• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan mengenai Implementasi Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, meliputi implementasi hak belajar mahasiswa, kendala yang dihadapi, dan solusi terhadap kendala tersebut. Hasil kajian tersebut secara umum adalah sebagai berikut.

1. Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangkan Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Implementasi hak belajar mahasiswa dilaksanakan pada jenjang Perguruan Tinggi Swasta (PTS) tersebut sejak awal diberlakukan kebijakannya. Bahkan sebelum adanya kebijakan tersebut UMM sendiri sudah melaksanakan beberapa program seperti magang industri, lalu menjadi anggota FHCI (melibatkan BUMN se-Indonesia), menjadi anggota NUNI (pertukaran pelajar, riset kolaborasi, dan staff mobility), melakukan MoU dengan berbagai PT atau DU/DI. Dipayungi oleh beberapa peraturan, meliputi: 1) Surat Keputusan Rektor Nomor: 32 Tahun 2017 Tentang Ekuivalensi Karya Kreatif dan Inovatif Mahasiswa ke Dalam Kegiatan Kurikulum. 2) Peraturan Rektor Nomor: 2 Tahun 2019 Tentang Magang Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang. 3) Surat Keputusan Rektor Nomor: 37 Tahun

41 2020 Tentang Skill (Keterampilan) Mobilitas. 4) Surat Keputusan Rektor Nomor: 31 Tahun 2020 Tentang Peraturan Akademik.

Kemudian implementasinya mengikut hibah, UMM sendiri yang menyelanggarakan, atau bahkan prodi-prodi yang berMoU. Karena Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka ini wujudnya yang mengharuskan bermitra dengan lembaga industri. Kalau untuk dari Kemendikbud sendiri tentang hibah ada 13 kegiatan yang diikuti (PKKM, KMMI, IISMA, ICT, COE, IPD, Kerjasama Kurikulum, Kemahasiswaan/HMJ, Program Pembelajaran Asistif, Magang Bersertifikat, Kampus Mengajar, dan sebagainya). Langkah selanjutnya hanya harus meneruskan beberapa program dari 8 bentuk kegiatan hak belajar mahasiswa.

Berdasarkan pada temuan yang telah dipaparkan di atas, hal ini merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menyatakan bahwa penyusunan kurikulum adalah hak Perguruan Tinggi, tetapi selanjutnya dinyatakan harus mengacu kepada Standar Nasional (Pasal 35 ayat 1). Selain dua kebijakan yang menjadi payung penyusunan panduan ini, juga dilandasi Perpres Nomor 8 Tahun 2012 tentang KKNI. Hal ini mendorong semua Perguruan Tinggi untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan tersebut.

Sedangkan dalam pandangan konstruktivisme, pada proses belajar ini merupakan sebuah proses sosial yang memerlukan proses komunikasi antara pihak yang belajar, pihak yang mengajar dan dengan teman belajar. Proses belajar dapat dibantu dengan teknologi, tetapi teknologi tidak dapat menggantikan proses tersebut sepenuhnya. Manusia belajar dengan melakukan refleksi sesuai pengalaman yang dialami masing-masing maupun pengalaman yang diperoleh secara kolaboratif dalam kelompok (Sujak, 2020).

Implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, sejalan bila pengetahuan dikonstruksi secara personal kemudian dikembangkan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya sebagai fondasi. Pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya yang dibawa ke permukaan itu sendiri dikonstruksi ketimbang sekadar diambil begitu saja

42 dari memori kasus per kasus. Dengan demikian pengetahuan itu berdasarkan konstruksi individual yang tidak dikaitkan ke realitas eksternal, tetapi lebih kepada hasil interaksi di dalam diri orang itu sendiri dengan dunia eksternal yang dipelajari.

2. Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Pelaksanaan kebijakan kurikulum MBKM memiliki beberapa kendala yang dihadapi. Karena banyaknya pertanyaan tentang suatu kebijakan yang mana tidak serta merta langsung bisa berjalan, sebab adanya suatu perubahan yang cukup drastis.

Seperti: 1) proses adaptasi kurikulum KKNI dengan program MBKM akan berdampak pada mahasiswa dan dosen. Karena hal ini berawal pada tahun 2012 memakai KKNI dengan SNDIKTI di tahun tersebut juga. Tetapi 2017 mulai sepenuhnya menerapkan OBE dan berikutnya OBE MBKM. 2) Karena ini hal yang baru untuk penulisan evaluasinya belum seluruhnya selesai. 3) Kendala teknis dalam pelaksanaan program MBKM. 4) Program magang masih mengalami banyak kendala karena mekanisme kolaborasi dengan pihak luar, seperti perusahaan, industri, bahkan sektor pemerintahan pun masih sangat terbatas.

Sejalan dengan berdasarkan Pasal 15 Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 3 Tahun 2020 tentang SNPT, bentuk pembelajaran dapat dilakukan di dalam dan di luar prodi. Bentuk Pembelajaran di luar prodi merupakan proses pembelajaran yang terdiri atas pembelajaran pada prodi berbeda pada PT yang sama, pembelajaran dalam prodi yang sama pada PT yang berbeda, pembelajaran dalam prodi berbeda pada PT yang berbeda, dan pembelajaran pada lembaga non-PT.

Hal ini kemudian dikenal dengan Merdeka belajar. Program MBKM ini merupakan program baru dari pemerintah yang memberi hak belajar kepada mahasiswa di luar program studi. Hal ini bukan perkara mudah, tentu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program ini.

43 3. Solusi Terhadap Kendala yang dihadapi dari Implementasi Hak Belajar Mahasiswa dalam Kerangka Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam Perspektif Teori Konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang

Solusi terhadap kendala yang dihadapi dari implementasi hak belajar mahasiswa dalam kerangka kebijakan kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka dalam perspektif teori konstruktivisme di Universitas Muhammadiyah Malang, adalah: 1) memonitoring, 2) Mengevaluasi, dari kedua tahapan tersebut akan menentukan berhasil tidaknya program MBKM dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan secara serius, terukur, transparan, dan akuntabel. 3) Peningkatan yang merupakan tahapan ketika standar tercapai kemudian ditingkatkan secara berkala dan berkelanjutan. Namun untuk tahap peningkatan ini biasanya berada pada level kebijakan.

Hal ini sesuai dengan program MBKM yang merupakan program baru dari pemerintah yang memberi hak belajar kepada mahasiswa di luar Program Studi, Kampus, bahkan Luar Negeri. Hal ini bukan perkara mudah, tentu banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan program ini. Tanpa dukungan dan komitmen yang kuat dari semua pihak yang ada, maka program MBKM ini tidak akan berhasil.

Penyempurnaan harus terus dilakukan dengan melakukan berbagai terobosan, inovasi, kreativitas, perluasan kerjasama, peningkatan kualitas pelayanan, dan seterusnya. Sehingga dapat membuat dan menyempunakan kebijakan agar program MBKM ini agar lambat laun menjadi lebih baik dan sesuai dengan tujuan MBKM yang dicanangkan pemerintah (Arifin, Syamsul. et al., 2021).

Dokumen terkait