• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan

Perusahaan memandang bahwa pelaksanaan Corporate Social Responsibility merupakan investasi demi pertumbuhan dan keberlanjutan. Penerapan CSR yang dilakukan perusahaan diwujudkan dengan mendirikan Yayasan Unilever Indonesia Peduli, Dalam mengembangkan programnya, Yayasan berpegang pada 4 strategi utama yaitu: Relevansi, Model, Kemitraan dan Replikasi. Strategi CSR digambarkan dalam bentuk piramida perusahaan yang mengartikan dampak dari seluruh kegiatan operasional perusahaan kepada masyarakat. Kontribusi sukarela memiliki tingkatan paling atas, merupakan salah satu bentuk kebijakan dan kesadaran perusahaan dalam memandang dampak paling besar yang akan di rasakan melalui kegiatan operasional bisnisnya

Dalam evaluasi program Jakarta Green and Clean, yang menjadi input adalah adanya faktor internal dari responden sebagai peserta program, faktor internal tersebut adalah usia, jenis kelamin, status kependudukan, motivasi mengikuti program dan tingkat pengetahuan responden terhadap program. Sementara input dalam faktor eksternal adalah regulasi pemerintah setempat dan hadiah yang akan diterima oleh responden, manajemen program Jakarta Green and Clean dimulai dari tahap sosialisasi, pelaksanaan dan evaluasi program serta tingkat partisipasi masyarakat dalam sosialisasi, pelaksanaan dan evalauasi program. Sedangkan output dalam program ini adalah adanya perubahan perilaku masyarakat yaitu dalam tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan dalam pengelolaan sampah.

Faktor-faktor internal dan eksternal masyarakat dalam pengelolaan lingkungan tidak seluruhnya berhubungan dengan output program. Dalam perubahan tingkat pengetahuan hanya jenis kelamin dan tingkat partisipasi masyarakat yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan tingkat pengetahuan. Dalam perubahan sikap, tidak ada faktor internal dan eksternal yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan sikap responden dalam pengelolaan sampah. Sementara, dalam tindakan, jenis kelamin, tingkat pengetahuan masyarakat terhadap program Jakarta Green and Clean, manajemen program

Jakarta Green and Clean dan tingkat pasrtisipasi masyarakat memiliki hubungan yang signifikan.

Hasil perubahan output responden dalam perubahan tingkat pengetahuan sikap dan tindakan dalam pengelolaan lingkungan sekitar dapat dikategorikan tinggi. Secara keseluruhan, program Jakarta Green and Clean di RW 13 Kelurahan Cipinang Melayu berhasil meningkatkan perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan khususnya lingkungan sekitar tempat tinggal mereka.

8.2 Saran

Manajemen program Jakarta Green and Clean memang dinilai responden sudah cukup baik, namun perlu ditingkatkan lagi dalam tahap sosialisasi dan evaluasi. Dalam tahap sosialisasi, perlu adanya peningkatan hubungan baik lagi antara perusahaan dengan pemerintah setempat sebagai bentuk kerja sama yang dapat bermanfaat. Kemudian sosialisasi hasil produk daur ulang dari sampah kering yang dibuat oleh masyarakat penerima program menjadi keluhan tersendiri bagi masyarakat, karena kurangnya pemasaran produk tersebut, yang apabila dipasarkan akan lebih meningkatkan pendapatan tersendiri bagi masyarakat.

Hasil penelitian menggambarkan bahwa faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang signifikan terhadap perubahan output program adalah jenis kelamin, tingkat pengetahuan terhadap program, manajemen program dan partisipasi masyarakat dalam program. Ada baiknya, untuk program ke depan perusahaan lebih memaksimalkan faktor-faktor tersebut sebagai hal yang dapat merubah output masyarakat dan perusahahaan. Hal tersebut dapat menjadi gambaran perusahaan dalam merumuskan program-program yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilianti, Lusi. Analisis Pengimplementasian Corporate Social Responsibility oleh PT.ANTAM TBK Pongkor Dalam Pengembangan Komunitas, skripsi sarjana (Bogor: Institut Pertanian Bogor.2008)

Budimanta, Arif, Adi Prasetijo, Bambang Rudito. 2008. Corporate Social Responsibility: Alternatif Bagi Pembangunan Indonesia.Jakarta: ICSD Farid, Miftah. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir dan

