• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini sudah menunjukkan bahwa adanya pembaruan dari penelitian terdahulu dengan penelitian kali ini, dibuktikan dengan variabel-variabel yang dijelaskan pada tinjauan pustaka.

Maka, seperti yang telah di kemukakan sebelumnya kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

44 1. Implementasi hak belajar mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak awal diberlakukan kebijakannya. Bahkan, pada Program Studi Teknologi Pangan (TP), Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) program tersebut dimampatkan pada semester 1 sampai 6, semester 7 dan 8 mahasiswa bebas untuk mengambil SKS di luar Universitas. Karena di Prodi TP sendiri, seperti mahasiswa yang belajar di luar Prodi, dari pihak Prodi akan meninjau Silabus yang akan diambil mahasiswa dari Matakuliah di luar Prodi tersebut. Kemudian dicocokkan dengan Kompetensi di Prodi, setelahnya mahasiswa akan mengikuti sepenuhnya rule yang ada.

2. Kendala yang dihadapi tersebut meliputi: 1) proses adaptasi kurikulum KKNI dengan program MBKM akan berdampak pada mahasiswa dan dosen. Karena hal ini berawal pada tahun 2012 memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun tersebut juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE MBKM. 2) Karena ini hal yang baru untuk penulisan evaluasinya belum seluruhnya selesai. 3) Kendala teknis dalam pelaksanaan program MBKM. 4) Program magang masih mengalami banyak kendala karena mekanisme kolaborasi dengan pihak luar, seperti perusahaan, industri, bahkan sektor pemerintahan pun masih sangat terbatas.

3. Solusi terhadap kendala yang terjadi dilapangan adalah: 1) memonitoring, 2) mengevaluasi, dari kedua tahapan tersebut akan menentukan berhasil tidaknya program MBKM dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan secara serius, terukur, transparan, dan akuntabel. 3) Peningkatan yang merupakan tahapan ketika standar tercapai kemudian ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan.

Namun untuk tahap peningkatan ini biasanya berada pada level kebijakan.

45 RUJUKAN

Arifin, Syamsul., Suparto., Rahmad Wijaya., M. M. E., Catur Wido Haruni., Bayu Hendro Wicaksono., Aris Winaya., M. S., & Zahidi., Mochammad Wachid., Moh. Fery Fauzi., F. P. (2021). Panduan Skema Mobilitas Mahasiswa dalam Rangka Implementasi Merdeka Belajar-Kampus Merdeka Universitas Muhammadiyah Malang.

Dahar, R. W. (1989). Teori-Teori Belajar. Erlangga Press.

Jenderal, D., Tinggi, P., Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. A. N. (2020). Panduan Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi.

Kebudayaan, K. P. dan. (2020). Buku Panduan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI.

Komariah, Aan., Satori, D. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Alfabeta.

Miles, B. Mathew., M. H. (1992). Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. UIP.

Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, J. (2014). Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook Terjemahan (U. P. Rohidi, Tjetjep Rohindi (ed.); Edition 3). Sage Publications.

Moleong, L. J. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya.

Nasution, Sahkholid ., Z. (2018). Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teori Konstruktivisme di Perguruan Tinggi. Journal of Arabic Studies, 3(2).

Saputra, E. D. (2018). PENDEKATAN PEMBELAJARAN DI DOES UNIVERSITY DALAM PERSPEKTIF KONSTRUKTIVISME.

Silviannisa, R. (2018). Optimalisasi pembelajaran konstruktivistik dalam peningkatan motivasi beribadah siswa dan penguatan pendidikan karakter religius.

Sudaryanto. (2018). Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Aplikasi dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(1), 1–16.

Sugiri, Wiku Aji., Priatmoko, S. (2020). Perspektif Asesmen Autentik Sebagai Alat Evaluasi dalam Merdeka Belajar. Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 4(1).

Sujak, A. (2020). Mengajar Generasi Z (Cetakan I). Pustaka Insan Madani, 2020.

