• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 4 PROSEDUR PENDISTRIBUSIAN BLT

Dalam dokumen Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM (Halaman 33-41)

Prosedur pendist ribusian BLT merupakan kesepakat an bersama ant ara badan-badan yang t erlibat dalam pencairan BLT.

Data RTS 2005/ 2006 (BPS) Data update 1.023 kec (PKH) Pengiriman data ke Posindo Pencetakan kartu BLT oleh Posindo Penyediaan dana BLT oleh Depsos Pengiriman kartu BLT ke kantor pos seluruh Indonesia

Pengecekan kelayakan dafta RTS di tingkat desa/kelurahan

Pembagian kartu BLT kepada RTS oleh petugas Pos dibantu aparat

desa/kelurahan

Updating awal data base RTS oleh BPS - hasil verifikasi pembagian kartu

Updating lapangan, verifikasi dan evaluasi RTS oleh petugas BPS dan mitra, serentak di

seluruh Indonesia

Hasil akhir data base RTS - 2008 Kantor pos BRI Pencairan BLT oleh RTS di kantor pos Ketentuan:

 membatalkan/menahan kartu bagi RTS yang pindah, meninggal (tanpa ahli waris), tidak berhak (inclussion error)

 kartu yang dibatalkan boleh diberikan kepada rumah tangga yang berhak/layak (exclussion error), tidak melebihi dari yang dibatalkan

 rumah tangga pengganti harus sama atau lebih miskin dari rumah tangga yang dinyatakan layak

 jumlah kuota kartu per desa/ kelurahan harus tetap atau berkurang

 daftar RTS yang dibatal dan penambahan RTS baru, harus dilegalisir oleh Kades/lurah

Sumber : Badan pusat St at ist ik

Gambar 3. 1. Skema Penyaluran BLT kepada RTS

Berdasarkan dat a mekanisme pembagian BLT yang dikeluarkan oleh BPS, maka t erlihat j elas bahwa pencairan BLT 2008, t idak dimulai dengan pendat aan RTS baru, namun masih menggunakan dat a lama, yang kemudian diverif ikasi pada masing-masing daerah. Secara prosedur, verif ikasi t ersebut dilakukan oelh pet ugas BPS dengan didampingi oleh RT/ RW set empat , yang dipandang lebih t ahu masalah dan kondisi masyarakat sebenarnya. Set elah dilakukan verif ikasi maka dat a dikirim ke

t ingkat desa/ kelurahan, dan dilanj ut kan denagn pembagian kart u BLT. Proses diakhiri dengan pencairan BLT oleh RTS di kant or pos. Secara sist emat is prosedur pencairan BLT t ert era dalam skema berikut ini.

3. 4. 1. Part isipasi Aparat dalam Hal Teknis

Hal yang paling sering dikeluhkan dalam proses pencairan BLT 2008 ini adalah kurang dilibat kannya aparat RT, RW, dan Lurah. Bila dit elusur dari proses awal, 76, 67 persen responden aparat menyat akan bahwa mereka menget ahui at au mendengar ket ika dilakukan sosialisasi pendat aan. Namun 53, 33 persen menyat akan bahwa aparat t idak dilibat kan dalam penent uan t arget . Hal ini dapat dimengert i karena pecairan BLT 2008 ini menggunakan dat a kemiskinan yang disusun di t ahun 2005, sehingga besar kemungkinan ket ua RT t idak t erlibat dalam penent uan t arget . Ket idakt erlibat an ini bisa disebabkan karena ket ua RT pada t ahun 2005 belum menj abat , at au proses verif ikasi dat a 2005, yang dilaksankan secara cepat dan belum mengena seluruh kecamat an di Kot a Semarang2

Tabel 3. 7. Sosialisasi, Penent uan Target dan Koordinasi

, sehingga t idak memungkinkan pelibat an ket ua RT secara baik. Separuh dari responden menyat akan bahwa ada koordinasi pet ugas di lapangan, namun separuhnya menyat akan t idak. Kondisi ini belum menunj ukkan kondisi yang opt imal, karena t ingkat part isipasi aparat pemerint ah masih relat if rendah baik dari proses awal sampai ke pencairan.

