• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis kinerja Dinas Pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2012 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisis kinerja Dinas Pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2012 - USD Repository"

Copied!
227
0
0

Teks penuh

(1)

i

ANALISIS KINERJA DINAS PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR

DI DAERAH PEDALAMAN KABUPATEN MIMIKA

PROVINSI PAPUA TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Ekonomi

Oleh: Aminus Dolame Nim : 081324046

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

Bersikanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (Matius 23:26)

Pengakuan dosa itu kuat, tapi ia juga dipadamkan oleh sedikit air mata, karena air mata memadamkan tungku api kesalahan-kesalahan, dan membersihkan luka-luka dosa kita. (John Chrisostom)

Pengakuan akan pekerjaan jahat adalah awal permulaan pekerjaan-pekerjaan baik. (Agustine)

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Tulisan ini kupersembahkan untuk sahabat sejatiku Sang Tuhan dan

Juruslematku Yesus Kristus. Karena setiap detik Ia selalu ada bagiku,

dan dalam hal inilah aku membanggakan Dia, yaitu ketika aku lemah,

ketika aku sakit, ketika aku mengadapi suatu tantangan yang paling berat,

tetapi Ia selalu ada di sampingku dan Ia memberikan bisikan kepadaku

bahwa hai... sahabat-Ku, ingat Aku bersamamu dan Kita sedang

melawati padang gurun itu, maka tersenyiumlah dan arahkan

pandanganmu ke depan.

Kepada saudara-saudari seimanku dalam Tuhan, sebagimana aku

bersama kalian hidupku selalu diperlengkapi dengan sesuatu yang aku

tidak pernah sadari, dan aku memiliki kehidupan yang berbeda dari

teman-temanku yang lain. Maka, inilah persembahanku untuk kalian, (my

brothers and my sisters. in one faith, one loves, one hope vission from

God).

Kupersembahkan tulisan ini untuk seluruh masyarakat pedalaman Timika

yang sedang mengalalami situasi yang paling sulit, namun suatu saat ada

cahaya terang yang akan menerangimu, dan nantikanlah cahaya itu setiap

saat, dan dalam situasi itu membuatku terinpirasi untuk menulis sebuah

tulisan ini.

Kupersembahkan untuk kau sahabat-sahabat seperjuangan asal Papua

yang di prodi Pendidikan Ekonomi, yaitu: Arry Alpred Yupin, Isep

(6)

vi

semgangat dalam penulisan skripsi dan membuatku teringat akan kalian

semua.

Rekan-rekan seperjuanganku prodi pendidikan Ekonomi Angkatan 2008,

karena aku belajar dari semangat kalian menginspirasiku untuk

menyelesaikan skripsi ini.

Kupersembahkan untuk Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme

dan Kamoro (LPMAK), yang mana membiayai aku dari Tingkat Sekolah

Dasar (SD) sampai dengan Tingkat Perguruan Tinggi ini. Penulis

mengakui bahwa LPMAK adalah bagian dari Orangtuaku yang

memperhatikan selama menunjang pendidikan, dan penulis berharap

Lembaga membantu penulis untuk melanjutkan Pendidikan yang lebih

Tinggi lagi.

Kupersembahkan tulisan ini, untuk ayahku tercinta, dan ibuku yang

meskipun kau sudah tiada di dunia ini, dan aku tidak bisa

membahagiakanmu, tapi satu hal yang membuatku bangga karena engkau

melahirkanku untuk membahagiakan mereka yang membutuhkan

pertolongan dariku, dan aku berjanji bahwa akan memperjuangkan nasib

penderitaan mereka. Untuk itulah aku ada dunia pendidikan, syalom

(7)
(8)
(9)

ix ABSTRAK

ANALISIS KINERJA DINAS PENDIDIKAN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SEKOLAH DASAR

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kinerja kebijakan dinas pendidikan dalam meningkatkan profesionalisme guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika Provinsi Papua tahun 2012.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif. Pengambilan sampel dengan teknik purposive dan snowball. Dalam pengambilan data penulis menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan model Miles dan Huberman yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

(10)

x

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE EDUCATION BOARD’S PERFORMANCE IN ENHANCING THE ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS’

PROFFESIONALISM IN THE HINTERLAND OF MIMIKA REGENCY – PAPUAN PROVINCE IN 2012 board in enhancing the elementary school teachers’ professionalism of in Mimika regency, Papua province in 2012.

The study is a qualitative research using descriptive-explorative approach. The sampling was done by the purposive and the snowball technique. In collecting the data, the researcher used observation, interview and documentation as the techniques. The data analysis was done by using Miles and Huberman model, which was data collection, data reduction, data presentation, and conclusion drawing.

In finding the problems related to the education board’s policy in enhancing the elementary school teachers’ professionalism in the hinterland showed that there were some regressions, such as: the degradation of teachers’ teaching quality, the absence of teachers’ dedication, the limitation of teachers’ educational foundation, and the insatiable of teachers’ responsibility. The aforementioned problems were caused by some reasons, such as: (1) the local government (Education and Culture Board) of Mimika was not effective in empowering the teachers; (2) the local government (Education and Culture Board) never did evaluations about teachers’ achievement in the hinterlands; (3) the local government (Education and Culture Board) never visited regularly the schools in the hinterlands; (5) the local government (Education and Culture Board) did not do supervision to the teachers assigned in the hinterlands so that teachers did things as they wanted; to teach or not to teach depended on the teachers; (6) the lack of cooperation between the education authority (Education and Culture Board) and the community development agency of Amungme and Kamoro that controlled the education quality and the of human resource development of the seven in Mimika; and (7) the education authority did not synergized with the department, benefactor, and volunteers that cared about the educationial development of the hinterland, and this hampered the educational process in Mimika hinterland.

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kinerja Dinas Pendidikan Dalam

Meningkatkan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar Di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2012.”

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, program studi pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma.

Banyak pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, perhatian dan kasih sayang kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa ucapan terima kasih dan penghormatan dari hati penulis kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan fakultas keguruan dan ilmu pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku ketua jurusan pendidikan ilmu sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Indra Darmawan, S.E., M.Si., selaku Kaprodi pendidikan ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(12)

xii

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc., selaku dosen pembimbing II yang telah membimbing dalam penulisan skripsi ini sampai selesai. Penulis juga berterima kasih karena ilmu-ilmunya yang membuat penulis sangar berguna bagi daerah dan masyarakat Papua pada umumnya dan lebih khususnya masyarakat kabupaten Mimika.

6. Ibu Titin seleku pengelola administrasi prodi pendidikan Ekonomi ketabahannya dalam membantu penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat .

7. Seluruh dosen yang telah membantu penulis selama kuliah maupun dalam mengerjakan skripsi.

8. Sahabat Penulis Penegi Dolame, SE, yang telah membantu dan mendukung penulis mengirim informasi lewat telpon dari Papua terkait informasi terbaru yang sedang terjadi dan sangat membantu penulis selama penulisan skripsi 9. Kakak Yopie Pelamonia dan Kakak Helen, selaku pemimpin jemaat Tuhan

dan kepemimpinannya dapat mempengaruhi kehidupan penulis.

