• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada bagian ini berisi tentang daftar pustaka atau rujukan yang di pakai peneliti serta lampiran yang berkaitan dengan penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau penjelasan tentang teori yang di pakai untuk menguatkan peneliti itu tersendiri. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang landasan yang di gunakan dalam penelitian, baik itu yang dari hasil pemikiran dari para ahli maupun dari peneliti tersendiri :

A. Kajian tentang kepramukaan

1. Pengertian Kepramukaan

Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepanjangan dari “praja muda karana”, berarti rakyat muda yang suka berkarya (Poerdarminto, 1976:230). Akar kata ini mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kata kepramukaan yang berarti suatu proses dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa. Lord Bodden Powell menyatakan tentang kepramukaan sebagai berikut :

“scounting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of doctrine and text. No, it is a jolly game in the out of doors, where boy man and boy can go adventuring together asleader ang younger brothers picking of helaty and happiness handicraff and help filness”.

Artinya: kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus di pelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka1983:26).

2. Sejarah Kepramukaan

a. Sejarah Kepramukaan Dunia

Sejarah kepramukaan Dunia disebutkan bahwa pada awal tahun1908, Lord Bodden Powell selalu menulis ceritanya penggalamanya sebagai bungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan dari tulisanya itu kemudian terbit sebagai buku “ Scouting Four Boys ”, buku ini cepat beredar di inggris, bahkan ke negara-negara lainya.Pada perkembangan selanjutnya banyak negara berdiri organisasi kepramukaan, yang semula untuk anak laki-laki seusia penggalang yang di sebut Boy Scout kemudian di susul organisasi yang di beri nama Girl Guides atas bantuan Agnes, adik perempuan Bodden Powell dan diteruskan oleh Ny. Bodden Powell ( Kwarda Jateng, 2003:14-15 ).

Pada tahun 1916 Gerakan Pramuka semakin berkembang, hal ini dibuktikan dengan berdirinya kelompok pramuka seusia siaga yang di sebut CUB (anak srigala) dengan bukunya The Jungle Book, Yang berisi

tentang Mowgli Anak didikan rimba (anak yang di pelihara di hutan oleh induk srigala). Pada tahun 1918 Bodden Powell membentuk Rover Scout

(pramuka usia penegak) untuk menampung mereka yang sudah lewat 17 tahun tetapi masih senang dan giat dibidang kepramukaan. Tahun 1922 Bodden Powell menerbitkan buku Rovering to Success (mengembara menuju kebahagiaan) yang berisi petunjuk bagi para pramuka penegak dalam menghadapi pantangan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan.

Pada tahun 1920 diselenggarakan jamboree sedunia yang bertempat diarea Olimpya London.Bodden Powell mengandung pramuka 27 negara. Setelah kegiatan ini berlangsung Lord Bodden Powell di angkat menjadi bapak pandu Sedunia (Chief Scout Of The World), dan akhirnya Jambore Sedunia tersebut di selenggarakan 5 tahun sekali. Pada tahun yang sama, dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan biro sekretariatnya yang berada di London (Santoso, Zakiyah, 2011:20-21). Lord Bodden Powell yang telah mempelopori gerakan pramuka mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat sedunia. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pramuka di negara Belanda dengan sebutan

Padvindeer dan Padvinderij.

b. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka di Indonesia

Pendidikan Kepramukaan di Indonesia merupakan salah satu segi pendidikan nasional yang penting, yang merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Melalui uraian sejarah singkat

kepramukaan, diharapkan para pembaca dapat mengerti dan memahami hubungan erat antara oganisasi kepramukaan dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sampai masa sekarang, bukan pada masa mendatang, kemudian di harapkan para pembaca dapat mengetahui proses pembentukan dan perkembangan Gerakan Pramuka dan mengetahui peranan apa yang dilakukan dalam sejarah perjuangan bangsa. Proses kelahiran gerakan kepramukaan di Indonesia dijiwai oleh sumpah pemuda yang dicetuskan dalam konggres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Kepanduan, istilah kepanduan dikarenakan adanya larangan pemerintah Belanda kepada organisasi Kepanduan di luar NIVP untuk menggunakan istilah Padvinder

dan Panvinderij, maka KH. Agus Salim menggunakan istilah pandu dan kepanduan, untuk menggunakan istilah pandu dan kepandduan menggunakan istilah Padvinder dan Panvinderij (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:16).

