• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Setelah mengadakan pengkajian (analisis) terhadap data lapangan, mengadakan diskusi tentang hasil penelitian dan membandingkannya dengan dasar-dasar konseptual ataupun teori-teori yang berhubungan langsung dengan masalah yang dibahas, pada bagian ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan.

1. Dukungan Lingkungan Organisasi Terhadap Perluasan Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Global Ilmu, dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation merupakan bagian dari lembaga pendidikan nonformal, walaupun mempunyai nama yang berbeda, namun memiliki garis kesamaan yaitu memberikan pelayanan pendidikan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang memerlukan pengelolaan yang efisien dan efektif melalui manajemen stratejik.

a. Lingkungan Internal Organisasi: Profil Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation, dapat dilihat dari pelaksanaan tugas pokoknya yang meliputi beberapa variable, yaitu struktur, budaya dan sumber daya. Struktur dalam hal ini adalah cara bagaimana Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat diorganisir. Hal ini tergambarkan dari sistem penyelenggaraan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda yang memiliki struktur organisasi yang baku, mulai dari : Penasehat, Penanggung Jawab, Ketua, Sekretaris dan Bendahara serta para

Koordinator dan Penyelenggara Program. Kecuali SKB Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation yang dikelola oleh Keluarga. Namun demikian, walaupun SKB Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation dijalankan oleh keluarga, kedua lembaga tersebut sudah mampu menunjukkan peranserta dan pengabdiannya kepada masyarakat. Hal itu dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah peserta didik yang mengikuti pendidikan pada kedua lembaga pendidikan tersebut, serta laporan dari peserta didik yang berhasil dalam meningkatkan kualitas belajarnya. Selanjutnya ketiga lembaga pendidikan nonformal tersebut,memiliki sistem pendidikan dan pembelajaran yang ditinjau dari penyelenggaraannya disesuaikan dengan Kurikulum Nasional, sesuai dengan ciri khasnya masing-masing. PKBM Nurul Huda di samping Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), menyelenggarakan Paket A,B, dan C serta pendidikan keterampilan, Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation dengan ciri khas agar peserta didik dapat aktif berkomunikasi dalam bahasa Inggris, sedangkan SKB Global Ilmu membantu siswa SD, SMP dan SMA yang mengalami kesulitan belajar di sekolah. Untuk kegiatan kewirausahaan baik teori maupun praktek, lebih didominasi oleh PKBM Nurul Huda. Namun kelemahannya, berbagai fasilitas pendidikan masih belum memadai, sehingga untuk dapat berkompetisi dalam dunia kerja memerlukan kerjasama dengan lembaga lainnya. Sedangkan budaya organisasi meliputi pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai bagi setiap anggota organisasi. Tugas manajemen puncak dari ketiga organisasi tersebut selalu menanamkan kepercayaan, pengharapan untuk mencapai cita-cita organisasi serta diterapkannya nilai-nilai yang menyebabkan para staf merasa optimis dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Akhirnya sumber daya, khususnya sumber daya manusia yaitu

ditingkatkannya kemampuan manajerial dari seluruh staf sehingga organisasi tersebut semakin maju dan berkembang.

