• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaturan ketidakhadiran (afwezigheid) menurut doktrin dan undang-undang hanya dinyatakan berlaku bagi manusia, sedangkan pengaturan tentang perluasan ketidakhadiran subjek hukum badan hukum belum ada pengaturan yang secara khusus mengaturnya, akan tetapi dalam prakteknya subjek ketidakhadiran itu telah diperluas oleh hakim, sehingga meliputi juga ketidakhadiran badan hukum. Ketidakhadiran badan hukum itu sendiri sesuai dengan data yang diperoleh di lapangan bukan lagi merupakan pengecualian dari ketidakhadiran atas subjek hukum manusia, melainkan sebagai suatu hal yang sudah diterima dalam praktek hukum bahwa subjek badan hukum dapat dinyatakan tak hadir. Hakim yang menetapkan ketidakhadiran badan hukum itu dalam jabatannya telah melakukan proses penemuan hukum (rechtsvinding) yang dikenal dalam praktek hukum sedemikian rupa untuk menampung kebutuhan hukum yang ada. Penyebab terjadinya perluasan ketidakhadiran terhadap subjek badan hukum menurut penelitian yang dilakukan karena perangkat hukum yang ada tak mampu menampung kebutuhan hukum yang membutuhkan pelayanan hukum yang diperlukan perihal ketidakhadiran badan hukum atau dapat dikatakan bahwa

pengaturan terhadap ketidakhadiran badan hukum tersebut berada di luar sistem hukum yang ada, sebab belum ada peraturan yang secara khusus mengaturnya, sehingga penerapan berlakunya hanya berdasarkan penetapan Pengadilan.

2. BHP setelah menerima salinan resmi tentang penetapan atau putusan ketidakhadiran dari Pengadilan Negeri setempat, selanjutnya BHP berkewajiban untuk melaksanakan pengurusan dan pengelolaan terhadap boedel ketidakhadiran tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 464-465 KUHPerdata, Pasal 66 Instruksi untuk BHP di Indonesia LN. 1872 No. 166 dan Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M.07.HT.05.10 Tahun 1984 tentang Penertiban Pengurusan Harta Kekayaan yang di kelola oleh BHP yaitu sebagai berikut :

a. Melaksanakan inventarisasi dan pencatatan harta kekayaan afwezigheid serta melakukan penyegelan bila dianggap perlu;

b. Melaksanakan penelitian terhadap si tak hadir dengan mengumumkannya di surat kabar dan berita negara;

c. Melaporkan kepada Kejaksaan dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang adanya ketidakhadiran dari seseorang atau badan hukum;

d. Jika harta kekayaan orang atau badan hukum yang tidak hadir dikuasai oleh orang-orang atau mereka yang berkepentingan, maka BHP membuat perjanjian sewa menyewa dengan penghuni rumah/bangunan tersebut;

e. Untuk kepentingan boedel, penjualan harta kekayaan orang/badan hukum yang tidak hadir dapat dilakukan, baik terhadap barang-barang bergerak maupun barang-barang tetap;

f. Tiap tahun secara singkat BHP memberikan perhitungan penutup kepada BPK, jika perhitungan penutup disetujui BPK, atas keputusan Pengadilan dan izin dari Menteri Kehakiman (sekarang Menteri Hukum dan HAM RI), BHP harus menyerahkannya menjadi milik negara (stb. 1836 No. 56 jo. Stb. 1850 No. 3). 3. Terdapatnya hambatan-hambatan dalam pelaksanaan tugas BHP selaku pengelola

harta kekayaan afwezigheid, disebabkan :

a. Kurangnya pengertian dan pemahaman dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengurusan dan penyelesaian harta-harta tersebut.

b. Kurang lancarnya hubungan dan kordinasi antara Instansi-Instansi yang terlibat dalam pengurusan harta-harta tersebut.

c. Tidak adanya dana yang tersedia, khusus untuk mendahulukan pembayaran ongkos-ongkos iklan di Berita Negara, pengumuman di surat kabar dan ongkos-ongkos penyegelan.