Semakin meningkatnya kesadaran Nasional, maka timbul niat untuk menggerakan persatuan antara organisasi-organisasi kepanduan pada tahun 1930 antara lain: IPO (Indische Padvinders Organizatie), PK (Paduan Kesultanan), PPS (Pandu Pemuda Sumatera). Ketiga organisasi itu bergabung menjadi satu organisasi yaitu: KBI (Kepanduan Bangsa Indonesia). Kemudian dalam perkembanganya, terbentuknya suatu perjanjian yang dinamakan Persatuan antar Pandu-Pandu Indonesia

(PAPI) Pada tahun 1931 dan berubah lagi menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia (BPPKAI) tahun 1938. Saat kedudukan Jepang (Perang Dunia II), Organisasi kepanduan di Indonesia dilarang keberadaanya.Banyak tokoh-tokoh pandu yang beralih ke organisasi yang bersifat perlawanan seperti Seinenden, Keibondan, dan PETA. Sesudah proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan, di bentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo sebagai satu-satunya organisasi Kepanduan di alam wilayah Negara Republik Indonesia.

Keputusan Presiden No 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka

Kami Presiden Republik Indonesia, Menimbang : (a) bahwa anak-anak dan pemuda Indonesia perlu dididik untuk menjadi manusia dan warganegara Republik Indonesia yang berkepribadian dan berwatak luhur yang cerdas, cakap, tangkas, terampil, dan rajin, yang sehat jasmaniyah dan rokhaniyah, yang ber Pancasila dan setia patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan berpikir dan bertindak atas landasan-landasan Manusia Sosial Indonesia, sehingga dengan demikian anak-anak dan pemuda Indonesia menjadi kader pembangun yang cakap dan bersemangat bagi peyelenggara amanat penderitaan rakyat, (b) bahwa pendidikan untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut diatas itu harus dilakukan dalam lingkungan anak-anak dan pemuda di samping pendidikan di lingkungan keluarga dan di samping pendidikan di

lingkungan sekolah, dan harus diselenggarakan dengan jalan kepanduan yang disesuaikan dengan pertumbuhan Bangsa dan Masyarakat Indonesia dewasa ini, (c) bahwa sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat sementara No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November 1960 tentang garis-garis besar Haluan Negara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960, Garis-garis besar pola pembangunan nasional semesta berencana tahapan pertama 1961-1969 yang mengenai pendidikan pada umumnya dan pendidikan kepanduan pada khususnya, perlu menetapkan suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal untuk di beri tugas melaksanakan pendidikan tersebut di atas.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.118 Tahun 1961 tentang Penganugerahan Pandji Kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja Muda Karana.Kami, Presiden Republik Indonesia, Memperhatikan : (a) bahwa gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia sejak mulai diadakan dan selama masa perkembangan sampai sekarang ini, telah senantiasa turut serta dalam usaha pendidikan nasional Indonesia yang bertujuan menggalang dan menegakan bangsa Indonesia dan Negara Republik Indonesia dengan hasil yang bermanfaat bagi penjajahan Bangsa dan Negara, (b) bahwa dengan demikian gerakan pendidikan kepanduan nasional Indonesia dapat diharapkan akan kesangupan dan kemampuanya dalam menunaikan tugas untuk turut serta mendidik anak dan disamping

pendidikan dilingkungan sekolah, (c) bahwa gerakan pramuka seperti yang telah di tetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Indonesia No. 238 tahun 1961 tangal 20 Mei 1961 adalah penyempurnaan dari pada usaha gerakann pendidikan kepaduan nasional Indonesia, dan sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan Indonesia sesuai Manifesto politik yang telah menjadi garis-garis besar dari pada Haluan Negara, disamping pendidikan di lingkungan keluarga dan disamping pendidikan dilingkungan sekolah, demi kepentingan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (c) bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut diatas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan kepada Gerakan Pramuka, berupa janji yang merupakan lambang perorangan dalam penjajahan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk masa yang akan datang.

3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan

a. Sifat Kepramukaan

Merujuk dari Resolusi koperensi Kepramukaan sedunia pada bulan Agustus 1942 di Kopenhagen, menyatakan bahwa Kepramukaan itu mempunyai tiga sifat/arti khas, yaitu :

1) Kepramukaan Bersifat Nasional

Sifat nasional mempunyai arti bahwa setiap organisasi kepaduan harus bersifat nasional artinya didirikan untuk kepentingan nasional, disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan nasional serta

menunjang program pendidikan dan pembangunan nasional. Begitu pula disediakan atau hanya diperuntukkan bagi anak-anak atau pemuda-pemuda nasional.