Krit eria Jawaban Frekuensi %

Adanya sosialisasi pendat aan Ya 23 76, 67

Tidak 7 23, 33

Pelibat an aparat dalam penent uan t arget Ya 14 46, 67 Tidak 16 53, 33 Adanya koordi nasi pet ugas di lapangan Ya 15 50, 00 Tidak 15 50, 00 Sumber : dat a survei

2

Proses verif ikasi yang dapat dilakukan adalah melihat apakah t erdapat perubahan dat a masyarakat dengan kat egori miskin ant ara t ahun 2005 dan 2008. Ket ua RT dan pet ugas melakukan verif ikasi di lapangan dan hasil verif ikasi diaj ukan melalui kelurahan. Dat a-dat a yang memerlukan verif ikasi diput uskan dalam rapat RT, RW, LMK dan t okoh masyarakat . Di lapangan t erj adi beberapa modif ikasi pengambilan keput usan. Misalnya RTS BLT t elah meninggal, maka dialihkan langsung ke ist rinya, namun apabila t idak memiliki keluarga maka akan diserahkan kembali ke RT unt uk diput uskan dan dbawa ke kelurahan.

Dalam proses ini t erlihat peran RT/ RW sangat besar dalam pengambilan keput usan verif ikasi. Dalam wawancara mendalam t erlihat bahwa proses verif ikasi t idak opt imal karena rapat verif ikasi ant ara RT, RW, kader PKK, t okoh masyarakat dan LPMK cenderung dilakukan secara mendadak, dan di beberapa kelurahan dominasi pet ugas BPS lebih kuat , sedangkan kelurahan hanya mendampingi saj a. Rapat yang mendadak, dan j angka wakt u verif ikasi yang sempit menyebabkan pet ugas dan ket ua RT t idak dapat menimbang ulang kondisi warga, apakah t erj adi perubahan at au t idak. Dominasi pet ugas BPS yang kurang melibat kan ket ua RT, j uga menimbulkan masalah salah sasaran.

3. 4. 2. Pelayanan Pencairan BLT di Lapangan

Set elah t ahap pendat aan maka proses berikut nya adalah pencairan BLT. Proses pencairan BLT ini dapat menimbulkan masalah apabila t erdapat ket idakcocokan ident it as RTS BLT, adanya kasus penundaan pendist ribusian kart u BLT, t idak dilakukannya sosialisasi j adwal sehingga membingungkan warga, sedikit nya loket pencarian BLT, dan ket idakat if an

Tabel 3. 8. Proses Pelayanan Pencairan BLT di Lapangan

Krit eria Jawaban Penerima Aparat

Frek % Frek %

Adanya ket idakcocokan

ident it as penerima dengan dat a yang t er cant um

Ya 2 1, 67 5 16, 67

Tidak 118 98, 33 25 83, 33

Adanya kasus penundaan pendist ribusian kart u BLT

Ya 11 9, 17 6 20, 00

Tidak 109 90, 83 24 80, 00

Pelaksanaan sosialisasi j adwal Ya 111 92, 50 25 83, 33

Tidak 9 7, 50 5 16, 67

Loket pencairan yang mencukupi pelayanan

Ya 80 66, 67 6 20, 00

Tidak 40 33, 33 24 80, 00

Keakt if an aparat dalam menyerahkan BLT ke rumah warga

Ya 4 3, 33 1 3, 33

Tidak 116 96, 67 29 96, 67

Sumber : dat a survei

Dari hasil survei t erlihat bahwa sebagian besar ident it as RTS BLT sama dengan dat a yang ada, sehingga kondisi ini t idak menimbulkan masalah mendasar dalam pencairan BLT. Berdasarkan wawancara mendalam t erlihat bahwa sangat sedikit t erj adi ket idakcocokan nama (hanya sekit ar 2- 10 persen). Dari ket idakcocokan yang sedikit t adi, verif ikasi dilakukan dengan kesepakat an di t ingkat RT, sehingga BLT unt uk warga yang t ernyat a meninggal bisa langsung dialihkan ke warga lain yang kurang mampu. Ket idakcocokan lain selain karena warga t elah meninggal t erlihat di salah sat u kelurahan yang sebagian besar warganya (90 persen) bekerj a di pabrik. Ket ika pabrik t ut up maka t erj adi pengangguran dan menyebabkan meningkat nya kemiskinan. Perubahan dat a j uga disebabkan karena dampak PHK, pekerj a musiman mencipt akan buruh yang bet ul-bet ul miskin, dan bergesernya penerima yang pada t ahun 2005 masuk kat egori miskin, namun pada 2008 t elah keluar dari garis kemiskinan.

