• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TEORI KONSTRUKTIVISME DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TEORI KONSTRUKTIVISME DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG TESIS"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

i IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TEORI KONSTRUKTIVISME

DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pedagogi

Disusun Oleh:

BERLINDA GALUH PRAMUDYA WARDANI NIM: 201920240211032

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2022

(2)

ii

(3)

iii

TESIS

Dipersiapkan dan disusun oleh:

BERLINDA GALUH PRAMUDYA WARDANI 201920240211032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Senin/ 17 Januari 2022 dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI Ketua : Dr. Nurul Zuriah, M.Si

Sekretaris : Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd Penguji I : Ria Arista Asih, Ph.D

Penguji II : Dr. Agus Tinus, M.Pd

(4)

iv

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah senantiasa kita panjatkan pada kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis dengan judul “IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR DAN KAMPUS MERDEKA DALAM PERSPEKTIF TEORI KONSTRUKTIVISME DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG”.

Tesis ini dibuat oleh penulis untuk memenuhi salah satu persyaratan Tugas Akhir dalam memperoleh derajat Gelar S-2 pada Program Studi Magister Pedagogi, Direktorat Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Malang. Tentunya, dalam penyusunan Tesis ini, banyak hambatan yang penulis hadapi. Penulis juga menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunannya, adalah berkat bantuan dan dorongan dari beberapa pihak yang memotivasi penulis dalam menyelesaikannya, sehingga kendala-kendala yang dihadapi penulis dapat teratasi, dan beberapa ucapan terima kasih ingin penulis ucapkan kepada yang terhormat:

1. Dr. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh perkuliahandi Universitas Muhammadiyah Malang dengan berbagai fasilitas yang disediakan.

2. Prof. Akhsanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dr. Agus Tinus, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Magister Pedagogi yang telah memberikan segala fasilitas yang menunjang serta mempermudah dalam pengerjaan Tesis ini.

4. Dr. Nurul Zuriah, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kesediaan, kesabaran, dan keluangan waktunya dalam membimbing sampai akhir.

5. Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Pendamping yang telah memberikan ilmu pengetahuan, kesediaan, kesabaran, dan keluangan waktunya dalam membimbing sampai akhir.

6. Dosen Program Studi Magister Pedagogi yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Dr. Rahmad Wijaya, S.E., M.M., selaku Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.

8. Dr. Ir. Aris Winaya, M.M. M.Si. IPU., selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan kemudahan penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.

(6)

vi 9. Sri Winarsih, S.TP., M.P., selaku Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP), yang telah memberikan kemudahan penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.

10. Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP), yang telah memudahkan dan membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.

11. Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (TP), yang telah meluangkan waktu dan membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan untuk menyelesaikan Tesis.

Tak lupa, penulis juga sangat memahami bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk membantu dalam menyempurnakan Tesis ini.

Malang, 5 November 2021

Berlinda Galuh Pramudya Wardani

(7)

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

SUSUNAN DEWAN PENGUJI ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAK ... xi

ABSTRACT ... xii

A. PENDAHULUAN ... 13

B. TINJAUAN PUSTAKA ... 16

1. Implementasi Kebijakan ... 16

2. Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka ... 17

3. Perspektif Teori Belajar ... 22

4. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam Perspektif Teori Konstruktivisme ... 24

C. METODE PENELITIAN ... 26

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 26

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

3. Subyek Penelitian ... 26

4. Sumber Data ... 27

5. Teknik Pengumpulan Data ... 27

6. Teknik Analisis Data ... 28

7. Uji Keabsahan Data ... 30

D. HASIL PENELITIAN ... 31

E. PEMBAHASAN ... 40

F. KESIMPULAN ... 43

RUJUKAN ... 45

(8)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Wawancara ... 47 Tabel 2. Tabel Observasi ... 94 Tabel 3. Tabel Dokumentasi RPS Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan

... 95

(9)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Wawancara Dengan Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan

(FPP) ... 98 Gambar 2. Wawancara Dengan Ketua Program Studi Teknologi Pangan

(TP) ... 98 Gambar 3. Wawancara Dengan Dosen Program Studi Teknologi Pangan

(TP) ... 99

(10)

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Putusan Rektor ... 100 Lampiran 2. Surat Penelitian ... 101 Lampiran 3. RPS Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional ... 103

(11)

xi ABSTRAK

Wardani, Berlinda Galuh Pramudya. 2022. Tesis. Magister Pedagogi.

Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing (I) Dr. Nurul Zuriah, M.Si.

Pembimbing (II) Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd. Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis (1) implementasi hak belajar mahasiswa, (2) kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa, dan (3) solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang. Teknik pengumpulan data yakni observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Implementasi hak belajar mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak awal diberlakukan kebijakannya. (2) Terdapat beberapa kendala yang dihadapi tersebut meliputi: a) proses adaptasi kurikulum KKNI dengan program MBKM akan berdampak pada mahasiswa dan dosen; b) evaluasi belum seluruhnya selesai; c) kendala teknis dalam pelaksanaan program MBKM; dan d) program magang masih mengalami banyak kendala karena mekanisme kolaborasi dengan pihak luar. (3) Solusi terhadap kendala yang terjadi dilapangan adalah: a) monitoring dan evaluasi untuk menentukan berhasil tidaknya program MBKM dilaksanakan di UMM; dan b) peningkatan yang merupakan tahapan ketika standar tercapai kemudian yang diawali dengan kebijakan ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan.

Kata Kunci: Kebijakan, MBKM, Teori Konstruktivisme.

(12)

xii ABSTRACT

Wardani, Berlinda Galuh Pramudya. 2022. Thesis. Master in Pedagogy.

University of Muhammadiyah Malang. Supervisor (I) Dr. Nurul Zuriah, M.Si.

Supervisor (II) Dr. Siti Fatimah Soenaryo, M.Pd. Implementation of Independent Learning Curriculum Policy and Independent Campus in Constructivism Theory Perspective at the University of Muhammadiyah Malang.

This study aims to describe and analyze: (1) the implementation of student learning rights; (2) the obstacles faced from the implementation of student learning rights; and (3) solutions to the obstacles faced from the implementation of student learning rights. The three matters are viewed within the policy framework of the independent learning curriculum and independent campuses. Through the perspective of constructivism theory at Universitas Muhammadiyah Malang. Data collection techniques are observation, interviews, and documentation. The results of the study show that (1) the implementation of student learning rights at the Private Higher Education (PTS) level has been implemented since the beginning of the implementation of the policy. (2) There are several obstacles faced including: a) the adaptation process of KKNI with the MBKM program will have an impact on students and lecturers; b) the evaluation has not been completed; c) technical constraints in the implementation of the MBKM program, and d) the internship program is still experiencing many obstacles due to the collaboration mechanism with external parties. (3) The solutions to the obstacles that occur in the field are: a) monitoring and evaluation to determine the success or failure of the MBKM program implemented at UMM; and b) improvement which is the stage when the standard is reached then which starts with periodic and continuous improvement.

Keywords: Policy, MBKM, Constructivism Theory.

(13)

13 A. PENDAHULUAN

Dalam konteks keberadaan Perguruan Tinggi pada abad 21 dan revolusi industri 4.0 saat ini, Perguruan Tinggi dituntut untuk mengarahkan mahasiswa pada pemenuhan kompetensi way of thinking, skills for living in the worlds, ways of working, dan tools of working sehingga aktivitas pembelajaran tidak boleh lepas dari kerangka 4C: creativity and innovation, collaboration, communication, dan critical thinking and problem solving. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum pendidikan tinggi didorong untuk dapat mencetak sumber daya manusia yang beriorientasi pada penguasaan keilmuan (scientific vision), kebutuhan masyarakat (societal needs), dan kebutuhan pengguna lulusan (stake holders needs).

