• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN 2016/2017 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN 2016/2017 - Test Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN

SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA

SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA TAHUN

2016/2017

SKRIPSI

Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd) Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga

RIA AMBARWATI

111-12-148

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JalanLingkarSalatiga Km. 2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50721 Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : administrasi@iainsalatiga.ac.id

SKRIPSI

PENERAPAN PENDIDIKAN KEPPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP N 6 SALATIGA

2016/2017 DisusunOleh: RIA AMBARWATI

111-12-148

Telah di pertahankan di depan Panitia Dewan penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperole hgelar Sarjana Pendidikan Islam atau S.Pd.

Susunan Panitia Penguji

KetuaPenguji :Mufiq, S.Ag., M.Phil. _____________________ SekretarisPenguji :Dra. Sri Suparwi, M.A.

Penguji I :DraUrifatunAnis, M.Pd.I.

Penguji II : Drs. H. Wahyudhiana, M.M.Pd.

Salatiga, 30Maret 2017

DekanFakultasTarbiyahdanIlmuKegurua n (FTIK) IAINSalatiga

Suwardi, M.Pd

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawahini :

Nama : RiaAmbarwati

Nim : 11112148

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapa tatau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 1 Maret 2017

Yang Menyatakan

RiaAmbarwati

(5)

MOTTO

َنوُمَحْرُت ْمُكَّلَعَل َ َّاللَّ اوُقَّتاَو ْمُكْيَوَخَأ َهْيَب اوُحِلْصَأَف ٌةَوْخِإ َنوُىِمْؤُمْلا اَمَّوِإ

Sesungguhnya orang-orang mukmin adalahb ersaudara karena

itu damaikanlah antara keduasaudaramu dan bertakwalah

(6)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah irabbilalamin dengan rahmat Allah SWT Skripsi ini telah selesai

Skripsi ini saya persembahkan untuk orang-orang yang telah hadir di hidupku dan selalu menemaniku dalam menggapaimimpi-mimpiku :

1. Bapak (Suwartoyo) danIbu (EndangSusilawati)tercinta, yang

senantiasa mencurahkan kasih sayangnya, memberikan bimbingannya, dan doa yang tak pernah henti-hentinya untuk anaknya.

2. Kakak-kakakku (Ari Wirawan, ZumarohIstikomah, Anton

Herman, EkaPujiEmaSuryani) yang selalu memberikan motivasi.

3. Keponakanku tersayang (MirzaArdaffa, Khansa Salsabila

Rasendriya, Irfa’ul Huda) yang selalu membuatku termotivasi untuk menjadi lebih baik.

4. Seluruh sahabat-sahabatku (Zulaekah, AnisaFauziah, Ariyani,

DewiUswatun, VikaNurina, Datul, Iswanto, sam, AdiPradana, Zidni).

5. Adek-adekkost

6. Keluarga besar PAI 2012 yang sedang berjuang bersama.

7. Seluruh keluarga besar Sanggar Bhakti SMP Negeri 6 Salatiga

yang menemaniku dalam perjalanan perkuliahanku.

(7)

KATA PENGANTAR

Pujis yukur senantiasa penulis panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan inayah-Nya. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan nabi agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu di nantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul “PENERAPAN PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI SARANA MEMBENTUK

KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 6 SALATIGA“. Skripsi

ini disusun sebagai sarat guna memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya .Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bias menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

(8)

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

3. Ibu DraSiti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan PAI Salatiga.

4. Ibu Dra Sri Suparwi, M.A. yang telah mencurahkan segala tenaga dan pikiranya dalam membimbing penyusunan skripsi ini.

5. Bapak dan ibu dosen Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang telah mendidik dan memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.

6. Bapak dan ibu serta kakakku yang telah membantu dan memberikan dorongan yang sangat berharga.

7. Semua pihak yang telah membantu.

Demikian semoga Allah swt menerima amal kebaikan beliau-beliau serta memberikan imbalan yang berlipat ganda. Selanjutnya skripsi ini tentunya tidak terlepas dari kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan. Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Salatiga. 1 Maret 2017 Penulis

(9)

ABSTRAK

Ambarwati, RiaAmbarwati. 2017. Penerapan Pendidikan Kepramukaan Sebagai Sarana Membentuk Karakter Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri Salatiga tahun 2016/2017. Skripsi, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing : Sri Suparwi, M.A.

Kata Kunci : Kepramukaan,Karakter

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui(1) Bagaimana penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter, (2) Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter, (3)Apa saja faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter, dan (4) Apasolusi dari factor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian Kualitatif. Metode Pengumpulan data dilakukan dengan cara Observasi, wawacara, kemudian mengambil dokumentasi di SMP Negeri 6 Salatiga.

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….. i

HALAMAN BERLOGO………... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING…...….……… iii

HALAMAN PENGESAHAN…...………... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN……….. v

HALAMAN MOTTO…...………... vi

C. Tujuan Penelitian...…………....……… 7

D. Manfaat Penelitian... ...………... E. Penegasan Istilah... 8 9 F. Metode Penelitian... ……….... 11

G. Sistematika Penulisan...………. 12

BAB II: LANDASAN TEORITIS...………. 14

(11)

1. Pengertian Kepramukaan..……….………... 14 2. Sejarah Kepramukaan..………...…… 15 3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan...………

4. Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka... 5. Prinsip Dasar Pendidikan & Metode Kepramukaan... 6. Metode Kehormatan Pramuka...

20 24 26 27 B. Pembentuk Karakter...………...…... 28 1. Makna Pendidikan Karakter……...………....………... 28 2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter...……....….

3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter... 4. Fungsi Pendidikan Karakter...

37 38 40 C. Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter...…... 40

BAB III: PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN...………….. 43

A. Gambaran Umum Kepramukaan...………. B. Metode Pengumpulan Data... BAB IV: PEMBAHASAN...

(12)

C. Penutup... DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pembina Pramuka ………... 50

Table 3.2 KaderPramuka………. 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Daftar SKK

2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Lembar Konsultasi 4. Daftar Riwayat Hidup

5. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 6. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 7. Instrument Pengumpulan Data

(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

(16)

aspek kognitif. Pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas belum berhasilnya sistem pendidikan menciptakan lulusan yang memiliki keseimbangan kompetensi antara kemampuan , ketrampilan dan sikap yang sebenernya yang telah menjadi philosophy dalam ranah pendidikan Indonesia. Dalam melaksanakan pembangunan karakter melalui pendidikan, dilakukan restrukturisasi pendidikan moral yang telah berlngsung lama di semua jenjang pendidikan di Indonesia.

Pendidikan karakter adalah upaya mempersiapkan kekayaan batin dan pikiran peserta didik yang berdimensi agama, sosial, budaya yang mampu diwujudkan dalam bentuk budi pekerti, baik dalam perbuatan, perkataan, pikiran, sikap, perasaan, dan kepribadian. Pendidikan karakter merupakan peranan pendidikan dalam membangun karakter peserta didik. Karena saat ini banyak kasus yang melibatkan pelajar ke arah perpecahan bangsa, mulai dari tawuran, tidak menghargai orang lain, tidak menghormati orang tua, kurangnya kedisiplinan, melakukan pornoaksi serta kasus lainnya yang sudah keluar dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Padahal sejak dahulu bangsa Indonesia di kenal memiliki sikap ramah tamah, gotong royong, dan sangat menghargai orang lain.

(17)

yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat keputusan yang di buatnya.