Partisipasi Masyarakat Pemanfaat Program: Kasus Desa Semedusari dan Desa Tambaklekok, Kecamatan Lekok, Pasuruan Jawa Timur, Skripsi Sarjana. (Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2005)

Fauziah, Nur Rahmah. Evaluasi Program Pendampingan Kelompok Tani Oleh LSM Pada Usaha Tani Sayuran Organik, Skripsi Sarjana (Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2007)

Hikmat, Harry. 2006. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press

Ibrahim, Rustam.2005.Bukan Sekedar Berbisnis: Keterlibatan Perusahaan dalam Pemberdayaan Masyarakat,Studi Kasus : Bogasari Flour Mills, Citibank, Coca Cola Indonesia, Riau andalan Pulp and Paper, dan Rio Tinto.Jakarta:Piramedia

Kusmiati, Dewi. 2000. Analisis Dampak Komunikasi Pemasyarakatan Pengendalian Hama Terpadu Pada Petani Sayuran Dataran Tinggi Di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Tesis Pascasarhjana, IPB.

Kurniawan, Edi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Pada Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan, Studi Kasus: Desa Citepus, Kecamatan Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat, Skripsi Sarjana. (Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2008)

Mulyadi, Devi. Corporate Sosial Responsibility (CSR) Perusahaan dalam Usaha Pengembangan Masyarakat, skripsi sarjana (Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2007).

Mugniesyah, S.S.M. 2006. Materi Bahan Ajar Ilmu Penyuluhan. Departemen Sains Komunikasi dan Pengumbungan Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor.

Nursahid, Fajar.2006. Tanggung Jawab Sosial BUMN, Analisis terhadap model Kedermawanan Sosial PT Karakatau Steel, PT. Pertamina dan PT Telekomunikasi Indonesia.Jakarta: PIRAC

Pangkaurian, Nurina. Evaluasi Program Tanggung Jawab Sosial PT.Jamsostek Persero (Kasus Pelatihan Penggunaan Mesin Jahit High Speed oleh PT.Jamsostek Cabang Semarang, Jawa Tengah, Skripsi Sarjana.(Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2008)

Purba, Yuliana. Evaluasi Program Pengembangan Masyarakat PT Astra Internasional TBK” ( kasus Kelompok Kerja Daur Ulang Kertas, Kelurahan Sungai Bambu, Kec Tanjung Priok, Kotamadya Jakarta Utara), skripsi sarjana (Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2006).

Sarwono, Jonathan.2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Setianingrum, Ingelia Putri. Analisis Community Development sebagai Bentuk tanggungjawab Sosial” (PT ISM Bogasari Flour Milis, di Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara), skripsi sarjana (Bogor : Institut Pertanian Bogor. 2007).

Sepdianti, Efita Ana. Perilaku Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah. (Kasus Masyarakat Kelurahan Gunung Batu, Kecamatan Bogor Barat dan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat), Skripsi Sarjana (Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2007)

Sihaloho, Jasman. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan dan Modal Sosial; Studi Kasus PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Rejosari, Kabupaten Lampung Selatan, Propinsi Lampung, Skripsi Sarjana (Bogor: Institut Pertanian Bogor.2007).

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta. LP3ES

Suharto, Edi, 2006. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan pekerjaan Sosial: Refika Aditama

Thirtawati. 2002. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Petani Dalam Penggunaan Pestisida. Skripsi. Fakultas Pertanian. IPB

Wahyuni, Ekawati Sri dan Puji Mulyono. 2006. Metode Penelitian Sosial. Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Wibisono. Yusuf. 2007. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR (Corporate Social Responsibility. Gresik : Fascho Publishing.

