VIII STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI DI KAWASAN AGROPOLITAN
IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan tentang dampak agropolitan basis jagung di Kabupaten Pohuwato dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Program agropolitan basis jagung meningkatkan perekonomian wilayah Kabupaten Pohuwato melalui pergeseran struktur perekonomian wilayah. Secara komparatif pengembangan agropolitan basis jagung di Kabupaten Pohuwato mampu menarik atau menggerakkan sektor industri pengolahan, listrik dan air besih sebagai sektor sekunder dan sektor perdagangan sebagai sektor tersier sehingga dapat memberikan multiplier effect yang besar terhadap total perekonomian wilayah. Akan tetapi secara kompetitif sektor-sektor unggulan seperti sub tanaman bahan makanan, komoditi jagung, sektor bangunan dan pengangkutan masih memiliki daya saing yang rendah sehingga dapat menghambat perekonomian wilayah.
2. Program agropolitan basis jagung di Kabupaten Pohuwato, meningkatkan pendapatan usahatani petani di kawasan agropolitan melalui kegiatan penyuluhan, tersedianya infrastruktur jalan usaha tani dan intervensi harga dari pemerintah. Hasil analisis menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pendapatan usahatani di kawasan agropolitan dengan pendapatan usahatani di kawasan non agropolitan. Rata-rata pendapatan usahatani di kawasan agropolitan lebih tinggi dari rata-rata pendapatan usahatani non agropolitan yaitu sebesar Rp. 10.080.016,- per ha/tahun dan Rp5.506.966,- per ha/tahun.
3. Tingkat partisipasi masyarakat di kawasan agropolitan berdasarkan tingkat partisipasi Arnstein berada pada tingkat konsultasi. Hal ini berarti bahwa partisispasi masyarakat masih sebatas pada taraf pelaksana saja karena masyarakat masih belum banyak dilibatkan dalam taraf perencanan program. Program agropolitan masih sangat bersifat top down karena intervensi pemerintah dalam setiap kegiatan masih sangat dominan.
4. Berdasarkan hasil analisis program agropolitan sedikit banyak sudah dapat mendorong pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pohuwato. Status PEL di Kabupaten Pohuwato digolongkan dalam kategori baik. Untuk
mengembangkan dan meningkatkan pengembangan ekonomi lokal dikawasan agropolitan diperlukan beberapa strategi yaitu : (1) pembentukan pusat layanan investasi (2) peningkatan Promosi UKM dan Kampanye Peluang Berusaha oleh Pemda (3) upaya diversifikasi produk dan pasar (4) penerapan pelayanan perijinan satu atap (5) perbaikan fasilitas dan kualitas pendidikan serta fasilitas umum dan sosial (6) mengoptimalkan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan di perdesaan (Agropolitan) (7) meningkatkan kebijakan kerjasama antar daerah (8) pemberdayaan masyarakat dan kelembagaan masyarakat
9.2. Saran
1. Pengembangan Agropolitan memerlukan kerjasama lintas sektoral dan sinkronisasi kebijakan dari tingkat pusat, provinsi dan kabupaten.
2. Perlu dibentuk pusat pelayanan investasi terlebih khusus investasi jagung untuk menarik investor menanamkan modalnya di kawasan pengembangan, serta meningkatkan kebijakan yang merangsang masuknya investasi swasta. 3. Mengoptimalkan kerjasama dengan kabupaten lain terkait penggunaan
infrastruktur dan pengembangan agropolitan jagung baik untuk memenuhi kontinuitas produksi maupun dari segi pemasaran melalui kegiatan-kegiatan pelatihan, magang dan studi banding misalnya dengan Kabupaten Boalemo. 4. Kebijakan pemberdayaan masyarakat perlu lebih ditingkatkan lagi dengan
melibatkan masyarakat sejak proses perencanaan sampai proses monitoring dan evaluasi. Perlu adanya pendampingan yang efektif untuk setiap kegiatan- kegiatan produktif dalam masyarakat sampai masyarakat betul-betul menjadi masyarakat yang mandiri.