Di Kot a Semarang, kurang lebih 90 persen responden RTS BLT dan 80 persen responden aparat menyat akan bahwa t idak t erdapat kasus penundaan pendist ribusian kart u BLT, dan j adwal pencairan BLT pun disosialisasikan secara baik. Sekit ar 66, 67 persen RTS BLT menyat akan bahwa loket pencairan BLT sudah memadai, namun 96, 67 persen

responden RTS BLT menyat akan bahwa upaya aparat unt uk melakukan ‘ j emput bola’ masih sangat kurang. Hal ini mengakibat kan beberapa kasus warga yang sakit at au cacat mengalami kesulit an ket ika harus mencairkan BLT. Kondisi ini bert ent angan dengan himbauan Wakil Wali Kot a Mahf udz

Ali

menj adi l eadi ng sect or penyaluran BLT seharusnya melakukan j emput bola. Para pet ugas sebaiknya menyerahkan BLT ke rumah warga, yang kesulit an unt uk dat ang sendiri ke kant or pos, baik karena sakit berat at au t ua rent a. Namun t ernyat a himbaun ini t idak mudah dilaksanakan karena ket erbat asan pet ugas.

Tabel 3. 9. Informasi Keluarga Miskin di 10 Kecamat an

Kecamat an Tahun 2005 Tahun 2008 Kel. Miskin di RT Penerima di RT Ket idak

cocokan Kel. Miskin

Di RT Penerima di RT Ket idak cocokan Pedur ungan 40 35 0 50 34 1 Genuk 65 41 2 68 40 2 Banyumanik 40 35 0 57 30 0 Gunungpat i 52 61 0 50 55 0 Ngaliyan 58 25 10 55 17 0 Semarang Barat 48 36 0 48 34 0 Tembalang 55 21 0 55 19 0 Gayamsari 81 42 0 81 41 0 Semarang Timur 31 15 0 33 15 0 Semarang ut ara 30 14 0 39 22 0

Sumber : dat a survei

Dalam wawancara mendalam, ket idakcocokan nama ant ara RTS BLT dan KTP biasanya diat asi dengan menggunakan DPP5. Apabila dalam kart u BLT t erj adi salah ket ik nama, maka konf irmasi dilakukan melalui KTP dan DPP5, kemudian dit andat angani lurah dan dibawa ke kant or pos.

1 ket ua RT menyat akan di wilayahnya t erdapat 26 – 50 persen kart u BLT yang dibat alkan, sedangkan yang lainnya menyat akan t idak ada pembat alan.

Tabel 3. 10. Pembat alan Kart u BLT

Kr it e r ia Ja w a ba n Fr e k %

Pem bat alan Kart u BLT

0 % 21 70,00

< 25% 8 26,67

26% - 50% 1 3,33

Sumber : dat a survei

Meskipun dalam wawancara mendalam t erlihat bahwa t idak t erdapat masalah yang berart i dalam pencairan dana BLT karena adanya penj adwalan yang baik, namun sebagian besar responden (71, 67 persen responden RTS BLT dan 40 persen responden aparat ) memandang bahwa ant rean yang t erlalu panj ang selama pencairan dana merupakan f akt or ut ama yang dipandang menghambat penyaluran BLT. Ant rean yang t erlalu panj ang ini menyebabkan beberapa orang yang mengant re sempat pingsan. Hal ini j uga mengindikasikan bahwa perlu dipikirkan masalah f asilit as pendukung selain penyediaan loket , sepert i misalnya t empat duduk at au sist em ant rean yang lebih t erat ur.