Ada empat kebijakan dalam program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2020. Dari empat kebijakan tersebut, tiga kebijakan berhubungan langsung dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS), sedangkan satu kebijakan lainnya terkait dengan Perguruan Tinggi Negeri (PTN), khususnya otonomi pengelolaan yang berBadan Hukum. PTS dituntut untuk menyesuaikan dan bahkan harus melakukan improvisasi terhadap kebijakan baru, seperti: a) sistem akreditasi PT, b) hak belajar tiga semester di luar Program Studi (Prodi), dan c) pembukaan Prodi baru.

Kebijakan MBKM sendiri perlu dipandang sebagai salah satu ikhtiar secara sistematis dan sistemik agar dunia pendidikan melahirkan manusia yang berkualitas unggul. Salah satu dari kebijakan MBKM tersebut adalah untuk memfasilitasi hak belajar mahasiswa selama 3 Semester di luar Prodi. Kebijakan ini merupakan salah satu sarana penyiapan kualitas manusia yang unggul. Melalui skema fasilitasi ini, Mahasiswa dikondisikan untuk melakukan setidaknya empat hal, yaitu: a) menentukan secara otonom pengalaman belajar yang akan ditempuh, b) berpikir dan bersikap lintas disiplin (interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner), c) mengembangkan hard skill dan soft skill, serta d) meningkatkan pengalaman belajar di luar perkuliahan. Maka dengan adanya keempat hal tersebut, lulusan PT mampu menghadapi realitas dan tantangan di bidang ilmu pengetahuan, IDUKA (Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja), dan dinamika masyarakat.

Kebijakan MBKM bagi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) merupakan suatu energi positif untuk memperkuat kegiatan akademik dan non-akademik yang

(14)

14 sejalan dengan filosofi, spirit, dan program UMM. Sebagai PTS, UMM telah melakukan beberapa terobosan penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran melalui program rekognisi Internasional dan ekuivalensi terhadap karya kreatif dan inovatif mahasiswa dengan mata kuliah. Mahasiswa yang memeroleh kejuaraan di level Nasional dan Internasional diakui dan disetarakan dengan Tugas Akhir. Program ini mampu memberikan efek ganda (multiplier effect), yaitu memotivasi mahasiswa untuk berkreasi dan berinovasi serta memberi jaminan Kelulusan Tepat Waktu (KTW) yang merupakan salah satu indikator ketercapaian standar di bidang pendidikan dan pengajaran (Arifin, Syamsul. et al., 2021).

Selaras pula dengan pandangan sebuah teori konstruktivisme, yang mana memandang bahwa suatu pengetahuan dibangun dalam pikiran anak melalui proses asimilasi dan akomodasi (Dahar, 1989). Maka dari itu, pendidik tidak hanya memberikan pengetahuan kepada peserta didik, tetapi peserta didik juga harus berperan aktif dalam membangun sendiri pengetahuan yang ada di dala m memori otaknya. Karena juga dalam pandangan teori konstruktivisme sendiri, suatu situasi, negosiasi, dan aneka perspektif memiliki peranan penting. Konsep tersebut yang antara lain memunculkan cara pandang pembelajaran REALs (Reach Enviroments for Active Learning) yaitu pentingnya menjangkau lingkungan melalui pembelajaran secara aktif. Pendekatan REALs mendorong pentingnya konteks autentik dan mendorong pentingnya pertumbuhan tanggung jawab bagi peserta didik, juga inisiatif, pengambilan keputusan, dan pembelajaran hingga ke lingkungan ataupun konteks Internasional (Sujak, 2020).

Maka pada era digital seperti saat ini, perancang aplikasi komputer mewadahi teori konstruktivisme dengan menyediakan forum diskusi, unggah tugas ke dalam blog, dan kerja kelompok dalam dunia maya. Demikian pula model pembelajaran campuran antara tatap muka dan tatap maya (blended learning) yang mengakomodasi penerapan teori belajar Konstruktivisme (Sujak, 2020). Jadi, dengan adanya beberapa pernyataan sebelumnya tersebut, diharapkan benar-benar dapat menjadi alasan nyata sebab pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisikan. Serta dalam hal ini, kampus memang perlu memetakan bidang- bidang apa saja yang feasible dilaksanakan sesuai kondisi institusi dan situasi

(15)

15 masing-masing. Sebab, hal ini akan sesuai pula dengan tujuan dari kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka yang mana untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

Sehubungan dengan penulisan yang disusun oleh penulis mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, maka penulis juga mencantumkan beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan, meliputi: 1)

“Perspektif Asesmen Autentik Sebagai Alat Evaluasi dalam Merdeka Belajar”

(Sugiri et al., 2020), penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan acuan terhadap pengembangan pola asesmen berkelanjutan dalam Merdeka Belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen autentik yang pernah diterapkan pada Kurikulum 2013 dapat diintegrasikan pada kurikulum baru yang bernama Merdeka Belajar. Persamaan penelitian terletak pada pembahasan Merdeka Belajar, metode penelitian, dan teknik pengumpulan datanya.

2) “Konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka dan Aplikasi dalam Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Indonesia” (Sudaryanto, 2018), penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan mengenai konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep Merdeka Belajar-Kampus Merdeka terwujud dalam delapan bentuk kegiatan pembelajaran MBKM. Persamaan penelitian terletak pada pembahasan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, metode penelitian, dan teknik pengumpulan datanya. 3) “Pengembangan Model Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Teori Konstruktivisme di Perguruan Tinggi” (Nasution & Sahkholid., 2018), penelitian tersebut menggunakan penelitian pengembangan (Research and Development). Jenis desain pengembangan yang digunakan adalah model Four-D’s. Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan

(16)

16 model pembelajaran Bahasa Arab berbasis teori konstruktivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produk (model pembelajaran Bahasa Arab) yang dihasilkan adalah perangkat pembelajaran bahasa Arab berciri khas konstruktivisme, yang mencakup silabus, RPS, dan penilaian. Persamaan penelitian terletak pada pembahasan teori konstruktivisme.

Sedangkan, perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu, seperti yang telah dijelaskan secara singkat sebelumnya dengan penelitian kali ini adalah mengenai “Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, dengan variabel-variabel yang dijelaskan pada bagian tinjauan pustaka.

Berdasarkan adanya latar belakang tersebut pula, maka perumusan masalah yang akan dijawab pada penelitian ini adalah 1) Bagaimana implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang?, 2) Bagaimana kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang?, dan 3) Bagaimana solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang?.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Implementasi Kebijakan

Implementasi sebagai tindakan dari rencana yang sudah disusun. Implementasi menjadi hal yang penting sebagai sarana evaluasi. Implementasi kebijakan merupakan suatu kegiatan mengelola input guna menghasilkan outcomes ataupun output bagi masyarakat yang di mana terjadi setelah dikeluarkan pengarahan yang sah dari suatu kebijakan (Wakia, 2012). Impelementasi kebijakan menjadi salah tahap yang penting dalam proses kebijakan publik, yang pada prinsipnya sebagai cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuan dengan tidak kurang dan tidak

(17)

17 lebih. Suatu program kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak dan tujuan yang diinginkan.

Fungsi implementasi sebagai suatu upaya dalam rangka membentuk sesuatu yang memungkinkan sasaran kebijakan atau tujuan dapat terealisasi sebagai hasil dari kegiatan pemerintah. Menurut teori George C. Edward (1984), pelaksanaan implementasi kebijakan membahas 1) komunikasi suatu upaya penyampaian informasi oleh pembuat kebijakan terhadap pelaksana kebijakan; 2) sumber daya mencakup sumber daya manusia yang cukup, fasilitas yang dibutuhkan; 3) disposis berkaitan dengan komitmen pelaksana dalam melaksanakan suatu kebijakan atau suatu program; dan 4) struktur birokrasi didasarkan pada standar prosedur operasi yang mengatur tata pelaksanaan suatu kebijakan.

2. Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum adalah hak perguruan tinggi, tetapi selanjutnya dinyatakan harus mengacu kepada standar nasional (Pasal 35 ayat 1). Selain dua kebijakan yang menjadi payung menyusunan panduan ini, juga dilandasi Perpres No. 8 Tahun 2012 tentang KKNI.

Hal ini mendorong semua perguruan tinggi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut.

Kurikulum sendiri memegang kedudukan kunci suatu lembaga pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualitas lulusan suatu lembaga. Oleh karena itu, kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka diharapkan dapat menjadi jawaban atas tuntutan tersebut. Kampus Merdeka merupakan wujud pembelajaran di perguruan tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga tercipta kultur belajar yang inovatif, tidak mengekang, dan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.

Tujuan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, salah satunya program

“hak belajar tiga semester di luar program studi” adalah untuk meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills, agar lebih siap dan relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian. Program-program experiential learning dengan

(18)

18 jalur yang fleksibel diharapkan akan dapat memfasilitasi mahasiswa mengembangkan potensinya sesuai dengan passion dan bakatnya.

a. Persyaratan Umum

Dalam pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, program

“hak belajar tiga semester di luar program studi”, terdapat beberapa persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh mahasiswa maupun perguruan tinggi diantaranya, (1) mahasiswa berasal dari Program Studi yang terakreditasi dan (2) mahasiswa aktif yang terdaftar pada PDDikti. Perguruan tinggi diharapkan untuk mengembangkan dan memfasilitasi pelaksanaan program Merdeka Belajar dengan membuat panduan akademik. Program-program yang dilaksanakan hendaknya disusun dan disepakati bersama antara perguruan tinggi dengan mitra. Program Merdeka Belajar dapat berupa program nasional yang telah disiapkan oleh Kementerian maupun program yang disiapkan oleh perguruan tinggi yang didaftarkan pada Pangkalan Data Pendidikan Tinggi.

b. Pelaksanaan

1. Peran Pihak-Pihak Terkait a) Perguruan Tinggi

1) Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi menyatakan bahwa Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi hak bagi mahasiswa (dapat diambil atau tidak) untuk dapat mengambil SKS di luar perguruan tinggi paling lama 2 semester atau setara dengan 40 SKS serta dapat mengambil SKS di program studi yang berbeda di perguruan tinggi yang sama sebanyak 1 semester atau setara dengan 20 SKS.

2) Menyusun kebijakan/pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di luar prodi.

3) Membuat dokumen kerja sama (MoU/SPK) dengan mitra.

b) Fakultas

1) Menyiapkan fasilitasi daftar mata kuliah tingkat fakultas yang bisa diambil mahasiswa lintas prodi.

2) Menyiapkan dokumen kerja sama (MoU/SPK) dengan mitra yang relevan.

(19)

19 c) Program Studi

1) Menyusun atau menyesuaikan kurikulum dengan model implementasi kampus merdeka.

2) Memfasilitasi mahasiswa yang akan mengambil pembelajaran lintas prodi dalam Perguruan Tinggi.

3) Menawarkan mata kuliah yang bisa diambil oleh mahasiswa di luar prodi dan luar Perguruan Tinggi beserta persyaratannya.

4) Melakukan ekuivalensi mata kuliah dengan kegiatan pembelajaran luar prodi dan luar Perguruan Tinggi.

5) Jika ada mata kuliah/SKS yang belum terpenuhi dari kegiatan pembelajaran luar prodi dan luar Perguruan Tinggi, disiapkan alternatif mata kuliah daring.

d) Mahasiswa

1) Merencanakan bersama Dosen Pembimbing Akademik mengenai program mata kuliah/program yang akan diambil di luar prodi.

2) Mendaftar program kegiatan luar prodi.

3) Melengkapi persyaratan kegiatan luar prodi, termasuk mengikuti seleksi bila ada.

4) Mengikuti program kegiatan luar prodi sesuai dengan ketentuan pedoman akademik yang ada.

e) Mitra

1) Membuat dokumen kerja sama (MoU/SPK) bersama perguruan tinggi/fakultas/ program studi.

2) Melaksanakan program kegiatan luar prodi sesuai dengan ketentuan yang ada dalam dokumen kerja sama (MoU/SPK) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020).

c. Bentuk Kegiatan Pembelajaran

Bentuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan Permendikbud No 3 Tahun 2020 Pasal 15 ayat 1 dapat dilakukan di dalam Program Studi dan di luar Program Studi meliputi:

(20)

20 1. Pertukaran Pelajar

Pertukaran pelajar dapat diartikan dengan kuliah atau mengikuti kuliah lintas kampus baik di PTS/PTN dalam negeri maupun luar negeri. Pertukaran pelajar berupa transfer kredit, joint degree, atau double degree. Mata kuliah yang dapat diambil mahasiswa adalah mata kuliah yang menunjang CPL. Mata kuliah ini dapat berupa mata kuliah inti, mata kuliah pilihan, ataupun lainnya.

2. Magang/Praktik Kerja

Untuk menunjang pengalaman di dunia profesi, mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran langsung melalui magang di tempat kerja (experiential learning).

Melalui kegiatan magang, permasalahan di dunia profesi akan mengalir ke PT sehingga dapat digunakan untuk meng-update bahan ajar dan model perkuliahan dengan topik-topik menarik sebagai hasil riset yang relevan.

3. Asistensi Mengajar di Satuan Pendidikan

Di berbagai survei, kualitas pendidikan kita masih perlu perhatian khusus. Selain memberikan pengalaman mengajar, pelibatan mahasiswa yang berminat di bidang pendidikan dalam program asistensi ini akan membantu meningkatkan pemerataan kualitas serta relevansi pendidikan dasar dan menengah dengan PT dan perkembangan zaman.

4. Penelitian/Riset

Kemampuan berpikir saintifik atau meneliti harus terus ditingkatkan dengan berbagai macam kegiatan. Oleh karena itu, di PT ada mata kuliah khusus, misalnya metode penelitian, riset operasional, riset laboratorium, dan sejenisnya yang berujung pada tugas akhir. Untuk memperkuat kompetensi riset, program MBKM memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk belajar langsung di lembaga riset atau pusat studi.

5. Proyek Kemanusiaan

Bentuk kegiatan ini dimunculkan karena banyaknya bencana yang terjadi dan memerlukan sikap peduli dan kemampuan dalam menanganinya. Selama ini, PT banyak membantu mengatasi bencana melalui berbagai program. Oleh karena itu, program ini harus diakui dan disetarakan dengan mata kuliah tertentu. Kebijakan MBKM memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengikuti proyek ini di lembaga-lembaga kemanusian, baik di dalam maupun luar negeri.

(21)

21 6. Kegiatan Wirausaha

Kemampuan dan kemauan berwirausaha mahasiswa perlu ditingkatkan melalui beberapa kegiatan maupun perkuliahan karena movitasi berwirausaha relatif rendah dan belum terkelola dengan baik, padahal peluang sukses cukup tinggi. Di beberapa prodi ada mata kuliah kewirausahaan, tetapi jika tidak ada maka kegiatan kewirausahaan ini bisa diakui dan diekivalenkan dengan mata kuliah tertentu.

7. Studi/Proyek Independen

Tidak sedikit mahasiswa yang memiliki ide-ide inovatif dan kreatif dalam mengikuti perlombaan di tingkat nasional maupun internasional. Oleh karena itu, Prodi harus mengapresiasi hasil perlombaan ini dengan mengakui dan menyetarakan dengan maka kuliah tertentu melalui skema studi/proyek independen ini.

8. Membangun Desa/ KKN Tematik

KKN umumnya merupakan mata kuliah yang harus ditempuh. KKN tematik merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memberika pengalaman hidup di tengah- tengah masyarakat. Selain mengasah soft skill, kerja sama, dan leadership dalam ikut membangun desa, KKN ini juga bisa digunakan untuk penelitian yang relevan dengan prodinya dan hasilnya disetarakan dengan tugas akhir.

