• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 1 Definisi Benih

3.1.6 Konsep Kemitraan

Kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan (Hafsah, 2000). Kartasasmita (1996) mengemukakan bahwa kemitraan usaha, terutama dalam dunia usaha adalah hubungan antara pelaku usaha yang didasarkan pada ikatan usaha yang saling menguntungkan dalam hubungan kerjasama yang sinergis, yang hasilnya bukanlah suatu zero-sum-game melainkan positive-sum-game atau win- win situation. SK Mentan No. 940/Kpts/OT. 210/10/1997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, menyebutkan bahwa kemitraan usaha pertanian adalah kerjasama usaha antara perusahaan mitra dan kelompok mitra di bidang usaha pertanian. Usaha tanaman pangan dan holtikultura adalah usaha yang dilaksanakan oleh petani ataupun pengusaha, baik di lahan miliknya atau dilahan sewa atau lahan hak guna usaha, mulai dari perbenihan, budidaya, pengolahan, sampai pemasarannya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan, kemitraan yang ideal adalah kemitraan yang saling memperkuat, saling menguntungkan dan saling menghidupi. Menurut Hafsah (2000), kemitraan yang ideal adalah kemitraan antara usaha menengah dan usaha besar yang kuat di kelasnya dengan pengusaha kecil yang kuat di bidangnya yang didasari oleh kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama bagi kedua pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang dirugikan dalam kemitraan dengan tujuan bersama untuk meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya, tanpa saling mengeksploitasi satu sama lain serta tumbuh berkembangnya rasa saling percaya di antara mereka. Tujuan kemitraan adalah untuk meningkatkan pendapatan, kesinambungan usaha, meningkatkan kualitas sumberdaya kelompok mitra, peningkatan skala usaha, serta menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha kelompok usaha mandiri (Soemardjo et al. 2004). Secara umum, kemitraan usaha adalah kerjasama antara dua pihak dengan hak dan kewajiban yang setara dan saling menguntungkan. Hubungan kemitraan usaha umumnya dilakukan antara dua pihak yang memiliki posisi sepadan dalam hal tawar-menawar.

32   

Keberhasilan suatu kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan oleh kedua pihak yang bermitra dalam menerapkan etika bisnis. Pengertian etika itu sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Karena itu, semakin kuat pemahaman dan penerapan etika bisnis dalam bermitra maka akan semakin kokoh pondasi dari kemitraan itu sendiri. Selain memberikan keuntungan untuk kedua belah pihak, kemitraan juga memberikan nilai tambah bagi pihak yang bermitra dari berbagai aspek seperti aspek manajemen, pemasaran, teknologi, permodalan dan keuntungan.

Dalam SK Mentan No. 940/Kpts/OT. 210/10/1997 tentang Pedoman Kemitraan Usaha Pertanian, dikemukakan mengenai pola-pola kemitraan usaha yang dapat dilaksanakan, diantaranya (1) Pola Kemitraan Inti Plasma, (2) Pola Kemitraan Subkontrak, (3) Pola Kemitraan Dagang Umum, (4) pola Kemitraan Keagenan, dan (5) Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA).

1. Pola Kemitraan Inti Plasma

Dalam model ini pengusaha-pengusaha besar bertindak sebagai perusahaan mitra/inti dan melakukan kemitraan dengan petani produsen (petani mitra/plasma) ataupun kelompok usaha agribisnis dengan membentuk kesepakatan harga dan kualitas pembelian produk. Perusahaan mitra berkewajiban, antara lain menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan teknis, pembiayaan, serta bantuan lain seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha. Sementara itu, petani plasma melakukan budidaya sesuai ajuran dan kesepakatan dengan pengusaha mitra.

Sumber: Soemardjo et al. 2004 2. Pola Kemitraan Sub Kontrak

Pola kemitraan sub kontrak merupakan pola hubungan kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memproduksi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha perusahaan sebagai bagian dari komponen produksinya. Ciri khas dari bentuk kemitraan sub kontrak ini adalah membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu (Hafsah 2000). Keunggulan dari pola kemitraan ini adalah mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan ketrampilan serta menjamin pemasaran. Sedangkan kelemahannya adalah adanya kecenderungan mengisolasi produsen kecil dalam suatu hubungan monopoli.

