• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN REKOMENDAS

Dalam dokumen Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM (Halaman 59-65)

4. 1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil survei maka dapat disimpulkan hal-hal berikut . a. Karakt erist ik responden RTS BLT adalah sebagian besar bekerj a dalam

kat egori lain-lain karena mereka t idak memiliki pekerj aan t et ap, at au berwiraswast a sepert i berdagang di pasar, kaki lima, dan lainnya adalah buruh harian dan pensiunan. RTS BLT sebagian besar memiliki t anggungan keluarga kurang dari 5 orang.

b. Kesesuaian dengan krit eria kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS menunj ukkan indikasi ada beberapa ket idaksesuaian. Kesesuaian t ercermin dari penghasilan yang sebagian besar di bawah Rp 600. 000, 00, namun bila dilihat dari kondisi f isik, maka sebanyak 89, 17 persen responden menyat akan mengkonsumsi daging at au t elor at au ikan at au ayam kurang dari 2 kali dalam sat u bulan dan 10, 83 persen menyat akan mengkonsumsi 3 – 5 kali dalam sat u bulan. Sebanyak 53, 33 persen responden menyat akan memiliki j amban di dalam rumah (art inya memiliki j amban sendiri, dan bukan WC umum), 62, 71 persen memiliki t elevisi, dan 89, 17 persen menyat akan memiliki list rik. Ket idakt epat an krit eria RTS BLT ant ara yang dist andarkan oleh BPS dengan kondisi di lapangan, mengindikasikan dua hal. Yang pert ama adalah memang t erj adi penyimpangan at au ket idakt epat an sasaran sesuai dengan krit eria kemiskinan BPS, dan at au yang kedua adalah krit eria miskin it u sendiri yang perlu dipert imbangkan ulang.

c. Pada t ahap verif ikasi dat a aparat RT, RW, dan Lurah merasa kurang dilibat kan. Tingkat part isipasi aparat pemerint ah masih relat if rendah baik dari proses awal sampai ke pencairan. Sebagian besar ident it as RTS BLT sama dengan dat a yang ada, sehingga kondisi ini t idak

menimbulkan masalah mendasar dalam pencairan BLT. Pencairan BLT di Kot a Semarang pun berj alan dengan lancar, keluhan muncul pada ant rean yang t erlalu panj ang, j umlah pet ugas di set iap kant or pos yang t erlalu sedikit , dan t idak adanya pelayanan keliling unt uk warga yang memiliki hambat an khusus.

d. Sebanyak 17. 245 RTS di Kot a Semarang t idak memiliki KTP Semarang. Tidak adanya KTP set empat dapat menimbulkan celah unt uk penerimaan BLT ganda apabila yang bersangkut an memint a ulang ke kot a asal.

e. Masalah ket idakt epat an sasaran t idak t erlalu t inggi di Kot a Semarang dan lebih dikarenakan bert ambahnya warga miskin dan bukan karena beberapa warga miskin t elah menj adi lebih sej aht era. Apabila t erj adi ket idakt epat an sasaran karena pemegang kart u meninggal, maka kart u diberikan kepada ist rinya, namun apabila t idak t erdapat lagi keluarga, maka akan dialihkan ke RTS lain dengan dimusyawarahkan t erlebih dahulu di RT at au kelurahan.

f . Ket idapuasan masyarakat hanya disampaikan dalam bent uk keluhan dan pengaduan kepada ket ua RT, karena t idak ada sosialisasi yang j elas mengenai mekanisme dan posko pengaduan.

g. Sebanyak 61, 34 persen responden memandang bahwa BLT ini mampu mengurangi beban pengeluaran, namun 87, 50 persen menyat akan bahwa mereka t idak mengalami peningkat an daya beli set elah menerima BLT. Sebanyak 53, 50 persen responden menyat akan uang BLT yang dit erima langsung habis dikonsumsi saat it u j uga, sisanya pada kisaran 1 minggu sampai sat u bulan. Meskipun BLT dipandang belum mampu meningkat kan daya beli masyarakat , namun 42, 50 persen responden RTS BLT t et ap menghendaki BLT diberikan dan t idak digant i

h. Priorit as t ert inggi dari penggunaan BLT adalah unt uk konsumsi (77, 5 persen), membayar keperluan anak sekolah (16, 67 persen), disimpan (2, 5 persen) dan membayar ut ang (1, 67 persen), sedangkan penggunaan unt uk biaya berobat sebesar 0, 83 persen dan modal usaha sebesar 0, 83 persen. Responden yang menggunakan BLT unt uk konsumsi, mempriorit askan pembelian beras dan sembako (92, 59 persen), kemudian diikut i dengan pembelian sandang dan bahan bakar.

i. Bila ukuran ef ekt ivit as yang digunakan adalah ukuran yang dikeluarkan oleh Menko Kesej aht eraan Rakyat , dimana ef ekt ivit as diukur dari pengurangan beban hidup, maka BLT t elah mampu mengurangi beban hidup RTS BLT. Namun bila t olok ukur ini dipert anyakan lebih dalam mengenai seberapa besar pengurangannya dan seberapa lama kesinambungannya, maka dat a-dat a di at as t ampaknya belum menunj ukkan ef ekt ivit as pemberian BLT berlangsung opt imal.