Dalam upaya mengatasi hambatan dalam proses pengelolaan harta kekayaan

afwezigheid secara Internal BHP berusaha untuk :

1. Meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dengan mengikut sertakan pegawai untuk mengikuti berbagai pendidikan baik formal maupun pelatihan-pelatihan tehnis di berbagai tempat, baik yang dilaksanakan oleh Departemen Hukum dan HAM maupun yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga-lembaga lainnya. 2. Menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai guna mencapai efisiensi kerja

Secara Eksternal, upaya-upaya yang dilakukan BHP untuk mengatasi hambatan dalam melaksanakan tugas pengurusan dan pengelolaan terhadap harta kekayaan afwezigheid adalah :

a. Meningkatkan koordinasi dan hubungan yang efektif dengan pihak-pihak dan Instansi yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam proses pengurusan harta afwezigheid, guna meningkatkan pengertian dan kesadaran untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan yang ada.

b. Melakukan sosialisasi tentang tugas-tugas BHP bekerjasama dengan Divisi Pelayanan Hukum pada Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI Sumatera Utara, dalam rangka memperluas informasi kepada masyarakat menyangkut tugas pokok dan fungsi BHP.

2. Saran

1. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut terhadap peraturan-peraturan peninggalan kolonial, khususnya di bidang Balai Harta Peninggalan, mengingat tugas pokok dan fungsi BHP yang merupakan instansi pemerintah, yang pada hakekatnya memiliki tugas pokok dalam pelayanan hukum perdata, khususnya Perwalian, Pengampuan, Ketidakhadiran, Harta Peninggalan tak terurus dan Kepailitan yang berfungsi untuk pemasukan pendapatan negara non tax (PNBP).

2.. Instructie voor de Weeskamers in Indonesie (Instruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia) Stb. 1872/166 perlu dicabut dan menciptakan

Undang-Undang Nasional tentang BHP, dengan memperhatikan muatan materi Stb. 1872/166 yang masih relevan dengan kondisi saat ini.

3. Mengingat kebutuhan hukum yang semakin berkembang, disarankan kepada pembuat undang-undang agar melembagakan ketidakhadiran bagi badan hukum itu kedalam peraturan perundang-undangan yang sifatnya formal, sehingga ketidakhadiran bagi badan hukum itu secara formal diterima dalam hukum Indonesia dan tidak hanya berdasarkan penetapan hakim saja, misalnya dengan memasukkannya dalam rancangan perobahan atas undang-undang tentang Perseroan Terbatas yang sudah ada.

DAFTAR PUSTAKA

I. Buku-buku

Ali, Achmad, Menguak Tabir Hukum, ( Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis ), Jakarta: PT. Gunung Agung Tbk, 2002.

Direktorat Jenderal Hukum Dan Perundang-Undangan, Departemen Kehakiman RI,

Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Balai Harta Peninggalan, Buku I.

E.A.A. Luijten, Het Personen en Familierecht in het nieuwe burgerlijk wetboek

“Tjeenk Willink, Zwolle, 1970.

F.X. Suhardana, cs, Hukum Perdata I Buku Panduan Mahasiswa, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992.

Gautama Sudargo, Essay in Indonesian Law second edition, Bandung : PT. Citra

Aditya Bakti, 1993.

Harahap, M. Yahya, Hukum Perkawinan Nasional, Medan : CV. Zahir Trading Co, 1975.

H.F.A. Volmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jakarta: PT. Rajawali Press, 1989. Lubis, M. Solly, Dimensi-Dimensi Manajemen Pembangunan, Bandung : Penerbit

Mandar Maju, 1996.

Moleong, J.Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Remaja Rosdakarya, 2002. Muhammad, Abdul Kadir, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya

Bakti, 1993.

Meliala,S. Djaja, Perkembangan Hukum Perdata Tentang Orang Dan Hukum Keluarga, Bandung : CV. Nuansa Aulia, cetakan I, 2006.

Soebekti, R, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Pradnya Paramita, cetakan ke XVI, 1980.

Sudarsono, Hukum Kekeluargaan Nasional, penerbit Rineka Cipta, cetakan I, 1991. Soekanto, Soerjono, Penegakan Hukum, Jakarta : Bina Cipta, 1983.

Soekanto, Soerjono, Mamudji Sri, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1985.

Satrio, J, Uraian Tentang Pengertian daad van beheer dan daad van beschikking,

Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1993.

________, Hukum Pribadi Persoon Alamiah, Bagian I, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999.

Syahrani, Riduwan, Seluk Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, bandung: Alumni, 1992.

Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah, Yogyakarta : kanisius, 1982.

Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum (terjemahan Inleiding tot de Studies van het Nederlands Recht, cetakan IV oleh M. Oetarid Sadino), Jakarta :Noordhoff-KolffNV, 1958).

Yan Pramadya Puspa, Kamus Hukum, Semarang : Aneka Ilmu, 1977.

II. Diktat, Makalah, Jurnal Ilmiah

A.A. Oka Mahendra, Permasalahan Dan Kebijakan Dan Penegakan Hukum,

Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan.

Bahan Penataran Tenaga Tehnis Balai Harta Peninggalan, Departemen Kehakiman RI Tahun 1983/1984.

Nasution, Bismar, Peranan Hukum Dalam Pembangunan Ekonomi, Mengkaji

Ulang Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi” (Pidato pada

Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Hukum Ekonomi pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara), Tahun 2004.

Sinaga, Syamsuddin Manan, makalah, Pola Kerja Balai Harta Peninggalan

Dipresentasikan pada Rapat kerja BHP se Indonesia di Medan, pada tanggal 4 Mei 2007.

Sunarmi, Hukum Kepailitan, Bahan Ajar Kelas Hukum dan HAM, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan 2008.

_______, Penemuan Hukum, Bahan Ajar Kelas Hukum dan HAM, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan 2008.

III. Perundang-Undangan / Putusan Pengadilan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek), diterjemahkan oleh R. Soebekti dan R. Tjitrosudibio, Jakarta : PT. Pradnya Paramita, 1985. Undang-Undang Republik Indonesia No. 37 Tahun 2004, tentang Kepailitan dan

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), Jakarta : Indonesia Legal Centre Publishing, cetakan I, 2006.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bandung : FokusMedia, 2007.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, Bandung: FokusMedia, 2004.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Bandung: FokusMedia, 2007

Instructie voor de Weeskamers in Indonesie (Instruksi untuk BHP di Indonesia), Ordonantie van 5 October 1872/166.

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01.PR.07.01-80 tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Harta Peninggalan.

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01.HT.05.10.Tahun 1984 tentang Penertiban Pengurusan Harta kekayaan Yang Dikelola Oleh BHP.tanggal 10 September 1984.

Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.01-UM.01.06 Tahun 1998 tanggal 1 Juli 1998 tentang Pedoman Pengelolaan Uang Pihak Ketiga oleh Balai Harta Peninggalan.

Keputusan Menteri kehakiman RI No. M.47.PR.09.03 tanggal 29 September 1987 tentang Panitia Penaksir dan penentu Harga Atas Harta kekayaan yang pemiliknya dinyatakan tidak hadir (Afwezig) dan Harta Peninggalan yang tidak terurus (Onbeheerde Nalatenschap) yang berupa rumah dan tanah.

Putusan Pengadilan Negeri Medan No. 906/Pm/Perd/1979/PN.Mdn tanggal 25 Maret 1980 tentang afwezig Bank of Cina.

Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI No. M.02-HT.05.10 Tahun 2005 tanggal 12 Oktober 2005 tentang Permohonan Ijin pelaksanaan Penjualan Harta kekayaan Yang Pemiliknya Dinyatakan Tidak Hadir Dan Harta Peninggalan Yang Tidak Terurus Yang Berada Dalam Pengurusan Dan Pengawasan Balai Harta Peninggalan.

IV. SITUS INTERNET

http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php?d=ar+1&f=penegakan-hukum htm, diakses tanggal 11 Agustus 2007.

http://www.serambinews.com/old/index.php?aksi=bacaopini&opinid=1323, diakses tanggal 26 Mei 2008.

http://www/one.indoskripsi.com/judul.skripsi-tugas-makalah/pengantar. ilmu hukum/makalah-pengantar ilmu hukum. Diakses tanggal 17 Maret 2009. http://localhost/D:/Full%20Acces/abc/Artikel%20Hukum%20 KEPENTINGAN %20

UMUM.htm. Diakses tanggal 4 April 2009.

http://localhost/D:/Full%20Acces/abc/Public%20Interest%20<<%20the%20planet.ht m. Diakses tanggal 4 April 2009.

http://groups.yahoo.com/group/indoblawgger/message/631. Diakses tanggal 5 April 2009.

http://leoriset.blogspot.com/2008/09/pengaruh-motivasi kerja dan suasana.html. Diakses tanggal 19 April 2009.

Dokumen terkait