Kepramukaan termasuk dalam pendidikan formal yang sering disebut dengan ekstrakulikuler atau kegiatan pendidikan yang dilaksanakan diluar jam sekolah. Peserta didik diarahkan untuk menjadi siswa yang aplikatif, disiplin dan mandiri. Pada hakikatnya kegiatan kepramukaan merupakan suatu proses pendidikan dalam bentuk kegiatan bagi anak atau remaja yang dilaksanakan diluar pendidikan keluarga yang menggunakan prinsip dasar kepramukaan. Pramuka merupakan suatu proses kegiatan yang membentuk karakter manusia yang beriman, berakhlak mulia, taat hukum, dan disiplin (Kwartir Nasional, 2012:5). Kepramukaan merupakan proses kegiatan belajar sendiri yang progresif bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadinya secara utuh baik sosial, intelektual, fisik, ketrampilan dan sebagainya sebagai individu itu sendiri maupun sebagai anggota masyarakat.

(18)

macam latarnya.Sepanjang hidup manusia ada dua faktor yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidupnya, yaitu faktor internal atau faktor dari dalam diri individu dan faktor eksternal atau faktor yang berasal lingkungan individu berada, bisa dari manusia, alam, ataupun yang lainnya.Untuk itu perkembangan seseorang sangatlah berbeda jauh dengan individu lainnya. Kemampuan penangkapan otak oleh setiap individu berbeda tingkatanya, karena pengaruh dari lingkungan dimana individu berada mempengaruhi perkembangan individu.

Dalam kacamata peneliti, faktor yang berasal dari luar atau faktor eksternal adalah faktor yang berpengaruh besar dalam perkembangan individu. Proses sosialisasi dengan lingkungan sekitar adalah pembelajaran yang mempengaruhi pemikiran individu. Hal sekecil apapun dalam pandangan individu ketika itu dianggapnya baik akan di jadikan pijakan untuk dilakukan dalam kehidupannya. Termasuk dalam hal pola pemikiran individu juga sering di pengaruhi oleh keadaan sekitar dimana individu berada. Lingkungan seseorang berada mempengaruhi cara berfikir individu, hal ini juga berlaku ketika individu berada di sekolah ataupun lembaga pendidikan lainnya.

(19)

individu dalam mengembangkan dirinya. Selaras dengan tujuan gerakan pramuka yang bertujuan untuk menjadikan anggota untuk menjadi orang yang berkarakter. Pendidikan kepramukaan bukanlah pendidikan yang hanya sekedar tepuk-tepuk, hura-hura, ataupun bernyanyi bersama, akan tetapi merupakan proses belajar melatih diri sendiri guna mengerti dan memahami seseorang serta berlatih bagaimana memposisikan diri dalam lingkungan berada. Untuk itu, pendidikan kepramukaan cakupanya sangat luas, karena bukan hanya bermanfaat bagi individu akan tetapi bermanfaat juga bagi lingkungan dan juga bermanfaat bagi bangsa.

(20)

sistem pengajaran dalam ekstrakulikuler pramuka ini. Pemimpin atau senior tidak boleh membedakan mana yang senior mana yang junior, senior dan junior harus bisa merangkul satu sama lain, apalagi yang senior bagaimana caranya harus bisa merangkul junior menjadikanya mereka sahabat dalam dunia ekstra ini. Sehingga junior tidak merasa ketakutan karena jika salah diberi pertanyaan oleh senior mereka akan dihukum, tapi bagaimana seorang senior magajari atau memberikan contoh kepada juniornya. Kemudian senior harus bisa lebih inovatif dan kalau bisa buat satu trobosan baru agar para pemuda nantinya melihat kinerja kita yang berani.

Di sekolah ini sama halnya dengan dunia sekolah lainya. Sebagai seorang siswa siswi pastinya juga harus mentaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah tersebut. Aturan-aturan yang dibuat bertujuan untuk menumbuh kembangkan individu ke arah yang lebih baik.Peraturan yang dibuat untuk menahan perbuatan-perbuatan yang kurang menyenangkan atau perbuatan yang merugikan bagi individu atau lembaga sekolah.Tapi dengan adanya peraturan terkadang malah membuat individu merasa jenuh atau merasa frustasi dengan keadaan yang dialami. Hal tersebut membutuhkan pemahaman akan peraturan yang dibuat dengan menggunakan kepala dingin.

(21)

Kepramukaan Sebagai Sarana Membentuk Karakter Pada SiswaKelas VII SMP Negeri 6 Salatiga 2016/2017”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas, penulis menggambarkan beberapa poin penting untuk di kaji, yaitu

1. Bagaimana penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP N 6 Salatiga?

2. Bagaimana peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga?

3. Apa saja faktor-faktor yang menjadi Pendukung dan Penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga?

4. Apa solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Dengan adanya gambaran point penting di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter di SMP 6 Salatiga.

(22)

3. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga.

4. Untuk mengetahui solusi dari faktor penghambat dalam penerapan pendidikan kepramukaan sebagai sarana membentuk karakter pada siswa kelas VII SMP N 6 Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, di harapkan mampu memberikan informasi yang bermanfaat, diantaranya :

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini akan bermanfaat bagi SMP N 6 Salatiga terutama bagi pengurus pramuka. Hal ini di karenakan pengurus akan lebih kreatif lagi dalam menggabungkan, menyatukan, dan memadukan berbagai pendapat dari anggotanya. Selain itu, akan memberikan gambaran yang jelas bagi pengurus dalam menggunakan teknik yang tepat dalam memfasilitasi anggotanya

2. Praktis

a. Bagi SMP N 6 Salatiga dan Pengurus Pramuka

(23)

b. Bagi Peneliti

a) Menambah wawasan keilmuan bagi peneliti berkaitan dengan pembentukan karakter

b) Peneliti dapat mengetahui bagaimana peran ekstrakulikuler pramuka di tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam proses mematangkan pembentukan karakter siswa.

E. Penegasan Istilah

1. Implementasi pendidikan kepramukaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa implementasi adalah proses penerapan, pelaksanaan atau hasil dari usaha. Sedangkan pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No 20 Tahun 2003). Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang di lakukan oleh seseorang atau sekelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih dalam arti mental (Sudirman 1991:4).

(24)

berisi tentang pendidikan yang bersifat menyenangkan tanpa mengesampingkan penguatan karakteristik peserta didik.

Jadi pendidikan kepramukaan proses belajar mandiri yang progresif (maju dan meningkat) bagi kaum muda untuk mengembangkan diri pribadi seutuhnya, meliputi aspek mental, moral, spiritual, emosional, sosial, intelektual dan fisik, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, agar menjadi warga negara yang berkualitas serta mampu memberikan sumbangan positif bagi kesejahteraan dan kedamaian masyarakat lingkungan.

2. Pembentukan karakter

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia karakter adalah sifat-sifat kejiwaan akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah nilai-nilai yang unik dalam diri seseorang. Karakter seseorang terbentuk karena kebiasaan yang dilakukan, sikap yang di ambil dalam menanggapi keadaan, dan kata-kata yang diucapkan kepada orang lain.

(25)

pada saat berbicara di depan umum atau gaya bahasa. Orang melakukan tindakan karena dia menginginkan untuk melakukan tindakan tersebut.Pembangunan dan pembentukan karakter sangat perlu di lakukan oleh manusia karena pembangunan karakter adalah usaha paling penting yang pernah di berikan oleh manusia (syamsul 2014:29).