10.Suadara-saudariku Chosen Generation ( Nugroho, Hans, Dewi, Debby, Yana, Yandi, Mauri, dan Yessy), kebersamaanya dapat mempengaruhi kehidupan Penulis salah satunya dalam penulisan skripsi ini.

(13)

xiii

12.Teman-teman PE 2008 semuanya tetap semangat menatap masa depan yang cerah dimana pun kalian berada dan menjadi yang terbaik dan lakukan yang terbaik.

Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga kasih, damai sejahtera Tuhanku Yesus Kristus selalu menyertai setiap saat dan setiap kalian.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran yang membangun sehingga nantinya penulis dapat memperbaikinya.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak-pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 28 Februari 2014

(14)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMANJUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

E. Pengertian Variabel dan Definisi Operasional ... 6

F. Pentingnya Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Tinjauan Tentang Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar .... 10

B. Pemberdayaan Guru ... 10

C. Penilaian Kinerja Guru ... 12

(15)

xv

3. Pengertian Kompetensi Kepribadian ... 35

4. Kompetensi Sosial Guru ... 40

(16)

xvi

1. Sejarah Sekolah Dasar di SD Inpres Jila ... 67

2. Pada Tahun 1980 Pemerintah Masuk ke Daerah Jila ... 68

3. Pada Tahun 1984 – 1985 Bangun Gedung Sekolah Dasar ... 68

4. Latar Belakang Perjalanan Pendidikan Suku Amungme……… ... 70

5. Pendidikan untuk Suku Amungme di Daerah Pedalaman Timika…... ... 72

6. Pendidikan untuk Anak Muda Amungme di daerah Pedalaman Timika ... 72

7. Profil Guru di Daerah Pedalaman Timika ... 73

8. Letak Geografis ... 75

9. Tempat Penelitian ... 76

10. Keadaan Murid Sekolah Dasar SD Inpres Jila ... 77

11. Keadaan Guru SD Inpres Jila ... 79

12. Keadaan Fasilitas SD Inpres Jila ... 80

13. Gedung Sekolah Dasar Inpres Jila ... 81

14. Perabot Sekolah Dasar Inpres Jila ... 81

15. Rumah Guru ... 82

16. SD Inpres di Distrik Hoeya ... 84

17. SD di Daerah Pedalaman Timika ... 86

B. Daftar Sekolah Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin ... 88

C. Guru Mata Pelajaran ... 95

(17)

xvii

d. Kompetensi Kepribadian Guru ... 125

2. Tingkat Pendidikan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika Papua ... 126

3. Sekolah Dasar Inpres Jila ... 128

4. Siswa Sekolah Dasar di Distrik Jila ... 128

5. Keadaan Siswa SD Inpres Jila ... 129

6. Guru Sekolah Dasar Inpres Jila ... 130

7. Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar Inpres Jila ... 135

8. Sekolah Dasar Inpres Hoeya ... 136

9. Semuanya Berbohong ... 138

10. Kendala Transportasi ... 138

11. Tuntutan Masyarakat Hoeya ... 140

12. SD Inpres Bela Alama ... 141

13. Sekolah Dasar di Tembagupura ... 142

14. SD Inpres Banti Distrik Tembagapura ... 142

15. Pengaruh Lingkungan Sekolah ... 143

16. Budaya Mendulang Emas ... 143

17. Kehidupan Masyarakat Kampung Banti ... 144

18. SD Inpres Tsinga dan SD Inpres Aroanop ... 146

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1.1 Nama dan Alamat Sekolah di Distrik Jila

Tabel IV.1.2 Data Murid SD Inpres Jila Menurut Kelas dan Jenis Kelamin Tabel IV.1.3 Data Murid SD Inpres Jila Menurut Agama

Tabel IV.1.4 Daftar Normatif Guru-Guru SD Inpres Jila Tahun 2012/2013 Tabel IV.1.5 Perabot Sekolah di SD Inpres Jila

Tabel IV.1.6 Daftar Sekolah Dasar di Distrik Jila

Tabel IV.1.7 Daftar Sekolah Dasar di Distrik Tembagapura Tabel IV.2.1 Alamat Sekolah di Distrik Jila

Tabel IV.2.2 Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel IV.2.3 Alamat Sekolah di Distrik Tembagapura

Tabel IV.2.4 Kelas Berdasarkan Jenis Kelamin Distrik Tembagura Tabel IV.3.1 Tingka Pendidikan dan Masa Kerja SD Jagamin Tabel IV.3.2 Masa Kerja Guru di Sekolah Dasar Jagamin Tabel IV.3.3 Guru Mata Pelajaran di SD Jagamin

Tabel IV.3.4 Masa Kerja Guru Sekolah Dasar Inpres Aroanop Tabel IV.3.5 Guru Mata Pelajaran SD Inpres Aroanop

Tabel IV.3.6 Guru Mata Pelajaran SD Inpres Banti Tabel IV.3.7 Data Guru SD Inpres Jila

Tabel IV.3.8 Data Guru Mata Pelajaran SD Inpres Jila Tabel IV.3.9 Nama Guru Kelas SD Inpres Alama Tabel IV.3.10 Daftar Guru Mata Pelajaran

Tabel IV.4.1 Pendidikan Anak Usia Dini

Tabel IV.4.2 Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Guru adalah seseorang figur yang mulia dan dimuliakan banyak orang. Kehadiran guru di tengah-tengah kehidupan manusia sangat penting, tanpa ada guru atau seseorang yang dapat ditiru, diteladani oleh manusia untuk belajar dan berkembang, manusia tidak akan memiliki budaya, norma, agama. Sulit dibayangkan jika di tengah kehidupan manusia tidak ada seseorang guru, bekal tidak ada peradaban yang dapat dicatat.

Guru merupakan orang pertama yang mencerdaskan manusia, orang yang memberi bekal pengetahuan, pengalaman, dan menanamkan nilai-nilai, budaya, dan agama terhadap anak didik. Dalam proses pendidikan guru memegang peran penting setelah orang tua dan keluarga di rumah. Di lemabaga pendidikan guru menjadi orang pertama yang bertugas membimbing, mengajar, dan melatih anak didik mencapai kedewasaan. Untuk memenuhi perkembangan tersebut membutuhkan profesionalitas guru dalam menjalankan tugas sebagai guru pengajar dan guru pendidik.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur pendidikan formal, dasar dan menengah. Tentang kedudukan

(20)

2

profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan. perundang-undangan, di ayat (2) mengatakan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

Prinsip profesionalitas Pasal 7 ayat (1), profesi guru dan profesi dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut: memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara keberlanjutan dengan belajar sepanjang hayat; memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

(21)

3

Keempat kompentensi ini terintegrasi dalam kinerja guru".(BSNP, 2007c. 8). Dari hasil sosialisasi pendidikan di daerah pedalaman kabupaten Mimika Papua tentang profesionalitas guru terdapat beberapa kesenjangan yang sangat memprihatinkan, diantaranya adalah kurangnya menguasai landasan kependidikan, kurangnya kepekaan terhadap ilmu yang diajarkan, kurangnya mengenal dan menjiwai siswa, kurangnya teori motivasi belajar siswa, dan kurangnya pendekatan melalui kultural, tidak melaksanakan tugasnya di tempat tugas dan banyak hal lagi yang tidak disebutkan di sini yang dilakukan oleh guru-guru di daerah pedalaman.

