• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan

A. Kesimpulan

Pelestarian lingkungan hidup merupakan wacana yang begitu aktual dalam menanggapi krisis lingkungan hidup di Keuskupan Agung Pontianak saat ini. Krisis lingkungan hidup yang terjadi di Keuskupan Agung Pontianak telah mengancam kelestarian pelbagai sumber daya alam dan keberlangsungan hidup semua makhluk

yang ada di sana. Krisis lingkungan hidup terjadi akibat pandangan dan sikap dasar manusia yang cenderung menganggap lingkungan hidup sebagai obyek kebutuhannya saja. Dalam hal ini manusia menganut paham antroposentris. Manusia memandang bahwa dirinya merupakan makhluk yang paling berkuasa dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi di bumi ini, sehingga mempunyai hak mutlak untuk memanfaatkan seluruh isi bumi tanpa mempertimbangkan kelestariannya. Paham yang semacam ini juga memberikan penilaian tersendiri pada manusia terhadap alam, alam hanya dinilai dari segi fungsionalnya bagi manusia. Penghargaan manusia terhadap alam hanya didasarkan atas manfaatnya secara ekonomis saja bagi kepentingan manusia. Paham atau pandangan yang semacam ini tentunya membuat manusia menjadi serakah menguasai dan mengekploitasi alam yang ada di sekitarnya. Sebagai akibatnya krisis lingkungan tidak dapat dihindari, padahal krisis lingkungan yang terjadi mengancam kehidupan manusia sendiri termasuk seluruh mahluk hidup di bumi ini.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini telah mengundang perhatian Gereja. Bentuk perhatian Gereja terhadap krisis lingkungan hidup dapat dijumpai dalam pelbagai himbauannya tentang pentingnya pelestarian lingkungan hidup. Salah satu himbauan ini dapat dijumpai dalam Ajaran Sosial Gereja, di mana Gereja dalam terang Injili telah menghimbau jemaatnya untuk mengupayakan pelestarian lingkungan hidup, karena lingkungan hidup merupakan karya Allah diciptakan bagi keberlangsungan hidup umat-Nya. Gereja mengingatkan bahwa alam semesta ini merupakan tempat perwujudan kasih dan keselamatan Allah bagi seluruh makhluk hidup. Begitu pula halnya dengan kekayaan alam di Keuskupan Agung Pontianak

yang merupakan buah tangan karya Allah. Allah telah menciptakan alam di Keuskupan Agung Pontianak bagi keberlangungan hidup ciptaan-Nya. Manusia sebagai makhluk yang secitra dengan-Nya dipanggil untuk mengelola alam secara bijaksana dan menjaga keutuhannya bagi keberlangsungan hidup semua makhluk hidup yang ada saat ini, maupun bagi generasi yang akan datang. Tentunya himbauan Gereja ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi manusia yang berkehendak baik dalam pelestarian lingkungan hidup, terutama untuk mengembalikan keharmonisan martabat dan hubungan manusia dengan lingkungan hidup yang telah diciptakan-Nya.

Krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini mengundang manusia untuk memperbaharui pandangan atau paradigmanya terhadap lingkungan hidup. Manusia harus meninggalkan paradigma lama yang memandang alam hanya sebagai obyek kebutuhannya saja (antroposentrisme) dan mengupayakan paradigma baru yang memandang alam sebagai sesama ciptaan Allah (ekosentrisme). Manusia harus menyadari bahwa makluk hidup lain juga berhak untuk eksis di muka bumi ini. Lingkungan hidup adalah ciptaan Allah yang menopang keberlangsungan hidup manusia, sehingga pantas untuk dilindungi dan dijaga keutuhannya. Pelestarian terhadap alam oleh manusia bukan hanya didasarkan atas kebaikan dalam diri manusia saja, tetapi sebuah tuntutan etis dan mutlak pada diri manusia di mana Allah telah menciptakan manusia secitra dengan-Nya dan menjadikan manusia sebagai mandataris-Nya untuk menjaga keutuhan alam dan mengelolanya secara bijaksana.

Berhadapan dengan krisis lingkungan hidup yang terjadi saat ini manusia dituntut untuk memperbaharui paradigma dan perilakunya terhadap lingkungan

hidup. Dalam rangka pembaharuan paradigma dan perilaku ini, manusia dipanggil untuk menciptakan hubungan atau persahabatan yang harmonis dengan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Dalam skripsi ini, pembaharuan paradigma dan perilaku manusia terhadap lingkungan hidup diupayakan melalui pembentukan kepribadian berdasarkan spriritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi. St. Fransiskus Asisi merupakan model orang kudus ekologi yang sudah tidak asing lagi di dalam Gereja.

Gambaran kepribadian St. Fransisikus Asisi yang sungguh mencintai alam ini secara nyata dapat ditemukan dalam Gita Sang Surya yang digubahnya dua bulan sebelum ia meninggal. Dalam Gita Sang Surya tersebut terungkap kesadaran St. Fransisikus Asisi tentang keberadaan segala unsur ciptaan sebagai sesamanya. Dalam Gita Sang Surya St. Fransiskus Asisi menganggap unsur ciptaan sebagai saudara dan saudarinya. Rasa persaudaraan St. Fransiskus Asisi dengan segala unsur ciptaan dapat juga ditemukan dalam pelbagai biografi tentang hidupnya yang ditulis oleh para sahabat dan pengikutnya. Pelbagai kisah tentang hidupnya menunjukkan bahwa ia sungguh bersahabat secara harmonis dengan seluruh ciptaan. Ia juga begitu mencintai dan menghargai keagungan ciptaan Allah. Pada akhirnya melalui persahabatannya itu ia dapat dekat dengan Pencipta. Oleh karena itu, diharapkan bahwa jemaat di Keuskupan Agung Pontianak dapat menginternalisasikan spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam hidup mereka sehari-hari demi kelestarian lingkungan hidup.

Katekese umat sangat penting dalam rangka pembentukan kepribadian manusia yang didasari oleh spiritualitas St. Fransiskus Asisi. Katekese umat dapat menjadi

momen yang penting untuk mendorong sekaligus membantu jemaat agar peka dan peduli terhadap krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitarnya. Di dalam katekese umat, jemaat bersama dengan pendamping pertama-tama diharapkan dapat menyadari krisis lingkungan hidup yang terjadi, kemudian jemaat dapat belajar dari spiritualitas St. Fransiskus Asisi untuk mengatasi krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka. Pada akhirnya dengan belajar dari spiritualitas St. Fransisikus Asisi jemaat dapat terpanggil dan ambil bagian dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.

Dalam skripsi ini, penulis juga membuat dan sekaligus menawarkan usulan program katekese umat untuk membantu jemaat di Keuskupan Agung Pontianak untuk mendalami spiritualitas kosmis St. Fransiskus Asisi dalam rangka pelestarian lingkungan hidup. Dalam usulan program ini jemaat diajak untuk menyadari krisis lingkungan hidup yang terjadi di sekitar mereka dan mendalami spiritualitas kosmis Fransiskus Asisi sebagai inspirasi pelestarian lingkungan hidup yang ada di sekitar mereka. Kiranya program katekese yang telah disusun tersebut dapat membantu karya pelestarian lingkungan hidup bagi jemaat di Keuskupan Agung Pontianak.