Tabel 3. 11. Fakt or yang Menghambat Penyaluran BLT

Krit eria Jawaban Penerima Aparat

Frek % Frek %

Fakt or yang menghambat penyaluran BLT

Jumlah pet ugas di set iap kant or pos t er lal u

sedikit 30, 00 25, 00 3 20, 00

Ant r ean yang t er lal u panj ang selama

pencairan dana 86, 00 71, 67 6 40, 00 Rumah t inggal RTS BLT yang j auh - 0, 00 3 20, 00 Tidak adanya pelayanan keliling at au

penyediaan pos pelayanan t ambahan 4, 00 3, 33 0 0, 00

Lain-lai n - 0, 00 3 20, 00

Sumber : dat a survei

Fakt or lain yang dipandang menghambat penyaluran BLT adalah j umlah pet ugas di set iap kant or pos yang t erlalu sedikit , t idak adanya

pelayanan keliling (berdasarkan persepsi responden RTS BLT) dan rumah t inggal yang j auh (berdasarkan persepsi aparat ). Dalam wawancara mendalam dengan Bapak Ngargono LP2K diperoleh inf ormasi bahwa unt uk daerah-daerah t ert ent u penerima BLT memerlukan biaya yang t inggi akibat j arak rumah ke kant or pos. Tampaknya perlu dipikirkan bahwa penerimaan sebaiknya dilakukan di set iap kelurahan at au dapat dilakukan pengambilan secara kolekt if .

3. 4. 4. Syarat Pencairan dan Pungut an Lain

Prosedur pencairan BLT adalah dengan menggunakan Kart u Kompensasi BBM (KKB) yait u kart u ident it as penerima kompensasi subsidi BBM yang berisikan dat a penerima unt uk keperluan penarikan. Pencairan BLT oleh RTS berdasarkan KKB dilakukan di kant or pos. Jika kondisi penerima KKB t idak memiliki ident it as sebagai kelengkapan verif ikasi proses bayar, maka proses bayar dilakukan dengan verif ikasi bukt i diri yang sah (KTP, SIM dll).

Prosedur pencairan BLT yang t erj adi di lapangan sama sepert i prosedur yang dit et apkan oleh pemerint ah. Ket ika seseorang akan mencairkan BLT maka mereka harus memiliki bukt i diri at au KTP (83, 33 persen responden RTS BLT), dan bila t idak memiliki KTP mereka akan dibant u unt uk pembuat an KTP t anpa dipungut biaya di luar biaya resmi. Sumbangan sukarela j uga t idak ada selama proses pencairan BLT. Kondisi ini menunj ukkan bahwa prosedur pencairan t elah dilakukan dengan baik.

Tabel 3. 12. Syarat Pencairan dan Pungut an Lain

Krit eria Jawaban Frek %

Syarat adanya bukt i diri (KTP) yang harus dimiliki oleh penerima?

Ya 100 83, 33

Berdasarkan inf ormasi yang diperoleh dalam wawancara mendalam dengan Bapak Haris dari bagian Bant uan Sosial Sekret aris Daerah Kot a Semarang diket ahui bahwa dari 82. 665 RTS, yang memiliki KTP kot a Semarang sebanyak 65. 420 RTS. Berart i sisanya t idak memiliki KTP kot a Semarang. Hal ini dapat menj adi celah penerimaan BLT ganda, apabila orang t ersebut menggunakan KTPnya unt uk memint a BLT di kot a asal.

Beberapa pemberit aan j uga menyebut kan di beberapa daerah t erdapat pot ongan (at as inisiat if aparat set empat ) unt uk didist ribusikan pada masyarakat miskin lain yang t idak mendapat BLT. Di kot a Semarang, kasus ini t idak t erj adi.

Tabel 3. 13. Pot ongan Lain dalam Pencairan BLT

Krit eria Jawaban

Penerima Aparat

Frek % Frek %

Pot ongan lain dengan alasan unt uk didist ribusikan ke masyarakat miskin

Ya 0 0, 00 2 6, 67

Tidak 117 100, 00 28 93, 33 Sumber : Dat a survei

Dalam dokumen Laporan Akhir SURVEI EFEKTIVITAS PROGRAM (Halaman 33-41)

Dokumen terkait