b. Lingkungan Eksternal Organisasi : Yang dimaksud dengan lingkungan Eksternal dalam hal ini, adalah lingkungan masyarakat khususnya mereka yang tergabung dalam berbagai organisasi kemasyarakatan, seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), guru-guru SD, SMP, SMA dan yang sederajat yang terhimpun dalam Persatuan Guru Republik Indonesia serta Tokoh Agama mendorong berbagai organisasi kemasyarakatan untuk dikelola secara terkoordinasi guna terbentuknya organisasi Pusat Kegiatan Warganegara. Keinginan tersebut muncul, dalam hubungannya dengan program jangka panjang, bahwa keberhasilan pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik tidak hanya terbatas kepada meningkatnya kualitas kinerja staf, tetapi juga diperlukan adanya konsep perluasan fungsi PKBM dan SKB menjadi Pusat Kegiatan warganegara sehingga variasi pelayanan yang dapat diberikan juga akan beragam dan lebih mendekati tuntutan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan/kecakapan hidup dan memperoleh solusi yang tepat bagi setiap permasalahan. Oleh karena itu dengan menghimpun berbagai lembaga kemasyarakatan tersebut dalam satu wadah organisasi Pusat Kegiatan Warganegara dan dikelola dengan pendekatan manajemen stratejik, diharapkan dapat menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi. Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Tokoh Agama sangat positif mendukung peningkatan fungsi organisasi kemasyarakatan, khususnya Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, sesuai kebutuhan dan potensi daerah. Konsep pembentukan organisasi Pusat Kegiatan Warganegara merupakan salah satu pilihan untuk meningkatkan kesadaran

masyarakat berkonstitusi sehingga berbagai masalah kemasyarakatan dapat diatasi dan kualitas manusia Indonesia akan meningkat. Untuk itu diperlukan adanya sikap pro-aktif dari berbagai lembaga kemasyarakatan khususnya di Kabupaten Bandung, untuk selalu bekerjasama baik diantara lembaga kemasyarakatan maupun dengan pemerintah daerah. Penggabungan berbagai organisasi kemasyarakatan dalam bentuk Pusat Kegiatan Warganegara sangat positif, dan diterima oleh masyarakat, sepanjang tidak dikaitkan dengan kepentingan politik. Dengan demikian masalah-masalah kemasyarakatan di daerah dapat difilter dan diatasi oleh organisasi Pusat Kegiatan Warganegara serta dicari pemecahannya sebelum masalah-masalah tersebut menjadi lebih kompleks. Penerapan manajemen strategik menjadi motor dalam pengelolaan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) dan Lembaga Kursus, sebagai cikal bakal organisasi Pusat Kegiatan Warganegara.

Sebagaimana pengalaman yang mengajarkan kepada kita selama ini, bahwa pembentukan suatu lembaga yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat, sebaiknya menanyakan terlebih dahulu kepada masyarakat (Community support), agar lembaga tersebut menjadi lebih fungsional. Pengalaman masa lalu memberi contoh bahwa suatu lembaga yang dipaksakan berdirinya oleh pemerintah akan tidak bermanfaat bagi masyarakat, dan akan menghambur-hamburkan dana yang sangat banyak. Untuk itulah diperlukan adanya berbagai pendekatan, baik formal maupun informal , dengan Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Perguruan Tinggi serta khususnya masyarakat daerah. Dengan adanya pendekatan-pendekatan demokratis secara berkesinambungan, diharapkan masyarakat akan lebih dewasa, mampu berpikir kritis dan kreatif sehingga dapat mengangkat tingkat pendidikan, kesejahteraan masyarakat serta mengurangi berbagai konflik yang

negatif. Organisasi Pusat Kegiatan Warganegara merupakan organisasi kemasyarakatan yang independen dimana terdiri dari wakil-wakil seperti tokoh alim ulama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, tokoh pemuda, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi buruh, Kamar Dagang dan Industri, Kepolisian, Pemerintah Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Lembaga Bantuan Hukum dan lain-lain. Banyaknya dukungan dari masyarakat Kabupaten Bandung, oleh karena orgnisasi Pusat Kegiatan warganegara merupakan tempat berkumpulnya para pakar dari setiap bidang ilmu dan profesi untuk membahas masalah-masalah kemasyarakatan serta mencari solusi bagi kepentingan masyarakat. Dengan demikian setiap organisasi terwakili dalam organisasi tersebut dan tidak akan mengubah struktur organisasi yang sudah ada. Selanjutnya, perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar dan Lembaga Kursus, memiliki kondisi dan lingkungan berbeda baik dalam bidang ekonomi, politik, hukum, pendidikan, ketertiban dan agama yang harus segera diantisipasi oleh lembaga-lembaga pendidikan tersebut. .

2. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, serta Lembaga Kursus melalui perumusan manajemen stratejik, dimulai dengan penetapan , misi, tujuan, strategi, dan kebijakan, antara lain:

a. Misi Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang telah digariskan, merupakan hasil kesepakatan bersama yang dibahas secara demokratis oleh pimpinan serta staf SKB, Lembaga Kursus dan PKBM serta masukan dari masyarakat dan perguruan tinggi. Pimpinan Lembaga pendidikan sudah mampu menggerakkan staf untuk menyusun Misi yang selama ini ditetapkan oleh masing-masing lembaga pendidikan

di Kabupaten Bandung walaupun masih terbatas pada ciri masing-masing organisasi kelembagaan, untuk kemudian diinformasikan kepada seluruh staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat maupun Lembaga Kursus serta Sanggar Kegiatan Belajar. Misi yang dikembangkan belum mencakup kerjasama dan koordinasi dengan lembaga-lembaga lainnya dalam arti luas.

b. Tujuan yang selama ini ditetapkan oleh pimpinan lembaga pendidikan nonformal seperti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sudah mampu memberdayakan staf melalui kerjasama tim walaupun belum secara optimal merumuskan efisiensi dan efektivitas lembaga, dan masih terbatas kepada penentuan jenis dan macam pendidikan saja. Apa keuntungan dan kerugian suatu jenis pendidikan dilaksanakan seperti misalnya menentukan prioritas pada pendidikan PAUD daripada Paket A, B atau C masih memerlukan pengkajian secara mendalam.

c. Strategi yang disusun selama ini berusaha untuk memaksimalkan keunggulan kompetitif namun kenyataan di lapangan adalah persaingan yang tidak sehat diantara Sanggar Kegiatan Belajar dan diantara Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Demikian pula dengan sumber daya manusia termasuk staf Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat serta Pamong Belajar yang membutuhkan peningkatan kemampuan serta kesejahteraan. Untuk itu diperlukan kreativitas dari setiap organisasi baik dalam peningkatan kemampuan staf maupun dalam menggali dana.

d. Kebijakan yang dilakukan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar dan Lembaga Kursus belum disesuaikan dengan skala prioritas yaitu pendidikan ketrampilan (Life Skill). Selama ini kebijakan masih kurang berorientasi kepada pendidikan keterampilan Sedangkan ”Life Skill” merupakan primadona bagi

Pendidikan Non Formal, karena menjadi tujuan utama pendidikan non formal untuk meningkatkan kecakapan hidup masyarakat.

3. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, serta Lembaga Kursus melalui Implementasi manajemen stratejik, meliputi program, anggaran dan prosedur kerja. a. Program Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat masih bersifat rutin, dalam arti terbatas pada pelaksanaan program yang belum menyentuh pembaharuan dan perubahan. Program yang dilaksanakan masih Paket A,B dan C serta Pendidikan Anak Usia Dini, kecuali Lembaga Kursus yang terus berusaha untuk memperbaiki metodologi pembelajarannya dalam berkomunikasi bahasa Inggris .Kemampuan berpikir staf untuk menemukan ide yang kreatif masih dihadapkan kepada berbagai tugas yang harus segera diselesaikan, karena harus memenuhi program Kurikulum.

b. Anggaran bagi Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, dialokasikan dalam bentuk “block grant” yang merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan mutu kelembagaan dalam menyelenggarakan program-program peningkatan kualitas ketenagaan pendidikan non formal, yang langsung diterima oleh lembaga yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing daerah. Pemanfaatan anggaran ini memerlukan evaluasi setiap tahun, dan bagi organisasi yang berkembang maju, anggaran tersebut dapat dinaikkan. Sebaliknya bagi organisasi yang tidak berhasil, dana tersebut dikurangi untuk memberikan dorongan kepada organisasi untuk berkembang. Dalam prakteknya masih banyak lembaga kemasyarakatan yang belum mendapat bantuan BOS (Bantuan Operasional Sekolah), karena terkendala dengan tidak terpenuhinya