F. Metode Penelitian 1. Observasi

Observasi adalah proses di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian, metode ini sangat sesuai di gunakan dalam penelitian yang meliputi pengamatan kondisi atau interaksi belajar mengajar, tingkah laku bermain anak-anak dan interaksi kelompok. Observasi merupakan dasar fundamental dari semua metode riset, observasi juga memberi makna penting ihwal mengakses dan memahami cara-cara yang di gunakan orang-orang dalam bertindak dan berinteraksi secara komunikatif (Christine Daymon, 2008:320). Pengamatan yang terdapat dalam penelitian ini di lakukan di SMP N 6 Salatiga. Metode ini di gunakan penulis dalam proses pengamatan secara langsung di SMP N 6 Salatiga. 2. Wawancara

(26)

persepsi mereka (Christine Daymon, 2008:262).Objek penelitian di sini yaitu SMP N 6 Saaltiga.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat dan sebagainya (Arikunto,1998:236). Dokumentasi ini di gunakan penulis guna memperoleh gambaran umum dari keadaan SMP N 6 Salatiga.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mengetahui isi dari penelitian ini, maka penulis merumuskan menjadi tiga bagian

1. Bagian muka

Pada bagian muka terdiri dari halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman moto, halaman persembahan, dan halaman daftar isi.

2. Bagian isi

Pada bagian ini terbagi menjadi lima bagian, yaitu :

a. BAB 1 yang berisi latar belakang masalah, pengesahan judul, rumusan masalah, tujuan penelitian, Manfaat Penelitian. Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. b. BAB II berisi tentang landasan teoritis mengenai permasalahan

(27)

c. BAB III berisi tentang gambaran umum tentang objek yang di teliti serta informasi mengenai penelitian.

d. BAB IV berisi tentang analisis data

e. BAB V berisi tentang penutup atau berupa kesimpulan dan saran. 3. Bagian akhir

(28)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

Sebuah penelitian tidak mungkin dapat dilepaskan dari penjabaran atau penjelasan tentang teori yang di pakai untuk menguatkan peneliti itu tersendiri. Dalam hal ini peneliti akan menjelaskan tentang landasan yang di gunakan dalam penelitian, baik itu yang dari hasil pemikiran dari para ahli maupun dari peneliti tersendiri :

A. Kajian tentang kepramukaan

1. Pengertian Kepramukaan

Istilah kepramukaan berasal dari kata pramuka yang merupakan kepanjangan dari “praja muda karana”, berarti rakyat muda yang suka

berkarya (Poerdarminto, 1976:230). Akar kata ini mendapat awalan ke- dan akhiran –an, sehingga menjadi kata kepramukaan yang berarti suatu proses dalam bentuk kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan pemuda di bawah tanggung jawab orang dewasa. Lord Bodden Powell menyatakan tentang kepramukaan sebagai berikut :

“scounting is not a science to be solemnly studied, nor is it a collecting of

doctrine and text. No, it is a jolly game in the out of doors, where boy man

and boy can go adventuring together asleader ang younger brothers picking

(29)

Artinya: kepramukaan bukanlah suatu ilmu yang harus di pelajari secara tekun, bukan pula merupakan suatu kumpulan dari ajaran-ajaran dan naskah-naskah buku. Kepramukaan adalah suatu permainan yang menyenangkan di alam terbuka, tempat orang dewasa dan anak-anak pergi bersama-sama, mengadakan pengembaraan seperti kakak beradik, membina kesehatan dan kebahagiaan, keterampilan dan kesediaan memberikan pertolongan (Gerakan Pramuka1983:26).

2. Sejarah Kepramukaan

a. Sejarah Kepramukaan Dunia

Sejarah kepramukaan Dunia disebutkan bahwa pada awal tahun1908, Lord Bodden Powell selalu menulis ceritanya penggalamanya sebagai bungkus acara latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan dari tulisanya itu kemudian terbit sebagai buku “ Scouting Four Boys ”, buku

ini cepat beredar di inggris, bahkan ke negara-negara lainya.Pada perkembangan selanjutnya banyak negara berdiri organisasi kepramukaan, yang semula untuk anak laki-laki seusia penggalang yang di sebut Boy Scout kemudian di susul organisasi yang di beri nama Girl Guides atas bantuan Agnes, adik perempuan Bodden Powell dan diteruskan oleh Ny. Bodden Powell ( Kwarda Jateng, 2003:14-15 ).

(30)

tentang Mowgli Anak didikan rimba (anak yang di pelihara di hutan oleh induk srigala). Pada tahun 1918 Bodden Powell membentuk Rover Scout

(pramuka usia penegak) untuk menampung mereka yang sudah lewat 17 tahun tetapi masih senang dan giat dibidang kepramukaan. Tahun 1922 Bodden Powell menerbitkan buku Rovering to Success (mengembara menuju kebahagiaan) yang berisi petunjuk bagi para pramuka penegak dalam menghadapi pantangan hidupnya untuk mencapai kebahagiaan.

Pada tahun 1920 diselenggarakan jamboree sedunia yang bertempat diarea Olimpya London.Bodden Powell mengandung pramuka 27 negara. Setelah kegiatan ini berlangsung Lord Bodden Powell di angkat menjadi bapak pandu Sedunia (Chief Scout Of The World), dan akhirnya Jambore Sedunia tersebut di selenggarakan 5 tahun sekali. Pada tahun yang sama, dibentuk Dewan Internasional dengan 9 orang anggota dan biro sekretariatnya yang berada di London (Santoso, Zakiyah, 2011:20-21). Lord Bodden Powell yang telah mempelopori gerakan pramuka mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat sedunia. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya pramuka di negara Belanda dengan sebutan

Padvindeer dan Padvinderij.

b. Sejarah Singkat Gerakan Pramuka di Indonesia

(31)

kepramukaan, diharapkan para pembaca dapat mengerti dan memahami hubungan erat antara oganisasi kepramukaan dengan sejarah perjuangan Bangsa Indonesia sampai masa sekarang, bukan pada masa mendatang, kemudian di harapkan para pembaca dapat mengetahui proses pembentukan dan perkembangan Gerakan Pramuka dan mengetahui peranan apa yang dilakukan dalam sejarah perjuangan bangsa. Proses kelahiran gerakan kepramukaan di Indonesia dijiwai oleh sumpah pemuda yang dicetuskan dalam konggres Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yang saat itu lebih dikenal dengan sebutan Gerakan Kepanduan, istilah kepanduan dikarenakan adanya larangan pemerintah Belanda kepada organisasi Kepanduan di luar NIVP untuk menggunakan istilah Padvinder

dan Panvinderij, maka KH. Agus Salim menggunakan istilah pandu dan kepanduan, untuk menggunakan istilah pandu dan kepandduan menggunakan istilah Padvinder dan Panvinderij (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:16).

(32)

(PAPI) Pada tahun 1931 dan berubah lagi menjadi Badan Pusat Persatuan Kepanduan Indonesia (BPPKAI) tahun 1938. Saat kedudukan Jepang (Perang Dunia II), Organisasi kepanduan di Indonesia dilarang keberadaanya.Banyak tokoh-tokoh pandu yang beralih ke organisasi yang bersifat perlawanan seperti Seinenden, Keibondan, dan PETA. Sesudah proklamasi kemerdekaan dan perang kemerdekaan, di bentuklah organisasi kepanduan yang berbentuk kesatuan, yaitu Pandu Rakyat Indonesia pada tanggal 28 Desember 1945 di Solo sebagai satu-satunya organisasi Kepanduan di alam wilayah Negara Republik Indonesia.