9. Bela Negara

Kementerian Pertahanan bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewacanakan bela negara yang mana adalah membawa pendidikan militer ke kampus. Program pendidikan militer yang dibawa ke kampus berbeda dengan wajib militer, karena menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, pendidikan militer yang diusung ini bersifat sukarela yang bebas dipilih oleh Mahasiswa. Mahasiswa yang mengikuti pun juga berhak mendapatkan SKS.

Program bela negara tentu diusulkan dengan pertimbangan dan diskusi yang matang. Pendidikan militer pun menjadi isu sensitif, terlebih lagi diterapkan pada masyarakat yang dalam hal ini adalah Mahasiswa. Diharapkan adanya diskusi kembali bersama jajaran akademik yang terlibat, sehingga dapat menjadi keputusan yang tidak menimbulkan konflik nantinya.

Beberapa bentuk kegiatan MBKM di atas, dalam struktur kurikulum Prodi ada yang berbentuk mata kuliah, misalnya magang/praktik kerja, asistensi mengajar di satuan pendidikan, penelitian, kewirausahaan, dan KKN tematik. Sementara itu,

(22)

22 substansi dan jumlah SKS tergantung dari kecirian Prodi masing-masing. Proyek kemanusiaan dan proyek independen bisa dilakukan melalui ekivalensi atau penyetaraan dengan mata kuliah tertentu. Pertukaran pelajar merupakan kegiatan mengikuti perkuliahan di Prodi berbeda. Dalam hal ini, mata kuliah dapat berupa mata kuliah yang sama, mata kuliah pilihan, mata kuliah pendukung kompetensi utama, atau mata kuliah di luar prodi yang dianggap penting untuk diikuti. Mata kuliah ini bisa mata kuliah yang sama di prodi berbeda yang menjadi mitra (Arifin, Syamsul. et al., 2021).

3. Perspektif Teori Belajar

Perkembangan teori belajar secara garis besar terdiri dari Teori Belajar Behaviorisme (Behaviorism), Teori Belajar Kognitivisme (Cognitivism), Teori Belajar Humanisme (Humanism), Teori Belajar Konstruktivisme (Constructivism), dan Teori Belajar Konektivisme (Connectivism). Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa Teori Belajar Behaviorisme menyatakan bahwa belajar merupakan respon terhadap stimulus eksternal. Teori Belajar Kognitivisme menyatakan bahwa belajar merupakan proses menanggapi pengalaman, memperoleh, dan menyimpan informasi.

Teori Belajar Humanisme menyatakan bahwa belajar yang mengutamakan memanusiakan manusia. Teori Belajar Konstruktivisme menyatakan bahwa belajar merupakan proses membangun pemahaman. Teori Belajar Konektivisme menyatakan bahwa belajar merupakan proses menghubungkan antar nodes (simpul atau titik-titik sumber informasi) dalam jaringan internet yang memiliki peranan penting dalam memperluas kegiatan belajar.

a. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori belajar Konstruktivisme sendiri berasal dari bidang ilmu kognitif, khususnya dari Jean Piaget, Lev Vigotsky, Jerome Bruner, Howard Gardner, dan Nelson Goodman. Teori ini menjelaskan bahwa pengembangan pengetahuan melalui belajar merupakan proses konstruksi aktif makna-makna dari hal-hal yang dipelajari yang mana dalam proses pembuatan makna memiliki keterkaitan dengan konteks dan lingkungan di mana kegiatan belajar ataupun situasi belajar dilaksanakan.

Konstruktivisme memiliki pandangan bahwa pengetahuan atau makna tidak baku (fixed) pada objek tetapi merupakan hasil konstruksi atau proses pemahaman seseorang melalui pengalaman mereka dalam menyikapi objek yang dipelajari dan

(23)

23 konteks tertentu yang terkait dengan hal yang dipelajari. Constructivisme menekankan peranan penting kesadaran, kebebasan keinginan, pengaruh situasi sosial terhadap kegiatan belajar. Carl Rogers (1969), menyatakan bahwa setiap individu eksis di tengah-tengah dunia pengalaman yang terus berubah yang mana dirinya berada di tengah-tengah arus perubahan tersebut (every individual exist in a continually changing world of experience in which he is the center.”) (Bates, 2019).

Teori konstruktivisme dibangun atas dasar asumsi bahwa manusia membangun cara pandang masing-masing ketika menghadapi informasi yang dipelajari. Teori konstruktivisme memandang individu sebagai makhluk yang unik yang tidak sama dengan yang lain karena masing-masing individu memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda, mengadakan interpretasi melalui proses psikologis yang berbeda-beda, dan menyimpulkan makna secara individual pula. Dalam pandangan konstruktivisme, proses belajar merupakan proses sosial yang memerlukan proses komunikasi antara pihak yang belajar, pihak yang mengajar dan dengan teman belajar. Proses belajar dapat dibantu dengan teknologi, tetapi teknologi tidak dapat menggantikan proses tersebut sepenuhnya. Manusia belajar dengan melakukan refleksi sesuai pengalaman yang dialami masing-masing maupun pengalaman yang diperoleh secara kolaboratif dalam kelompok.

Dalam perkembangannya teori konstruktivisme mengalami perkembangan sehingga ada yang disebut sebagai teori belajar konstruktivisme dasar dan teori belajar Konstruktivisme modern. Teori belajar konstruktivisme dasar memiliki pandangan bahwa ketika manusia sedang berusaha memahami objek atau memberi makna objek yang dipelajari dipengaruhi pengetahuan terdahulu (pengetahuan yang telah dimiliki). Struktur pengetahuan yang telah dikonstruksi sebelumnya diambil/ditarik ke permukaan dan dijadikan pijakan untuk pengembangan struktur pengetahuan baru. Pengetahuan baru dari proses konstruksi tersebut kemudian ditambahkan ke pengetahuan yang telah dikenali sebelumnya.

Konstruktivisme belajar modern percaya bahwa pengetahuan dikonstruksi secara personal kemudian dikembangkan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sebagai fondasi. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang dibawa ke permukaan itu sendiri dikonstruksi ketimbang sekadar diambil begitu saja dari memori kasus per kasus. Dengan demikian pengetahuan itu berdasarkan

(24)

24 konstruksi individual yang tidak dikaitkan ke realitas eksternal, tetapi lebih kepada hasil interaksi di dalam diri orang itu sendiri dengan dunia eksternal yang dipelajari.

Pandangan utama konstruktivisme adalah bahwa pengetahuan tidak eksis secara independen/terpisah di dunia. Maka, setiap situasi dapat dipahami dari berbagai sudut pandang. Pengalaman individual, persepsi, dan konstruksi individual tidak berarti bahwa orang-orang yang mempelajari topik yang sama tidak akan mampu memiliki persamaan pemahaman antara satu individu dengan individu lain, melainkan bahwa proses negosiasi sosial menjadi sangat penting dalam pembelajaran. Proses konstruksi pengetahuan oleh para individu didasarkan pada proses interaksi sesama rekan, fasilitator, dan ahli. Konsepsi dan ide-ide dibandingkan, dikonfrontasi, dan didiskusikan melalui interaksi. Dalam proses, semua aktor memodifikasi pandangan mereka hingga akhirnya mencapai pemahaman yang umum.

Dalam pandangan teori konstruktivisme, suatu situasi, negosiasi, dan aneka perspektif memiliki peranan penting. Konsep tersebut yang antara lain memunculkan cara pandang pembelajaran REALs (Reach Environments for Active Learning) yaitu pentingnya menjangkau lingkungan melalui pembelajaran secara aktif. Pendekatan REALs mendorong pentingnya konteks autentik dan mendorong pentingnya pertumbuhan tanggung jawab bagi peserta didik, juga inisiatif, pengambilan keputusan, dan pembelajaran hingga ke lingkungan ataupun konteks Internasional.