13 kriteria, yaitu : 1) Mengganti buku pelajaran, 2) Proses penerimaan siswa baru, 3) Peningkatan mutu, baik pelajaran pokok maupun ekstra kurikuler, 4) Biaya ujian/ulangan, 5) Biaya barang yang habis dipakai, 6) Pengelolaan daya dan jasa, 7) Penggajian guru honorer dan tenaga pendidik honorer, 8) Pengembangan profesi guru, 9) Transportasi, 10) Seragam 11) Sepatu bagi siswa miskin, 12) Pengelolaan Dana BOS, 13) Pengadaan komputer dan printer, pengadaan alat-alat penunjang seperti mesin tik, mebeler dan lain sebagainya. Selain dana bantuan pemerintah, juga perlu dipertimbangkan dana bantuan masyarakat. Dana dari masyarakat ini memerlukan pengkajian yang mendalam oleh setiap anggota organisasi dalam arti jangan sampai memberatkan masyarakat, namun di lain pihak adanya ”dana tersembunyi” dari masyarakat, memerlukan penelusuran secara bijaksana.

c. Prosedur kerja Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sudah disusun secara sistemik, meliputi : tugas yang harus dilakukan oleh masing-masing lembaga pendidikan, berikutnya siapa saja yang bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas tersebut, serta urutan tugas menurut prioritas dari masing-masing lembaga pndidikan , dan akhirnya batas waktu yang harus dipenuhi oleh masing-masing divisi atau unit dalam melaksanakan tugas. Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagai manajer perlu memberdayakan staf untuk mampu mengembangkan Standard Operating Procedures (SOP), mulai dari membuat pengumuman, melakukan tes awal untuk penempatan siswa, pengelompokkan siswa berdasarkan hasil tes sampai kepada pelaksanaan tes akhir untuk mengetahui tingkat kemajuan siswa.

4. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, serta Lembaga Kursus melalui evaluasi dan pengendalian

Evaluasi dan Pengendalian merupakan suatu proses dimana kegiatan organisasi dan hasil kerja Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dimonitor, selanjutnya kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Dalam prakteknya peran aktif staf sangat diperlukan dalam melakukan evaluasi dan pengendalian terhadap kinerja mereka sendiri dalam melaksanakan tugas. Evaluasi diri pada masing-masing staf memerlukan adanya disiplin diri untuk mengetahui berbagai kelemahan-kelemahannya dan melaporkannya kepada pihak pimpinan. Dalam prakteknya, evaluasi diri sangat sulit dilakukan karena seolah-olah menunjukkan kelemahannya kepada atasan. Di samping itu pihak pimpinan juga perlu mencari berbagai kelemahan-kelemahan dari Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang berjalan sendiri-sendiri, seperti adanya tumpang tindih dalam melaksanakan tugas khususnya dalam melayani masyarakat, pencarian sumber dan penggunaan biaya yang tidak efektif serta bekerja tidak secara sistemik. Dalam hal pengendalian lebih ditekankan kepada supervisi, dalam arti tidak mencari kesalahan, namun mereka yang merasa kesulitan akan berupaya untuk berkonsultasi dengan pihak-pihak lainnya atau dengan pihak atasan. Selama ini evaluasi terhadap lembaga pendidikan belum berjalan sebagaimana yang diharapkan, dan yang muncul adalah sikap apatisme dari para pengelola Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Dari kesimpulan tersebut di atas, akan berdampak kepada

(1) Peran Perguruan Tinggi di daerah, dan dalam penelitian di Kabupaten Bandung adalah Universitas Pendidikan Indonesia, untuk merealisasikan dukungan masyarakat Kabupaten Bandung

dalam memperluas fungsi dan peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. .