Keputusan Presiden No 238 Tahun 1961 tentang Gerakan Pramuka

(33)

lingkungan sekolah, dan harus diselenggarakan dengan jalan kepanduan yang disesuaikan dengan pertumbuhan Bangsa dan Masyarakat Indonesia dewasa ini, (c) bahwa sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat sementara No. I/MPRS/1960, tanggal 19 November 1960 tentang garis-garis besar Haluan Negara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No. II/MPRS/1960 tanggal 3 Desember 1960, Garis-garis besar pola pembangunan nasional semesta berencana tahapan pertama 1961-1969 yang mengenai pendidikan pada umumnya dan pendidikan kepanduan pada khususnya, perlu menetapkan suatu organisasi gerakan pendidikan kepanduan yang tunggal untuk di beri tugas melaksanakan pendidikan tersebut di atas.

Keputusan Presiden Republik Indonesia No.118 Tahun 1961 tentang

Penganugerahan Pandji Kepada Gerakan Pendidikan Kepanduan Pradja

(34)

pendidikan dilingkungan sekolah, (c) bahwa gerakan pramuka seperti yang telah di tetapkan dengan Surat Keputusan Presiden Indonesia No. 238 tahun 1961 tangal 20 Mei 1961 adalah penyempurnaan dari pada usaha gerakann pendidikan kepaduan nasional Indonesia, dan sekarang turut serta menyelenggarakan pendidikan Indonesia sesuai Manifesto politik yang telah menjadi garis-garis besar dari pada Haluan Negara, disamping pendidikan di lingkungan keluarga dan disamping pendidikan dilingkungan sekolah, demi kepentingan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (c) bahwa berhubung dengan hal-hal tersebut diatas cukuplah alasan untuk memberikan tanda kehormatan kepada Gerakan Pramuka, berupa janji yang merupakan lambang perorangan dalam penjajahan Bangsa Indonesia dan Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk masa yang akan datang.

3. Sifat dan Fungsi Kepramukaan

a. Sifat Kepramukaan

Merujuk dari Resolusi koperensi Kepramukaan sedunia pada bulan Agustus 1942 di Kopenhagen, menyatakan bahwa Kepramukaan itu mempunyai tiga sifat/arti khas, yaitu :

1) Kepramukaan Bersifat Nasional

(35)

menunjang program pendidikan dan pembangunan nasional. Begitu pula disediakan atau hanya diperuntukkan bagi anak-anak atau pemuda-pemuda nasional.

2) Kepramukaan Bersifat Internasional

Sifat internasional adalah mencakup arti bahwa organisasi kepramukaan di Dunia ini harus dibina dan mengembangkan rasa persaudaraan, persahabatan dunia, dan ikut serta membina perdamaian dunia Untuk mencapai perdamaian dunia tanpa membedakan sesuatu. 3) Kepramukaan Bersifat Universal

Kepramukaan itu dapat dilaksanakan dimana saja untuk mendidik anak dari suku dan bangsa apa saja yang mendalam pelaksanaanya harus selalu menggunakan prinsip-prinsip dasar metodik pendidikan kepanduan oleh semua badan atau organisasi kepanduan. (Marwan,1985:42)

(36)

b. Fungsi Kepramukaan

Anggaran dasar Kepramukaan pada bab II pasal 6 menegaskan tentang fungsi pramuka, yaitu sebagai lembaga pendidikan di luar keluarga sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda, menerapkan prinsip dasar Kepramukaan dan metode Kepramukaan serta sistem among yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa serta masyarakat Indonesia (Tim Pelatih Kwarda Jateng, 2003:10). Berdasarkan landasan pemikiran di atas. Kepramukaan berfungsi sebagai :

1) Kegiatan yang menarik bagi anak-anak dan pemuda.

Kegiatan menarik (game) dimaksudkan kegiatan yang mnyenangkan dan mengandung pendidikan, karna itu dapat diartikan suatu permainan yang mempunyai tujuan dan aturan permainan bukan hanya sekedar main-main yang mengarah pada hiburan semata.

2) Pengabdian bagi orang dewasa

(37)

3) Alat bagi masyarakat dan organisasi

Kepramukaan merupakan suatu alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan alat bagi organisasi untuk mencapai suatu tujuan.Dengan demikian, kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar haya latihan saja dan bukan tujuan pendidikanya (Mashudi, 1983:21).

(38)

4. Asas, Tujuan, dan Sasaran Gerakan Pramuka a. Asas

1) Asas setiap anggota gerakan pramuka adalah penghayatan dan pengalaman Pancasila yang diwujudkan dalam setiap sikap dan prilaku sehari-sehari.

2) Gerakan Pramuka bertujuan untuk mendidik dan membina kaum kaum muda Indonesia agar menjadi :

a) Manusia berkepribadian, berwatak dan berbudi pekerti luhur yang berarti: Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, kuat mental dan tinggi moral, tinggi kecerdasan dan mutu ketrampilanya, kuat dan sehat jasmaninya.

b) Warga negara Republik Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada negara Kesatuan Republik Indonesia yang baik dan berguna, dapat membangun dirinya sendiri secara mandiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa dan negara, memiliki kepedulian terhadap sesame hidup dan alam lingkungan, baik local, nasional maupun internasional (Tim Kwatir Jateng, 2003:22).

(39)

b. Tujuan Gerakan Pramuka

1) Membentuk kader bangsa dan sekaligus kader pembangunan yang beriman dan bertaqwa serta berwawasan ilmu pengatuhan dan teknologi.

2) Membentuk sikap dan perilaku yang positif, menguasai dan kecakapan serta memiliki kecerdasan emosional sehingga dapat menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, yang percaya kepada kemampuan sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara.

3) Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya. Keadaan, adat istiadat dan harapan masyarakat termasuk orang tua pendidik.

4) Gerakan Pramuka menggunakan PDK dan MK, Sistem Among dan berbagi metode penyajian lainnya. Para pramuka mendapat binaan ketentuan pada SKU, SKK, TKU, TKK dan Syarat Pramuka Garuda. c. Sasaran Kepramukaan

1) Kepribadian dan kepemimpinan dalam satuan gerak sesuai dengan bidang kegiatanya.

2) Kepribadian yang berjiwa Pancasila.

(40)

5) Jiwa patriot yang berwawasan luas dan dijiwai nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pejuang bangsa.

6) Kemampuan untuk berkarya dan semangat kemandirian, berfikir kreatif, inofatif, dapat dipercaya, berani, dan mampu menghadapi tugas-tugas (Tim Kwartir Jateng,2003:23).

5. Prinsip Dasar Pendidikan Kepramukaan dan Metode Kepramukaan

Prinsip dasar kepramukaan dan metode kepramukaan merupakan ciri khas yang membedakan kepramukaan dari pendidikan lain, yang dilaksanakan sesuai kepentingan, kebutuhan, situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa agar menjadi manusia Indonesia yang lebih baik.

Prinsip dasar kepramukaan adalah :

a. Iman dan taqwa kepada Tuhan yang maha Esa.

b. Peduli terhadap bangsa dan tanah air, sesame hidup dan alam seisinya. c. Peduli terhadap diri pribadi.

d. Taat kepada kode kehormatan pramuka.

Metode kepramukaan merupakan suatu cara memberikan pendidikan watak kepada peserta didik melalui kegiatan kepramukaan dan merupakan salah satu cara belajar interaktif progresif melalui:

a. Pengalaman kode kehormatan pramuka. b. Belajar sambil melakukan.