46 Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosada Karya.

Sukmadinata, N. S. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. PT. Remaja Rosdakarya.

Wakia, N. (2012). Implementasi Program Pendidikan Gratis Dalam Mewujudkan Wajib Belajar Di Mi No. 2 Bajoe Dan Mts Al-Amir Fil Jannah Bajoe Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone. Makasar: UIN Alauddin Makasar. http://repositori.uin-alauddin.ac.id/5719/1/Tesis Nurul Wakia.pdf Zidni, M., Nafi, I., Kuswandi, D., & Kurniawan, C. (2021). Konsep Merdeka Belajar

Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.

Peraturan Rektor Nomor: 2 Tahun 2019 Tentang Magang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 32 Tahun 2017 Tentang Ekuivalensi Karya Kreatif dan Inovatif Mahasiswa ke Dalam Kegiatan Kurikulum.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 37 Tahun 2020 Tentang Skill (Keterampilan) Mobilitas.

Surat Keputusan Rektor Nomor: 31 Tahun 2020 Tentang Peraturan Akademik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.

47 Tabel 1. Tabel Wawancara

LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK Universitas Muhammadiyah Malang.

Nama : RW

Hari/Tgl/Tahun : Kamis/25/11/2021

Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber

A. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

1. Bagaimana gambaran umum tentang kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM?

2. Sejak kapan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka tersebut diterapkan di UMM?

3. Apa yang sebenarnya yang melatarbelakangi adanya penetapan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka tersebut di UMM?

4. Bagaimana desain (bentuk kegiatan pembelajaran) dari kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM?

5. Adakah strategi dan metode tertentu yang digunakan dalam implementasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka di UMM?

6. Bagaimana pendapat anda sendiri mengenai teori konstruktivisme tersebut?

7. Bagaimana jika teori

1. Sejak lama sebenarnya sudah MBKM, sekitar tahun 2017 tapi hanya sebagian seperti magang industri, lalu menjadi anggota FHCI

(melibatkan BUMN se-Indonesia), menjadi anggota NUNI

(pertukaran pelajar, riset kolaborasi, dan staff mobility), melakukan MoU dengan berbagai PT atau DU/DI.

Kemudian

implementasinya ikut hibah, kemudian UMM sendiri yang

menyelanggarakan, atau bahkan prodi-prodi yang berMoU. Karena

MBKM ini wujudnya harus banyak bermitra dengan lembaga industri tersebut. Jadi

memungkinkan

mahasiswa untuk dapat menjalankan program magang. Kalau untuk dari Kemendikbud sendiri tentang hibah ada 13 kegiatan yang diikuti (PKKM, KMMI, IISMA, ICT, COE, IPD,

Kerjasama Kurikulum,

48 konstruktivisme ini

digabungkan dengan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka?Apakah dengan adanya kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka tersebut dapat dianggap sejalan dan sesuai dengan perspektif teori konstruktivisme?

Kemahasiswaan/HMJ, Program Pembelajaran Asistif, Magang Bersertifikat, Kampus Mengajar, dll ). Intinya sudah banyak kegiatan MBKM yang dilakukan.

2. Tahun 2017 itu sebenarnya sudah MBKM sebagian, terus pas tahun 2020 itu diminta menerapkan jadinya tinggal meneruskan program dari MBKM yang sekiranya belum

dijalankan sebelumnya.

3. Karena aturan

pemerintah (SNDIKTI) harus diikuti. Pemerintah yang memerintahkan/

diinstruksikan jadi diikuti. Sebelumnya saja sudah melakukan

magang industri, terus ekuivalensi, ibaratnya sebelum pemerintah melakukan UMM sudah melaksakannya dengan payung dari Surat Keputusan Rektor di tahun 2017 tadi.

