• Tidak ada hasil yang ditemukan

 

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian antara lain:

1. Pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri dengan petani penangkar benih padi di daerah sekitar perusahaan merupakan kemitraan inti plasma. Kemitraan memberikan beberapa manfaat bagi PT. SHS dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh PT. SHS adalah pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan manfaat yang diperoleh petani mitra adalah mendapatkan bantuan modal dalam panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam budidaya. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan masih terdapat enam poin dari enam belas poin kerjasama yang dalam pelaksanaannya masih belum sesuai dengan kesepakatan, sehingga menimbulkan masalah. Keenam poin tersebut adalah 1) Penjualan hasil panen, 2) Penyediaan sarana produksi, 3) Kegiatan pembasmian tikus, 4) Respon terhadap keluhan, 5) Pengangkutan hasil panen dan 6) Pembayaran hasil panen. Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan diantaranya adalah kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan, masih terdapat petani yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, banyaknya penggunaan pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah, kurangnya ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan petani serta harganya yang tinggi, masih banyak petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian tikus, belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan pembayaran hasil panen, kurangnya sarana pengangkutan hasil panen serta keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Permasalahan ini disebabkan karena kurangnya kontrol perusahaan terhadap pelaksanaan

130   

2. Berdasarkan analisis kepuasan menggunakan metode IPA diketahui bahwa masih terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama, yaitu harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi panen, harga beli hasil panen dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih pokok, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya panen dan ketepatan waktu pemberian biaya panen. Atribut dengan prioritas rendah adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma. Sedangkan atribut yang pelaksanaannya dianggap berlebihan adalah pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan, bantuan inti dalam menanggulangi hama penyakit serta keberadaan pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi. Secara umum diketahui bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08.

3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani mitra adalah Rp 2.700.154,92 dan Rp 1.703.574,44. Tingkat pendapatan petani mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra dimana pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non mitra adalah Rp 781.335,85 dan Rp 316.682,99. Hal ini senada dengan nilai R/C atas biaya tunai (1,219) dan R/C atas biaya total (1,120) petani mitra yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai R/C atas biaya tunai (1,063) dan nilai R/C atas biaya total (1,024) petani non mitra. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani pada petani mitra lebih menguntungkan dibandingkan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani non mitra. Walaupun begitu, kedua kegiatan usahatani sudah layak untuk dijalankan, karena nilai R/C pada petani mitra maupun non mitra, baik nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total lebih besar daripada satu (R/C >1).

9.2 Saran

Agar dapat meningkatkan kinerja kemitraan, maka rekomendasi upaya perbaikan, yaitu:

1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi perjanjian kerjasama mengenai penjualan hasil panen agar tidak menjual hasil panennya selain kepada perusahaan. Terkait dengan hal ini, PT. SHS sebagai perusahaan inti harus mencari solusi nyata mengenai masalah pembayaran hasil panen melalui pengalokasian dana secara tepat, agar petani merasa lebih puas. PT. SHS sebaiknya menyediakan sarana produksi, seperti pupuk dan obat- obatan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan di kios-kios, atau minimal dengan harga sama, dan dikenakan sebagai pinjaman yang dapat dibayar ketika panen. Penambahan jumlah sarana transportasi juga harus menjadi prioritas perusahaan ke depannya, dengan menambah jumlah truk pengangkut hasil panen. Dalam menjalankan kemitraan, akan lebih baik bila PT. SHS menerapkan sistem reward dan punishment bagi petani mitra, dimana petani yang berhasil memproduksi benih padi melebihi target akan diberikan hadiah sedangkan bagi petani yang melanggar peraturan diberikan sanksi secara tegas. Hal ini diharapkan mampu mempengaruhi kinerja petani mitra dalam pelaksanaan kemitraan serta dalam memproduksi benih padi. Berhubungan dengan hal ini, PT. SHS sebaiknya lebih tegas dalam pemberian sanksi bagi petani yang tidak mengikuti kegiatan gropyok tikus. PT. SHS harus meningkatkan kesadaran petani akan pentingnya kegiatan gropyok tikus.

2. PT. SHS sebaiknya meningkatkan kontrol terhadap pelaksanaan kemitraan serta rutin melaksanakan evaluasi kemitraan. Selain itu, PT. SHS sebaiknya merumuskan hak dan kewajiban baik PT. SHS maupun petani mitra secara lebih rinci, serta melibatkan petani mitra. Peraturan-peraturan tidak tertulis dapat diperkuat dengan merumuskannya ke dalam peraturan tertulis yang disepakati kedua belah pihak dengan sanksi yang jelas bagi pelanggaran. Petani mitra juga sebaiknya turut berperan dalam kontrol terhadap pelaksanaan kemitraan. Sehingga diharapkan penyimpangan-

132   

penyimpangan terhadap peraturan yang dilakukan baik oleh PT. SHS maupun petani mitra dapat berkurang.

3. PT. SHS sebaiknya melakukan kegiatan kontrol terhadap mutu dan kualitas benih padi yang dihasilkan oleh petani mitra. Kegiatan kontrol mutu dapat dilakukan dengan melakukan penyeragaman prosedur melalui penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal teknis budidaya, seperti SOP mengenai penggunaan pupuk maupun penggunaan pestisida. Penerapan SOP ini diharapkan dapat mengontrol kualitas benih padi yang dihasilkan. Peningkatan kualitas hasil panen tidak hanya menguntungkan bagi PT. SHS, namun juga berpengaruh terhadap harga beli hasil panen yang diterima oleh petani, sehingga nantinya diharapkan kualitas benih padi semakin meningkat dan harga yang diterima petani dapat meningkat karena sesuai dengan ketentuan PT. SHS. Penerapan SOP mengenai penggunaan pupuk dan pestisida juga diharapkan dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh petani.

4. Selain penerapan SOP, kontrol mutu dapat dilakukan melalui pelaksanaan pembinaan plasma. PT. SHS disarankan untuk melaksanakan pembinaan sesuai dengan kebutuhan petani mitra atau mengenai teknologi-teknologi tepat guna yang belum diketahui oleh petani. Melalui pendampingan lapang, PT. SHS disarankan untuk lebih mengawasi pelaksanaan budidaya agar kualitas hasil panen sesuai harapan.

5. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengukuran tingkat kepuasan secara menyeluruh dengan menggunakan metode servqual dimana penilaian dilakukan terhadap kedua belah pihak yaitu PT. SHS dan petani mitra. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis perbandingan pendapatan dimana diharapkan kondisi lahan dan budidaya baik pada petani mitra maupun non mitra dalam keadaan normal, sehingga dapat terlihat pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani mitra.