Unruk melihat lebih jelas tentang landasan kependidikan dan keprofesionalan guru, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat (3) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah "kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional pendidikan" pendidikan di pedalaman Papua, kualitas pendidikan dari tingkat dasar dan pendidikan tingkat menengah pertama masih harus dibenahi karena sesuai dengan undang-undang yang dituntut penerapanya tidak sesuai. Faktor yang mempengaruhi terhadap peningkatan kualitas pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah pertama (SMP), keduanya ternyata kurangnya profesionalisme guru.

(22)

4

Kedua, kemampuan profesional guru masih kurang". Menurut Sanusi (2007:17), "Guru belum dapat diandalkan dalam berbagai aspek kinerjanya yang standar, karena ia belum memiliki keahlian dalam isi dari bidang studi, pedagogik, didaktik, dan metodik, keahlian pribadi dan sosial, khususnya berdisiplin dan bermotivasi, kerja tim antara sesama guru, dan tenaga kependidikan lain".

(23)

5

Profesionalisme Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua Tahun 2012.”

B.

Batasan Masalah

(24)

6

C.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengambil rumusan masalah sebagai berikut. Bagimana Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Papua?

D.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian merupakan hal pokok yang harus ada dan harus ditetapkan terlebih dahulu, sebelum peneliti melakukan kegiatan penelitian. Penelitian adalah suatu kegiatan tertentu yang terdiri dari beberapa tahap yang saling berhubungan satu sama lainnya, dalam memecahkan masalah yang sedang diteliti. Dalam penelitian yang peneliti lakukan dapat menjelaskan masalah-masalah yang terjadi di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimikia terkait pemberdayaan guru. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menjelaskan bagimana Dinas Pendidikan dan Kebudayaan memperdayaakan guru sekolah dasar di daerah pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua.

E.

Pengertian Variabel dan Definisi Operasional

(25)

7

penyuluan yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan pakar pendidikan kepada para guru.

F.

Pentingnya Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk meningkatkan semangat baru untuk Dinas Pendididikan dan Kebudayaan Timika dalam memperdayakan guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika Papua dengan semaksimal mungkin. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di daerah pedalaman Timika secara khususnya, sedangkan pada umumnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika untuk meningkatkan profesionalismenya dalam mendidik, membimbing dan mengajar sehingga wajah pendidikan di daerah pedalaman Papua terlihat jelas.

G.

Manfaat Penelitian

Dalam kegiatan apapun yang dilakukan oleh seseorang selalu ada manfaatnya, sama pula dengan peneliti akan melakukan penelitian ini terkait kebijakan Dinas mempemberdayakan guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika. Hasil temuanya dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yang membutuhkan yaitu diantaranya:

1. Bagi Penulis

(26)

8

masalah-masalah yang sedang diselidiki objek penelitian yaitu analisis guru sekolah dasar di daerah pedalaman Timika dan hasil temuanya dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang peduli akan pendidikan dalam hal ini tentang kondisi pendidikan di seluruh pedalaman provinsi Papua. Dengan latar belakang ini peneliti memohon agar dapat membantu dalam hal kegiatan penelitian sehingga dapat memberi informasi kepada anda yang membutuhkanya.

2. Bagi Fakultas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan bacaan dan perbandingan bagi mereka yang nantinya melaksanakan penelitian di Papua dan semoga hasil penelitian ini bisa membantu mereka dalam penelitian selanjutnya.

3. Bagi Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika

Papua

(27)

9

4. Bagi Mahasiswa

Penelitian merupakan kegiatan usaha yang menyenangkan dan membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa yang semangat dalam rangka meraih cita-citanya. Maka, peneliti yang berkompeten dalam bidang penelitianya pasti memberikan informasi dan data yang valid. Maka jadilah, peneliti yang professional serta jadilah peneliti yang memecahkan masalah secara professional pula.

5. Bagi Donatur

(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Tentang Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar

Sepanjang sejarah perkembangannya, rumusan pembedayaan tenaga pengajar (guru) ternyata variasi, tergantung pada cara mempersepsikan dan memandang apa yang menjadi peran dan tugas pokoknya. Dalam penelitian ini tugas pokok utama yang dibahas adalah tentang tindakan guru, prilaku guru, dan bagimana syarat menjadi guru pengajar yang professional atau menjadi guru pendidik yang professional serta bagimana syarat memperdayakan guru. Untuk menjadi guru yang professional atau ahli dalam bidang pendidik dan pengajar perlu dipahami secara seksama bahwa perlu adanya memperdayakan guru secara kontinyu oleh pemerintah daerah dan orang akhli yang sudah ahli di bidang pendidikan.

B.Pemberdayaan Guru

(29)

11

itu. Keutuhan gambaran guru dapat dikonstruksi dari ciri dasarnya. Minimal pemberdayaan guru memuat tiga komponen dasar, yakni (1) memperdayakan guru dalam tingkat kompotensi (2) memperdayakan guru dalam segala aspek kebutuhan sehari-hari.

Guru sekolah dasar di daerah pedalaman kabupaten Mimika, terlihat kurang efektif dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru pengajar. Kadang muncul pertanyaan oleh orang tua siswa tentang keberadaan guru yang statusnya kurang jelas, karena guru-guru yang ditugaskan di daerah pedalaman tidak melaksanakan tugasnya dengan sepenuh hati. Guru yang ditugaskan di daerah pedalaman sebagian besar adalah mereka yang sudah berkeluarga tetapi menjadi masalah dan pertanyaan yang harus dijawab oleh setiap guru yang bertugas di daerah-daerah pedalaan adalah bagimana meninggalkan keluarganya di tempat lain dan hanya seorang diri di tempat tugas, apakah masalah itu tidak mengganggu konsentrasi mengajar guru. Menjadi seorang guru bukan lagi suatu tugas yang dibebankan kepadanya tetapi suatu pilihan yang harus dipilih oleh setiap guru. Guru-guru yang sudah dimiliki oleh setiap sekolah berdasarkan pilihan, maka guru-guru tersebut pasti memiliki hati yang mengajar, hati yang mendidik, hati yang memotivasi, dan hati yang mengarahkan, dan sebaliknya bukan guru-guru pilihan dan hanya berdasarkan kebutuhan yang mendesak, maka menjadi masalah karena guru tidak menjalankan tugas dengan dorangan hati dan tugas ini sebagai suatu beban.

(30)

12

keterbelakangan dan ketidaktahuanya tersebut. Maka seorang guru mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu mempelajari karakter dan sifat-sifat orang-orang yang ada di sekitarnnya dengan adanya pendekatan antoropologis atau pendekatan kultural dengan demikian akan menjawab pendidikan di daerah-daerah pedalaman ini.