(2) Peningkatan kemampuan staf Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat untuk merumuskan misi organisasinya, misalnya untuk apa dibuka Paket A, B atau C, atau pendidikan keterampilan memasak dan lain-lain. Tujuan apa yang akan dicapai dengan adanya pendidikan keterampilan otomotif, Strategi apa yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris, serta kebijakan apa yang digunakan sebagai pedoman pembelajaran keterampilan.

(3) Peningkatan kemampuan staf Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat untuk mengimplementasikan manajemen stratejik yang meliputi : a) program kerja organisasi, melaksanakan program kerja berdasarkan skala prioritas, b) anggaran, baik anggaran dari “block grant” maupun dari masyarakat serta mencoba menggali dari para donatur yang memiliki kepedulian kepada pendidikan masyarakat. c) prosedur kerja, hendaknya staf menyusun SOP (Standard Operating Procedures) dari prosedur kerja yang selama ini dilakukan untuk kemudian mengadakan perbaikan-perbaikan. (4) Mengembangkan Sistem Monitoring, Evaluasi dan Supervisi

terhadap organisasi Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat : Tujuan monitoring, evaluasi dan supervisi terhadap organisasi Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan manajemen stratejik, untuk mengetahui kondisi organisasi sebelum dan setelah menerapkan manajemen stratejik, dan untuk melakukan pembinaan kepada staf, terutama dalam pelaksanaan manajemen stratejik. Monitoring terhadap organisasi dimaksudkan untuk melakukan pengecekan apakah pelaksanaan program organisasi telah sesuai

dengan rencana. Selanjutnya, evaluasi dimaksudkan untuk melakukan penilaian jalannya organisasi, yang meliputi : kondisi, perencanaan, hasil, peran dan tanggung jawab, dan supervisi yang bersifat pendekatan manusiawi, yaitu adanya pendekatan dan konsultasi anggota organisasi yang mengalami kesulitan untuk dibahas bersama dengan pimpinan organisasi.

B. Rekomendasi

Pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, merupakan suatu pilihan yang tepat dalam meningkatkan kinerja staf organisasi, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas hasil belajar peserta didik. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, tidak saja melibatkan pimpinan organisasi, akan tetapi memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh personil organisasi untuk secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan fungsi organisasi.

Berdasarkan temuan dan kajian penelitian, berikut ini disampaikan beberapa rekomendasi , yaitu :

1. Untuk memperluas fungsi organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, diperlukan adanya dukungan lingkungan organisasi , baik internal maupun eksternal.

a. Dukungan internal organisasi adalah diberdayakannya setiap personil yang berada dalam struktur organisasi mulai dari pucuk pimpinan sampai dengan pelaksana di lapangan untuk lebih menguasai tugas pokoknya masing-masing sesuai dengan Kebijakan Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal tentang penyelenggaraan PKBM, agar pelayanan kepada peserta didik dapat meningkat. b. Dukungan eksternal organisasi, adalah adanya kepedulian

masyarakat Kabupaten Bandung yang sangat positif terhadap diperluasnya fungsi dan peran Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat,

Sanggar Kegiatan Belajar dan Lembaga Kursus menjadi Pusat Kegiatan Warganegara. Oleh karena variasi pelayanan yang diberikan akan lebih beragam dan lebih mendekati tuntutan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dukungan tersebut perlu ditindaklanjuti oleh perguruan tinggi (dalam hal ini adalah Universitas Pendidikan Indonesia), untuk melakukan pendekatan kepada para pakar sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing, serta berbagai wakil dari bidang profesi dan organisasi pendidikan nonformal serta organisasi sosial kemasyarakatan untuk bergabung dalam suatu wadah Pusat Kegiatan Warganegara. Pusat Kegiatan Warganegara merupakan tempat berkumpulnya para ahli dan bidang profesi untuk membahas masalah-masalah kemasyarakatan serta mencari pemecahan masalahnya, tanpa mengubah organisasi semula.