Zaim Saidi, dkk. 2003. Sumbangan Sosial Perusahaan”, Profil dan Pola

Distribusinya di Indonesia : Survei 226 Perusahaan di 10 Kota oleh PIRAC. Jakarta : Ford Foundation

Yusuf Tayibnapis, Farida. Evaluasi program dan instrument evaluasi. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami perubahan. Diawali dari pembangunan berbasis ekonomi menjadi paradigma pembangunan berkelanjutan. Gagasan paradigma pembangunan berkelanjutan merupakan gagasan yang berupaya untuk memenuhi kebutuhan masa kini, tanpa mengurangi kebutuhan generasi masa depan. Berpijak dari konsep pembangunan berkelanjutan tersebut, terdapat 3 elemen keberlanjutan yang mendukung masing-masing

stakeholders (perusahaan, pemerintah dan masyarakat) yaitu 1) keberlanjutan ekonomi, 2) keberlanjutan sosial, dan 3) keberlanjutan lingkungan. Dalam menghadapi persaingan bisnis dan perubahan paradigma pembangunan, maka perusahaan harus memiliki strategi untuk keberlangsungan bisnisnya. Salah satu strategi tersebut dikonsep dalam bentuk tanggung jawab sosial perusahaan.

Tanggung jawab sosial perusahaan atau lebih dikenal dengan istilah

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan bentuk pengembangan dari konsep kedermawanan sosial. Sebagai sebuah konsep yang semakin popular,

Corporate Social Responsibility ternyata belum memiliki definisi yang tunggal.

The Word Business Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam publikasinya mendefinisikan bahwa Corporate Social Responsibility merupakan komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. Sementara

Europan Commision mengemukakan:

Corporate Social Responsibility is a concept whereby companies integrate sosial and environmental concerns in their business operations and in their interaction with their Stakeholderss on a voluntary basis”

Dari dua definisi konsep di atas, dapat diketahui bahwa Corporate Social Responsibility belum memiliki suatu kesepakatan mengenai definisi bakunya. Hal ini dapat dimaklumi, mengingat Corporate Social Responsibility adalah sebuah konsep yang berkembang dengan cepat, sehingga definisinya pun bisa berubah

menyesuaikan dengan perkembangannya. Namun demikian, kendati tidak mempunyai definisi tunggal, konsep Corporate Social Responsibility menawarkan sebuah kesamaan, yaitu keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomis dan perhatian terhadap aspek sosial serta lingkungannya dalam rangka mencapai pembangunan berkelanjutan.

Motif perusahaan dalam melakukan program Corporate Social Responsibility beragam. Motif tersebut biasanya bersifat pemberian program dalam bentuk charity (amal atau derma), image building (promosi), tax-facility

(fasilitas pajak), security prosperity (keamanan dan peningkatan kesejahteraan), atau bahkan money laundering (Achda dalam Febriana, 2008). Hal ini terlihat dari survey yang dilakukan Saidi (2003) bahwa 226 perusahaan di 10 kota Di Indonesia, ditemukan masih bermuatan promosi dan kepentingan bisnis pada kegiatan sumbangan sosial. Terlebih lagi dengan munculnya peraturan pemerintah yang mewajibkan perusahaan melaksanakan program Corporate Social Responsibility.

Kewajiban pelaksanaan Corporate Social Responsibility di Indonesia didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 pasal 74, yang berbunyi;

“Setiap perseroan diwajibkan mengalokasikan sebagian laba bersih tahunan perseroan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan atau CSR.”.

PT. Unilever Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan yang menyediakan berbagai kebutuhan konsumen memberikan perhatian lebih terhadap program Corporate Social Responsibility. Sebagai bentuk implementasi

Corporate Social Responsibility, perusahaan melaksanakan salah satu program terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan yaitu program Jakarta Green and Clean.

Program Jakarta Green and Clean merupakan bentuk replikasi program

Green and Clean yang sebelumnya berhasil dilaksanakan untuk pertama kalinya Di Surabaya. Pelaksanaan program tersebut didasari oleh pemikiran perusahaan untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan lingkungan khususnya masalah sampah. PT. Unilever Indonesia Tbk ingin menjadikan masyarakat sebagai pembentuk kekuatan dan agen peubah dalam mengatasi masalah sampah. Tujuan

utama program pengelolaan sampah ini adalah untuk merubah pola perilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan khususnya sampah secara mandiri di lingkungan sekitarnya.

Program Jakarta Green and Clean akan terlaksana dengan efektif apabila terdapat keterkaitan antara input dan output program tersebut. Pola dan bentuk kebijakan merupakan input yang dimiliki perusahaan dalam pelaksanaan program CSR. Sementara karakteristik personal merupakan input yang dimiliki oleh masyarakat sebagai sasaran program. Dengan input yang memadai, output program pun secara efektif dapat tercapai. Hal tersebutlah yang melatarbelakangi penelitian ini, sehingga Program Jakarta Green and Clean yang dilaksanakan oleh PT.Unilever Indonesia tbk, dikatakan berhasil tidak dalam salah satu aspek saja, melainkan berhasil dalam semua aspek baik input, proses dan output yang saling terkait.