Di era digital, perancang aplikasi komputer mewadahi teori konstruktivisme dengan menyediakan forum diskusi, unggah tugas ke dalam blog, kerja kelompok dalam dunia maya. Demikian pula model pembelajaran campuran antara tatap muka dan tatap maya (blended learning) mengakomodasi penerapan teori belajar Konstruktivisme (Sujak, 2020).

4. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka Dalam Perspektif Teori Konstruktivisme

Kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka (MBKM) didukung oleh keberagaman bentuk pembelajaran (Pasal 14 SNDIKTI) dan adanya fasilitas bagi mahasiswa untuk menempuh studinya dalam tiga (3) semester di luar program studinya (Pasal 18 SNDIKTI). Implementasi program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka diperuntukkan bagi Program Sarjana dan Sarjana Terapan (KECUALI

(25)

25 bidang Kesehatan). Program ini tetap ditujukan untuk pemenuhan Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang telah ditetapkan oleh setiap Program Studi tetapi dengan bentuk pembelajaran yang berbeda.

Hak mahasiswa untuk melaksanakan kegiatan belajar di luar prodinya selama 3 semester, memberi kesempatan untuk mendapatkan kompetensi tambahan di luar Capaian Pembelajaran (CP) yang ditetapkan Prodi sebagai bekal untuk masuk di dunia kerja setelah lulus sarjana/sarjana terapan. Di samping itu, pengalaman yang diperoleh akan memperkuat kesiapan lulusan dalam beradaptasi dengan perkembangan dunia kerja, kehidupan di masyarakat dan menumbuhkan kebiasaan belajar sepanjang hayat. Untuk memberikan panduan Program Studi dalam pengembangan/penyesuaian kurikulum dalam mengimplementasikan MBKM dan peningkatan kualitas program studi, orientasi pengembangan kurikulum ini ditambahkan panduan implementasi program MBKM dan implementasi Outcome Based Education (OBE) yang menjadi standar penilaian Sistem Penjaminan Mutu

Eksternal (SPME, Akreditasi Nasional dan Internasional) (Jenderal et al., 2020).

Berdasarkan sedikit pemaparan di atas, terdapat penelitian terdahulu dengan judul “Pendekatan Pembelajaran Di Does University dalam Perspektif Konstruktivisme” (Saputra, 2018). Konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia melalui interaksi dengan objek, fenomena pengalaman, dan lingkungan mereka. Konstruktivisme bertitik tolak dari pengetahuan, dan rekonstruksi pengetahuan adalah mengubah pengetahuan yang dimiliki seseorang yang telah dibangun atau dikonstruk sebelumnya dan perubahan yang terjadi adalah sebagai akibat dari interaksi dengan lingkungannya. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pada proses pembelajaran belum berjalan dengan baik dikarenakan komunikasi, kualitas SDM (mentor) yang belum memahami teknik pembelajaran yang lebih konstruktif, dan jumlah fasilitas komputer.

Selanjutnya, pada penelitian terdahulu dengan judul “Optimalisasi Pembelajaran Konstruktivistik dalam Peningkatan Motivasi Beribadah Siswa dan Penguatan Pendidikan Karakter Religius” (Silviannisa, 2018). Pembelajaran konstruktivistik adalah di mana siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Sedangkan, pada hasil dari penelitian

(26)

26 tersebut menunjukkan bahwa implementasi pembelajaran konstruktivistik yang belum optimal.

Konsep kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme memiliki kesejajaran dalam memandang pendidikan sebagai bentuk pengalaman. Keduanya menekankan pada aspek kebebasan, kemerdekaan dan keleluasan pelaku pendidikan mulai dari pendidik sampai dengan pebelajar.

Semangat yang sama tercermin dari bagaimana cara memandang bahwa pebelajar harus bebas berkembang secara natural dan pembelajaran harus berbasis pengalaman (Zidni et al., 2021).

C. METODE PENELITIAN

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif sendiri mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi, atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Sukmadinata, 2011).

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti melaksanakan penelitian di Universitas Muhammadiyah Malang, yang terletak pada Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur, Indonesia, Telepon:

+62 341464318. Penelitian dilaksanakan kurang lebih 1 bulan pada bulan Oktober sampai November 2021.

3. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian atau informan adalah Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), Ketua Program Studi, Dosen Program Studi, dan Mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan (TP) Universitas Muhammadiyah Malang. Alasan

(27)

27 peneliti memilih FPP karena Fakultas tersebut merupakan salah satu Fakultas yang mendapatkan dana hibah pertama kali terkait program MBKM. Serta, terutama lebih fokus pada Prodi TP, sebab Prodi tersebut yang dipilih sebagai Prodi pelopor pelaksana program MBKM.

4. Sumber Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dari sumber data yang terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan tempat penelitian. Data tersebut berupa hasil wawancara dari subjek penelitian atau informan, maupun segala sesuatu yang diamati selama proses penelitian (hasil observasi) seperti yang tertulis pada Daftar Tabel (Tabel 2. Tabel Observasi), Lembar Hasil Observasi, yang berkenaan dengan Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang. Data sekunder adalah data- data yang diperoleh dari dokumen resmi yang berupa catatan tertulis, foto kegiatan maupun soft file yang berhubungan dengan masalah dan objek penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa teknik pengumpulan data, yaitu wawancara, observasi, angket dan studi documenter (Sukmadinata, 2015). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik wawancara ini dilakukan dengan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP), 3 Dosen Program Studi Teknologi Pangan (TP), dan 2 Mahasiswa dari Universitas Mulawarman yang megikuti program pertukaran pelajar di Program Studi Teknologi Pangan (TP). Adapun yang dibutuhkan dari wawancara ini adalah menggali data tentang Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Teknik observasi ini dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan tabel observasi seperti yang tetulis pada Daftar Tabel (Tabel 2. Tabel Observasi), Lembar

(28)

28 Hasil Observasi untuk mengetahui implementasi hak belajar mahasiswa, kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa, dan solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum merdeka belajar dan kampus merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

Teknik dokumentasi dilakukan oleh peneliti untuk menemukan bukti fisik yang disampaikan informan saat diwawancarai. Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah dokumen mengenai Surat Keputusan Rektor, RPS Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional, RPS Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan, Daftar Nama Mahasiswa Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan, Daftar Nama Mahasiswa Matakuliah Pangan Fungsional, dan Daftar Nama Mahasiswa Matakuliah Analisa Pangan untuk menguatkan hasil penelitian terhadap implementasi kebijakan tersebut.

6. Teknik Analisis Data

Data dianalisis dengan menggunakan tiga langkah analisis data: kondensasi data (data condensation), menyajikan data (data display), dan menarik simpulan atau verifikasi (conclusion drawing and verification). Secara lebih terperinci, langkah- langkah tersebut akan diterapkan sebagaimana berikut ini (Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, 2014):

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dari metode yang di lakukan yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Semua jenis data ini memiliki satu aspek kunci secara umum, analisinya terutama tergantung pada keterampilan integratif dan interpretatif dari peneliti. Interpretasi diperlukan karena data yang dikumpulkan jarang berbentuk angka, data kaya rincian, dan panjang.

b. Kondensasi Data (Data Condensation)

Dalam kondensasi data merujuk pada proses pemilihan (selecting), pengerucutan (focusing), penyederhanaan (simplifiying), peringkasan (abstracting), dan transformasi data (transforming).

(29)

29 Dalam kondensasi data proses penelitian berpedoman pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, yaitu: (a) Implementasi Hak Belajar Mahasiswa, (b) Kendala yang Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa, dan (c) Solusi Terhadap Kendala yang Dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

c. Penyajian Data

Sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan mencermati penyajian data tersebut, peneliti akan lebih mudah memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan. Artinya apakah peneliti meneruskan analisisnya atau mencoba untuk mengambil sebuah tindakan dengan memperdalam temuan tersebut (Miles, B.

Mathew., 1992).