C.Penilaian Kinerja Guru

Untuk melakukan penilaian guru adalah Dinas Pendidikan dan kebudayaan terkait, tujuan penilaian adalah untuk mewujudkan guru yang professional, karena harkat dan martabat suatu profesi ditentukan oleh kualitas layanan yang diberikan oleh para anggotanya. Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya

dikemukakan bahwa “ penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru

dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya”. Dalam hal ini,

penilaian kinerja guru bertujuan untuk menemukan secara tepat tentang kegiatan guru dalam kelas, dan membantu mereka untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya yang akan memberikan kontribusi secara langsung pada peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan, sekaligus membantu pengembangan karier guru sebagai tenaga professional.

(31)

13

hati nurani, bukan karena tuntutan uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding sekolah. Tapi, jangan hanya menuntut pengabdian guru, kesejahteraannya juga patut ditingkatkan. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak-anak didik di dalam maupun di luar sekolah. Bila melihat anak didiknya menunjukkan sikap seperti sedih, murung, suka berkelahi, malas belajar, jarang turan ke sekolah, sakit, dan sebagainya, guru merasa prihatin dan tidak jarang pada waktu tertentu guru harus menghabiskan waktunya untuk memikirkan bagimana perkembangan pribadi anak didiknya.

Kemuliaan hati seorang guru tercermin dalam kehidupan sehari-hari, bukan hanya sekedar simbol atau semboyan yang terpampang di kantor dewan guru. Iri hati, koruptor, munafik, suka menggunjing, suap menyuap, malas dan sebagainya, bukanlah cermin kemuliaan hati seorang guru. Semua itu adalah perbuatan tercela yang harus disingkirkan dari jiwa guru professional. Dengan kemuliaannya, guru rela mengabdikan diri di desa terpencil sekalipun.

(32)

14

Berkaitan dengan tanggung jawab, guru harus mengetahui, serta memahami nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru harus bertanggung jawab terhadap segala tindakannya dalam pembelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan bermasyarakat.

D.Guru Sebagai Paripurna

(33)

15

E.Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar

Dalam bukunya Ibrahim Bafadal (2009, 42-43) menjelaskan bagimana pentingnya peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai metode dan media baru dalam pembelajaran telah berhasil dikembangkan. Maka, sangat penting kalau setiap guru harus menguasai target yang akan dicapai dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu mengembangkan pembelajaran yang dapat membawa anak didik menjadi lulusan yang berkualitas tinggi. Kedua, kepuasaan dan moral kerja.

(34)

16

F. Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah

Manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah dapat dilaksanakan dengan baik di sekolah dasar bila mana didukung oleh keberadaan guru yang produktif dengan melakukan berbagai pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolahnya masing-masing. Moral kerja yang tinggi akan mempertinggi produktivitas kerja. Ini berarti bahwa seorang guru yang memiliki moral kerja yang tinggi akan produktif, yaitu menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari hasil kerjanya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

G.Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas individu atau kelompok dalam usaha menuju pencapaian tujuan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan pada setiap harinya memiliki tugas pokok mempengaruhi, mendorong, mengajak guru-guru dan staf lainnya agar mereka bersedia berbuat sesuatu yang dapat menyokong pencapaian tujuan sekolah sebagai suatu institusi. Tugas dan tanggung jawab kepala sekolah selaku pemimpin pendidikan ada yang berkenan dengan tujuan sekolah yang hendak dicapai. Misalnya, mendeskripsikan tujuan institusional sekolah sehingga mudah dipahami oleh guru maupun staf lainnya dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan, mendorong dan mengawasi pelaksanaan tugas-tugas yang telah didelegasikannya.

(35)

17

dari pelaksanaan tugas dan tanggung jawab berakhir ini, misalnya;

a. berusaha memahami karakteristik setiap guru dan staf lainnya berupa perasaannya, keinginan, pola beipikir, sikap;

b. menciptakan kondisi kerja yang menyenangkan, baik kondisi fisik maupun sosialnya sehingga mereka betah di sekolah;

c. memupuk rasa kerja sama yang baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, maupun dengan staf lainnya, sehingga tercipta suatu kelompok kerja yang produktif dan kohesif;

d. memupuk rasa ikut memiliki (sense of belonging), rasa adanya peranan yang cukup penting (sense ofimportence), dan rasa sebagai orang yang berhasil (sense of achievement), pada setiap diri guru maupun staf lainnya.

H.Sarana Untuk Menetapkan Guru

(36)

18

I. Alat Seleksi Penerimaan Guru

Pada saat ini telah banyak calon guru lulusan dari lembaga pendidikan, baik negeri maupun swasta yang antre menunggu pengangkatan. Banyaknya lulusan calon guru mengakibatkan perlunya seleksi untuk memilih guru sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut, perlu ditetapkan criteria secara umum berkaitan dengan kompetensi-kompetensi dasar yang perlu dipenuhi sebagai syarat menjadi guru. Kriteria calon guru mupakan pedoman penting bagi para administrator; dan pemerintah dalam memilih dan menentukan mana guru yang diperlukan untuk sekolah tertentu. Kriteria ini akan mendorong para calon guru untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya dengan hasil di atas standar. Jika, uji kompetensi ini digunakan secara professional dalam penerimaan guru baru, akan sangat membantu peningkatan kualitas pendidikan akan terjaring guru-guru yang kompeten dan siap melaksanakan tugasnya secara kreaktif, professional, dan menyenangkan.

J.

Sarana untuk Pembinaan Guru

(37)

19

diharapkan berhasil dalam mengemban tugas dan fungsinya, serta mampu meningkatkan kualitas pembelajaran. Dengan demikian, pemilihan atau seleksi guru tidak dilakukan berdasarkan atas suka atau tidak suka, atau karena alas an yang bersifat subjektif, melainkan dilakukan secara objektif, dan berlaku secara umum untuk semua calon guru.

K.

Sarana Pemberdayaan Guru

Mulyasa (2013:61-62) Menjelaskan bahwa dalam uji kompetensi guru, pemberdayaan dimaksudkan untuk mengangkat harkat dan martabat guru dalam kesejahteraan, hak-haknya, dan memiliki posisi yang seimbang dengan profesi lain yang lebih mapan kehidupannya. Melalui uji kompetensi dan sertifikasi guru sebagai proses pemberdayaan, diharapkan adanya perbaikan tata kehidupan yang lebih adil, demokratis, serta tegaknya kebenaran dan keadilan di kalangan guru dan tenaga kependidikan. Dalam itu, diharapkan guru dapat melaksanakan pendidikan sesuai dengan kebutuhan, perkembangan zaman, karakteristik lingkungan, dan tuntutan global.

(38)

20

melakukan tindakan untuk meningkatkan kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar mampu bekerja lebih baik. Melalui upaya tersebut, pada tahap kedua, mereka akan mengalami pengurangan perasaan ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan diri. Akhirnya, seiring dengan tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri, para guru bekerja sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang akan berdampak pada kesejahteraan.