5. Perlu adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar instasi dalam pemerintah maupun pemerintah dengan pelaku usaha dan masyarakat petani dalam pengembangan agropolitan sehingga sarana-prasarana yang ada dapat dimanfaatkan dengan efisien, misalnya dengan menjalin koordinasi yang baik dengan Dinas Perhubungan untuk pengoperasian terminal di Kecamatan Randangan.
6. Perlu adanya pengawasan dalam pelaksanaan RTRW agar keberlanjutan agropolitan dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dapat terjaga serta perlu adanya revisi terhadap masterplan agropolitan sesuai dengan rencana pengembangan pusat-pusat produksi, pengolahan dan pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Anonimous. 1999 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
2002. Penjelasan Program Strategi Nasional Bidang Pengembangan Perkotaan dan Perdesaan, Bahan Sosialisasi Agropolitan Tingkat Propinsi dan Kabupaten. Direktorat Jenderal Tata Perkotaan dan Tata Pedesaan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta.
2002. Pedoman Umum Pengembangan Agropolitan dan Pedoman Program Rintisan Pengembangan Kawasan Agropolitan. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.
2007. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Ahmad, W.M. 2004. Evaluasi Tingkat Partisipasi Pembangunan di Tingkat Komunitas. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Anwar, A. 2001. Pembangunan Wilayah Perdesaan dengan Desentralisasi Spatial melalui Pembangunan Agropolitan yang Mereplikasi Kota-kota Menengah dan Kecil. Makalah disampaikan pada Pembahasan Proyek Perintisan Pengembangan Perdesaan Bogor.
Anwar, A. 2006. Pembangunan Mikropolitan dalam Mendorong Kegiatan Sektor Pertanian dan Sektor Komplemennya di Wilayah Perdesaan. pp 101-109. in Rustiadi, et al. (2006), Kawasan Agropolitan. Konsep Pembangunan Desa- Kota Berimbang. Crespent Press.
Arnstein, S.R. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Jaip Vol .35 No, 4. pp 216-224.
Bappenas. 2006. Panduan Nasional Revitalisasi Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL). Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Jakarta.
2006. Manual Operasional Penentuan Status dan Faktor Pengungkit PEL. Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah. Jakarta. BPS Provinsi Gorontalo, 2007. Propinsi Gorontalo Dalam Angka 2007.
BPS Kabupaten Pohuwato, 2006. Pohuwato Dalam Angka 2006. Kerjasama BPS dan Bappeda Kabupaten Pohuwato.
Bustaman, S. dan Susanto, N.A. 2003. Potensi Lahan dan Alternatif Komoditas Terpilih Berdasarkan Peta Zona Agroekologi Pada Setiap Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah. Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. Ambon Darmawan Arya. Setiahadi. Pribadi, D.O. Iman Laode. 2003. Studi Kebijakan
Pengembangan Partisipasi Masyarakat Perdesaan dan Perkotaan. Kementerian Negara Percepatan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta.
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan. 2007. Mewujudkan Revitaslisasi Pertanian Melalui Pembangunan 9 (sembilan) Pilar Agropolitan Menuju Pertanian Modern di Gorontalo. Gorontalo.
Djakapermana,R.E. 2003. Pengembangan Kawasan Agropolitan Dalam Rangka Pengembangan Wilayah Berbasis Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Republik Indonesia.Jakarta.
Douglas, M. 1986. Regional Networks Development UNHCS-Bappenas
Friedman, J. and M. Douglas. 1975. Development : Toward a New Strategy for Regional Planning in Asia. Regional Economic Centre.Nagoya.Japan.
Harahap MK. 2001. Kajian Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Hutan Mangrove. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Hastoto, E. 2003. Analisis Disparitas Pembangunan Regional di Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Gorontalo. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Haeruman, H, Js. 2000. Pembangunan Daerah Melalui Pengembangan Wilayah. Prosiding Diseminasi dan Diskusi Progran-Program Pengembangan Wilayah dan Ekonomi Masyarakat di Daerah. Bogor.
