• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. HASIL KAJIAN

4. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 1. Kesimpulan

Dari bahasan di atas dapat disimpulkan :

1. Alsintan memiliki keunggulan secara teknis maupun ekonomis. Prasyarat pengembangan mekanisasi pertanian antara lain adalah adanya fasilitas penyediaan alsintan, konsolidasi lahan pertanian, dan kemudahan akses perbankan. Dalam pelaksanaan PPM, konsolidasi lahan adalah hal yang sangat sulit mengingat galengan masih digunakan sebagai penahan air dan batas kepemilikan. Namun hal tersebut bisa diatasi dengan memperkecil galengan atau meratakan galengan sementara untuk jalan alsin pada saat kegiatan yang menggunakan alsin. Umumnya untuk fasilitas penyediaan alsintan ini dapat melalui bantuan dari pemerintah pusat/daerah, dan optimalisasi kinerja UPJA (Usaha Pelayanan Jasa Alsintan).

84 2. Pengembangan usahatani padi melalui penerapan penggunaan alat dan mesin pertanian menyebabkan terjadi efisiensi waktu, biaya tenaga kerja, percepatan IP, kualitas kerja dan produk meningkat, minat tenaga kerja muda disektor pertanian meningkat, terjadinya efisiensi biaya, dan penggunaan benih berkualitas dengan jumlah benih yang berkurang. Selain penggunaan alat dan mesin pertanian, dalam suatu hamparan, pengelolaan usahatani dilakukan secara terpadu untuk memudahkan pengelolaan tanaman, meningkatkan efisisensi biaya produksi, meningkatkan posisi tawar kelompok, meningkatkan harga output, dan meningkatkan nilai tambah petani (dengan system penjualan dengan di timbang yang terukur). Namun pengelolaan usahatani terpadu belum sepenuhnya dilaksanakan di lokasi PPM, saat ini baru pada kegiatan olah tanah dan tanam.

3. Pengelolaan usaha alsintan sudah relatif baik, tetapi masih perlu dikembangkan secara profesional dengan memperluas jaringan kerja, seperti pengelolaan UPJA di Kabupaten Cilacap, sehingga pemanfaatan alsin lebih efisien. Pengelolaan alsintan oleh UPJA di lokasi PPM telah dilakukan secara profesional, dimana biaya untuk operasional alsintan selalu diupayakan bersumber dari hasil alsintan itu sendiri dan diupayakan tidak bersumber dari kas UPJA. Hampir setiap bulan UPJA berkumpul diantara anggota untuk membahas berbagai persoalan yang ada baik yang menyangkut kegiatan pengelolaan alsintan, kegiatan usahatani dan kegiatan lainnya terkait UPJA. Namun masih ada UPJA di lokasi contoh yang belum menentukan aturan main dari penyewaan alsin, terutama alsin yang baru dimiliki (bantuan Pemerintah).

4. Beberapa kegiatan PPM merupakan adopsi inovasi baru, kegiatan tersebut antara lain adalah : sistem persemaian dengan menggunakan transplanter yang memerlukan keahlian yang cukup memadai atau berbeda dengan sistem persemaian tapin (tanam pindah). Adopsi inovasi penggunaan varietas unggul dan efisiensi penggunaan benih padi menjadi sangat ideal jika menggunakan transplanter. Namun penggunaan transplanter pada saat MH sering terkendala oleh kedalaman lumpur sawah, sehingga dibutuhkan modifikasi sesuai dengan kondisi wilayah. Disamping itu, untuk jasa tanam masih

85 bersaing dengan kelompok tanam manual, dimana pada kondisi saat ini masih mengharapkan lapangan pekerjaan untuk kegiatan tanam tersebut. Keserempakan dalam olah tanah dan tanam menjadi faktor kunci dalam PPM. Jika biasanya petani bebas dalam menyelesaikan pengolahan lahannya dan tanam, maka dalam PPM seluruh proses tersebut ditargetkan selesai dalam seminggu. Hal ini merupakan tantangan bagi aparat dinas, tim teknis, dan penyuluh untuk mengubah perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) agar introduksi inovasi PPM secara keseluruhan dapat diterima dan diadopsi oleh petani.

5. Dalam pelaksanaan PPM hingga musim berikutnya belum ada introduksi kelembagaan terkait pemasaran hasil. Belum ada kegiatan pemasaran bersama, baik yang dikelola oleh poktan maupun gapoktan. Pedagang hasil bumi, merupakan pelaku yang berperan dalam pembelian gabah milik petani. Pedagang ini menjalin kerjasama dengan beberapa pengusaha penggilingan. Harga yang ditawarkan oleh pedagang ini untuk petani setempat sedikit di atas harga pasar. Selain itu, hasil panen dijual kepada tengkulak yang datang ke rumah-rumah.