Penyajian data dilakukan setelah analisis dan pengecekan ulang data, disajikan menggunakan uraian deskriptif mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang.

d. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Dari beberapa tahap yang telah dilakukan dan yang terakhir adalah penarikan kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan serta pengecekan ulang dengan bukti yang telah ditemukan di lapangan.

Peneliti akan mengambil kesimpulan terkait hasil proses analisis yang memberikan deskripsi mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang berdasarkan bukti, data, dan temuan yang valid berdasarkan studi lapangan yang telah dilakukan.

(30)

30 7. Uji Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan yang didasarakan pada sejumlah kriteria tertentu (Moleong, 2009). Dalam penelitian kualitatif, untuk menguji keabsahan data agar data valid dan dapat dipertanggung jawabkan yang telah dikumpulkan, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Teknik triangulasi dibagi menjadi tiga, yaitu: (1) triangulasi sumber dilakukan dengan cara mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain, (2) triangulasi teknik dilakukan dengan menggunakan beragam teknik untuk mengungkap data yang dilakukan kepada sumber data, dan (3) triangulasi waktu dilakukan dengan cara mengumpulkan data pada waktu yang berbeda (Komariah, Aan., Satori, 2011).

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber, triangulasi teknik, dan triangulasi waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek informasi/data yang diperoleh melalui wawancara dengan informan.

Kemudian data tersebut ditanyakan kepada informan lain yang masih terkait satu sama lain. Penggunaan metode triangulasi ini dilakukan untuk mendapatkan jawaban yang lebih jelas, sebagaimana terlihat dalam Lembar Hasil Wawancara yang ada pada Daftar Tabel (Tabel 1. Tabel Wawancara).

Triangulasi teknik dilakukan peneliti untuk melakukan pengecekan informasi/data antara hasil wawancara dengan dokumen, sebagaimana terlihat dalam Lembar Hasil Wawancara yang ada pada Daftar Tabel (Tabel 1. Tabel Wawancara) dengan informan Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK Univeristas Muhammadiyah Malang. Seperti di dalam salah satu pernyataannya yang menyatakan tentang Surat Keputusan Rektor yang bisa dilihat pada Daftar Lampiran (Lampiran 1. Surat Putusan Rektor).

Triangulasi waktu ini, peneliti akan mempertimbangkan waktu pengumpulan data bisa hari, jam, waktu sehabis makan, pagi, siang, dsb. Karena besar kemungkinan informan bisa menjawab pertanyaan wawancara dengan lebih santai dan lugas. Maka dari itu pengecekan keabsahan data bisa dilaksanakan dengan pengujian observasi, wawancara, atau dengan metode lain dengan waktu atau kondisi yang berbeda.

(31)

31 Seperti yang terlihat dalam Lembar Hasil Wawancara yang ada pada Daftar Tabel (Tabel 1. Tabel Wawancara), anatara informan satu dengan yang lainnya peneliti ambil dalam kurun waktu berbeda, hal tersebut tidak lain juga mempertimbangkan kesedian waktu yang dimiliki antar informan tersebut.

D. HASIL PENELITIAN

Deskripsi dari hasil penelitian Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang adalah sebagai berikut.

1. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Pada penelitian ini, peneliti telah mewawancarai beberapa informan atau subjek penelitian mengenai implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Seperti berikut ini, sebagaimana pernyataan yang disampaikan oleh Bapak RW, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK:

“...Sejak lama sebenarnya sudah MBKM, sekitar tahun 2017 tapi hanya sebagian seperti magang industri, lalu menjadi anggota FHCI (melibatkan BUMN se- Indonesia), menjadi anggota NUNI (pertukaran pelajar, riset kolaborasi, dan staff mobility), melakukan MoU dengan berbagai PT atau DU/DI. Kemudian implementasinya ikut hibah, kemudian UMM sendiri yang menyelanggarakan, atau bahkan Prodi-Prodi yang berMoU. Karena MBKM ini wujudnya harus banyak bermitra dengan lembaga industri tersebut. Jadi memungkinkan mahasiswa untuk dapat menjalankan program magang. Kalau untuk dari Kemendikbud sendiri tentang hibah ada 13 kegiatan yang diikuti (PKKM, KMMI, IISMA, ICT, COE, IPD, Kerjasama Kurikulum, Kemahasiswaan/HMJ, Program Pembelajaran Asistif, Magang Bersertifikat, Kampus Mengajar, dll ).

Intinya sudah banyak kegiatan MBKM yang dilakukan...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).

Hal ini juga dikemukakan oleh AW selaku Dekan Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), sebagai berikut:

“...Untuk kebijakan kurikulum MBKM sendiri sudah di jalankan, terutama juga di Prodi-Prodi. Jadi semenjak ada kurikulum tersebut dan diminta menerapkannya, maka harus dijalankan pada saat itu juga. Karena sifatnya juga yang offering jadi harus ada yang ditawarkan. Maka pada akhirnya Prodi-Prodi

(32)

32 ini yang diminta untuk mendesain kurikulum berbasis MBKM. Yang jelas kurikulumnya harus bagus karena kalau tidak nanti seperti tidak ada rambu- rambu dalam pelaksanaannya. Jadi kurikulumnya harus didesain sesuai program, adanya konversi, dan ekuivalensi...” (AW/10.00 WIB/09/11/2021).

Berdasarkan kedua arsip di atas, menunjukkan bahwa terlaksananya kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka mengenai implementasi hak belajar mahasiswa. Hal ini nampak dari perkataan Bapak RW jika MBKM sudah terlaksana, bahkan terdapat 13 kegiatan dari Kemendikbud yang telah diikuti.

Ungkapan yang sama dikatakan oleh Bapak AW bahwa kebijakan kurikulum MBKM sudah dijalankan, terutama pada setiap Prodi. Maka pada akhirnya setiap Prodi berkewajiban untuk mendesain kurikulum berbasis MBKM. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kurikulum MBKM di UMM dilaksanakan sesuai dengan kebijakan program tersebut.

Selanjutnya, untuk pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, terutama pada program hak belajar tiga semester di luar Program Studi, Ketua Program Studi Teknologi Pangan (TP) Ibu SR, menyatakan pendapatnya, bahwa:

“...Untuk pengambilan 20 SKS di luar Prodi, bisa lintas Jurusan di dalam Universitas. Dimana Mahasiswa yang mengambil 20 atau 40 SKS di luar Prodi, nanti ada batasan, ada capaian pembelajaran, Standar Kompetensi, yang harus dicapai. Maka Prodi akan mengarahkan pada kegiatan yang akan mencapai kompetensi dan tidak. Dirancang sejak 2021, dan dimampatkan di semester 1 sampai semester 6. 7 dan 8 bebas mengambil di luar Universitas...” (SR/09.00 WIB/6/11/2021).

Pernyataan tersebut juga dibenarkan oleh Dosen Teknologi Pangan Ibu NH, yang mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Jadi, hak mahasiswa untuk memilih. Dari 20 SKS itu, mahasiswa dapat mengambil di luar Prodinya, di luar dari Kampusnya, dan bahkan ke Luar Negeri. Kententuan Prodi sebenarnya, jadi nanti didapatkan learning out comenya sebagai bagian dari luaran dalam kurikulum. Kemudian juga sesuai dengan Permendikbud Nomor 3 Tahun 2020...” (NH/11.30 WIB/16/11/2021).

Serupa juga dengan pernyataan Dosen Teknologi Pangan Ibu VAW, yang mengampu Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

(33)

33

“...Berarti harus membagi lagi pikirannya dari kurikulum yang khusus itu, dari internal yang antar Jurusan lintas Jurusan. Sedangkan yang eksternal berarti harus menyiapkan Prodinya juga dengan beda, Kampusnya juga beda. Harus seperti lokakarya yang sudah dilaksanakan, jadi sesuai kesepakatan antara Dosen Pengampu. Untuk jumlah SKS yang berada di Prodi akan sesuai dengan yang sudah dibahas dalam lokakarya tersebut...” (VAW/10.30 WIB/11/11/2021).