4. Tetap sesuai dengan SNDIKTI yang 20 dan 40 SKS. Desainnya nati 84 SKS di harus Prodi asal, maksimum 20 SKS lintas Prodi, maksimum 40 SKS lintas

Universitas 8 kegiatan MBKM, 144 SKS KPT di Prodinya track lulus.

5. Karena yang namanya instruksi jadi harus dijalankan tapi disesuaikan karena ekuivalensi mata

49 kuliahnya beda.

Tentunya nanti ada keselarasan.

6. Kalau untuk teori belajar tersebut menggabungkan kalau tidak salah, antara pemahaman yang sudah ada dengan informasi baru.

7. Coba bayangkan, sebelum MBKM saja UMM sendiri sudah melakukannya,

setelahnya disuruh cocok apa tidak? Kan sudah kelihatan. Meskipun sebelum ada putusan tentang program tersebut UMM sudah

melaksanakan sebagian dari 8 kegiatan yang ada.

Setelahnya tinggal meneruskan dan

menambahkan kegiatan.

B. Kendala yang Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

1. Apa saja kendala yang dihadapi dari implemetasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan pada di UMM?

2. Seperti apa evaluasi terhadap kebijakan

kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM?

3. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam mengukur tingkat

keberhasilan pelaksanaan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan

1. Kalau kendala dari Negara sediri jelas banyak. Untuk

sosialisasi MBKM ini saja, sebenarnya sudah seri ketiga, nanti seri keempatnya di Syiah Kuala University.

Tentunya nanti akan banyak pertanyaan tentang suatu kebijakan yang mana tidak serta merta langsung bisa berjalan, karena

perubahannya ini cukup drastis. Sebenarnya dimulainya kan dari OBE. Tapi sebelum itu di KPT orientasinya sudah CP berati sudah OBE juga dan

diperbaiki. Berawal 2012 memakai KKNI dengan

50 kampus merdeka yang

diterapkan di UMM?

5. Apa saja kendala dalam upaya menciptakan dan mewujudkan mahasiswa yang sesuai dengan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM?

SNDIKTI di tahun tersebut juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE MBKM.

2. Karena ini hal yang baru untuk penulisan

evaluasinya belum seluruhnya selesai.

Tetapi secara tataran teknisnya, disetiap kegiatan selalu ada feed backnya. Misalnya untuk lintas prodi, itu nanti ada koordinasi dari BAA untuk proses

penlaksanaannya ke prodi lain dan prodi asal tentang masalah

pertukaran pelajar.

Koordinasian tersebut mencakup tentang mata kuliahnya (boleh apa tidak mahasiswa saya kuliah di tempatmu?).

kalau itu nanti sudah prodi yang sudah mendapatkan ijin dari prodi lain, maka nanti akan disosialisasikan ke mahasiswa. Kemudian mahasiswanya mendaftar lalu diapproved oleh dosen wali, disetujui atau tidak jadi dicek.

Kemudian diseleksi, belum diterimanya tadi dibagian administratif karena belum tentu diterimanya karena misalnya kuota

terpenuhi. Maka di sini prodi harus menunjuk dosen penggerak yang mendampingi, kemudian diumumkan, selanjutnya

51 mahasiswa melaksanaakan pertukaran pelajar tersebut. Dan prodi lain harus melayani

mahasiswa tersebut untuk kuliah di tempatnya. Kemudian tugasnya prodi lain adalah menilai, lalu nilainya akan dientery.

Kemudian prodi yang melakukan atau

mengirim mahasiswanya tadi tersebut akan

mengevaluasi dan berdasarkan dari laporan mahasiswanya juga (bagaimana kuliahmu di prodi ini?) jadi nanti kaprodi akan tanya, lha ini bisa dikatakan sebagai evaluasi.

Nantinya akan disampaikan kepada rektor, oleh rektor ini nanti dijadikan feed back. Bisa ke BAA masalah administrasinya, bisa saja ke prodi lain karena penerimaan mahasiswa dari prodi lain, bisa saja dari prodi yang mengirim. Jadi ini caranya kita feed back.