1.2 Perumusan Masalah

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahan perlu dievaluasi untuk memastikan bahwa pelaksanaan program Corporate Social Responsibility tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi juga diperlukan untuk mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan program serta apakah terdapat penyimpangan yang membutuhkan tindakan koreksi untuk keberlanjutan program tersebut.

Program Jakarta Green and Clean sebagai bentuk implementasi program

Corporate Social Responsibility PT. Unilever Indonesia Tbk perlu untuk dievaluasi, karena program ini menekankan unsur keberlanjutan dan konsep replikasi agar dapat diterapkan diseluruh wilayah yang ada di Indonesia. Dengan melakukan evaluasi suatu program, akan diketahui sejauhmana tingkat keberhasilan program dan mempelajari faktor-faktor apakah yang mempengaruhi keberhasilan program tersebut.

Dari pemikiran di atas, munculah rumusan permasalahan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana bentuk kebijakan dan wujud pelaksanaan Corporate Social

2. Bagaimana input, proses, dan output program Jakarta Green and Clean serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program di RW 13 Kelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan dari peneletian yaitu:

1. Mengidentifikasi bentuk kebijakan perusahaan dan wujud pelaksanaan

Corporate Social Responsibility PT.Unilever Indonesia Tbk.

2. Menganalisis input, proses, dan output program Jakarta Green and Clean

serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pelaksanaan program di RW 13 Kelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Bagi perusahaan:

Sebagai bahan evaluasi bagi PT.Unilever Indonesia Tbk dalam menerpakan program Corporate Social Responsibility yang berkelanjutan, sehingga dapat lebih baik lagi.

2. Bagi kalangan akademisi:

Dapat dijadikan topik penulisan untuk menambah informasi, sekaligus dapat dijadikan sebagai salah satu bahan bagi penulisan ilmiah terkait.

3. Bagi masyarakat :

Menjadi sumber pengetahuan bagi masyarakat akan pentingnya manfaat suatu program pemberdayaan masyarakat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

2.1.1 Definisi dan Konsep Evaluasi

Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai serta sistematis dan objektif. Soekartawi (1999) dalam Fauziah (2007) mengemukakan bahwa dalam menilai keefektifan suatu program atau proyek maka harus melihat pencapaian hasil kegiatan program atau proyek yang sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Evaluasi adalh suatu proses kontinyu didalam memperoleh dan menginterpretasikan informasi untuk menentukan kualitas dan kuantitas kemajuan peserta didik mencapai tujuan pendidikan yaitu perubahan perilaku Klausmeier dan Goodwin dalam Pangkaurian (2008).

Evaluasi juga diartikan sebagai pengukuran dari konsekuensi yang dikehendaki dan tidak dikehendaki dari suatu tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mencapai beberapa tujuan yang akan dinilai. Nilai (value) dapat diartikan sebagai setiap aspek situasi, peristiwa/kejadian, atau objek yang

dikategorikan oleh suatu preferensi minat ke dalam kriteria: “baik”, “buruk”, “dikehendaki” dan “tidak dikehendaki” .

Evaluasi dapat divisualisasikan ke dalam suatu proses siklikal, bermula dari dan kembali ke pembentukan nilai-nilai, sebagaimana disajikan pada Gambar

1.

Gambar 1: Proses Evaluasi (Maunder, 1972) dalam Mugnesyiah (2006)

Deskripsi dan proses siklikal dalam Gambar 1, menunjukkan adanya kesalingterhubungan yang erat antara evaluasi perencanaan program dan pelaksanaan program. Nilai-nilai (values) memainkan peranan penting dalam tujuan-tujuan pendidikan publik dan program pelayanan serta setiap evaluasi terhadap konsekuensi program yang dikehendaki dan tidak dikehendaki senantiasa memperhitungkan nilai-nilai sosial.