4. 2. REKOMENDASI

Berdasarkan kesimpulan yang ada maka beberapa rekomendasi yang bisa disampaikan adalah sebagai berikut .

a. Pembenahan penyaluran BLT di masa yang akan dat ang dapat dimulai dari adanya krit eria kemiskinan yang lebih t epat . Ket ika krit eria kemiskinan t elah dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang sesungguhnya, karena beberapa indikat or sepert i kepemilikan list rik, TV, dan j amban keluarga, t ampaknya sudah t idak dapat menj adi ukuran kesej aht eraan suat u keluarga. Unt uk it u pemerint ah dalam hal ini BPS perlu memikirkan penent uan krit eria yang lebih sesuai unt uk di lapangan, at au dapat dengan alt ernat if menggunakan 14 krit eria yang sama namun dilakukan pembobot an sehingga j ust if ikasi pet ugas di lapangan akan lebih obyekt if .

b. Perlu dilakukan pelibat an RT/ RW/ Lurah baik dalam proses pendat aan maupun verif ikasi secara lebih banyak. Hal ini dimaksudkan unt uk mengurangi bias sasaran, karena bagaimana pun ket ua RT/ RW/ Lurah, merupakan orang yang relat if lebih t ahu kondisi warganya. Unt uk mendorong t ingkat part isipasi yang lebih t inggi maka, perlu adanya insent if bagi aparat kelurahan/ desa dalam bent uk biaya operasional. c. Unt uk mengat asi celah kemungkinan penerimaan BLT secara ganda

(akibat t idak t erlalu diperlukannya KTP di lapangan), maka perlu dibuat sist em yang lebih t egas mengenai KTP. Salah sat u hal yang mungkin bisa dilakukan adalah dengan menggunakan PIN, soci al secur i t y number nasional.

d. Pemerint ah sebaiknya t idak lagi mendasarkan diri pada anggaran unt uk pembagian BLT karena akan mengakibat kan perlakuan yang t idak sama (i nequal i t y t r eat ment ) t erhadap masyarakat miskin. Pemberian dana BLT sebaiknya diperunt ukkan unt uk semua masyarakat miskin, dan t idak didasarkan pada kuot a. Sehingga implikasinya adalah penent uan anggaran harus didasarkan pada dat a kemiskinan, dan bukan j umlah penerima menyesuaikan dengan anggaran yang ada.

e. Ket idakpuasan yang muncul dari RT/ RW/ Lurah sebenarnya lebih disebabkan karena bert ambahnya beban t ugas mereka baik secara f isik maupun psikis karena harus menampung berbagai keluhan yang mungkin t idak dapat diselesaikan oleh mereka sendiri. Unt uk it u prosedur pengaduan dan adanya posko pengaduan merupakan hal yang pent ing unt uk dipikirkan karena adanya mekanisme pengaduan yang j elas akan memberikan rasa nyaman bagi masyarakat dan dapat mengurangi beban yang harus dit anggung oleh ket ua RT/ RW/ Lurah. Posko pengaduan sebaikya ada di t ingkat kelurahan sehingga memudahkan masyarakat

ef ekt ivit as yang berupa pengurangan beban pengeluaran masyarakat , kemungkinan besar t ercapai karena subsidi akan langsung digunakan unt uk mendukung pengeluaran yang ada. Hal yang lebih pent ing dalam persepsi masyarakat mengenai peningkat an daya beli adalah adanya kont inuit as kemampuan beli. Dat a di masyarakat menunj ukkan BLT hanya memiliki dampak yang sangat pendek. Sehingga hal yang perlu dipikirkan adalah panj ang dampak yang dit imbulkan dan disert ai skema program lain yang t uj uannya adalah mengembangkan kemampuan produkt if (empower i ng) masyarakat . Program empower i ng dapat mengacu pada program yang t elah dikeluarkan oleh pemerint ah yait u PNPM dan KUR. Kedua program ini sebaiknya dilakukan secara sinergis dengan program BLT.

BIBLIOGRAFI

______________ (2005), Sist em Inf ormasi Geograf is Kemiskinan Indonesia Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (2006), Konsep Hasi l

Pemer i ksaan At as Pr ogr am Subsi di Tunai Langsung (SLT) pada BPS Pr ovi nsi Jawa Bar at , PT. Pos Indonesi a dan Inst ansi Ter kai t di Bandung.

Depart emen Sosial RI (2008), Pet unj uk Tekni s Penyal ur an BLT Unt uk Rumah Tangga Sasar an

Hast ut i et . al, (2006), Kaj i an Cepat Pel aksanaan Subsi di Tunai Langsung Tahun 2005 di Indonesi a: St udi Kasus di Li ma Kabupat en/ Kot a, Lembaga Penelit ian Smeru, Januari

Dalam dokumen Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM (Halaman 59-65)

Dokumen terkait