L.

Meningkatkan Kompetensi Guru

Setiap guru memiliki kompetensi sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuannya dalam mengajar atau mendidik pada peserta didik. Guru harus memiliki kompetensi sebagai dasar yaitu kompetensi pedogogik guru, kompetensi professional guru, kompetensi sosial guru, dan kompetensi kepribadian guru. Maka, perlu dapat dijelaskan lagi tentang keempat kompetensi tersebut.

1. Kompetensi Pedagogik Guru

Kompetensi pedagogik berasal dari bahasa Yunani yakni paedos yang artinya anak laki-laki, dan agogos yang artinya mengantar, membimbing. Jadi pedagogik secara harafiah membantu anak laki-laki zaman Yunani Kuno yang pekerjaannya mengantarkan anak majikannya pergi ke sekolah (Uyoh Sadullah;www.Rezaervani.com. http://groups.Yahoo.com/group/rezaervani) dalam bukunya Fachruddin

(39)

21

bukunya Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011: 31-32) adalah ilmu yang mempelajari masalah membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya kelak ia mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Langeveld (1980) membedakan istilah pedagogik dengan istilah pedagogi. Pedagogik diartikannya sebagai ilmu pendidikan yang lebih menekankan pada pemikiran dan perenungan tentang pendidikan. Sedangkan istilah pedagogi artinya pendidikan yang lebih menekankan kepada praktek, yang menyangkut kegiatan mendidik, membimbing anak. Pedagogik merupakan suatu teori yang secara teliti, kritis dan objektif mengembangkan konsep-konsepnya mengenai hakikat manusia, hakikat anak, hakikat tujuan pendidikan serta hakikat proses pendidikan.

Secara umum istilah pedagogik (pedagogi) dapat beri makna sebagai ilmu dan seni mengajar anak-anak. Sedangkan ilmu mengajar untuk orang dewasa ialah andragogi. Dengan pengertian itu maka pedagogik adalah sebuah pendekatan pendidikan berdasarkan tinjauan psikologis anak. Pendekatan pedagogik muaranya adalah membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Dalam perkembangannya, pelaksanaan pembelajaran itu dapat menggunakan pendekatan kontinum, yaitu dimulai dari pendekatan pedagogi yang diikuti oleh pendekatan andragogi, atau sebaliknya yaitu dimulai dari andragogi yang diikuti pedagogi, demikian pula daur selanjutnya; andragogi-pedagogi-andragogi, dan seterusnya.

(40)

22

lingkupnya terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kompetensi pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan dengan ilmu dan seni mengajar siswa.

Rumusan kompetensi pedagogik di dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal 28, ayat 3 (Tim Redaksi Fokusmedia, 2005;77) dikutip oleh Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:33-35) menyebutkan bahwa kompetensi ialah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi; (a) pemahaman terhadap peserta didik; (b) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran; (c) evaluasi hasil belajar; dan (d) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik Samani, Mukhlas, 2008: 9) ialah kamampuan dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang meliput: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/ silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (f) evaluasi proses dan hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

(41)

23

kurikulum/ silabus; (d) perencanaan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

2. Kompetesnsi Profesional Guru

Menurut Martinis Yamin, Maisah (2010:11) kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan methodology keilmuan. Menurut Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011: 48) kompetensi profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28 ayat 3 yang dimaksud dengan kompetensi profesional

ialah “kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan

mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi

Standar Nasional Pendidikan.” Sedangkan menurut Mukhlas Samani

(2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi profesional ialah kemampuan menguasai pengetahuan bidang ilmu, teknologi dan atau seni yang diampunya.

(42)

24

mencermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral, dan spritual. Dengan kata lain pengertian guru profesional adalah orang yang punya kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru. Guru yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih serta punya pengalaman di bidang keguruan. Seorang guru profesional dituntut dengan sejumlah persyaratan minimal antara lain: memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan sesuai dengan bidangnya, memiliki kemampuan berkomunikasi dengan siswanya, mempunyai jiwa kreaktif dan produktif, mempunyai etos kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya dan lalu melakukan pengembangan diri secara terus menerus (continuous improvement) melalui organisasi profesi, buku, seminar dan semacamnya.

(43)

25

dengan mata pelajaran yang diberikannya; dan (10) berpengetahuan luas. Telah atas eksistensi guru/ keguruan dalam literatur kependidikan menyatakan bahwa guru harus memiliki karakteristik profesional. Pertama, komitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja (produk), dan sikap continous improvement (improvisasi berkelanjutan). Kedua, menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi ilmu dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya. Atau dengan kata lain, mampu melakukan transformasi implementasi ilmu kepada siswa. Ketiga, medidik dan menyiapkan siswa yang memiliki kemampuan berkreasi, mengatur dan memiliharan hasil kreasinya supaya tidak menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat, dan lingkungannya. Keempat, mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat anutan (entre of self identification), teladan, dan konsultan bagi siswanya. Kelima, mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa depan (civilization of the future) (Muhaimin 2002: 14-15). Sifat dan ciri guru yang profesional.

(44)

26

memasuki profesi tersebut serta mampu mengikuti perkembangan dalam pertumbuhan jabatan. Keempat, memiliki kode etik yang mengatur keanggotaan, tingkah laku, sikap, dan cara kerja. Kelima, membutuhkan kegiatan intelektual yang tinggi. Keenam, adanya organisasi yang dapat meningkatkan standar pelayanan, disiplin diri dalam profesi, dan kesejahteraan anggotanya. Ketujuh, memberikan kesempatan untuk kemajuan, spesialisasi, dan kemandirian. Kedelapan, memandang profesi sebagai suatu karier hidup dan menjadikan diri sebagai profesional yang permanen (Suharsimi Arikunto, 1990:235-236).

Arifin (1991: 106) dalam bukunya Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:53) menegaskan bahwa guru profesional adalah guru yang mampu mengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan dalam lapangan pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang mampu mengembangkan kekayaannya secara ilmiah di samping itu mampu menekuni profesinya selama hidupnya. Yaitu, guru yang memiliki kompetensi keguruan berkat pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan guru dalam jangka waktu tertentu. Tidak hanya itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kecakapan dalam manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

(45)

27

dengan materi ajar; (c) memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan (d) menerapkan konsep-konsep keilmuan ke dalam kehidupan sehari-hari. Seorang guru harus menguasai struktur dan metode keilmuan, memiliki indikator esensial: (a) menguasai langkah-langkah penelitian, dan (b) menguasai kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi.

a. Ruang lingkup kompetensi professional

(46)

28

media dan sumber pembelajaran, (e) penguasaan landasan-landasan kependidikan, (f) pengelolaan interaksi belajar mengajar, (g) penilaian prestasi siswa, (h) pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, (i) pengenalan dan penyelenggaraan administrasi sekolah, serta (j) pemahaman prinsip-prinsip dan pemanfaatan hasil penelitian pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pengajaran.