2.1.2 Jenis-Jenis Evaluasi

Departemen Pertanian (1990) mengemukakan jenis evaluasi untuk mengevaluasi suatu program, yaitu:

1. Evaluasi Input

Evaluasi input adalah penilaian terhadap kesesuaian antara input-input program dengan tujuan program. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga manusia, teknologi dan sumberdaya lainnya, yang

Pembentukan Nilai

Penentuan Tujuan (Tujuan-Tujuan)

Pengukuran Tujuan (Kriteria)

Mengidentifikasi Aktivitas Tujuan (Perencanaan Program) Menempatkan Aktivitas Tujuan ke dalam

Pelaksanaan (Pelaksanaan Program) Penilaian Pengaruh Pelaksanaan

perlu tersedia untuk terlaksananya suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan Output dan tujuan suatu proyek atau program.

2. Evaluasi Output

Evaluasi Output adalah penilaian terhadap Output-Output yang dihasilkan oleh program. Output adalah produk atau jasa tertentu yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia, untuk mencapai tujuan proyek atau program. Contoh Output adalah perubahan pengetahuan (aras kognitif), perubahan sikap (aras afektif), kesediaan berprilaku (aras konatif) dan perubahan berprilaku (aras psikomotorik).

Aras kognitif adalah tingkat pengetahuan seseorang. Aras afektif adalah kecenderungan sikap seseorang yang dipengaruhi oleh perasaanya terhadap suatu hal. Aras konatif adalah kesediaan seseorang berprilaku tertentu yang dipengaruhi oleh sikapnya terhadap suatu hal. Aras tindakan adalah perilaku seseorang yang secara nyata diwujudkan dalam perbuatan sehari-hari sehingga dapat diwujudkan menjadi suatu pola.

3. Evaluasi Effect (Efek)

Evaluasi efek adalah penilaian terhadap hasil yang di peroleh dari penggunaan Output-Output program. Sebagai contoh adalah efek yang dihasilkan dari perubahan perilaku peserta suatu penyuluhan. Efek biasanya sudah mulai muncul pada waktu pelaksanaan program namun efek penuhnya baru tampak setelah program selesai.

4. Evaluasi Impact (Dampak)

Evaluasi Impact adalah penilaian terhadap hasil yang diperoleh dari efek proyek yang merupakan kenyataan sesungguhnya yang dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas dan menjadikan proyek jangka panjang. Evaluasi dapat dipergunakan dengan penggunaan penilaian yang kualitatif.

2.1.3 Manfaat Evaluasi Program

Menurut Kelsey dan Hearne (1955) dalam Mugniesyah (2006), evaluasi program bermanfaat antara lain untuk: 1) Menguji secara berkala pelaksanaan program, yang mengarahkan perbaikan kegiatan yang berkelanjutan, 2) Membantu memperjelas manfaat yang penting dan tujuan-tujuan khusus program serta memperjelas dan mengukur sampai seberapa jauh tujuan-tujuan tertentu tercapai, 3) Menjadi pengukur keefektifan metode pelatihan, 4) Menyediakan data dan informasi tentang situasi pedesaan yang penting untuk perencanaan program selanjutnya, dan 5) Menyediakan bukti tentang nilai atau pentingnya program.

Evaluasi suatu program dilaksanakan secara konvensional atau partisipatif. Keduanya memiliki perbedaan satu sama lain. Penggunaan evaluasi partisipatif dan konvensional juga berbeda. Perbandingan evaluasi pertisipatif dan konvensional dapat dilihat pada tabel 1:

Tabel 1: Perbandingan Evaluasi Konvensional dan Evaluasi Partisipatif

Aspek Evaluasi Konvensional Evaluasi Partisipatif

Siapa Ahli dari luar Anggota kelompok, komunitas,

staf proyek, fasilitator.

Apa Indikator keberhasilan, efisiensi biaya,

dan keluaran hasil produk yang telah ditentukan.