Sumber: Soemardjo et al. 2004 Kelompok Mitra Pengusaha Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Kelompok Mitra Plasma  Plasma  Plasma  Plasma  Perusahaan 

Gambar 1. Pola Kemitraan Inti Plasma

34   

3. Pola Kemitraan Dagang Umum

Pola kemitraan dagang umum merupakan suatu hubungan kemitraan usaha antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana kelompok mitra memasok kebutuhan perusahaan mitra sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan perusahaan mitra memasarkan hasil produksi kelompok mitra. Keuntungan pola kemitraan ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas yang sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati. Kelemahan dari pola ini adanya penentuan sepihak dari pengusaha besar mengenai harga dan volume yang sering merugikan pengusaha kecil (Hafsah 2000).

Memasok

Memasarkan produk

Kelompok mitra

Sumber: Soemardjo et al. 2004 4. Pola Kemitraan Keagenan

Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atau usaha besar sebagai mitranya (Hafsah 2000). Keunggulan dari hubungan pola kemitraan ini adalah berupa keuntungan dari hasil penjualan, ditambah komisi yang diberikan oleh perusahaan mitra. Kelompok  Mitra  Perusahaan  Mitra  Konsumen/  Industri

Memasok

Memasarkan produk

Kelompok mitra

Sumber: Soemardjo et al. 2004

5. Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA)

Pola kemitraan KOA merupakan pola hubungan bisnis yang dijalankan oleh kelompok mitra dan perusahaan mitra. Pada model ini, kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Di samping itu, perusahaan mitra juga sering berperan sebagai penjamin pasar produk dengan meningkatkan nilai tambah produk melalui pengolahan dan pengemasan.

Memasok

Sumber: Soemardjo et al. 2004

Kelompok  Mitra  Perusahaan  Mitra  Konsumen/  Masyarakat  Kelompok  Mitra Perusahaan  Mitra ‐Lahan  ‐Sarana  ‐Teknologi  ‐Biaya ‐Modal  ‐Teknologi  ‐Manajemen Gambar 4. Pola Kemitraan Keagenan

36    Perusahaan  Besar  Koperasi/  Usaha Kecil  Pembina/  Fasilitator 

Berdasarkan pola-pola kemitraan yang telah berkembang di masyarakat, dapat ditarik suatu pola kemitraan secara umum yang dapat dikembangkan di Indonesia, mulai dari pola sederhana hingga pola ideal yang mewujudkan ketergantungan antara kedua belah pihak.

1. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula)

Pada kemitraan sederhana, perusahaan mempunyai tanggung jawab terhadap pengusaha kecil mitranya dalam memberikan bantuan atau kemudahan memperoleh permodalan untuk mengembangkan usaha, penyediaan sarana produksi yang dibutuhkan, serta bantuan teknologi terutama alat mesin dalam peningkatan produksi dan mutu produksi.

Kemitraan

‐ Modal - Tenaga Kerja

‐ Sarana Produksi

‐ Alat dan Manajemen

‐ Manajemen

‐ Teknologi

Sumber: Hafsah 2000

2. Pola Kemitraan Tahap Madya

Pada pola kemitraan tahap madya, peran dari perusahaan mulai berkurang, terutama dalam aspek permodalan. Perusahaan besar tidak lagi memberikan modal usaha. Bantuan terhadap usaha kecil lebih kepada bantuan teknologi, alat mesin, industri pengolahan (agroindustri), serta jaminan pemasaran.

Perusahaan  Besar  Koperasi/  Usaha Kecil  Pembina/  Fasilitator  Perusahaan  Besar  Koperasi/  Usaha Kecil  Pembina/  Fasilitator  Konsultan Kemitraan

- Alat dan Mesin - Saprodi - Agroindustri - Manajemen - Pemasaran - Permodalan - Teknologi

Sumber : Hafsah 2000

3. Pola Kemitraan Tahap Utama

Pola ini merupakan pola kemitraan yang paling ideal untuk dikembangkan, namun membutuhkan persyaratan yang cukup berat bagi pihak usaha kecil. Pada pola ini pihak pengusaha kecil secara bersama-sama menanamkan modal usaha pada pengusaha besar mitranya dalam bentuk saham.

Kemitraan Saham

Sumber: Hafsah 2000

Gambar 7. Pola Kemitraan Tahap Madya

38