2) Kepramukaan Bersifat Internasional

Sifat internasional adalah mencakup arti bahwa organisasi kepramukaan di Dunia ini harus dibina dan mengembangkan rasa persaudaraan, persahabatan dunia, dan ikut serta membina perdamaian dunia Untuk mencapai perdamaian dunia tanpa membedakan sesuatu. 3) Kepramukaan Bersifat Universal

Kepramukaan itu dapat dilaksanakan dimana saja untuk mendidik anak dari suku dan bangsa apa saja yang mendalam pelaksanaanya harus selalu menggunakan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan oleh semua badan atau organisasi kepanduan. (Marwan,1985:42)

Menelaah dari landasan pikiran di atas, peneliti memberikan pemahaman bahwa Kepramukaan merupakan sifat dasar, yaitu Gerakan yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan kepentingan masyarakat, membina dan mengembangkan persaudaraan untuk tercapainya perdamaian abadidan persamaan harkat kemanusiaan dan Gerakan Pramuka memegang prinsip dasar pendidikan Kepramukaan.

b. Fungsi Kepramukaan

Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan serta sistem among yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:10). Berdasarkan landasan pemikiran di atas. Kepramukaan berfungsi sebagai :

1) Kegiatan yang menarik bagi anak-anak dan pemuda.

Kegiatan menarik (game) dimaksudkan kegiatan yang mnyenangkan dan mengandung pendidikan, karna itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata.

2) Pengabdian bagi orang dewasa

Bagi orang dewasa, kepramukaan bukan lagi permainan saja, tetapi merupakan suatu tugas yang memerlukan keikhlasaan dan pengabdian.Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membakitkan dirinya demi kesuksesnya pencapaian tujuan organisasi.

3) Alat bagi masyarakat dan organisasi

Kepramukaan merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan.Dengan demikian, kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar haya latihan saja dan bukan tujuan pendidikanya (Mashudi, 1983:21).

Dapat disimpulkan bahawa fungsi Kepramukaan meliputi kebutuhan anak sekaligus kewajiban orang dewasa dan kebutuhan masyarakat. Melalui kegiatan yang menarik dan menyenangkan, maka anak dengan sendirinya akan mengikuti. Demikian pula dengan orang dewasa, pada dirinya akan tumbuh kesadaran dirinya untuk mengabdikan diri pada masyarakatnya sehingga dia menjadi generasi muda yang berguna. Disamping itu, bagi masyarakat secara umum dengan adanya kepramukaan akan terpenuhi salah satu kebutuhanya terutama dalam hal pendidikan anak-anaknya. Gerakan pramuka juga merupakan lembaga pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga serta sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, penerapan prinsip dasar Kepramukaan serta sistem among, yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia.

4. Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka a. Asas

1) Asas setiap anggota gerakan pramuka adalah penghayatan dan pengalaman Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan prilaku sehari-sehari.

2) Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum kaum muda Indonesia agar menjadi :

a) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang berarti: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilanya, kuat dan sehat jasmaninya.

b) Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam lingkungan, baik local, nasional maupun internasional (Tim Kwatir Jateng, 2003:22).

Gerakan Pramuka juga mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan bagi kaum muda melalui kepramukaan dilingkungan luar sekolah yang melengkapi pendidikan di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

b. Tujuan Gerakan Pramuka

1) Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertaqwa serta berwawasan ilmu pengatuhan dan teknologi.

2) Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai dan kecakapan serta memiliki kecerdasan emosional sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

3) Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya. Keadaan, adat istiadat dan harapan masyarakat termasuk orang tua pendidik.

4) Gerakan Pramuka menggunakan PDK dan MK, Sistem Among dan berbagi metode penyajian lainnya. Para pramuka mendapat binaan ketentuan pada SKU, SKK, TKU, TKK dan Syarat Pramuka Garuda. c. Sasaran Kepramukaan

1) Kepribadian dan kepemimpinan dalam satuan gerak sesuai dengan bidang kegiatanya.

2) Kepribadian yang berjiwa Pancasila.

3) Kedisiplinan dan berfikir, bersikap dan bertingkah laku tertib. 4) Sehat, kuat mental, moral, dan fisiknya.

5) Jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pejuang bangsa.

6) Kemampuan untuk berkarya dan semangat kemandirian, berfikir kreatif, inofatif, dapat dipercaya, berani, dan mampu menghadapi tugas-tugas (Tim Kwartir Jateng,2003:23).

5. Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik.

Prinsip dasar kepramukaan adalah :

a. Iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa.

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesame hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri pribadi.

d. Taat kepada kode kehormatan pramuka.

Metode kepramukaan merupakan suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan dan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui:

a. Pengalaman kode kehormatan pramuka. b. Belajar sambil melakukan.

d. Kegiatan menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota pramuka.

e. Kegiatan di alam terbuka.

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan. Sistem tanda kecakapan.

g. Sistem satuan terpisah untuk putra dan putri. h. Kiasan dasar (Santoso, Zakiyah, 2011:40-41).

6. Metode Kehormatan Pramuka

Kode kehormatan pramuka adalah budaya organisasi gerakan pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota gerakan pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi. Kode kehormatan pramuka Penggalang, Penegak, Pandega dan anggotanya dewasa berbentuk ketentuan moral disebut DASADARMA yang berbunyi:

a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Cinta alam dan kasih sayang sesame manusia. c. Patriot yang sopan dan kesatria.

d. Patuh dan suka bermusyawarah. e. Rela menolong dan tabah. f. Rajin, trampil dan gembira. g. Hemat, cermat dan bersahaja. h. Disiplin, berani dan setia.

j. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwarnas).

B. Pembentukan karakter

1. Makna Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan

Jhon Dewey dalam tulisanya (Dwi siswoyo dkk, 2007:19)

menjelaskan pendidikan adalah rekonstrusi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Tim Penyusun , 2010:13). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata Laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara pembuatan mendidik (KBBI, 2007:263). Proses mendidik tersebut tidak terikat oleh dan kepada siapa berlangsung, dimana berlangsung, sejak kapan dan sampai kapan berlangsung, dan bagaimana berlangsung.

Ketika berada dalam lingkungan keluarga, setiap anggota keluarga, terutama orang tuanya harus memberikan pendidikan yang baik kepada anggota keluarga laiinya, baik berupa perkataan dan tindakan.Di lingkungan sekolah, seluruh civitas terutama guru juga harus memberikan

pendidikan yang baik. Begitu juga ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Manusia bukanlah seekor makhluk biologis, melainkan seorangpribadi, seorang subyek, artinya ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam situasinya, ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di tangan sendiri (Driyarkara, 1980:82).

Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada taraf “maksimal”.Maka dari itu, mengapa pendidikan atau mendidik itu di sebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda, mendidik itu adalah proses hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yag menyebabkan manusia menjadi manusia (Driyarkara, 1980 21:87). Proses hominisasi artinya penjadian manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf “maksimal” (telah mampu berbuat sebagai selayaknya manusia), sedangakan proses humanisasi menunjukan perkembangan yang lebih tinggi.Humanisasi berarti perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pandangan di atas, Driyarkarya mengemukakan rumusan pendidikan sebagai pendidikan sebagai berikut :

1) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan Tritunggal ayah-ibuanak, dimana terjadi pemanusiaan anak, dengan mana dia berproses

untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara, 1980 : 129).

2) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan Pembudayaan di sini menunjuk aktivitas baik dari pendidik maupun dari anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena dibudayakan itu membudayakan diri. Sebagai contoh: ibu mengajari anak mengenakan sepatu dan celana, dan anak kelak dapat berbuat hal itu sendiri itupun sudah masuk kebudayaan dan pembudayaan.

3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah,ibu,anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan( Driyarkarya, 1980 : 131).

Menurut Hasan Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin „educare‟ berarti memasukkan sesuatu”(1994:4).Dalam konteks ini, makna pendidikan adalah menanamkan nilainilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik atau siswa.Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010:32), mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha uk untuk memanusiakan manusia”.

Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki peradaban.Sedangkan menurut Khan (2010:1) “Pendidikan merupakan sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan,mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya.

Pengertian secara umum pendidikan budaya dan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada diri siswa, sehingga mereka memiliki dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara yang religius, produktif, dan kreatif. Secara progmatik diartikan sebagai usaha bersama semua guru dan pemimipin sekolah, melalui mata pelajaran dan budaya sekolah dalam membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa pada siswa melalui proses aktif dalam 23 proses pembelajaran. Secara teknis memiliki makna sebagai proes internalisasi serta penghayatan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang dilakukan siswa secara aktif di bawah bimbingan guru, kepala sekolah, dan tenaga kependidikan dalam kehidupanya dikelas, sekolah dan masyarakat (Sulistyowati, 2012: 23).

Pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan dan target capaian masing-masing. Namun begitu, pendidikan di semua jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan umum sabagai berikut (Hidayatullah,2010:5).

1) Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi bila dalam pendidikan.

2) Menumbuhkan atau menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya.

3) Menumbuhkan kemampuan berfikir melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.

4) Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatanya.

b. Pengertian Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) “Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasilinternalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakansebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Sedangkan menurut Darmiyati (2006:5), sistem pendidikan yang sesuai untuk menghasilkan kualitas masyarakat yang berkarakter positif adalah yang bersifat humanis, yang memposisikan subjek didik

sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki kebiasaan efektif, perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan. Menurut Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”(2008: 27). Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004: 110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan

Dokumen terkait