Jejen Musfah (2011: 54) menjelaskan tugas guru ialah mengajarkan pengetaguan kepada murid. Guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam. Oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampunya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) kopetensi profesional adalah: Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/ koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antarmata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melastarikan nilai dan budaya nasional.

(47)

29

dan juga dewasa dalam bersikap. Namun lebih penting lagi adalah bagimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepintaran dan kedewasaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa mendatang.

Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, gedung sekolah, dana, program, dan kepemimpinan adalah vital. Demikian juga sumber daya manusia, dari kepala sekolah, guru , dan staf memegang peranan yang sangat penting. Sumidjo (2001:272) menyatakan,

“Faktor yang paling esensial dalam proses pendidikan adalah yang

ditugasi dengan pekerjaan untuk menghasilkan perubahan yang telah direncanakan pada anak didik. Hal ini merupakan esensi dan hanya dapat dilakukan sekelompok manusia profesional, yaitu manusia yang memiliki kompetensi mengajar. ”Oleh karena itu, guru harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, karena ilmu pengetahuan dan keterampilan itu berkembang seiring perjalanan waktu.

Menurut Sukmadinata (2006:207) “Pengembangan keterampilan dan karakter guru profesional bukan hanya tahu banyak,

tetapi juga bisa banyak.” menjadi guru profesional bukan hal mudah.

Sebelum mencapai tingkat expert (ahli), guru harus melalui beberapa

tahap seperti dijelaskan Berliner, “Guru berkembang menjadi ahli

(48)

30

lanjut, kompeten pandai (proficient), dan pada akhirnya ahli (expert).” Darling – Hammond dan Bransford, 2005: 380). Menurut Ary Gunawan (1989) guru diharapkan; (1) mengenal secara baik pengadministrasian kegiatan sekolah, (2) membantu dalam melaksanakan kegiatan administrasi sekolah, (3) mengatasi kelangkaan sumber belajar bagi dirinya dan bagi sekolah, (4) membimbing peserta didik merawat alat-alat pelajaran dan sumber belajar secara tepat.

Berdasarkan pada uraian di atas maka banyak kemampuan profesional yang harus dimiliki seorang guru antara lain adalah sebagai berikut.

1) Kemampuan penguasaan materi/bahan bidang studi. Penguasaan ini menjadi landasan pokok untuk keterampilan mengajar...

(49)

31

3) Kemampuan mengelola kelas. Kemampuan ini antara lain adalah; (a) mengatur tata ruang kelas; (b) menciptakan iklim belajar mengajar yang kondusif.

4) Kemampuan mengelola dan penggunaan media serta sumber belajar. Kemampuan ini pada dasarnya merupakan kemampuan menciptakan kondisi belajar yang merangsang agar proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Termasuk dalam kemampuan ini adalah mampu membuat alat bantu pembelajaran, menggunakan perpustakaan,

5) Kemampuan penguasaan pengetahuan tentang landasan kependidikan. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan.

(50)

32

7) Kemampuan memahami prinsip-prinsip pengelolaan lembaga dan program pendidikan di sekolah.

8) Kemampuan menguasai metode berpikir. Metode dan pendekatan setiap bidang studi berbeda-beda.

9) Kemampuan meningkatkan dan menjalankan misi profesional. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru harus terus-menerus mengembangkan dirinya agar wawasannya menjadi luas sehingga dapat mengikuti perubahan dan perkembangan profesinya yang didasari oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.

10)Kemampuan/terampil memberikan bantuan dan bimbingan kepada peserta didik dapat mengembangkan kemampuannya melalui proses belajar mengajar di kelas.

11)Kemampuan memiliki wawasan tentang penelitian pendidikan. Setiap guru perlu memiliki kemampuan untuk memahami/ melakukan penelitian sehingga mereka perlu memiliki wawasan yang memadai tentang prinsip-prinsip dasar dan cara-cara melaksanakan penelitian pendidikan.

(51)

33

13)Kemampuan menyelanggarakan administrasi sekolah. Di samping itu kegiatan akademis, guru harus mampu menyelenggarakan administrasi sekolah.

14)Kemampuan memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan. Seorang guru diharapkan berperan sebagai inovator atau agen perubahan maka guru perlu memiliki wawasan yang memadai mengenai berbagai inovasi dan teknologi pendidikan yang pernah dan mungkin dikembangkan pada jenjang pendidikan.

15)Kemampuan/berani mengambil keputusan. Guru harus memiliki kemampuan mengambil keputusan pendidikan agar ia tidak terombang-ambingkan dalam ketidakpastian.

16)Kemampuan memahami kurikulum dan perkembangannya. Salah satu tugas guru adalah melaksanakan kurikulum dengan sebaik-sebaiknya. Oleh karena itu, guru perlu memahami konsep-konsep dasar dan langkah-langkah pokok dalam pengembangan kurikulum.

17)Kemampuan bekerja berencana dan terprogram. Guru dituntut untuk dapat bekerja teratur, tahap demi tahap, tanpa menghilangkan kreativitasnya.

(52)

34

b. Keterampilan Guru dalam Proses Belajar Mengajar

(53)

35

3. Pengertian Kompetensi Kepribadian

Menurut Fachruddin Sudagar, Ali Idrus ( 2011:39) kompetensi kepribadian adalah setiap guru mempunyai pribadi masing-masing sesuai ciri-ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang membedakan seorang guru dengan yang lainnya. Kepribadian sebenarnya adalah satu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian, dan dalam menghadapi setiap persoalan.

(54)

36

Kepribadian yang berwibawa, memiliki indikator esensial: (1) memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik , dan (2) memiliki perilaku yang disegani. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, memiliki indikator esensial: (1) bertindak sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik. Menurut Martinis Yamin, Maisah (2010:9) kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewas, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.

1. Peran Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian berperan menjadikan guru sebagai pembimbing, panutan, contoh, teladan bagi siswa. Dengan kompetensi kepribadian yang dimikinya maka guru bukan saja sebagai pendidik dan pengajar tapi juga sebagai tempat siswa dan masyarakat bercermin. Hal ini sejalan dengan yang di kemukakan oleh Ki Hajar Dewantoro dalam sistem Amongnya yaitu guru harus Ing ngarso sungtulodo, Ing

madyo mangun karso, Tut wuri handayani”. Dengan kompetensi

(55)

37

berkaca. Dalam relasi interpersonal antar guru dan siswa tercipta situasi pendidikan yang memungkinkan subjek didik dapat belajar menerapkan nilai-nilai yang menjadi contoh dan memberi contoh. Guru mampu menjadi orang yang mengerti diri siswa dengan segala problematiknya, guru juga harus mempunyai wibawa yang sehingga siswa segan terhadapnya. Berdasarkan uraian di atas, maka fungsi kompetensi kepribadian guru adalah memberikan teladan dan contoh dalam membimbing, mengembangkan kreaktivitas dan membangkitkan motivasi belajar.