Jhingan, M.L. 1994. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Juanda, B. 2007. Metodologi Penelitian Ekonomi & Bisnis. IPB Press. Bogor. Muhammad, F. 2008. Reinventing Local Government : Pengalaman dari Daerah.
Kompas Gramedia. Jakarta.
Nasution, L. 2004. Agropolitan dan Permasalahan Pertanahan Perdesaan dan Pertanian. Seminar Nasional Pengembangan agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Wilayah secara Berimbang. IPB.Bogor.
Pranonto, S. 2005. Pembangunan Perdesaan Berkelanjutan melalui Model Pengembangan Agropolitan. Disertasi. IPB. Tidak dipublikasikan.
Pribadi, D.O. 2005. Pembangunan Agropolitan melalui Pengembangan Kota-kota Kecil Menengah,Peningkatan Efisiensi Pasar Perdesaan dan Penguatan Akses Masyarakat Terhadap Lahan. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Riyanto. 2003. Analisis Dampak Kebijaksanaan Desentralisasi Fiskal terhadap Perekonomian Daerah dan Pemerataan Pembangunan Wilayah di Indonesia. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Rodinelli, D.A. 1985. Applied Methods of Regional Analysis – The Spatial Dimensions of Development Policy. Westview Press / Boulder. London. Rompon, M.S. 2006. Kajian Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Rangka
Meningkatkan Keragaan Perekonomian Wilayah Kabupaten Tana Toraja. Tesis. IPB. Tidak dipublikasikan.
Rustiadi, et. al. 2002. Penyusunan Arahan Strategi Pengembangan Inter-regional Berimbang. P4W IPB dan Bapenas. Bogor.
Rustiadi, et. al. 2004. Studi Pengembangan Model dan Tipologi Kawasan Agropolitan. Departemen Kimpraswil. Jakarta.
Rustiadi, et. al. 2005. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Bahan Kuliah Tata Ruang. Program Studi PWD, Pasca Sarjana IPB.Bogor.
Rustiadi, E., Hadi, S. 2006. Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Pembangunan Berimbang.pp1-31.in Rustiadi et al (2006) Kawasan Agropolitan. Konsep Pembangunan Desa-Kota Berimbang. Crespent Press.
Rustiadi , E. 2007. Penataan Ruang dan Penguatan Infrastruktur Desa dalam Mendukung Konsep Agropolitan. Makalah dalam Seminar dan Lokakarya Menuju Desa 2030. LPPM. IPB.
Rustiadi, E., Dardak, E.E. 2008. Agropolitan : Strategi Pengembangan Pusat Pertumbuhan pada Kawasan Perdesaan. Crestpent Press.
Sadjad , S. 2004. Desa itu Industri. Makalah pada Workshop Agropolitan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Saefulhakim, S. 2001. Pembangunan Berkelanjutan. Makalah disampaikan pada Lokakarya Pembahasan Kriteria Kerusakan Hutan, Lahan dan Air di Jawa Barat. Bogor.
Saefulhakim, S. 2004. Pengembangan Agropolitan Memacu Pembangunan Ekonomi Regional melalui Keterkaitan Desa-Kota. Makalah Workshop “Pengembangan Agropolitan sebagai Strategi Pembangunan Perdesaan dan Wilayah secara Berimbang”. Bogor.
Satuan Kerja Pengembangan Prasarana dan Sarana Desa Agropolitan. 2005. Advisory Pengembangan Rintisan Kawasan Agropolitan Pasca 3 Tahun Fasilitasi. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.
Suwandi. 2004. Penguatan Kelembagaan Ekonomi Perdesaan di Kawasan Agropolitan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta. Tim Pusat Pengkajian Perncanaan dan Pengembangan Wilayah (P4W). 2002.
Penyusunan Arahan Strategi Pengembangan Inter-Regional Berimbang. Bappenas dan Fakultas Pertanian IPB Bogor.