Semua akan selalu ada disetiap kegiatan.

3. Keberhasilan MBKM itu diukur dari adanya peningkatan kompetensi mahasiswa. Bukan banyak-banyaknya yang mengikuti. Tapi apakah dengan melakukan MBKM, maka

kompetensi mahasiswa itu bertambah atau tidak?

52 Jadi maksud dari bertambah itu bukan kompetensi di prodinya mahasiswa harus mempunyai 2 atau 3 kompetensi. Lantas ini yang akan

mempermudahkan nya dikemudian hari, entah bekerja mandiri atau di perusahaan.

4. Hambatannya itu tadi, karena MBKM ini tergolong baru, jadi dalam mengukur tingkat keberhasilan

pelaksanaan itu belum tersistem, jadi masih enterynya manual.

Namun ini sudah ada flow chartnya, nanti akan dibuat oleh bagian infokom dan nanti baru tersistem. Namun semua kegiatan sudah ada flow chart atau pun aturan detailnya tetapi itu tadi masih manual.

5. Mahasiswa itu, dia ingin lulus cepat maka

mahasiswa akan mau mengikuti selama menguntungkan dia.

Misalnya, kalau yang hibah-bibah mahasiswa senang kan? Kenapa?

Karena mereka akan mendapatkan reward kebebasan UKT, lha mereka akan tertarik.

Kemudian ada yang ingin memotong masa studinya, itu ada prodi yang mahasiswanya banyak yang membuat jurnal karena itu nanti tidak usah membuat

53 skripsi. Jadi itu ada unsur dari akademik dan ekonomiknya yang biasanya itu yang menarik mahasiswa untuk ikut MBKM.

Karena tidak ada paksaan juga, jadi terserah mahasiswa ikut atau tidak.

C. Solusi Terhadap Kendala yang Dihadapi dari

Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

1. Solusi ideal apa saja yang ditempuh dan dilakukan dalam mengatasi kendala dari implemetasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di UMM (hak belajar mahasiswa)?

1. Kalau ini tergantung dari permasalahannya, nanti berjenjang. Apakah ini masalah dari kebijakan (berarti pimpinan), kalau permasalahan teknis ditangani di BAA, karena di BAA ada yang menangani khusus masalah MBKM. Jadi dilihat jenjangnya saja, tapi diantara yang mendasar biasanya di prodi dan ini juga tergantung

permasalahanya.

54 LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang.

Nama : AW

Hari/Tgl/Tahun : Selasa/9/11/2021

Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber

A. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

1. Bagaimana kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

2. Bagaimana gambaran umum tentang kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

3. Sejak kapan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka diterapkan di FPP?

4. Apa yang

melatarbelakangi

pelaksanaan implementasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka pada di FPP?

5. Strategi dan metode seperti apa yang digunakan dalam implementasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka di FPP?

6. Bagaimana pendapat anda tentang teori

konstruktivisme?

7. Bagaimana jika teori konstruktivisme ini digabung dengan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan

1. Untuk kebijakan kurikulum MBKM di FPP sendiri sudah di jalankan. Jadi semenjak ada kurikulum tersebut dan diminta

menerapkannya, maka harus dijalankan pada saat itu juga. Karena sifatnya juga yang offering jadi harus ada yang ditawarkan. Maka pada akhirnya Prodi-Prodi ini yang diminta untuk mendesain kurikulum berbasis MBKM.

2. Ada beberapa

Mahasiswa yang sudah mengambil perkuliahan di luar Universitas lewat NUNI bahkan ke luar negeri melalui Erasmus Mundus. Nanti nilai dari Matakuliah bisa

dikonversikan dan dicocokkan.

3. Pemberlakuan kurikulumnya mulai 2020 kemarin, dan baru 1 periode untuk

2020/2021 ini.

