• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap wacana pemberitaan tentang konflik pendirian Pabirk PT Semen Indonesia di Rembang dalam media Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com pada periode Juni 2014-Desember 2015. Jurnalisme lingkungan digunakan sebagai perspektif untuk melihat bagaimana dua media tersebut, yang secara orientasi berbeda, mewartakan isu lingkungan di Rembang. Karena tak bisa dipungkiri, konflik lingkungan merupakan dasar dari polemik yang melanda warga Timbrangan dan Tegaldowo saat ini.

Dalam Liputan6.com kebanyakan teks mendukung wacana “semen untuk kesejahteraan.” Alih-alih bersikap netral, seperti kata redakturnya, Liputan6.com justru banyak memuat siaran pers dari PT Semen Indonesia. Siaran pers ini bisa dilihat dari berita-berita yang menarasikan bahwa pembangunan PT Semen Indonesia telah mendapat legitimasi dari sebagian warga Rembang, Wakil Presiden dan juga sudah mendapat legitimasi Amdal. Sementara itu, warga penolak dalam sebagian besar teks yang penulis analisis, diposisikan sebagai pihak yang menolak tanpa argumen kuat. Beberapa teks mungkin kelihatan pro dengan masyarakat Rembang yang menolak semen. Akan tetapi, teks-teks yang tampaknya mendukung perlawanan itu cenderung mengarahkan pembaca untuk bersimpati saja terhadap massa yang melawan. Dalam artian, tidak memperkuat wacana lingkungan yang coba disuarakan oleh masyarakat Rembang.

Sedangkan Selamatkanbumi.com sebagai media yang ideologis dan membela masyarakat penolak pabrik terus menarasikan wacana “tambang merusak lingkungan.” Beberapa teks berita dalam Selamatkanbumi.com menyorot konflik antara warga penolak dengan aparat yang membela pabrik semen. Dalam teks-teks berita tersebut, aparat diposisikan sebagai corong bagi pabrik semen untuk berdiri. Mereka bukannya membela masyarakat namun justru melakukan

97 kekerasan terhadap masyarakat yang menolak pembangunan pabrik PT Semen Indonesia. Padahal masyarakat sedang membela lingkungan hidupnya.

Selebihnya, tulisan-tulisan dalam media Selamatkanbumi.com didominsasi siaran pers dari warga langsung. Siaran-siaran Pers tersebut secara umum menuntut agar pihak pabrik PT Semen Indonesia menghentikan pembangunannya. Untuk memerkuat argumen, siaran-siaran pers warga juga memaparkan dampak negatif bila pabrik semen berdiri di kawasan CAT Watuputih seperti potensi rusaknya sumber mata air dan menurunnya kegiatan ekonomi petani. Sayangnya, teks-teks dalam media Selamatkanbumi.com cenderung melihat dari satu pihak saja, hal itu berlangsung sepanjang periode 2014-2015, sehingga konflik cenderung ditampilkan hitam putih.

Definisi dari jurnalisme lingkungan, menurut Ana Nadya Abrar, adalah segala kegiatan jurnalistik yang mengedepankan problema lingkungan hidup dan segala solusinya. Problema lingkungan hidup dirincikan menjadi tiga aspek, sebagaimana menurut keterangan Kementrian Lingkungan Hidup dan Lembaga Penelitian Pendidikan Penerbitan. Tiga aspek tersebut yaitu problema lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lingkungan sosial.

Dalam jurnalisme lingkungan, menurut Agus Sudibyo, setiap pers juga mesti menerapkan 4 sikap, yaitu pro-keberlanjutan, biosentris, pro-keadilan lingkungan, dan profesional. Selain itu, Asian Federation of Environmental Journalistsdalam konferensi di Sri Lanka tahun 1998 juga telah meratifikasi 8 poin kode etik jurnalisme lingkungan yang spiritnya adalah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan.