(41)

d. Kegiatan menantang dan menarik serta mengandung pendidikan yang sesuai dengan perkembangan rohani dan jasmani anggota pramuka.

e. Kegiatan di alam terbuka.

f. Kemitraan dengan anggota dewasa dalam setiap kegiatan. Sistem tanda kecakapan.

g. Sistem satuan terpisah untuk putra dan putri. h. Kiasan dasar (Santoso, Zakiyah, 2011:40-41).

6. Metode Kehormatan Pramuka

Kode kehormatan pramuka adalah budaya organisasi gerakan pramuka yang melandasi sikap, tingkah laku anggota gerakan pramuka dalam hidup dan kehidupan berorganisasi. Kode kehormatan pramuka Penggalang, Penegak, Pandega dan anggotanya dewasa berbentuk ketentuan moral disebut DASADARMA yang berbunyi:

a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Cinta alam dan kasih sayang sesame manusia. c. Patriot yang sopan dan kesatria.

d. Patuh dan suka bermusyawarah. e. Rela menolong dan tabah. f. Rajin, trampil dan gembira. g. Hemat, cermat dan bersahaja. h. Disiplin, berani dan setia.

(42)

j. Suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan (Kwarnas).

B. Pembentukan karakter

1. Makna Pendidikan Karakter

a. Pengertian Pendidikan

Jhon Dewey dalam tulisanya (Dwi siswoyo dkk, 2007:19)

menjelaskan pendidikan adalah rekonstrusi atau reorganisasi pengalaman yang menambah makna pengalaman, dan yang menambah kemampuan untuk mengarahkan pengalaman selanjutnya.

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Tim Penyusun , 2010:13). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata Laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan proses, cara pembuatan mendidik (KBBI, 2007:263). Proses mendidik tersebut tidak terikat oleh dan kepada siapa berlangsung, dimana berlangsung, sejak kapan dan sampai kapan berlangsung, dan bagaimana berlangsung.

(43)

pendidikan yang baik. Begitu juga ketika berada di tengah-tengah masyarakat. Manusia bukanlah seekor makhluk biologis, melainkan seorangpribadi, seorang subyek, artinya ia mengerti akan dirinya, ia mampu menempatkan dirinya dalam situasinya, ia dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya, nasibnya ada di tangan sendiri (Driyarkara, 1980:82).

Anak didik adalah manusia muda, manusia yang masih dalam taraf potensial, manusia yang belum sampai pada taraf “maksimal”.Maka dari

itu, mengapa pendidikan atau mendidik itu di sebut suatu perbuatan fundamental. Sebabnya, karena mendidik itu adalah memanusiakan manusia muda, mendidik itu adalah proses hominisasi dan humanisasi, yaitu perbuatan yag menyebabkan manusia menjadi manusia (Driyarkara, 1980 21:87). Proses hominisasi artinya penjadian manusia, yaitu manusia dari taraf potensial ke taraf “maksimal” (telah mampu berbuat sebagai

selayaknya manusia), sedangakan proses humanisasi menunjukan perkembangan yang lebih tinggi.Humanisasi berarti perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi.

Berdasarkan pandangan di atas, Driyarkarya mengemukakan rumusan pendidikan sebagai pendidikan sebagai berikut :

(44)

untuk akhirnya memanusia sendiri sebagai manusia purnawan (Driyarkara, 1980 : 129).

2) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah-ibu anak, dimana terjadi pembudayaan anak, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa membudaya sendiri sebagai manusia purnawan Pembudayaan di sini menunjuk aktivitas baik dari pendidik maupun dari anak didik. Pendidik membudayakan anak, dan anak karena dibudayakan itu membudayakan diri. Sebagai contoh: ibu mengajari anak mengenakan sepatu dan celana, dan anak kelak dapat berbuat hal itu sendiri itupun sudah masuk kebudayaan dan pembudayaan.

3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal ayah,ibu,anak dimana terjadi pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa melaksanakan sendiri sebagai manusia purnawan( Driyarkarya, 1980 : 131).

Menurut Hasan Langgulung “Pendidikan (education) dalam bahasa

Inggris berasal dari bahasa Latin „educare‟ berarti memasukkan sesuatu”(1994:4).Dalam konteks ini, makna pendidikan adalah

menanamkan nilainilai tertentu ke dalam kepribadian anak didik atau siswa.Driyarkara dalam jurnal yang ditulis Ali Muhtadi (2010:32), mengemukakan “Bahwa pendidikan pada dasarnya adalah usaha uk untuk

(45)

Pada konteks tersebut pendidikan tidak dapat diartikan sekedar membantu pertumbuhan secara fisik saja, tetapi juga keseluruhan perkembangan pribadi manusia dalam konteks lingkungan yang memiliki peradaban.Sedangkan menurut Khan (2010:1) “Pendidikan merupakan sebuah proses yang menumbuhkan, mengembangkan,mendewasakan, menata, dan mengarahkan”. Pendidikan juga berarti proses pengembangan

berbagai macam potensi yang ada dalam diri manusia agar berkembang dengan baik dan bermanfaat bagi dirinya dan juga lingkungannya.

(46)

Pendidikan di setiap jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan dan target capaian masing-masing. Namun begitu, pendidikan di semua jenjang satuan pendidikan memiliki tujuan umum sabagai berikut (Hidayatullah,2010:5).

1) Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi bila dalam pendidikan.

2) Menumbuhkan atau menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang mewarnai aktivitas hidupnya.

3) Menumbuhkan kemampuan berfikir melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran.

4) Menumbuhkan kebiasaan dan kemampuan untuk berpartisipasi aktif secara teratur dalam aktivitas hidupnya dan memahami manfaat dari keterlibatanya.

b. Pengertian Karakter

Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010:3) “Karakter

adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasilinternalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakansebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak”. Sedangkan menurut Darmiyati (2006:5), sistem pendidikan

(47)

sebagai pribadi dan anggota masyarakat yang perlu dibantu dan didorong agar memiliki kebiasaan efektif, perpaduan antara pengetahuan, ketrampilan, dan keinginan. Menurut Musfiroh “Karakter mengacu pada serangkaian sikap perilaku (behavior), motivasi (motivations), dan ketrampilan (skills), meliputi keinginan untuk melakukan hal yang terbaik”(2008: 27). Menurut Megawangi dalam buku Darmiyati (2004:

110) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai “Sebuah usaha untuk

mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif pada lingkungannya”. Menurut

(Mulyana 2004:24) nilai merupakan “Sesuatu yang diinginkan sehingga

(48)

pengertian karakter kurang lebih sama dengan moral dan etika, yakni terkait dengan nilai-nilai yang diyakini seseorang dan selanjutnya diterapkan dalam hubungannya dengan tanggung jawab sosial. Wibowo (2010:4) mengemukakan “Manusia yang berkarakter adalah individu yang menggunakan seluruh potensi diri, mencakup pikiran, nurani, dan tindakannya seoptimal mungkin untuk mewujudkan kesejahteraan umum”

َمْوَ يْلاَو َهَّللا وُجْرَ ي َناَك ْنَمِل ٌةَنَسَح ٌةَوْسُأ ِهَّللا ِلوُسَر ِفِ ْمُكَل َناَك ْدَقَل

َرَكَذَو َرِخلآا

اًيرِثَك َهَّللا

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Q.S. 33/Al-Ahzab : 21)

(49)

c. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral pendidikan akhlak. Tujuanya adalah membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat, dan warga negara yang baik T. Ramli (2003). Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 4) pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan yang mengembangkan dan karakter bangsa pada diri peserta didik sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warganegara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif. Sedangkan menurut Koesoema pendidikan karakter merupakan nilai-nilai dasar yang harus dihayati jika sebuah masyarakat mau hidup dan bekerja sama secara damai. Nilai-nilai seperti kebijaksanaan, penghormatan terhadap yang lain, tanggung jawab pribadi, perasaan senasib, sependeritaan, pemecahan konflik secara damai, merupakan nilai-nilai yang semestinya diutamakan dalam pendidikan karakter (2007: 250).

(50)

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen harusdilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan harus berkarakter.Pendidikan karakter juga diartikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.

Merealisasikan pendidikan karakter bukanlah usaha yang mudah. Terdapat beberapa hambatan dan tantangan sebagai berikut (Hidayatulah, 2010:15-17)

a. Sistem pendidikan yang kurang menekankan pembentukan karakter, tetapi lebih menekankan pembangunan intelektual, misalnya system evaluasi pendidikan menekankan aspek kognitif atau akademik seperti Ujian Nasional (UN).

(51)

c. Terbiasa dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak afektif untuk menciptakan bangsa atau masyarakat yang unggul.

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan dan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama, budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

Menurut Hamid Hasan (2010:7) tujuan pendidikan karakter bangsa adalah :

a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/efektif peserta didik dan warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji

dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religious.

c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa.

(52)

e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

Tujuan Pendidikan Karakter menurut Dharma Kesuma, Cepi Triatna, dan Johar Permana (2011:9) adalah :

a. Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah.

c. Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pembentukan karakter merupakan salah satu pendidikan nasional.

“Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 mneyatakan bahwa diantara

tujuanpendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia”. 3. Nilai-nilai dalam Pendidikan Karakter

(53)

moral itu tidak cukup untuk menjadi manusia berkarakter, nilai moral harus disertai dengan adanya karakter yang bermoral" (1992: 53).

“Termasuk dalam karakter ini adalah tiga komponen karakter

(components of good character) yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing), perasaan tentang moral (moral feeling), dan perbuatan bermoral (moral actions)” (Nurul Zuriah, 2007: 45).Hal ini diperlukan agar manusia

mampu memahami, merasakan, dan sekaligus mengerjakan nilai-nilai kabajikan. Aspek-aspek dari tiga komponen karakter adalah: moral

(54)

totalitas psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia (kognitif,afektif, psikomotorik, spiritual) dan fungsi totalitas sosiokultural. Sehingga di dalamnya terdapat proses pengolahan potensi-potensi tersebut yang selanjutnya diklarifikasikan kedalam empat proses pendidikan karakter, yaitu olah hati, olah pikir, olah rasa atau karsa, dan olah raga (Dirjen Pendidikan Dasar, 2011:10).

Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan

dalam proses pendidikan, yaitu:

a. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral).

b. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.

c. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan). d. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil

proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Yahya Khan, 2010: 2).

4. Fungsi Pendidikan Karakter

(55)

a. Fungsi Pengembangan: yang secara khusus didasarkan pada peserta didik agar mereka menjadi pribadi yang berperilaku baik , berdasarkan pada kebajikan umum (virtues) yang bersumber pada filosofi kebangsaan di dalam pancasila. Dengan fungsi ini peserta didik di harapkan memiliki sikap dan perilaku etis, spiritual, sesuai dengan citra budaya bangsa. Dengan kata lain, dari perlaku peserta didik adalah warga bangsa, orang dapat mengetahui karakter bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

b. Fungsi Perbaikan: yang secara khusus yang diarahkan untuk

memperkuat pendidikan nasional yang bertanggung jawab terhadap pengembangan potensi dan martabat peserta didik. Dengan fungsi ini pula, pendidikan karakter bangsa hendaknya mencapai suatu proses revitalisasi perilaku dengan mengedepankan pilar-pilar kebangsaan untuk menghindari distorsi nasionalisme.

c. Fungsi Penyaring: dalam fungsi penyaring ini sistem pendidikan karakter bangsa dikembangkan agar peserta didik dapat menangkal pengaruh budaya lain yang tidak sesuai dengan karakter bangsa. Fungsi ini bertujuan meningkatkan martabat bangsa.

C. Peran Pendidikan Kepramukaan Dalam Pembentukan Karakter Siswa

(56)

akan tetapi juga terdapat pembentukan watak, karakter dan pembentukan mental dalam kegiatan kepramukaan. Tujuan gerakan pramuka adalah untuk mendidik dan membina kaum muda agar menjadi manusia yang berkepribadian, berwatak, berakhlak mulia, tinggi kecerdasan dan keterampilan, serta kuat dan sehat jasmaninya sesuai dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga gerakan pramuka mengenai tujuan kepramukaan.

(57)

BAB III

PAPARAN DATA TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Kepramukaan SMP N 6 SALATIGA

1. Sejarah Berdirinya Pramuka Di SMP N 6 Salatiga

Sejarah berdirinya Kepramukaan di SMP N 6 Salatiga untuk yang pertama kalinya didirikan oleh Bapak Indri Sugiyantono, M. Pd pada 1 Oktober 1984 latar belakangnya adalah tuntutan sekolah harus ada kegiatan kepramukaan dan sebagai sarana pembentukan karakter siswa dan wujud bela negara.

Gerakan pramuka sebagai satu-satunya wadah kepramukaan yang melaksanakan proses pendidikan nonformal diluar lingkungan sekolah dan diluar lingkungan keluarga, dilakukan di alam terbuka yang bertujuan untuk membentuk setiap anggota pramuka memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotic, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

(58)

kerjasama yang baik dari unsur-unsur tersebut rasanya tidaklah mungkin dapat mewujudkan pembentukan sikap peserta didik dengan hasil yang maksimal.

2. Tujuan Gerakan Pramuka di SMP N 6 Salatiga

Tujuan yang hendak dicapai dengan disusunnya program kerja ini : 1. Untuk memberikan arahan kepada pelaksanaa gugus depan agar

pelaksanaan kinerja gugus depan dapat berjalan lebih baik.

2. Sebagai sarana untuk peningkatan mutu pendidikan kepramukaan Pangkalan SMP Negeri 6 Salatiga.

3. Program kerja Gugus Depan dalam Kepramukaan.

Program kerja gugus depan Salatiga 03.169-03.170 pangkalan SMP N 6 Salatiga dapat dijelaskan dan dirinci sebagai berikut didasarkan pada waktu pelaksanaan program. Masing-masing kelompok program terbagi dalam beberapa bidang kegiatan.Adapun pembagian kelompok program tersebut adalah sebagai berikut.

1) Bidang Kegiatan dan Latihan Peserta Didik. a) Pencapaian SKU

b) Pencapaian SKK

c) Peningkatan mutu latihan pramuka penggalang meliputi jenjang : - Ramu

(59)

- Pramuka Penggalang Garuda d) Gladian Pemimpin Regu (1 kali) e) Perkemahan Kenaikan Tingkat

f) Wide Games sekitar pangkalan 2 kali per semester g) Lomba Tingkat I (1 kali)

h) Bakti Masyarakat (2 kali) per semester

i) Pengiriman regu penggalang ke tingkat Kwartir Ranting, Cabang, Daerah maupun Kwartir Nasional (disesuaikan waktu pelaksanaanya)

j) Perkemahan Bersama Penggalang k) Latihan bersama dengan Pangkalan lain l) Latihan bersama dengan Pangkalan lain m) Musyawarah Gugus Depan.

2) Bidang Pendidikan Orang Dewasa

a) Pengiriman Pembina untuk kegiatan Kursus Pembina yang diadakan Kwartir Ranting maupun Kwartir Cabang.

b) Pengiriman Pembina untuk pertemuan-pertemuan yang diadakan Kwartir Ranting maupun Kwartir Cabang.

c) Pertemuan-pertemuan Gugus Depan yang dihadiri oleh Mabigus. 3) Bidang Sarana dan Adminitrasi

(60)

c) Buku Jurnal Kegiatan Harian / Mingguan d) Buku Administrasi Keuangan

e) Daftar Inventaris Gugup Depan f) Buku Tamu Gugus Depan g) Pengadaan Tenda Pramuka

h) Pengadaan sarana pioneering, meliputi : - Tambang

- Tongkat

i) Bendera Gugus Depan yang meliputi : - Bendera Tunas Kelapa

- WOSM

j) Bendera Semafor dan Morse a. Papan Nama Gugus Depan

b. Gudang penyimpanan peralatan Pramuka 3) Bidang Keuangan

Penggalian dana kegiatan yang meliputi : a) Iuran peserta didik

b) Dana BOS Sekolah

c) Sumbangan yang tidak mengikat lainnya 4. Organisasi Kepramukaan SMP N 6 Salatiga.

(61)

Susunan Majelis Pembimbing Gugus Depan 03.169–03. Pangkalan SMP N 6 Salatiga adalah sebagai berikut :

1. Ketua : Mudjiati, M.Pd

2. Wakil Ketua : Indri Sugiyantono, M, Pd 3. Sekretaris : Sarwo Sukono, Ssi, M. Pd 4. Anggota :

1. Puji Santosa, S.Pd 2. M. Nurul Huda, S,Pd 3. Drs. Agus Supriyadi, M.Pd 4. Budi Widayaningsih, S.Pd 2. Susunan Pembina Gugus Depan

Susunan Pembina Gugus DEPAN 03.169 - 03.170 Pangkalan SMP N 6 Salatiga adalah sebagai berikut :

1) Ketua :M. Nurul Huda, S,Pd

2) Pembina Penggalang Putra :Drs.AgusSupriyadi,M.Pd 3) Pembantu Pembina Penggalang Putra:

1. IndriSugiyantono,M,Pd 2. EkoEndroSulistyo,A.Md 3. Rozikin

4) Pembina Penggalang Putri :BudiWidayaningsih,S.Pd 5) Pembantu Pembina Penggalang Putri :

(62)

2. Sri Sukaryati, S.Pd 2. Dewan Kehormatan Penggalang

Dewan Kehormatan Penggalang Gudep 03.169 – 03.170 Pangkalan SMP N 6 Salatiga tujuanya untuk melatih kepemimpinan dan rasa tanggung jawab para Pramuka Penggalang. Dewan Kehormatan Pasukan Penggalang bersidang bila terjadi peristiwa yang menyangkut tugas Dewan Kehormatan Penggalang. Hasil putusan siding dilaporkan kepada Pembina Gugus Depan dengan tembusan Mabigus :

Dewan Kehormatan Penggalang (DKP) Terdiri atas : 1) Pembina

2) Para Pembantu Pembina Penggalang 3) Pemimpin Regu Utama

4) Para Pemimpin Regu

Tugas Dewan Kehormatan Penggalang adalah untuk menentukan: 1) Pelantikan, Pembina TKK, tanda penghargaan dan lain-lain

(63)

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka peneliti memerlukan metode-metode dalam pengumpulan data. Selain itu peneliti juga memerlukan instrument dalam pengumpulan data tersebut. Dalam penelitian ini, metode yang peneliti gunakan yaitu :

1. Metode Observasi

Metode observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra (Arikunto,1997:146).

Data yang ingin di peroleh oleh peneliti adalah data mengenai situasi umum mengenai SMP N 6 Salatiga dan kegiatan kepramukaan dalam ekstrakulikuler di SMP N 6 Salatiga.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara (interviewer) (Arikunto, 1997:145).

(64)

perkembangan karakter setelah mengikuti kegiatan kepramukaan, maka peneliti juga akan bertanya pada pengurus pramuka atau dewan lainnya yang sesuai. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan responden yang berjumlah 30 Orang. Identitas responden tersebut antara lain :

Tabel 3.1

5 Pembina Pramuka SMP N 6 Salatiga

NO NAMA JABATAN

1 Muhamad Nurul Huda, S.Pd Pembina Gugus Depan Putra 2 Eko Endro Sulistiyo Asisten Pembina Putra 3 Budi Widayaningsih, S.Pd Pembina Gugus Depan Putri

4 Karyati Pembina Gugus Depan Putri

5 Indri Sugiyantono, S.Pd Pembina Gugus Depan Putra

Table 3.2

10 Kader Pramuka SMP N 6 Salatiga

NO NAMA KELAS

1 Tasyania Donita 8A

2 Dea Alifah Rahmawati 8E 3 Marella Agrippina Zanneti 8A

4 Ananda Akhmad Aulia Ulil A 8D

(65)

6 An Nisa‟syava Khalisa 8A

7 Muhammad Fahrul D 8D

8 Firdhana A.F 8G

9 M Fajar 8B

10 Yannah C 8A

Tabel 3.3

15 Anggota Pramuka SMP N 6 Salatiga

NO NAMA KELAS

1 Muh Zanig Dorisal Hida 7D 2 Bakti Khoiriana 7H

3 Difa Rizqi 7C

4 Bayu Windhi Permadi 7H 5 Meilani Dwi Risanti 7B 6 Maharani Wahyuning T 7E 7 Dimas Adi Harlim P 7H

(66)

13 Aulia Suci B 7B 14 Annisa Nurul Latifah 7E 15 Robby Adrian Fajar S 7A

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang diperoleh dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

(67)

BAB IV PEMBAHASAN

A. Penerapan Pendidikan Kepramukaan Di SMP N 6 Salatiga

Untuk mengetahui penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga peneliti telah bertanya kepada 30 responden dari SMP N 6 Salatiga yang terdiri dari 5 pembina pramuka, 10 anggota kader pramuka dan 15 anggota pramuka.

Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara.Dalam wawancara ini, peneliti mencari informasi mengenai bagaimana penerapan pendidikan kepramukaan di dalam SMP N 6 Salatiga.

Dari analisis data yang di peroleh mengenai penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga antara lain :

Penerapan pendidikan kepramukaan di SMP N 6 Salatiga diterapkan sesuai dengan undang-undang kepramukaan dan kurikulum yang berlaku. Salah satunya menggunakan sistem Among dalam kepramukaan dan dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan di Indonesia. Di mana dalam fungsinya sebagai penyelenggara pendidikan nonformal di luar sekolah dan di luar keluarga.

(68)

kepada peserta didik untuk dapat bergerak dan bertindak dengan leluasa dan menghindari paksaan, guna mengembangkan kemandirian, percaya diri dan kreatifitas sesuai aspirasi peserta didik

Penerapan sistem among dalam pendidikan kepramukaan yang dilakukan oleh gerakan pramuka ditegaskan dalam undang-undang nomer 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka Bab III, pasal 10 Ayat 1, 2, dan 3. Sistem among dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kepemimpinan yang harus dipraktekakan oleh Pembina Pramuka. Prinsip-prinsip kepemimpinan itu terdiri atas :

1. Ing ngarsa sung tuladha (di depan menjadi teladan).

2. Ing madya mangun karsa (di tengah membangun kemauan).

3. Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan dan pengaruh yang baik kearah kemandirian).