Beberapa pernyataan sebelumnya juga diperkuat oleh data yang didapatkan dari hasil wawancara dengan Bapak RW, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK:

“...Tetap sesuai dengan SNDIKTI yang 20 dan 40 SKS. Desainnya nati 84 SKS di harus Prodi asal, maksimum 20 SKS lintas Prodi, maksimum 40 SKS lintas Universitas 8 kegiatan MBKM, 144 SKS KPT di Prodinya track lulus...”

(RW/11.15 WIB/25/11/2021).

Seluruh pernyataan di atas bermuara pada satu temuan bahwa pelaksanaan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, terutama program hak belajar tiga semester di luar program studi, di mana Perguruan Tinggi wajib memfasilitasi hak bagi mahasiswa (dapat diambil atau tidak) untuk dapat mengambil SKS di luar Perguruan Tinggi paling lama 2 semester atau setara dengan 40 SKS serta dapat mengambil SKS di Program Studi yang berbeda di Perguruan Tinggi yang sama sebanyak 1 semester atau setara dengan 20 SKS. Serta, menyusun kebijakan atau pedoman akademik untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran di luar Prodi.

Selanjutnya, bentuk kegiatan pembelajarannya dinyatakan oleh Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Bapak RW dengan pernyataan sebagai berikut ini:

“...Karena aturan pemerintah (SNDIKTI) harus diikuti. Pemerintah yang memerintahkan/diinstruksikan jadi diikuti. Sebelumnya saja sudah melakukan magang industri, terus ekuivalensi, ibaratnya sebelum pemerintah melakukan UMM sudah melaksakannya dengan payung dari Surat Keputusan Rektor di Tahun 2017 tadi. Jadi sudah melaksanakan sebagian dari 8 kegiatan yang ada.

Setelahnya tinggal meneruskan dan menambahkan kegiatan...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).

Hal ini juga dinyatakan oleh Bapak AW selaku Dekan FPP, sebagai berikut:

“...Karena seperti kemauannya Mendikbud, jadi agar dapat benar-benar terkoneksi dengan dunia industri dan dapat terhubung dengan teorinya. Sehingga terciptanya keseimbangan antara praktek dan teori. Kemudian karena adanya

(34)

34 visi Kewirausahaan yang dikembangkan berdasarkan jiwa Kewirausahaan.

Karena saat ini juga banyak yang menuju ke bidang tersebut daripada seperti perkantoran, dll...” (AW/10.00 WIB/9/11/2021).

Begitu pula dengan pernyataan yang dinyatakan oleh Ibu SW, Ketua Program Studi TP:

“...Strategi dan metodenya mengikuti alur yang ada. Serta memilih kegiatannya yang ada korelasi dengan kompetensi di Prodi. Seperti, Kewirausahaan, Magang, KKN Tematik, dan Riset/Penelitian...” (SW/09.00 WIB/6/11/2021).

Sejalan pula dengan pendapat Dosen Teknologi Pangan Ibu AH, yang mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Penyelenggaraan KKN Tematik, penggandaan kuliah tamu yang mengundang praktisi dari dunia industri, serta adanya Magang di perusahaan...” (AH/16.00 WIB/17/11/2021).

Dari beberapa pernyataan sebelumnya, secara lengkap penjelasan dari bentuk kegiatan pembelajaran ini dapat dilakukan di dalam Program Studi dan di luar Program Studi meliputi: 1) Pertukaran Pelajar, 2) Magang/Praktik Kerja, 3) Asisten Mengajar di Satuan Pendidikan, 4) Penelitian/Riset, 5) Proyek Kemanuasiaan, 6) Kegiatan Wirausaha, 7) Studi/Proyek Independen, dan 8) KKN Tematik. Dalam hal ini pula, kampus perlu memetakan bidang-bidang apa saja yang feasible dilaksanakan sesuai kondisi institusi dan situasi masing-masing. Kemudian sebuah pendapat dinyatakan oleh Bapak AW selaku Dekan FPP, bahwa:

“...Jadi dengan adanya kurikulum MBKM dan karena yang dicari adalah out comenya juga, sehingga dengan teori tersebut akan mengkonstruk antara teori yang sudah ada dengan praktiknya sendiri. Untuk di Fakultas sendiri, seperti Mahasiswa yang belajar di luar Prodi, nanti akan dikoordinasikan ke Prodi-Prodi untuk merancang kurikulum yang sesuai, yang akan diambil Mahasiswa di luar Prodi itu seperti apa. Kemudian dicocokkan dengan Kompetensi. Kemudian nanti Mahasiswa akan mengikuti rule yang ada sepenuhnya. Ada beberapa Mahasiswa juga, yang sudah mengambil perkuliahan di luar Universitas lewat NUNI bahkan ke luar negeri melalui Erasmus Mundus. Nanti nilai dari Matakuliah bisa dikonversikan dan dicocokan...” (AW/10.00 WIB/9/11/2021).

Hal ini juga di perkuat dalam pernyataan yang disampaikan Bapak RW, Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK:

(35)

35

“...Coba bayangkan, sebelum MBKM saja UMM sendiri sudah melakukannya, setelahnya disuruh cocok apa tidak? Kan sudah kelihatan. Meskipun sebelum ada putusan tentang program tersebut UMM sudah melaksanakan sebagian dari 8 kegiatan yang ada. Setelahnya tinggal meneruskan dan menambahkan kegiatan...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).

Berangkat dari dua pernyataan di atas bahwa kebijakan kurikulum MBKM menjadi sebab pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisikan.

Kebijakan tersebut juga mewujudkan pembelajaran di Perguruan Tinggi yang otonom dan fleksibel sehingga mahasiswa yang mengikuti program ini juga merasakan kelebihannya yang didapat.

Jadi dengan adanya pandangan tersebut, kelebihan terhadap pelaksanaan program ini juga dirasakan dan dinyatakan F, salah satu mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar pada program ini:

“...Tentunya ada dampak yang lebih, seperti meningkatnya kepercayaan diri dengan kemampuan yang dimiliki setelah digali lebih dalam, menambah pengetahuan yang dibutuhkan, dan keluar dari zona nyaman karena Matakuliah yang diambil berbeda dengan Jurusan yang ditempuh saat ini...” (F/18.00 WIB/11/11/2021).

Sejalan pula dengan pernyataan H mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar pada program ini:

“...Secara pribadi tidak mengambil 2 Matakuliah wajib di semester 5 karena SKS yang diambil mencapai 24 SKS, dimana kurikulum MBKM mewajibkan 20 SKS di PT penerima. Kemudian kesulitan untuk memilih kosentrasi sesuai Jurusan. Namun mendapatkan pengalaman baru, dapat mengenal Matakuliah yang ada di luar Prodi, serta ilmu yang lebih sesuai yang dibutuhkan...” (H/13.00 WIB/11/11/2021).

Kemudian pernyataan tersebut diperkuat oleh pendapat Ibu SW, selaku Ketua Program Studi TP:

“...Merubah maindset, dimana bebas untuk belajar menemukan sesuatu dari pengalaman yang dimiliki dengan penggabungan pengalaman baru...”(SW/09.00 WIB/6/11/2021).

Berdasarkan dari hasil wawancara yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa membuat dan menyempurnakan kebijakan program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka di Universitas Muhammadiyah Malang telah menjadi

(36)

36 harapan untuk pengurangan mata kuliah atau perubahan bentuk pembelajaran dari perkuliahan di kampus menjadi kegiatan luar kampus yang dapat direkognisikan.

Sehingga sebagaimana seharusnya kebijakan tersebut dipersiapkan, direncanakan, dimplementasikan, dan dievaluasi juga harus terus dilakukan dengan melakukan berbagai terobosan, inovasi, kreativitas, perluasan kerjasama, peningkatan kualitas pelayanan, dan seterusnya.

2. Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Berikut ini adalah beberapa kutipan dari hasil wawancara peneliti dengan informan atau subjek penelitian mengenai kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Salah satunya, selayaknya seperti yang dikemukakan oleh Kepala Biro Administrasi Akademik dan Pengembangan AIK, Bapak RW:

“...Kalau kendala dari Negara sediri jelas sudah banyak. Untuk sosialisasi MBKM ini saja, sebenarnya sudah seri ketiga, nanti seri keempatnya di Syiah Kuala University. Tentunya nanti akan ada banyak pertanyaan tentang suatu kebijakan yang mana tidak serta merta langsung bisa berjalan, karena perubahannya ini cukup drastis. Sebenarnya dimulainya kan dari OBE. Tapi sebelum itu di KPT orientasinya sudah CP berati sudah OBE juga dan kemudian diperbaiki. Berawal 2012 memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun tersebut juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE MBKM. Hambatannya itu tadi, karena MBKM ini tergolong baru, jadi dalam mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan itu belum tersistem, jadi masih enterynya manual. Namun ini sudah ada flow chartnya, nanti akan dibuat oleh bagian Infokom dan nanti baru tersistem. Semua kegiatan sudah ada flow chart atau pun aturan detailnya tetapi itu tadi masih manual...” (RW/11.15 WIB/25/11/2021).

Bapak AW selaku Dekan FPP juga menyebutkan pendapat yang selaras, sebagai berikut:

“...Kalau untuk dosen itu sering kali tidak toleran terhadap sistem yang dikembangkan. Sedangkan untuk Mahasiswanya secara umum tergantung Mahasiswa tersebut. Karena kebijakan ini juga opsional, Mahasiswa diberikan kebebasan untuk mengambilnya atau tidak...”(AW/10.00 WIB/9/11/2021).

(37)

37 Selaras pula dengan pendapat yang dinyatakan oleh Ibu SW Ketua Program Studi TP:

“...Untuk kendala yang dihadapi kemarin itu belum menyusun kurikulum yang memang dikhususkan untuk MBKM akhirnya kesulitannya di ekuivalensi untuk pencocokan ke mananya, kemudian untuk memahamkan kepada bapak/ibu dosen yang senior kadang justru yang susah daripada yang muda...” (SW/09.00 WIB/6/11/2021).

Selain itu terdapat pula beberapa pernyataan terkait kendala tersebut yang dinyatakan oleh H selaku mahasiswa yang mengikuti kegiatan pertukaran pelajar pada program ini:

“...Kurang lebihnya saat menyesuaikan materi kuliah yang didapatkan di luar kampus berbeda dengan kampus asal, adanya perbedaan waktu, dan kebijakan yang ditetapkan di awal program tiba-tiba banyak tergeserkan dengan kebijakan baru mengenai dana dan proses belajar secara luring yang muncul pada pertengahan proses perkuliahan akibat adanya pandemi ini...” (H/13.00 WIB/11/11/2021).

Hal yang hampir sama juga dikemukakan oleh F selaku mahasiswa yang mengikuti pertukaran pelajar pada program ini:

“...Kurang lebihnya saat menyesuaikan materi kuliah yang didapatkan di luar kampus, berbeda dengan kampus asal...” (F/18.00 WIB/11/11/2021).

Selain dari pernyataan kedua mahasiswa tersebut, kendala tersebut juga dirasakan oleh Ibu VAW, selaku Dosen yang mengampu Matakuliah Analisa Pangan dan Pangan Fungsional dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Mungkin karena kondisi pandemi, jadi pelaksanaan dari program ini kurang maksimal. Dosen dan Mahasiswa jarang bertatap muka, Mahasiswa juga kurang bisa berinteraksi satu sama lain. Terus ada kendala juga karena pandemi ini, jadi untuk praktikumnya yang seharusnya berjalan selama 1 semester tetapi akan dilaksanakan selama 1 hari penuh. Ini selebihnya mengkhawatirkan, karena Mahasiswa ini tergolong masih prematur kalau harus dilangsungkan dalam sekaligus praktikum ini...” (VAW/10.30 WIB/11/11/2021).

Salah satu dari kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka adalah untuk memfasilitasi terutama program hak belajar tiga semester di luar Program Studi.

Melalui skema fasilitasi ini, mahasiswa dikondisikan untuk melakukan setidaknya empat hal, yaitu: a) menentukan secara otonom pengalaman belajar yang akan

(38)

38 ditempuh, b) berpikir dan bersikap lintas disiplin (interdisipliner, multidisipliner, dan transdisipliner), c) mengembangkan hard skill dan soft skill, serta d) meningkatkan pengalaman belajar di luar perkuliahan. Dengan keempat hal tersebut, lulusan PT mampu menghadapi realitas dan tantangan di bidang ilmu pengetahuan, IDUKA (Industri, Dunia Usaha, dan Dunia Kerja), dan dinamika masyarakat.

Sehingga, dari beberapa pembahasan dan analisis yang telah dibahas sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa, atas dasar adanya tuntutan tersebutlah terdapat pula beberapa kendala yang memang harus dihadapi dalam pelaksanaanya.

Karena tak jarang pula akan acap kali mengalami adaptasi sesuai dengan kebutuhan yang terus berkembang.

3. Solusi Terhadap Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Berdasarkan pada peneitian ini terdapat beberapa solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibu SW, selaku Ketua Program Studi TP:

“....Solusinya lebih banyak untuk mengadakan rapat, evaluasi, lokarya, persamaan persepsi antar dosen. Karena untuk menyamakan persepsi yang susah. Serta idealnya dapat dilihat dari metode survei dengan kuisioner yang diberikan kepada Mahasiswa yang terkait program ini, terkait dengan respon yang didapat selama mengikuti pengalaman belajar di luar kampus tersebut, dan ada apa tidak peningkatan skillnya...” (SW/09.00 WIB/6/11/2021).

Begitupun dengan pernyataan Ibu NH Dosen yang mengampu Matakuliah Kimia Pangan dan Biokimia Pangan dengan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka:

“...Kurang lebih sama seperti sebelumnya. Hanya harus adanya kesinambungan terus-menerus antara kompetensinya yang dibutuhkan. Karena jika solusi ini tidak ditemukan jawabannya maka pemikiran Mahasiswanya masih grambyang.

Padahal ini adalah untuk penguatan kompetensi tersebut...” (NH/11.30 WIB/16/11/2021).

Referensi

Dokumen terkait

Variabel lain yang diduga mempengaruhi hubungan antara partisipasi anggaran terhadap senjangan anggaran adalah ketidakpastian karir.. Ketidakpastian karir, yaitu

Berdasarkan hasil uji F ini disimpulkan bahwa variabel Non Performing Loan (NPL), Net Interest Margin (NIM) dan Loan to Deposit Ratio (LDR) secara bersama-sama mempunyai

Variabel-m dapat menyebabkan perbedaan nilai Saturasi air (Sw) pada suatu rchie penentuan variabel-m dapat menggunakan data faktor formasi resistivitas dan water

Pada gambar diatas dapat dijelaskan bahwa tegangan dihasilkan dari panel surya masuk ke rangkaian charger, rangkaian charger menggunakan modul TP4056 Li-ion

Kesimpulan penelitian ini adalah Implementasi Program Merdeka Belajar di SDN 24 Macanang dalam kaitannya dengan pembelajaran IPA/Tema IPA meliputi: implementasi Kampus

Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Jakarta (KKN UMJ) 2021 adalah sebuah bentuk kegiatan implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang merupakan

Dengan menmahami analisis tentang kebijakan – kebijakan dan implementasi dalam Kebijakan Merdeka Belajar - Kampus Merdeka baik dari kelebihan dan kekurangan dari

Perencanaan pembelajaran Bahasa Arab di MTsN 11 Kabupaten Cirebon dibuat berlandaskan pada silabus/RPS kurikulum Bahasa Arab dan guru mata pelajaran Bahasa Arab