Menilik dari perspektif tersebut, Liputan6.com dalam analisis penulis, bukan media yang maksimal dalam pemberitaan mengenai problema lingkungan. Dalam berita-berita Liputan6.com, konflik lingkungan cenderung ditampilkan sebagai kekhawatiran warga semata tanpa ada dukungan lebih lanjut dengan reportase mendalam maupun pernyataan pakar lingkungan terkait hal tersebut. Dengan kata lain, wacana lingkungan media ini lemah. Sebaliknya, media ini

98 justru memerkuat makna “tambang untuk kesejahteraan” dengan menghadirkan narasi yang melegitimasi pembangunan semen, baik narasi prosedural seperti telah sahnya Amdal maupun narasi dukungan dari pihak-pihak tertentu, seperti Wakil Presiden Jusuf Kala.

Media Liputan6.com, berdasarkan analisis penulis, juga tidak memiliki 4 sikap dalam mengawal isu lingkungan sebagaimana dipaparkan Agus Sudibyo. Harun Mahbub, redaktur pelaksana kanal regional media tersebut, menyatakan bahwa media Liputan6.com adalah media yang objektif dan tidak tertarik pada isu di Rembang. Pernyataan ini kontradiktif dengan teori jurnalisme secara umum yang menyatakan bahwa kepentingan publik adalah yang utama. Apalagi konflik lingkungan di Rembang telah mendapat perhatian dari berbagai kalangan pada periode tersebut. Dengan demikian secara kode etik Asian Federation of Environmental Journalists, media ini jelas tidak memiliki semangat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai isu lingkungan.

Sementara itu, alih-alih menjadi objektif, media Liputan6.com justru menjadi corong bagi PT Semen Indonesia untuk mengukuhkan kebenaran “tambang untuk kesejahteraan.”

Berbanding terbalik dengan Liputan6.com, Selamatkanbumi.com lebih maksimal dalam mengawal isu lingkungan di Rembang pada periode Juni 2014-Desember 2015. Dalam analisis penulis, media tersebut telah menerapkan sikap pro-keberlanjutan, biosentris, dan mendukung keadilan lingkungan. Hal ini bisa dilihat dari konsistensi Selamatkanbumi.com dalam mengawal isu lingkungan di Rembang. Namun, kelemahan dari media ini ialah, lebih banyak press release dibanding beritanya. Meskipun press release tersebut, berdasarkan kesepakatan redaksi Selamatkanbumi.com, menjadi bagian dari jurnalisme warganya. Akan tetapi, menerbitkan press release tanpa mengolahnya terlebih dahulu menjadi suatu berita, menjadikan tulisan-tulisan di media tersebut kurang berkualitas. Media ini terjebak pada aktivisme, sehingga hanya menyuarakan massa yang diperjuangkannya. Meski begitu, minimnya produksi berita di media ini juga disebabkan masalah sedikitnya SDM dan kurangnya dana operasional.

99 Boleh dibilang dua media tersebut belum menampilkan tulisan-tulisan jurnalistik yang ideal. Bahkan bila dikaji secara kode etik jurnalisme lingkungan dari Asian Federation of Environmental Journalists, dua media tersebut belum dapat memenuhi semua kriterianya.

Alih-alih menjadi media jurnalisme yang mewartakan berita secara proporsional dan berimbang, Liputan6.com dan Selamatkanbumi.com sebetulnya sama-sama terjebak menjadi media propaganda, yang satu memerkuat makna tambang untuk kesejahteraan, sedang satunya memerkuat makna tambang mengancam lingkungan.

Pada kondisi ini kedua media itu mendukung faham antroposentrisme.Pembangunan pabrik semen PT Semen Indonesia berkiblat pada developmentalisme yang menekankan industrialisasi sebagai bagian dari agenda modernisasi, terutama di bidang ekonomi.Sedangkan melawan pembangunan tambang semen berdasar pada pemahaman bahwa developmentalisme sudah gagal membawa kesejahtraan bagi masyarakat.

Keduanya masih dalam ranah antroposentris karena hanya berbicara mengenai kepentingan manusia. Adapun Selamatkanbumi.com, meski bicara lingkungan, namun semata-mata dalam kaitannya dengan keberlangsungan hidup masyarakat Rembang. Bukan bicara lingkungan dengan nilainya sendiri.

Dokumen terkait