2. Ruang Lingkup Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian itu adalah hal yang bersifat universal, yang artinya harus dimiki guru dalam menjalankan fungsinya sebagai makhluk individu (pribadi) yang menunjang terhadap keberhasilan tugas guru yang diembannya. Kompetensi kepribadian guru Menurut Sanusi (1991), dikutip lagi oleh Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:45) mencakup hal-hal sebagai berikut.

a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seoran guru.

b. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan

(56)

38

(2007:2,6-2.10) kompetensi kepribadian yang perlu dimiliki guru antara lain sebagai berikut.

1) Guru sebagai manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa berkewajiban untuk meningkatkan iman dan ketakwaannya kepada Tuhan, sejalan dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya.

2) Guru memiliki kelebihan dibandingkan yang lain. Oleh karena itu perlu dikembangkan rasa percaya pada diri sendiri dan tanggung jawab bahwa ia memiliki potensi yang besar dalam bidang keguruan dan mampu untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapinya.

3) Guru senantiasa berhadapan dengan komunitas yang berbeda`da beragam keunikan dari peserta didik dan masyarakatnya maka guru perlu untuk mengembangkan sikap tenggang rasa dan toleransi dalam menyikapi perbedaan yang ditemuinya dalam berinteraksi dengan peserta didik maupun masyarakat.

(57)

39

di sekitarnya sehingga guru menjadi terbuka dan tidak menutup firi dari hal-hal yang berbeda di luar dirinya.

5) Menjadi guru yang baik tidak semudah membalikan telapak tangan, hal ini menuntut kesabaran dalam mencapainya. Guru diharapkan dapat sabar dalam arti tekun dan ulet melaksanakan proses pendidikan karena hasil pendidikan tidak langsung dapat dirasakan saat itu tetapi membutuhkan proses yang panjang.

6) Guru mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan pembaharuan, baik dalam bidang profesinya maupun dalam spesialisasinya.

7) Guru mampu menghayati tujuan-tujuan pendidikan baik secara nasional, kelembangaan, kurikuler sampai tujuan mata pelajaran yang diberikannya.

8) Hubungan manusiawi yaitu kemampuan guru untuk dapat berhubungan dengan orang lain atas dasar saling menghormati antara satu dengan yang lainnya.

9) Pemahaman diri, yaitu kemampuan untuk memahami berbagai aspek dirinya baik yang positif maupun yang negetif.

(58)

40

4. Kompetensi Sosial Guru

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya, dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul, dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individu yang menutup dan tidak memedulikan orang-orang di sekitarnya.

Maka, Pengertian Kompetensi Sosial menurut Jejen Musfah (2011:52-53) menjelaskan kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. (BSNP, 2006:88) Menurut

Sukmadinata (2006: 193), “Di antara kemampuan sosial dan personal yang

paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah idealisme, yaitu cita-cita

luhur yang ingin dicapai dengan pendidikan.” Cita-cita ini dapat

(59)

41

idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel, cerpen, novel, sajak, maupun artikel ilmiah.

Fachruddin Saudagar, Ali Idrus (2011:63) yang dimaksud dengan kompetensi sosial di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pada pasal 28, ayat 3, ialah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif denga peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Menurut Acmad Sanusi (1991) mengungkapkan kompetensi sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.

Menurut Suyatno (2008: 16) kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkumunikasi dan bergaul secara efektif dengan: (1) peserta didik, (2) sesama pendidik dan tenaga kependidikan, (3) orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

a. Mampu berkomunikas dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.

b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.

(60)

42

1) Ruang Lingkup Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam berkomunikasi dengan masyarakat di sekitar sekolah dan masyarakat tempat guru tinggal sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah jaman, (Langeveld, 1955). Menurut

Cece Wijaya (1994), Djama’an Satori (2007) dalam Fachruddin, Ali

Idrus (2011:64) kompetensi sosial adalah sebagai berikut:

a) Terampil berkomunikasi dengan peserta didik dan orang tua peserta didik.

b) Bersikap simpatik

c) Dapat bekerja sama dengan dewan pendidikan/komite sekolah

d) Pandai bergaul dengan kawan sekerja dan mitra pendidikan

e) Memahami dunia sekitarnya (lingkungan).

Sendangkan menurut Mukhlas Samani (2008:6) yang dimaksud dengan kompetensi sosial ialah kemampuan individu sebagai bagian dari masyarakat yang mencakup kemampuan untuk;

a) Berkomuniksi lisan, tulisan, dan/isyarat

(61)

43

c) Bergaul secara santun efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik.

d) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindakan norma serta sistem nilai yang berlaku.

e) Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

2) Kerangka Berpikir Kompetensi sosial

Berdasarkan pengertian dan ruang lingkup kompetensi sosial seperti tersebut di atas maka inti dari pada kompetensi sosial itu adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar. Jadi, guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial seperti kelompok bermain, kelompok kerja sama, pendeta, kepala suku, tokoh-tokoh masyarakat, kelompok muda-mudi, dan lain-lain.

(62)

44

pengertian yang mengacu kepada hubungan-hubungan sosial yang dinamis. Secara umum dapat dikatakan, bahwa bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial.

3) Fungsi Kompetensi Sosial

(63)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif eksploratif, karena permasalahan belum jelas, holistik, dinamis dan penuh makna sehingga peneliti tidak menentukan suatu metode yang sesuai dengan masalah yang peneliti lakukan. Dengan demikian peneliti sebagai pengamat penuh dalam penelitian ini untuk menganalisis, mengamati, serta mendapatkan informasi dan data yang akurat, maka memanfaatkan peneliti sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data dalam penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti kinerja dinas dan pembentukan profesionalisme guru dengan cara memperdayakan guru sekolah Dasar di Daerah Pedalaman kabupaten Mimika. Karena profil pendidikan di Daerah Pedalaman Timika lebih khususnya dan pada umumnya Pedalaman Papua, permasalahanya sangat kompleks, apakah persoalan itu disebabkan oleh karena kurangnya perhatihan pemerintah daerah, kurangnya dukungan masyarakat sekitar, kurangnya semangat belajar siswa, kurangnya memotivasi belajar siswa, dan atau persoalan guru?, ini sangat memprihatinkan dan peneliti berkomitmen untuk melangkah dan menciptakan suatu trobosan dalam hal ini yaitu melalui penelitian inilah baru akan menemukan titik akar permasalahannya.

(64)

46

setelah penelitian ini selesai, karena fokus peneliti hanya pada profesionalitas guru sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika Papua. Berkaitan dengan masalah yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu "Bagimana Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Provinsi Papua."Oleh karena itu peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan deskriptif eksploratif, dengan penelitian ini hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu pristiwa, masalah, keadaan dan sebagaimana adanya sehingga bersifat hanya sekedar mengungkapkan fakta. Hasil dari penelitian ini ditekankan pada pemberian gambaran secara objektif tentang masalah yang sebenarnya dari objek yang peneliti akan diselidiki.

Dalam penelitian ini sangat menarik karena disusun dalam bentuk narasi yang bersifat kreaktif dan mendalam, serta menunjukkan ciri-ciri alamiah yang penuh ke-otentik, dengan mengungkapkan gejala secara menyeluruh. Penelitian ini bersifat deskriptif dan mengeskplorasi serta cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif dan perspektif subyek.

B. Lokasi Penelitian

(65)

47

kampung Bela, kampung Jila, kampung Hoeya, kampung Tsinga, kampung Tembagapura, dan kampung Aroanop. Karena tempat-tempat ini terdapat beberapa persoalan yang sangat kompleks dan harus diatasi oleh berbagai pihak dan salah satunya adalah masalah yang diangkat oleh peneliti yaitu tentang profesionalisme guru sekolah dasar di daerah pedalaman ini. Lebih jelasnya dapat dijelaskannya sebagai berikut.

Kabupaten Mimika yang beribukota di Timika, secara Geografis terletak antara 134°31' - 138°31' Bujur Timur dan 4°60' -5° 18' Lintang Selatan. Pada bagian Utara terdapat Pegunungan Jayawijaya, dengan puncak tertinggi adalah Gunung Indburg (4860 m) dari permukaan laut, yang terletak di sebelah Utara kota Tembagapura. Batas Wilayah Kabupaten Mimika adalah: Sebelah Utara: Kabupaten Paniai, Kabupaten Nabire, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Dogiyai, Kabupaten Puncak, Kabupaten Puncak Jaya, Kabupaten Deyai Sebelah BaratKabupaten Kaimana Sebelah Selatan: Laut Arafuru Sebelah Timur: Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Yakuhimo. Kabupten Mimika mencakup wilayah seluas 19.592 km2 atau 4,75 % dari luas wilayah Provinsi Papua.

(66)

48

15-25% menyebar di wilayah bagian tengah, dan 3-8% menyebar di bagian selatan sampai ke wilayah bagian tengah Kabupaten Mimika.

Distrik yang bertopografi dataran rendah adalah Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jila, Kuala Kencana, dan Mimika Baru. Distrik Mimika Baru, Kuala Kencana, Tembagapura dan Jila adalah Distrik yang tidak memliki pantai. Sedangkan Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat, Mimika Tengah, Mimika Timur, Mimika Timur Jauh, Jita, Agimuga sebagian wilayahnya berbatasan dengan Laut Arafura, sehingga distrik tersebut memiliki pesisir pantai.

Peneliti memilih Daerah Pedalaman kota Timika sebagai tempat penelitian karena mempertimbangkan letak geografisnya jauh dari pusat pemerintahan kabupaten Mimika dan sangat menantang dan sangat sulit peneliti melakukan penelitian di tempat-tempat seperti ini dan mengingat juga tempat penelitian jauh dan tidak ada bayangan sama sekali. Tetapi peneliti tidak menganggap sebagai suatu persoalan tapi peneliti menganggap ini sebagai suatu tantangan yang sangat menarik unruk mencobanya.

(67)

49

C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju unruk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan suatu unit analisis yairu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Sekolah Dasar di Kabupaten Mimika, setiap Kepala Sekolah yang ada di Daerah Pedalaman Timika Papua.

Subjek penelitian pelengkap dalam penelitian ini adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap penelitian. Terkait dengan pemilihan informan, Spradlay dalam Bungin (2003: 54) mengemukakan kriteria untuk menentukan informan, sebagai berikut:

1. Subjek yang cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang menjadi informasi.

2. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.

3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai.

(68)

50

5. Teknik pengambilan informan adalah purposive sampling yaitu teknik pengambilan informan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini adalah orang yang dianggap tahu tentang apa yang peneliti harapkan, atau orang yang dapat dipercaya sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek/situasi yang sedang diselidiki oleh peneliti.

(69)

51

Pandangan peneliti tentang masalah yang sedang diselidiki itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan veriabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diselidiki akan dijadikan sebagai objek penelitian.

Objek penelitian menurut Sugiyono adalah "Suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya" (Sugiyono, 2011: 38). Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi objek pada penelitian ini adalah profesionalitas guru sekolah di Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika, maka peneliti meneliti semua aspek kehidupan guru-guru Sekolah Dasar di Daerah Pedalaman Timika Papua.

D. Variabel Penelitian

(70)

52

pembentukan profesionalisme guru sekolah dasar. Maka indikatornya adalah pemberdayaan guru sekolah dasar.

E. Sumber Data

Sumber data atau informan dalam penelitian ini adalah subjek darimana data diperoleh. Subjek penelitian data dalam penelitian ini, yaitu subjek penelitian utama dan subjek penelitian pelengkap. Penelitian pelengkap adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh peneliti. Subjek penelitian merupakan suatu unit analisis yaitu subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran peneliti. Subjek penelitian utama dalam penelitian ini adalah Dinas Kependidikan dan Kebudayaan Kabupaten Mimika, yang menangani di bagian Sekolah Dasar, dan setiap kepala sekolah yang bertugas di Sekolah Dasar Daerah Pedalaman Kabupaten Mimika Papua.

Subjek penelitian pelengkap adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai oleh peneliti untuk keperluan informasi yaitu orang-orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan yang diambil diharapkan dapat memberikan informasi yang sebanyak mungkin, sehingga data yang diambil benar-benar dapat mewakili terhadap masalah yang sedan diselidiki. Dalam penelitian ini, peneliti tidak membatasi informan atau pemberi data tentang subjek yang peneliti selidiki.

Gambar

Gambar 2: Komponen dalam analisis data interaktif model.
Tabel IV.1.1
Tabel IV. 1.2
Tabel IV.l. 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika hak guna bangunan yang bersangkutan tidak dilepaskan atau dialihkan dalam jangka waktu tersebut, maka hak itu hapus karena hukum, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain

Pembahasan tentang pelacuran di Bandung pada masa kolonial akan difokuskan pada tiga pokok persoalan utama yang akan dianalisis dalam kaitannya dengan upaya untuk

Kehadiran perpustakaan bagi suatu lembaga atau sekolah bukan sebagai pelengkap melainkan di fungsikan sebagai pusat sumber belajar ( media center ) bagi warga sekolah

Karakteritik hasil analisa SEM pati biji durian diperoleh pati memiliki granula semi bulat dengan ukuran 5,2 µm, serta hasil SEM bioplastik pati biji durian dengan

Fuente: Encuestas realizadas en el CECIB “SANTIAGO DE GUAYAQUIL” Elaborado por: Myrian Ilvis y Yessica Quinlle. De acuerdo con los resultados obtenidos podemos conocer que un

Pusat Pelatihan Meditasi Buddha di Jawa Tengah, dapat dilakukan. dengan sketsa tangan maupun dengan teknologi komputer

SHQFHPDUDQ XGDUD GL MRJMD VHPDNLQ PHPSULKDWLQNDQ 8 SDGD 6HSWHPEHU.. 'L WHQJDK NRQGLVL NULVLV OLQJNXQJDQ GLEXWXKNDQ VXDWX JHUDNDQ GDUL DNDU UXPSXW 7HULQVSLUDVL GHQJDQ

[r]