6. Penyediaan sarana produksi saat ini masih disediakan melalui Paket Optimasi Lahan pada PPM. Paket tersebut nampaknya sama baik dalam jenis, jumlah, dan nilainya pada ketiga lokasi PPM. Hal itu berarti penyediaan paket tersebut tidak didasarkan pada kondisi spesifik lokasi tanah (berdasarkan uji kandungan unsur hara tanah). Namun sebagian petani menyatakan bahwa akses untuk memperoleh sarana produksi mudah didapat asal tersedia modal. Selain sarana produksi, ketersediaan air/sarana irigasi pada lokasi PPM juga perlu diperhatikan karena hal ini diperlukan dalam percepatan tanam.

7. Permasalahan yang dihadapi pada saat ini terkait implementasi program pertanian modern tersebut adalah: (1) Masih terdapat kekurangan beberapa alsintan seperti: traktor roda 4, transplanter dan combine harvester, (2) keterbatasan tray/nampan untuk pembibitan, (3) Masih terbatasnya sarana pendukung seperti gudang alsintan dan perbengkelan, (4) keterbatasan RMU yang ada di lokasi percontohan, dan (5) Terbatasnya sarana untuk

86 menyimpan gabah yang dihasilkan, sehingga dibutuhkan gudang penyimpanan gabah hasil panen.

4.2. Implikasi Kebijakan

Untuk mempercepat penerapan pertanian modern yang berkelanjutan beberapa implikasi kebijakan yang perlu diperhatikan, diantaranya adalah:

1. Perlu persiapan waktu untuk mensosialisasikan pertanian modern kepada masyarakat dan stakeholder terkait dan menciptakan komitmen bersama untuk implementasi pertanian modern tersebut. Hal ini terutama yang menyangkut perubahan sikap dan keyakinan untuk menerima/adopsi inovasi seperti pertanian modern memerlukan waktu, ketekunan dan kegigihan bahkan perlu domentrasi plot (dempot) atau demfarm sehingga petani menjadi sadar, yakin, berkeinginan dan meniru atau adopsi inovasi tersebut.

2. Perlunya roadmap kecil (specific road map) untuk pertanian modern, sehingga bisa menerapkan langkah dan prioritas, seperti pilihannya pada apakah pertanian modern ini akan diterapkan secara sempurna menurut siklus usahatani padi mulai dari pengolahan tanah sampai dengan panen dan pemasaran atau akan diterapkan secara bertahan tetapi sempurna, misalnya pengolahan tanah dan tanam saja, dilanjtukan dengan pemeliharaan teritegrasi dan dilanjutkan dengan tahapan panen, pascapanen dan pemasaran.

3. Perlu adanya program pendamping, sesuai dengan konsep pertanian modern dimana kelebihan tenaga kerja akan diserap oleh sektor non pertanian. Semua pilihan tahapan memiliki prasyarat yakni kelengkapan penerapan konsep dan sarana alsintan yang memadai. Yang dimaksud implementasi kelengkapan konsep adalah pembukaan kesempatan kerja sektor non pertanian yang terkait dengan pertanian atau tidak terkait harus secara in line dalam waktu yang sama dengan penerapan pertanian modern itu sendiri, karena ketika pertanian modern di implementasikan, maka akan terjadi kelebihan tenaga kerja dari pertanian yang harus difasilitasi jenis pekerjaannya.

4. Terkait dengan fasilitasi alsintan, baik pada pertanian modern atau program lain seperti UPSUS, maka hendaknya pemerintah mengeluarkan kebijakan yang ditujukan untuk para produsen alsintan. Alsintan yang diproduksi masal harus

87 sudah melalui kajian atau lolos uji sehingga menjadi layak pakai oleh masyarakat. Disamping itu kesiapan melempar ke pasaran umum harus di uji tingkat kesiapannya termasuk didalamnya adalah: kesediaan spare-part, layanan purna jual, dll. Saat ini hampir sebagian besar alsintan yang ada belum layak pakai atau tidak lolos uji dan tidak siap pelayanan purna jualnya.

5. Dari pengalaman, ada permasalahan pada satu lokasi pertanian modern tetapi tidak merupakan masalah pada lokasi lain, misalnya di kabupaten Sukoharjo keterbatasan jumlah tray menjadi masalah persemaian, sedangkan di Soppeng dan Cilacap hal ini tidak menjadi masalah karena ada metoda lain. Berdasarkan keadaan tersebut, perlu dibangun system pengembangan SDM, seperti pusat-pusat pelatihan yang tumbuh dari kelompok lintas daerah sebagai ajang studi banding yang difasilitasi oleh pemeritah.

6. Karena permasalahan yang terkait dengan alam sebagai resources endownment, maka penerapan pertanian modern tentu tidak dengan serta merta dapat dilaksanakan dengan mudah pada seluruh wilayah persawahan, karena terkait dengan kedalam lumpur sawah, topografi, keadaan sosial dll, sehingga perlu ada kajian yang berlanjut untuk penggambaran (mendelineasi) daerah mana saja yang layak untuk dikembangkan sebagai pertanian modern, semi modern dan konvensional.

7. Perlu adanya jaminan ketersediaan sarana produksi seperti : pupuk, pestisida, air irigasi dan membentuk kelembagaan pasar dengan cara memperkuat gapoktan atau koperasi tani.