4. Karena seperti

kemauannya Mendikbud, jadi agar dapat benar-benar terkoneksi dengan dunia industri dan dapat terhubung dengan

55 kampus merdeka? Apakah

dengan adanya kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka sejalan dalam perspektif teori

konstruktivisme?

8. Apakah dengan adanya teori kosntruktivisme ini dianggap cocok untuk mengimplementasikan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka pada di FPP?

9. Bagaimana strategi implemetasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme yang diterapkan di FPP?

10. Apakah dalam perspektif teori konstruktivisme, hasil yang didapatkan sesuai dengan implemetasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

teorinya. Sehingga terciptanya

keseimbangan antara praktek dan teori.

Kemudian karena adanya visi Kewirausahaan yang dikembangkan

berdasarkan jiwa Kewirausahaan. Karena saat ini juga banyak yang menuju ke bidang

tersebut daripada seperti perkantoran, dll.

5. Yang jelas kurikulumnya harus bagus karena kalau tidak nanti seperti tidak ada rambu-rambu dalam pelaksanaannya. Jadi kurikulumnya harus didesain sesuai program, adanya konversi, dan ekuivalensi.

6. Mengkrontruksi

pengalaman yang sudah ada dengan yang baru.

Jadi memperbaiki yang sudah ada dengan yang baru lagi.

7. Jadi kalau sekarang di analisis dengan

pendekatan kurikulum MBKM itu sudah konstruktivisme.

8. Tentunya cocok, apalagi di Fakultas ini basisnya pada produk yang dihasilkan dan kewirausahaan, jadi dengan adanya

kurikulum MBKM dan yang dicari adalah outcomenya juga.

Sehingga dengan teori tersebut akan

mengkonstruk antara teori yang sudah ada dengan praktiknya

56 sendiri.

9. Untuk di Fakultas sendiri, seperti

Mahasiswa yang belajar di luar Prodi, nanti akan dikoordinasikan ke Prodi-Prodi untuk merancang kurikulum yang sesuai, yang akan diambil Mahasiswa di luar Prodi itu seperti apa.

Kemudian dicocokkan dengan kompetensi.

Kemudian nanti Mahasiswa akan

mengikuti rule yang ada sepenuhnya.

10. Kalau kesesuaian diukur dengan presentase 100% tentunya tidak, seperti contohnya kalau ukuran kesesuaian tadi adalah ukuran yang berdasarkan suatu hasil produk maka tidak akan dilihat dari sisi

perkembangannya.

B. Kendala yang Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

1. Apa saja kendala yang dihadapi dari implemetasi kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan pada di FPP?

2. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

3. Seperti apa evaluasi terhadap pelaksanaan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

4. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam

1. Kalau untuk dosen itu sering kali tidak toleran terhadap sistem yang dikembangkan.

Sedangkan untuk Mahasiswanya secara umum tergantung Mahasiswa tersebut.

Karena kebijakan ini juga opsional,

Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengambilnya atau tidak.

2. Cara mengukurnya ini basisnya tetap harus sesuai pendekatannya seperti nilai yang didapatkan, kemudian kemampuan Mahasiswa

57 mengukur tingkat

keberhasilan pelaksanaan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

5. Apa saja kendala dalam upaya menciptakan dan mewujudkan mahasiswa yang sesuai dengan kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka yang diterapkan di FPP?

6. Pada perspektif teori konstruktivisme, kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dianggap sejalan. Kira-kira kendala apa saja yang dihadapi dalam upaya menciptakan dan mewujudkannya?

7. Bagaimana cara mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan

kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme?

8. Bagaimana cara mengetahui tingkat keberhasilan dalam upaya menciptakan dan

mewujudkan hasil yang sesuai dengan hak belajar mahasiswa dalam

kerangka kebijakan

kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme tersebut?

9. Seperti apa evaluasi terhadap hak belajar mahasiswa dalam

untuk mengambil aktifitas di luar tadi.

Kalau Mahasiswa tersebut bisa, otomatis Mahasiswa tersebut sudah mampu untuk melaksanakannya.