Masyarakat mengidentifikasi sendiri indikator keberhasilan, termasuk hasil yang dicapai

Bagaimana Fokus pada ”objektivitas ilmiah” ada

jarak antara evaluator dan partisipan, ada pola seragam, prosedur kompleks, akses terbatas pada hasil

Evaluasi sendiri, metode

sederhana yang di adaptasi dengan budaya lokal, terbuka, ada diskusi hasil dengan melibatkan partisipan dalam proses evaluasi

Kapan Biasanya tergantung jadwal,

kadangkala juga ada evaluasi midterm

Bergantung pada proses perkembangan masyarakat dan intensitas relatif sering

Mengapa Pertanggungjawaban, biasanya sumatif,

menetukan biaya selanjutnya

Pemberdayaan masyarakat lokal untuk inisiasi, mengontrol, Sumber: Narayan, Deepa (1993) dalam Hikmat (2006)

2.2Corporate Sosial Responsibility

2.2.1 Definisi Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility ) adalah bentuk kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara mereka sendiri dalam melayani kepentingan organisasi dan kepentingan publik eksternal Schermehon (1993) dalam Suharto (2006). Secara konseptual,

Corporate Social Responsibility adalah sebuah pendekatan dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam operasi bisnis dan interaksi mereka dengan pemangku kepentingan (Stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan (Nuryana dalam Suharto, 2007). The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga karyawan tersebut, berikut komunitas-komunitas setempat (lokal) dan masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan (Fox, et al, 2002

dalam Pangkaurian 2008). Corporate Social Responsibility dapat dipahami sebagai komitmen usaha untuk bertindak etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan komunitas secara lebih luas.

World Bankdalam Pangkaurian (2008) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai

“The commitment of business to contribute to sustainable economis development working with employees and their representative the local community and society at large to improve quality of life, in ways there are both good for bussines and good for development”

Magnan dan Ferrel (2004) dalam Aprilianti (2008), memberi definisi Corporate Social Responsibility sebagai

“ A business acts in sosially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stakheolder interest”.

Dalam definisi tersebut, ditekankan bahwa perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan Stakeholders yang beragam dalam setiap

keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis, melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dipahami bahwa Corporate Social Responsibility merupakan komitmen dari bisnis atau usaha untuk mengakomodasi kepentingan internal dan eksternal perusahaan, yang memperhatikan aspek kepentingan masyarakat dan pembangunan berkelanjutan. Hal tersebut dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh Stakeholders perusahaan untuk memenuhi kebutuhan bersama dan meningkatkan kualitas kehidupan melalui hubungan kemitraan.

2.2.2 Konsep Corporate Social Responsibility

Konsep Corporate Social Responsibility merupakan konsep yang berkembang dan dinamis. Beberapa istilah atau penamaan lain Corporate Social Responsibility adalah Corporate Sosial Responsiveness, Corporate Sosial Performance, Public Policy, Business Ethics, Stakeholders Management, dan yang terkahir adalah Corporate Citizenship dan Corporate Sustainability

(Sihaloho, 2007). Masing-masing istilah tersebut mempunyai pemaknaan yang berbeda-beda, namun apabila ditarik benang merah hal tersebut berhubungan dan mendukung konsep Corporate Social Responsibility. Keragaman pemaknaan istilah tersebut merupakan akibat dari kompleksitas konsep tanggung jawab sosial perusahaan itu sendiri. Konsep Corporate Social Responsibility meliputi strategi dan program pengembangan masyarakat. Corporate Social Responsibility tidak hanya dipahami sebagai filantropi perusahaan, namun juga sebagai bagian dari rekayasa sosial dan strategi perusahaan yang rasional, terencana, dan berorientasi pada pencapaian keuntungan sosial jangka panjang bagi perusahaan dan masyarakat.

Berdasarkan konsep yang telah disebutkan di atas, Corporate Social Responsibility tidak hanya bersifat eksternal, namun juga internal. Hal tersebut dinyatakan dengan pemaknaan Corporate Social Responsibility yang berupaya untuk mengakomodasi kepentingan internal dan eksternal perusahaan serta perlunya pengintegrasian keseluruhan Stakeholders. Stakeholders didefinisikan sebagai seseorang atau organisasi yang mempunyai bagian dari kepentingan perusahaan ataupun memiliki hubungan saling mempengaruhi aktivitas

perusahaan. Pihak-pihak tersebut bisa saja bagian internal maupun eksternal perusahaan yang biasanya diasumsikan komunitas lokal (Zainal dalam

Pangkaurian, 2008). Stakeholders yang dimaksud adalah stakeholders internal dan

stakeholders eksternal perusahaan.

Archie B.Carrol dalam Sihaloho (2007), menyatakan secara konseptual bahwa Corporate Social Responsibility dipahami sebagai bentuk kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple