• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1 Variabel NPF -0.2947 -0.0011 -0.2958 Indirect effect > derect effect = intervening CAR sebagai variabel intervening 2 Variabel BOPO -0.0521 -0.0117 -0.0638 Indiirect effect > derect effect = intervening CAR sebagai variabel intervening

Sumber : data sekunder yang diolah,2018

Berdasarkan uraian tabel diatas, maka pengaruh tidak langsung variabel NPF (X1) terhadap ROA (Y) melalui CAR (Z) sebesar 0.0011 > pengaruh langsung variabel NPF terhadap ROA sebesar -0.2947. Dengan demikian H6 diterima. Pengaruh tidak langsung variabel BOPO (X2) terhadap ROA (Y) melalui CAR (Z) sebesar 0.0117 > pengaruh langsung variabel BOPO terhadap ROA sebesar -0.0521. Dengan demikian H7 diterima.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa pengaruh NPF dan BOPO terhadap ROA berpengaruh dengan melalui CAR. Jadi dapat disimpulkan bahwa CAR dapat memediasi hubungan antara NPF dan BOPO terhadap ROA.

C. Pembahasan

1. Pengaruh NPF terhadap ROA

Berdasarkan hasil uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) diperoleh nilai koefisien -0.294637 dengan nilai prob* 0.0007 < 0.05. Karena nilai prob* lebih kecil dari nilai signifikansi maka keputusannya H1 diterima . Artinya variabel NPF memiliki pengaruh negative signifikan terhadap ROA.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Septiani dan Putu (2016), Africano (2016) dan Rizal (2016) yang menyatakan bahwa NPF adalah rasio yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara kredit kurang lancar, diragukan dan macet dengan total kredit yang diberikan. Pengaruh negative yang ditunjukkan oleh NPF mengindikasikan bahwa semakin meningkat maka ROA akan semakin menurun dan sebaliknya jika NPF menurun akan meningkatkan tingkat pendapatan bank yang tercermin dalam rasio ROA. Hal ini terjadi karena kredit yang bermasalah tidak akan memberikan hasil. Pengaruh NPF negative signifikan terhadap ROA menunjukkan bahwa nilai NPF yang tinggi memiliki dampak yang serius pada penurunan ROA. Kondisi ini

disebabkan oleh nilai PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) yang belum dapat menutupi kredit bermasalah.

Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Simatupang dan Franzlay (2016) yang menyatakan bahwa NPF tidak memiliki pengaruh terhadap ROA yang mengindinkasikan bahwa NPF yang meningkat tidak mempengaruhi kinerja dan perubahan laba pada suatu bank.

Standar yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk rasio NPF adalah sebesar 5 %. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/29/DPbs tanggal 7 Desember 2007 peringkat NPF digambarkan jika NPF > 16 % maka tingkat pengembalian aset sangatlah rendah. Rata –rata NPF Bank Umum Syariah pada periode 2014 – 2017 adalah sebesar 6.21 %. Artinya rasio NPF berada pada peringkat pertama dimana NPF < 7%. Rasio NPF yang dimiliki oleh BUS saat ini mengindikasikan bahwa BUS memiliki kualitas pengembalian aktiva yang sangat tinggi. Hal ini sangat berpengaruh tehadap laba sebelum pajak dengan pengembalian aset yang diproksikan dengan ROA. Sehingga dapat disimpulkan jika NPF menurun sebesar 1 % maka akan meningkatkan tingkat ROA sebesar 29.4637 %.

2. Pengaruh BOPO terhadap ROA

Variabel BOPO mempunyai nilai koefisien pada signifikansi 0.05 adalah sebesar -0.052066 dengan nilai prob* 0.0034 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel BOPO secara parsial memiliki pengaruh negative signifikan terhadap ROA dan keputusan hipotesis H2 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mismiwati (2016), Harianto (2017) dan Yuhanah (2016) menyatakan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan negative terhadap ROA. Pengaruh negative yang dimiliki BOPO mengindikasikan bahwa setiap kenaikan BOPO akan menurunkan ROA dan setiap penurunan BOPO akan meningkatkan ROA. Hal ini disebabkan karena tingkat efisiensi bank dalam menjalankan operasionalnya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan yang dihasilkan oleh bank.

Penelitian ini juga bertolak belakang dengan penelitian dari Nikmah, Z (2018), Sarwindah, B (2014) yang menyatakan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa naik turunnya biaya operasional tidak mempengaruhi perubahan laba yang diukur melalui ROA pada suatu bank. Ini disebabkan karena biaya operasional yang dikeluarkan bank dapat ditutup dengan pendapatan operasional bank.

Standar rasio yang digunakan Bank Indonesia untuk mengukur BOPO adalah 83 – 90 %. Rata- rata BOPO pada BUS periode 2014 –

2016 adalah 101.21 %. Rasio ini berada pada tingkat 5 yang memiliki arti bahwa semakin tinggi tingkat BOPO maka kinerja manajemen bank tersebut kurang efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di bank yang akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan ROA. Dalam penelitian ini jika rasio BOPO menurun sebesar 1 % maka akan meningkatkan ROA sebesar 5.2066 %.

3. Pengaruh CAR terhadap ROA

Variabel CAR menunjukkan nilai koefisien sebesar 0.012915 dengan nilai prob* 0.4074 > 0.05. Maka dapat diartikan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh secara parsial terhadap ROA.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yogianta, Catur Wahyu (2013), Harianto (2017), Ummah dan Suprapto (2015) dan Hakiim dan Rafsanjani (2016) menyatakan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh terhadap ROA. CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung resiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasi bank. Tidak berpengaruhnya CAR terhadap ROA mengindikasikan bahwa peningkatan atau penurunan CAR selama periode penelitian tidak mempengaruhi kenaikan atau penurunan ROA. Hal ini berarti bahwa kinerja bank yang mempunyai permodalan relative kecil, tidak mempengaruhi ROA. Secara

teoritis peningkatan modal sendiri yang dimiliki oleh bank akan menurunkan dana sehingga perubahan laba bank akan rendah. Jika tidak diikuti dengan peningkatan ekspansi manajemen bank maka hal ini tidak membawa perubahan laba pada bank.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni dan Suardhika (2014), Simatupang dan Franzlay (2016), Fitriana (2016) yang menyatakan bahwa CAR memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap ROA. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan CAR akan meningkatkan kinerja bank yang diukur melalui ROA. Secara teoritis bank yang memiliki CAR diatas 8% sangat baik karena bank mampu menanggung resiko yang timbul.

Standar yang digunakan oleh Bank Indonesia untuk mengukur CAR adalah 8 %. Semakin tinggi rasio kecukupan modal yang dimiliki oleh bank maka akan semakin baik bank dalam menanggung resiko seperti pembiayaan bermasalah yang akan berujung pada kenaikan ROA. Rata – rata rasio CAR pada BUS periode 2014 – 2016 adalah 22.25 % sehingga dikatakan bahwa BUS memiliki kecukupan modal yang cukup baik. Namun dalam hasil penelitian ini didapati bahwa CAR tidak berpengaruh terhadap ROA sehingga dapat disimpulkan bahwa naik turunnya tingkat CAR atau besarnya kecukupan modal tidak mempengaruhi kinerja dan operasi bank yang akan berpengaruh terhadap perubahan laba atau ROA.

4. Pengaruh NPF terhadap CAR

Nilai koefisien variabel NPF sebesar -0.083746 dengan nilai prob* 0.6080 yang berarti > 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap CAR. Dengan demikian hipotesis H4 ditolak.

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Chatarine (2016), Sarwindah, B (2014) yang menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh negative tidak signifikan terhadap CAR. Hal ini mengindikasikan bahwa jika NPF meningkat maka tidak akan mempengaruhi modal dalam suatu bank secara signifikan. Pengaruh negatif yang diberikan oleh NPF adalah mengindikasikan bahwa ketika pembiayaan mengalami masalah atau macet atau diragukan maka secara teoritis akan menurunkan modal dalam suatu bank karena modal tersebut digunakan untuk menutupi resiko yang timbul termasuk dengan pembiayaan bermasalah.

Penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Choiruddin dkk (2016), Bukian dan Sudhiarta (2016), Natasia (2015) yang menyatakan bahwa NPF memiliki pengaruh yang positif signifikan terhadap CAR. Hal ini berarti bahwa ketika NPF mengalami kenaikan dengan adanya agunan yang diambil oleh bank dari debitur maka akan menambah modal bagi bank untuk peningkatan kegiatan operasionalnya.

NPF memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap CAR yang diartikan bahwa jika pembiayaan bermasalah meningkat maka modal belum tentu menurun. Hal ini dikarenakan modal dalam suatu bank dapat menutupi pembiayaan yang bermasalah.

5. Pengaruh BOPO terhadap CAR

Nilai koefisien variabel BOPO sebesar -0.091495 dengan nilai prob* 0.0346 yang berarti < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa BOPO memiliki pengaruh yang negtaif signifikan terhadap CAR.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari, Chaterine (2016) yang mengemukakan bahwa BOPO memiliki pengaruh negative signifikan terhadap CAR. Biaya operasional yang di keluarkan oleh bank lebih besar dari pendapatan operasional yang di terima bank sehingga modal bank akan menjadi turun, karena bank harus menutupi biaya operasional yang dikeluarkan. Secara teoritis permodalan suatu bank akan menurun jika pendapatan operasional suatu bank tidak mampu menutupi biaya operasionalnya.

Penelitian ini berbeda dengan Sarwindah (2014), Putri, Fani Awaliya (2016) yang menyatakan bahwa BOPO tidak memiliki pengaruh terhadap CAR. Rasio BOPO yang tinggi dapat mengurangi modal yang dimiliki oleh bank karena bank harus menutupi biaya- biaya operasional bank yang berlebih. Hal ini bisa saja karena bank tidak mampu mengendalikan biaya operasionalnya sehingga akan memakan pendapatan

operasional dan keuntungan yang dimiliki. Sebelum menyentuh modal, bank akan menjual aset asetnya. Ketika terdapat kelebihan dari penjualan aset yang merupakan pendapatan non- operasional ini, kelebihan akan dimasukkan dalam modal agar bisa digunakan kembali untuk membeli aset bank.

BOPO memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap CAR sehingga dapat diartikan jika rasio BOPO meningkat akan menurunkan rasio CAR dalam suatu bank dan sebaliknya jika biaya operasional menurun dan pendapatan operasionalnya mampu menutupi maka CAR dalam suatu bank akan tetap terjaga. Jika rasio BOPO menurun sebesar 1 % maka akan meningkatkan ROA sebesar 9.1495 %.

6. Pengaruh NPF terhadap ROA dengan CAR sebagai Variabel Intervening

CAR dalam model penelitian ini mampu memediasi hubungan antara pengaruh NPF terhadap ROA pada BUS periode 2014-2017. Hal ini disebabkan karena nilai koefisien pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung. Selain itu, hal ini disebabkan ketika Kewajiban Penyediaan Modal Minimum berada pada taraf 8 % atau lebih, modal suatu bank mampu mempengaruhi pembiayaan yang bermasalah dalam bank. Pembiayaan yang bermasalah dapat ditutupi oleh modal bank ketika berada pada nilai 8% atau lebih sehingga pendapatan yang didapatkan dari pembiayaan dapat tertutup oleh modal bank yang tersedia sehingga kinerja

operasional bank dapat terjaga dan perolehan laba dapat meningkat. Semakin kecil ROA maka pembiayaan yang disalurkan akan semakin kecil atau rendah, sehingga modal bank dalam menjadi faktor penentu agar pembiayaan bermasalah dapat tertutupi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Africano (2016), Septiani dan Putu (2016), CAR dapat memediasi pengaruh NPF terhadap ROA. Namun berbeda dengan Choerudin, dkk (2016) yang menyatakan bahwa CAR belum mampu memediasi pengaruh antara NPF terhadap ROA.

7. Pengaruh BOPO terhadap ROA dengan CAR sebagai Variabel Intervening

Modal dalam suatu bank dapat dijadikan cadangan ketika biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank tidak dapat tertutupi oleh pendapatan operasional bank. Semakin tinggi rasio BOPO maka akan mempengaruhi rasio ROA yang semakin menurun. Ketika ROA menurun maka, kinerja bank dalam memperoleh laba tidak cukup baik dan itu akan mengakibatkan pendapatan operasional suatu bank menurun sehingga tidak menutupi biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank. Dalam penelitian ini CAR dapat menjadi mediasi antara pengaruh BOPO terhadap ROA dikarenakan nilai pengaruh tidak langsung > pengaruh langsung. Selain itu, ketika KPMM suatu bank berada pada batas yang disesuaikan oleh BI sebesar 8%, tidak mempengaruhi adanya perolehan

laba pada suatu bank. Tetapi ketika rasio BOPO meningkat, modal bank dapat menutupi biaya operasional sehingga laba suatu bank dapat terjaga.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarwindah, Boby (2014) menyatakan bahwa BOPO mempengaruhi ROA dengan dimediasi oleh CAR. Meskipun BOPO tidak berpengaruh terhadap CAR namun CAR mampu memediasi pengaruh BOPO terhadap ROA.

Tabel 4.19

Hasil Keputusan Hipotesis

No. Hipotesis Kesimpulan

1. Non Performing Financing memiliki pengaruh negative signifikan terhadap Return on Asset

Diterima 2. Efficiency Operational memiliki pengaruh negative

signifikan terhadap Return on Asset

Diterima 3. Caiptal Adequacy Ratio memiliki pengaruh positif signifikan

terhadap Return on Asset

Ditolak 4. Non Performing Financing memiliki pengaruh negative

signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

Ditolak 5. Efficiency Operational memiliki pengaruh negative

signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio

Diterima 6. Non Performing Financing memiliki pengaruh signifikan

terhadap Return on Asset melalui Capital Adequacy Ratio

Diterima 7. Efficiency Operational memiliki pengaruh signifikan

terhadap Return on Asset melalui Capital Adequacy Ratio

95

BAB V PENUTUP

Pada bagian ini,penulis akan memberikan kesimpulan yang sesuai dengan pembahasan sebelumnya serta saran untuk menjadikan masukan bagi penelitian sebelumnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif signifikan

terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini berarti bahwa semakin menurun tingkat rasio Non Performing Financing (NPF) maka akan meningkatkan

Return On Asset (ROA) namun sebaliknya jika rasio Non Performing Financing (NPF) semakin meningkat maka akan menurunkan Return On Asset (ROA).

2. Variabel Efficiency Operatonal (BOPO) memiliki pengaruh yang negatif signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini mengindikasikan bahwa pengaruh BOPO yang semakin meningkat akan menurunkan ROA namun sebaliknya jika rasio BOPO semakin rendah atau menurun akan meningkatkan ROA.

3. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap Return On Asset (ROA). Hal ini mempunyai arti jika

rasio CAR lebih besar tidak secara langsung akan mempengaruhi Retun On Asset (ROA) dengan kata lain bahwa besar kecilnya modal dalam bank tidak mempengaruhi penurunan atau peningkatan dalam ROA.

4. Variabel Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hal ini berarti bahwa semakin rendah atau semakin tinggi rasio NPF tidak mempengaruhi nilai modal yang dimiliki bank.

5. Variabel Efficiency Ratio (BOPO) memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR). Hal ini berarti bahwa semakin besar rasio BOPO maka akan menurunkan CAR dan sebaliknya jika rasio BOPO meningkat maka akan menurunkan CAR.

6. Pengaruh variabel Non Performing Financing (NPF) terhadap Return On Asset (ROA) dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai variabel

intervening dalam meningkatkan ROA dipilih jalur tidak langsung dimana melalui intervening yaitu CAR.

7. Pengaruh variabel BOPO terhadap ROA dengan CAR sebagai variabel intervening dalam meningkatkan ROA dipilih jalur tidak langsung yaitu melalui CAR.

Dokumen terkait