3. Untuk teknik

evaluasinya karena di PT jadi mengikuti standart tadi seperti konversi, ekuivalensi, itu yang dikembangkan. Kalau mengikuti

perkembangan

MBKMnya sendiri nanti dititiknya yang tadi seberapa banyak Mahasiswa mengambil program tersebut.

Kemudian seberapa besar/banyak Prodi itu mengembangkan

program-program center of excellentnya.

4. Hambatannya sendiri itu kalau tidak banyaknya Mahasiswa yang mengikuti program tersebut, maka program tersebut akan mengalami penyusutan dalam tingkat pencapaian keberhasilan pelaksanaannya.

5. Dari dosen itu yang sering kali tidak toleran terhadap sistem yang dikembangkan.

Sedangkan

Mahasiswanya sendiri secara umum juga tergantung minat Mahasiswa tersebut.

6. Kurang lebih sama seperti sebelumnya, lebih tepatnya.

58 kerangka kebijakan

kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme yang diterapkan dalam upaya menciptakan dan mewujudkan hasil agar sesuai dengan yang diharapkan?

10. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami dalam mengukur tingkat keberhasilan dalam menciptakan dan mewujudkan hasil yang sesuai dengan hak belajar mahasiswa dalam

kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme?

7. Cara mengukurnya ini basisnya tetap harus sesuai pendekatannya seperti nilai yang didapatkan, kemudian kemampuan Mahasiswa untuk mengambil aktifitas di luar tadi.

8. Dikatakan berhasil tidaknya itu jika banyak Mahasiswa yang

mengikuti program tersebut mencapai standar kompetensi yang diinginkan dan sesuai.

9. Untuk evaluasinya karena di PT jadi mengikuti standart tadi seperti konversi, ekuivalensi, itu yang dikembangkan. Kalau mengikuti

perkembangan

MBKMnya sendiri nanti dititiknya yang tadi seberapa banyak Mahasiswa mengambil program tersebut.

Kemudian seberapa besar/banyak Prodi itu mengembangkan

program-program center of excellentnya.

10. Hambatannya sendiri itu kalau tidak banyaknya Mahasiswa yang mengikuti program tersebut, maka program tersebut akan mengalami penyusutan dalam tingkat pencapaian keberhasilan

pelaksanaannyadengan teori acuan yang ada.

C. Solusi Terhadap Kendala yang Dihadapi dari

Implementasi Hak Belajar

1. Solusi ideal apa saja yang ditempuh dalam mengukur tingkat keberhasilan

1. Kadang-kadang peniliannya kualitatif tidak bisa secara

59 Mahasiswa dalam

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas

Muhammadiyah Malang

pelaksanaan implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka di FPP

2. Solusi ideal apa saja yang ditempuh saat mengukur tingkat keberhasilan dalam menciptakan dan

mewujudkan hasil yang sesuai dengan

implementasi hak belajar mahasiswa dalam

kerangka kebijakan

kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme?

kuantitatif untuk menetapkan

indikatornya. Karena untuk indikator itu selalu ada dari Universitas namanya sistem pengendalian mutu.

Karena itu yang sekarang ini menjadi acuan untuk standar di PT. Sehingga mengukur cara keberhasilannya tidak lepas dari itu.

2. Kurang lebih sama seperti sebelumnya.

Untuk contohnya saja seperti skor TOEFL Mahasiswa itu harus ada standar minimalnya. Jadi untuk tuntutan minimal tersebut dikatakan berhasil bila 80%

Mahasiswa sudah mendapatkan nilai bagus.

60 LEMBAR HASIL WAWANCARA

Informan : Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP) Universitas Muhammadiyah Malang.

Nama : SW

Hari/Tgl/Tahun : Sabtu/6/11/2021

Indikator Daftar Pertanyaan Jawaban Narasumber

A. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka

Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka

Dokumen terkait