MENURUT LAPANGAN USAHA ( Dalam Jutaan ) TAHUN 2000 - 2006
LAPANGAN USAHA Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
PERTANIAN 216.831.500 225.685.700 232.973.400 240.387.300 247.163.600 253.726.000 261.296.800 a. Tanaman Bahan Makanan 112.355.600 113.019.600 115.925.500 119.164.800 122.611.700 125.801.800 129.211.200
- Jagung * 9.117.832 9.729.490 10.604.571 11.878.850 12.789.256 19.481.366 16.148.182 - Padi * 47.507.932 59.594.183 74.402.607 75.390.975 78.211.924 62.234.364 98.849.196 PERTAMBANGAN DAN 167.692.200 168.244.300 169,932,000 167.603.800 160.100.500 165.085.400 168.729.900 PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN 385.597.900 398.323.900 419,388,100 441.754.900 469.952.400 491.421.800 514.192.200 LISTRUK, GAS DAN AIR
BERSIH 8.393.800 9.058.300 9,868,200 10.349.200 10.897.600 11.584.100 12.263.600
BANGUNAN 76.573.400 80.080.400 84,469,800 89.621.800 96.334.400 103.483.700 112.762.200 PERDAGANGAN, HOTEL DAN 224.452.200 234.273.000 243,409,300 256.516.600 271.142.200 293.877.200 311.903.500
RESTORAN
PENGANGKUTAN DAN 65.012.100 70.276.100 76,173,200 85.458.400 96.896.700 109.467.100 124.399.000 KOMUNIKASI
KEUANGAN, PERSEWAAN & 115.463.000 123.085.500 130,928,100 140.374.400 151.123.300 161.384.300 170.495.600 JASA PERUSAHAAN
JASA-JASA 129.753.800 133.957.400 138,982,300 145.104.900 152.906.100 160.626.500 170.612.100 TOTAL PDRB 1.389.769.900 1.442.984.600 1,506,124,400 1.577.171.300 1.656.516.800 1.750.656.100 1.846.654.900
Sumber : - BPS
Lampiran 2
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 PROVINSI GORONTALO MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2000 – 2006
( Dalam Jutaan )
LAPANGAN USAHA TAHUN
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
PERTANIAN 458.526,55 490.838,68 533.707,94 557.677,66 575.307,36 618.182,00 667.260,00
Tanaman Bahan Makanan 191.290,64 198.468,02 219.218,40 239.243,33 260.353,32 283.917,00 310.060,00 - Jagung * 44.680,87 43.082,16 42.238,45 59.667,79 65.573,02 129.728,92 134.974,55 - Padi * 96.260,62 90.916,80 84.403,53 87.073,85 90.230,68 92.669,01 106.471,49 PERTAMBANGAN DAN 11.254,89 12.923,08 14.614,92 16.871,44 17.438,24 19.121,56 21.274,00 PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN 182.508,95 158.145,31 166.851,96 175.163,11 184.178,38 192.881,75 181.447,00 LISTRIK, GAS DAN AIR
BERSIH 8.384,73 9.462,84 10.196,98 10.545,61 11.803,95 12.446,23 12.640,00 BANGUNAN 118.970,00 122.136,54 126.673,28 136.056,51 142.125,89 148.999,86 167.512,00 PERDAGANGAN, HOTEL DAN 240.435,72 248.651,84 257.727,97 262.172,86 268.829,67 281.981,00 301.344,00 RESTORAN PENGANGKUTAN DAN 139.861,31 158.274,83 145.180,38 152.937,82 187.254,42 204.780,61 224.738,00 KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN & 96.520,00 101.670,13 116.897,16 148.772,95 178.719,35 172.323,00 185.139,00 JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 216.812,58 252.868,50 283.477,31 308.990,03 326.106,02 377.00700 414.462,00 TOTAL PDRB 1.473.274,72 1.554.971,75 1.655.327,91 1.769.187,99 1.891.763,26 2.027.723,01 2.175.816,00 Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Lampiran 3
