagi guru pedalaman kabupaten Mimika, untuk meningkatkan kinerjanya ke arah yang lebih baik perlu adanya dukungan dari pihak yang berwewenang. Untuk mencapai kompetensi guru perlu adanya pendidikan yang memadai, pelatihan, kursus, seminar, dan perlu adanya studi banding antara sekolah-sekolah di daerah-daerah pedalaman dan sekolah-sekolah di perkotaan. Tetapi selama peneliti melakukan penelitian dan memwawancarai beberapa guru, dan mereka mengatakan bahwa tidak ada program satu pun dari sekolah-sekolah maupun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, jadi wajar ajalah profil guru-guru dan profil pendidikan di pedalaman seperti tidak nampak.

Hasil temuan penulis terkait kompetensi guru sekolah dasar di daerah pedalaman Papua seperti kompetensi pedagogik guru, kompetesnsi professional guru, kompeten sisosial guru, dan kompetensi kepribadian guru menunjukkan bahwa tidak nampak. Penguasaan ke-empat kompetensi ini

172

sangat penting bagi seorang guru, kalau guru yang tidak menguasai kompetensi-kompetensi ini, maka akan menciptakan masalah yang sangat serius di sekolah-sekolah tersebut. Dan buktinya bahwa sekolah-sekolah dasar di daerah pedalaman menurun, karena peningkatan kualitas mengajar guru rendah, maka kualitas lulusan juga sangat rendah.

Penguasaan kompetensi guru menjadi kendala untuk membangun pendidikan di daerah pedalaman Papua. Guru yang berkompeten di bidangnya akan mudah mempengaruhi lingkunganya dengan positif, guru yang tidak berkompeten di bidangnya sebagai seorang pengajara atau pendidik mudah sekali merusak lingkungan sekitarnya dan dampak dari kurang penguasaan kompetensi, yang menjadi sasaran korban adalah siswa dan masyarakat sekitarnya. Persoalan inilah yang dialami siswa dan masyarakat pedalaman kabupaten Mimika. Seorang guru harus menjadi orang yang spesial, namun lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua orang dalam arti siswanya. Guru harus merupakan kumpulan orang-orang pintar di bidangnya masing-masing dan juga dewasa dalam bersikap. Namun lebih penting lagi adalah bagimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan kedewasaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa mendatang. Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, gedung sekolah, dana, program, dan kepemimpinan adalah vital.

Demikian juga sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru , dan staf memegang peranan yang sangat penting. Sumidjo (2001:272)

173

menyatakan, “Faktor yang paling esensial dalam proses pendidikan adalah

yang ditugasi dengan pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya dapat dilakukan sekelompok manusia profesional, yaitu manusia yang memiliki

kompetensi mengajar. ”Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring perjalanan waktu. Jadi, peran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan serta Kepala Sekolah, dan guru-guru yang akan menentukan maju atau tidaknya pendidikan di daerah pedalaman. Dan, suatu bangsa maju ketika memiliki sumber daya manusia yang berkompeten atau memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka mulai dari sekerang ciptakan sumber daya manusia yang berkompeten atau sumber daya manusia yang berkualitas dari suku Amungme dan Suku Kamoro yang berasal dari daerah pedalaman untuk membangun daerahnya, membangun masyarakatnya, membangun kabupatenya, membangun provinsinya, dan untuk membangun bangsanya serta membuka masa depan kehidupan keluarganya.

174

Dokumen terkait