2. Pemberdayaan Staf Pusat Kegitan Belajar Masyarakat melalui perumusan manajemen stratejik dikembangkan sesuai dengan tahapan-tahapannya, dimulai dari misi, tujuan, strategi, dan kebijakan yang hendaknya dapat melibatkan peranserta aktif dari semua personil organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

a. Misi organisasi Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat perlu diperluas, sehingga mencakup berbagai lembaga lain, khususnya dengan lembaga/perusahaan dan industri dimana peserta didik dapat mengikuti magang di perusahaan-perusahaan tersebut dan memudahkan untuk penyaluran para lulusan menjadi tenaga kerja terdidik dan terlatih.. .

b. Tujuan yang ditetapkan oleh Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus, serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat tidak hanya untuk jangka pendek, akan tetapi juga untuk jangka menengah dan jangka

panjang, sehingga siap untuk menghadapi perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi..

c. Strategi Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat perlu mempertimbangkan adanya keunggulan kompetitif, sehingga selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan terpadu.

d. Kebijakan yang disusun oleh Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus, serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat hendaknya disusun dalam suatu Buku Pedoman yang dapat menjadi pegangan bagi setiap personil yang terlibat. Buku Pedoman itu selanjutnya perlu dievaluasi setiap lima tahun sekali, untuk mempelajari kelemahan-kelemahan serta upaya untuk mengikuti perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

3. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik di Kabupaten Bandung, memerlukan adanya penyebaran informasi kepada semua personil, bukan saja di lingkungan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, akan tetapi juga kepada Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu serta Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation, tentang pentingnya menerapkan manajemen stratejik di lingkungan organisasinya masing-masing. Khusus di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda implementasi manajemen stratejik.

a. Aspek program, sudah sesuai dengan rencana, yaitu memprioritaskan program yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat, sedangkan program yang tidak dibutuhkan (dalam hal ini adalah Paket A), tidak dibuka untuk masyarakat, dan segala fasilitasnya di arahkan kepada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang peminatnya lebih banyak. Adanya perubahan program ini harus diantisipasi oleh staf, untuk segera dapat mengambil keputusan yang

terbaik. Staf dalam situasi ini hendaknya dilatih dalam menghadapi keadaan darurat.

b. Khusus mengenai anggaran, dengan adanya Bantuan Operasional Sekolah (B.O.S) dari pemerintah, mendorong setiap PKBM berupaya untuk memperoleh dana tersebut untuk menyiapkan berbagai persyaratan yang diminta. Dalam situasi ini terlihat bahwa banyak waktu yang dihabiskan untuk menyusun berbagai persyaratan tersebut, yang dapat menimbulkan hal-hal negatif. Untuk mengatasi hal tersebut, setiap staf hendaknya saling membantu untuk bekerjasama dalam mempersiapkan rencana anggaran, termasuk di dalamnya berusaha untuk menggali sumber-sumber baru, baik dari masyarakat maupun dari para donatur.

c. Selanjutnya prosedur kerja, belum dikaitkan dengan pemetaan kebutuhan daerah, yang berdampak kepada belum adanya kerjasama dengan dunia usaha dan dunia industri guna memasuki pasar kerja. Untuk memenuhi kebutuhan peserta didik sebagai pelanggan upaya kerjasama dengan pihak perusahaan dan industri sangat diprioritaskan. Di samping itu, setiap staf hendaknya dilatih dalam menyusun “Standard Operating Procedures” atau SOP. Mereka harus mampu menulis apa yang selama ini mereka lakukan, dan kemudian mencoba mempelajari letak kelemahannya untuk kemudian melakukan perbaikan-perbaikan.

4. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian organisasi, memerlukan analisis dan tindakan yang cepat dan berkesinambungan, agar berbagai masalah dapat segera dicari pemecahannya. Kemampuan pemimpin puncak untuk mengambil keputusan terbaik dengan melibatkan semua staf, merupakan cara terbaik yang harus dilakukan. Konsep pemberdayaan organisasi dapat dijadikan dasar dalam mengatasi masalah, mulai dari menyebarkan

Dokumen terkait