Selain itu, seorang Pembina Pramuka dalam melaksanakan tugasnya di tuntut bersifat dan berperilaku antara lain :

1. Cinta kasih, kejujuran, keadilan, kepantasan, kesederhanaan, kesanggupan berkorban, dan kesetiakawanan sosial.

2. Disiplin di sertai inisiatif.

(69)

Pelaksanaan sistem among ini akan berbeda di setiap golongan peserta didik. Pendidik harus bisa mengarahkan ke arah yang menjadikan sikap dalam kehidupan sehari hari. Kegiatan kepramukaan ini juga hari melaksanakan pelatihan terhadap peserta didiknya dalam latihan rutin setiap 1 minggu sekali yang dilaksanakan setiap hari jum‟at dan memberikan materi sesuai

kurikulum yang ada yang sudah disesuaikan dengan usia siswa. Untuk setiap kegiatanya pramuka tidak hanya berisi materi saja melainkan dalam setiap kegiatanya diselingkan hiburan atau game-game yang mendidik dan nilai-nilai pendidikan karakter.

Dalam proses kegiatan kepramukaan juga ditegaskan aturan yang ada, dalam arti jika anak melakukan pelanggran maupun kesalahan anak diberikan hukuman atau sanksi yang mendidik dengan itu anak tidak akan menggulang kesalahan apa yang telah di perbuat sebelumnya dan anak juga akan belajar dari kesalahan yang sebelumnya agar anak termotivasi untuk menjadi lebih baik dari sebelumya. Selain itu anak juga diajari banyak hal yang sesuai dengan Dasa Dharma pramuka dalam setiap kegiatan pramuka berlangsung.

(70)

Pembina juga harus memberikan contoh yang baik kepada nggotanya. Dalam proses kegiatan kepramukaan pembina maupun pelatih harus inovatif tidak monoton dan membosankan dalam memberikan pembelajran dalam kegiatan kepramukaan. Dalam memberikan materipun pembina harus memberikan sesuai porsinya 50% materi dan 50% game yang menggandung unsur pendidikan. Pembina juga harus tau mana kegiatan yang seharusnya diajarkan dan mana kegiatan yang tidak seharusnya diajarkan.

B. Peran Pendidikan Kepramukaan dalam Pembentukan Karakter di SMP

N 6 Salatiga.

Pendidikan Kepramukaan sangat berpengaruh besar dalam pembentukan karakter pada anak karena dengan adanya kegiatan kepramukaan siswa lebih mudah dalam menuangkan karakter yang dimilikinya dan di dalam Pendidikan Kepramukaan ini justru lebih mudah dalam pembentukan karakter. Karena sesuai dengan tujuan kepramukaan yaitu untuk mendidik dan membina kaum muda agar menjadi manusia yang berkepribadian, berwatak, berahlak mulia, tinggi kecerdasan dan ketrampilannya, serta kuat dan sehat jasmaninya.Selain itu memiliki kepedulian terhadap sesama hidup dan alam lingkungan.

(71)

peningkatan karakter dalam diri mereka sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan kepramukaan.Setelah mengikuti kegiatan kepramukaan ternyata ada peningkatan karakter yang besar dalam diri mereka. Peningkatan karakter tersebut di akui oleh anggota pramuka itu sendiri dan peningkatan karakter itu merupakan peningkatan karakter yang positif.Peningkatan karakter tersebut sangat berguna bagi anak di sekolah.

Banyak sekali yang didapatkan siswa dalam kegiatan kepramukaan.Delapan belas karakter di berikan semua dalam pendidikan kepramukaan. Delapan belas karakter tersebut antara lain :

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari orang dirinya. 4. Disiplin

(72)

5. Kerja Keras

Tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan tidak mudah menyerah. 6. Kreatif

Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri

Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis

Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinyaa.

10.Semangat Kebangsaan

Cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. 11.Cinta Tanah Air

Berfikir dan bertindak sesuai bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

(73)

Tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13.Bersahabat atau komunikatif

Tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna orang lain.

14.Cinta Damai

Sifat dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat serta menghormati keberhasilan orang lain.

15.Gemar Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16.Peduli Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

17.Peduli Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

(74)

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), Negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

Delapan belas karakter tidak sekaligus diberikan secara bersamaan melainkan sesuai proses yang berlangsung, karena jika diberikan secara bersamaan tidak semua siswa bisa menerima, karena harus di lihat seberapa besar kemampuan anak yang berbeda-beda. Selain Delapan belas karakter diberikan, nilai-nilai Tri Satya dan Dasa Dharma juga berpengaruh besar dengan peran pendidikan kepramukaan dalam pembentukan karakter di SMP N 6 Salatiga karena di dalam Tri Satya dan Dasa Dharma mengandung nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat membentuk karakter pada anak.

Gerakan pramuka ini sebagai wahana dalam penggodokan sikap dan karakter pemuda-pemuda yang berada dalam masyarakat yang menyandang gelar sebagai generasi penerus bangsa, ikut bertanggungjawab dan berpartisipasi aktif dalam mengembangkan potensi, membentuk serta menciptakan generasi yang kreatif, inovatif serta agumentatif yang implikasi pada terbentuknya karakter masyarakat Indonesia.

(75)

dipraktekan, yaitu taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cinta alam dan kasih sayang sesama manusia, patriot yang sopan dan kesatria, patuh dan suka bermusyawarah, rela menolong dan tabah, rajin, trampil dan gembira. Nilai-nilai selanjutnya yaitu hemat, cermat dan bersahaja, disiplin, berani dan setia, bertanggungjawab dan dapat dipercaya, serta suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan.

Pembinaan kepribadian/karakter atau jiwa utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan khususnya pendidikan.Sasaran yang ditempuh atau dituju dalam pembentukan kepribadian yang memiliki akhlak yang mulia dan tingkat kemulian akhlak erat kaitanya dengan tingkat keimanan. Telah kita ketahui banyak anak-anak memiliki kepribadian buruk yang mengakibatkan merosotnya moral.Betapa pentingnya pendidikan agama untuk seseorang, dan betapa pula besarnya bahaya yang terjadi akibat kurangnya pendidikan agama itu.

Gambar

Table 3.2
Tabel 3.3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pra-research yang dilakukan peneliti pada Instagram beberapa waktu lalu juga menghasilkan bahwa review konsumen sebelumnya yang telah melakukan pembelian

Sebagai salah satu tempat pelaksanaan asimilasi, Lapas Terbuka dapat menjadi model ideal dalam pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana dalam sistem pemasyarakatan

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

Raja Ali Haji dalam sejarahnya pernah disebut sebagai seorang penyair sufi Melayu yang jika dilihat dari pola persajakkannya tampaklah pola-pola rima yang tampak

Tabel LXX Pengujian Proses Hapus Data Kategori Barang ...129. Tabel LXXI Pengujian Proses Tambah Sub Kategori

www.exocare.id Layanan Konsumen: Email: exocare@food.id.. kemasan sekunder maka QR Code dicantumkan pada kemasan sekunder dan kemasan primer tidak wajib dicantumkan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh perbandingan sukrosa dan sirup glukosa terhadap karakteristik hard candy berbasis sari buah

maka Pejabat Pengadaan Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Telematika Aceh Tahun Anggaran 2015 menyampaikan Pengumuman Pemenang pada paket tersebut diatas sebagai berikut