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000 KABUPATEN BOALEMO MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2000 - 2006
( Dalam Jutaan )
Tahun
LAPANGAN USAHA 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006
PERTANIAN 68.061,20 72.884,13 79.132,11 86.948,70 92.296,50 98.975,56 103.882,53
Tanaman Bahan Makanan 25.262,15 30.363,45 35.479,85 44.579,37 51.032,88 58.035,71 62.427,79 - Jagung* 16.262,00 19.918,00 20.181,00 29.329,00 33.588,00 27.411,00 25.355,00
- Padi * 7.290,00 8.762,00 11.701,00 12.620,00 14.799,00 23.911,00 28.373,00 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 1.068,87 1.181,85 1.206,28 1.232,56 1.112,05 1.078,74 1.127,76 INDUSTRI PENGOLAHAN 10.983,85 11.123,50 12.039,46 12.402,70 12.794,71 12.982,30 13.643,44 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 447,24 653,38 785,20 1.198,23 1.363,11 1.529,28 1.572,12
BANGUNAN 18.855,35 19.612,84 20.149,62 20.987,84 18.279,38 18.180,97 18.839,12
PERDAG., HOTEL & RESTORAN 19.588,44 22.811,11 23.516,33 23.910,03 28.986,46 33.378,29 36.501,52 PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9.990,42 9.988,39 10.410,48 10.711,38 11.070,68 10.942,78 11.706,27 KEU. PERSEWAAN, & JASA
PERUSAHAAN 10.015,51 10.933,40 12.459,01 14.620,81 17.113,68 16.896,73 21.078,58
JASA-JASA 36.884,49 37.031,14 38.771,77 39.594,21 41.654,50 44.806,48 46.285,57
TOTAL PDRB 175.895,37 186.219,73 198.470,26 211.606,46 224.671,07 238.771,13 254.636,91
Sumber : BPS Kabupaten Boalemo
Lampiran 4
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
KABUPATEN POHUWATO MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2004 – 2006 ( Dalam Jutaan )
LAPANGAN USAHA Tahun
2004 2005 2006
PERTANIAN 169.276 172.432 180.220
a. Tanaman Bahan Makanan 73.441 81.633 86.240
- Jagung * 60.953 66.255 74.732
- Padi * 10.017 13.546 8.066
PERTAMBANGAN DAN 2.512 2.616 2.682
PENGGALIAN
INDUSTRI PENGOLAHAN 22.551 23.945 24.362
LISTRIK, GAS DAN AIR
BERSIH 2.660 2.963 3.407
BANGUNAN 27.415 28.778 31.993
PERDAGANGAN, HOTEL DAN 51.042 66.454 67.364
RESTORAN PENGANGKUTAN DAN 11.969 12.228 13.187 KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN DAN 26.156 27.694 31.213 JASA PERUSAHAAN JASA-JASA 26.887 28.004 37.160 TOTAL PDRB 340.467 365.116 391.587
Sumber : BPS Kabupaten Boalemo
Lampiran 5
Tabulasi Responden Pendapatan Usahatani Jagung Kawasan Agropolitan (Kecamatan Randangan) dan
Non Agropolitan (Kecamatan Taluditi)
Nomor
Agropolitan (Kecamatan Randangan)
Non Agropolitan (Kecamatan Taluditi) Responden Pendapatan Pendapatan Pendapatan Pendapatan
(Rp/Ha) Per Tahun (Rp/Ha) Per Tahun
(Rp/Ha) (Rp/Ha) 1 5.895.000 11.790.000 2.730.000 5.460.000 2 6.515.000 13.030.000 3.525.000 7.050.000 3 4.126.000 8.252.000 3.242.500 6.485.000 4 6.225.000 12.450.000 2.085.000 4.170.000 5 5.579.000 11.158.000 2.110.000 4.220.000 6 4.876.000 9.752.000 3.007.500 6.015.000 7 4.116.250 8.232.500 3.233.000 6.466.000 8 5.600.000 11.200.000 2.015.000 4.030.000 9 4.227.500 8.455.000 2.425.000 4.850.000 10 5.908.000 11.816.000 3.037.000 6.074.000 11 3.924.000 7.848.000 2.720.000 5.440.000 12 5.049.000 10.098.000 2.670.000 5.340.000 13 4.656.500 9.313.000 2.340.000 4.680.000 14 5.109.000 10.218.000 2.025.000 4.050.000 15 4.539.000 9.078.000 2.926.000 5.852.000 16 5.593.000 11.186.000 3.040.000 6.080.000 17 3.910.000 7.820.000 2.899.000 5.798.000 18 3.733.000 7.466.000 3.145.000 6.290.000 19 4.002.500 8.005.000 2.544.000 5.088.000 20 5.330.000 10.660.000 4.150.000 8.300.000 21 7.040.000 14.080.000 2.889.000 5.778.000 22 5.341.500 10.683.000 2.960.000 5.920.000 23 3.807.500 7.615.000 2.814.000 5.628.000 24 5.285.000 10.570.000 3.330.000 6.660.000 25 5.622.500 11.245.000 2.590.000 5.180.000 26 5.447.500 10.895.000 2.207.500 4.415.000 27 4.577.500 9.155.000 2.290.000 4.580.000 28 5.200.000 10.400.000 2.012.500 4.025.000 29 4.250.000 8.500.000 2.675.000 5.350.000 30 5.715.000 11.430.000 2.967.500 5.935.000 Jumlah 151.200.250 302.400.500 82.604.500 165.209.000 Rata-rata 5.040.008,33 10.080.016,67 2.753.483,33 5.506.966,67
Lampiran 6
Analisis Uji Beda Pendapatan Kawasan Agropolitan dan Non Agropolitan
Two-sample T for Agropolitan vs Non-agropolitan N Mean StDev SE Mean Agropolitan 30 10080017 1727609 315417 Non-agropolitan 30 5506967 1000130 182598
Difference = mu (Agropolitan) - mu (Non-agropolitan) Estimate for difference: 4573050
95% CI for difference: (3839434, 5306666)
T-Test of difference = 0 (vs not =): T-Value = 12,55 P-Value = 0,000 DF = 46
Lampiran 7 Hasil Analisis Derajat Partisipasi di Kawasan Agropolitan
No Aspek Skor Frekwensi
Bobot
(B) S x F x B %
(S) (F) %
A Aspek Komunikasi
1 Apakah anda mendapatkan informasi tentang adanya pelaksanaan pengembangan apropolitan
a. Tidak 1 10 0,3 3 33.3
b. Ya 4 20 0,3 24 66.7
27
2
Dalam forum apa keputusan diambil dalam lingkungan desa
a. Tidak ada 1 5 0,2 1 16.7
b. Diskusi perorangan 2 3 0,2 1,2 10.0 c. Diskusi dalam kelompok tani 3 15 0,2 9 50.0 d. Diskusi dalam forum desa 4 7 0,2 5,6 23.3
16,8 3 Menurut anda berapa orang yang tahu dan diajak berembuk
menngenai sebuah proyek yang akan berlangsung di lingkungan anda (a.l. agropolitan)
a. Dibawah 10 % 1 5 0,3 1,5 16.7
b. Antara 10 - 30 % 2 7 0,3 4,2 23.3 c. Antara 30 - 50 % 3 16 0,3 14,4 53.3 d. Lebih dari 50 % 4 2 0,3 2,4 6.7
22,5 4 Seberapa besar intervensi dari aparat terhadap proses fasilitasi
program?
a. Sangat Dominan 1 7 0,2 1,4 23.3
b. Dominan 2 8 0,2 3,2 26.7
c. Tidak terlalu Dominan 3 10 0,2 6 33.3
d. Tidak Dominan 4 5 0,2 4 16.7
14,6
Total 80,9
B Pengetahuan Masyarakat Atas Forum Pengambilan Keputusan 1 Menurut anda apakah perencanaan yang ada dalam pengembangan
agropolitan sudah melibatkan masyarakat ( sdh mencerminkan konsep partisipatif)
a. Tidak 1 13 0,25 3,25 43.3
b. Ya 4 17 0,25 17 56.7
20,25 2 Apakah anda puas dengan prosedur dan proses pengambilan
keputusan dalam forum perencanaan agropolitan?
a. Tidak puas 1 6 0,25 1,5 20.0
b. kurang puas 2 16 0,25 8 53.3
c. Puas 3 8 0,25 6 26.7
d. Sangat puas 4
15,5 3 Menurut anda apakah dalam perencanaan pengembangan
pembangunan (agropolitan) yang dilakukan selama ini, warga dan organisasi masyarakat tahu prosedur (tata cara) untuk ikut terlibat didalamnya.
a. Tidak tahu 1 4 0,3 1,2 13.3
b. Tahu tapi hanya sedikit 2 18 0,3 10,8 60.0 c. Tahu dan ikut terlibat 3 8 0,3 7,2 26.7 d. Sangat tahu dan ikut terlibat 4
19,2
4 Jika keputusan diambil dalam kelompok, bagaimana keputusan itu dibuat?
a. Ditentukan oleh ketua saja 1 3 0,2 0,6 10.0
b.
Didiskusikan dalam kelompok tapi hasil akhir
ditentukan oleh 2 4 0,2 1,6 13.3
ketua 0.0
c.
Didiskusikan dan ditentukan oleh sebagian dari
forum 3 4 0,2 2,4 13.3
d.
Didiskusikan dan hasil ditentukan oleh seluruh
forum 4 19 0,2 15,2 63.3
Total 74,75
No Aspek Skor Frekwensi
Bobot
(B) S x F x B %
(S) (F) %
c Kontrol Terhadap Kebijakan
1
Apakan warga dan organisasi masyarakat lainnya dapat
dengan mudah terlibat/ ikut serta dalam forum perencanaan
a. Sangat Sulit 1 9 0,3 2,7 30.0 b. Sulit 2 10 0,3 6 33.3 c. Mudah 3 8 0,3 7,2 26.7 d. Sangat Mudah 4 3 0,3 3,6 10.0 19,5 2
Apakah anda pernah memberikan masukan kepada pemerintah atau
pihak yang anda anggap bertanggungjawab untuk merubah prosedur dan proses pengambilan keputusan
a. Tidak pernah 1 5 0,4 2 16.7
b. Pernah dan tidak mendapat tanggapan 2
c. Pernah dan mendapat sedikit tanggapan 3 8 0,4 9,6 26.7 d. Pernah dan mendapat tanggapan 4 10 0,4 16 33.3
27,6
3 Menurut anda, bagaimana keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan proyek agropolitan
a. Tidak baik 1 b. Cukup baik 2 4 0,3 2,4 13.3 c. Baik 3 7 0,3 6,3 23.3 d. Sangat baik 4 19 0,3 22,8 63.3 31,5 Total 78,6
Lampiran 9 Indikator Komponen Heksagonal PEL
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR
Peraturan(Perda/Perkada/SK
Ka.SKPD) tentang kemudahan dalam bentuk:
a. Insentif fiskal
b. Penyerdehanaan Perijinan c. Penyediaan Lokasi/Lahan d. Ketenagakerjaan
Informasi prospek bisnis (buku/booklet/leaflet peluang investasi, official web site)
Kepastian berusaha dan hukum (a.l. ijin lokasi usaha, tata ruang, arbitrase, persaingan usaha, peradilan niaga) Keamanan(penjarahan, konflik sosial,premanisme, dan buruh mogok)
Kampanye peluang usaha melalui : 1.Media massa(media cetak,
elektronik, web site) 2.Kegiatan interaktif(temu
usaha/pameran/seminar potensi daerah)
Investor luar
Pusat pelayanan investasi dengan jasa layanan konsultasi investasi
Upaya fasilitasi permodalan bagi dunia usaha oleh pemda
Promosi produk UKM untuk memperluas pasar oleh pemda Pelaku Usaha lokal
Upaya pemda untuk peningkatan teknologi, manajemen, dan
kelembagaan usaha lokal (aspek ijin usaha, badan hukum, organisasi usaha)
Fasilitasi pelatihan kewirausahaan bagi pengusaha baru (kemampuan teknik dan entrepreneurship)
Pendampingan dan monitoring bisnis pelaku usaha baru
Insentif pemda dalam bentuk pemberian dana stimulan dan keringanan biaya perijinan Kelompok
Sasaran
Pelaku Usaha Baru
Kecepatan pengurusan ijin bagi investasi baru
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR Kondisi jaringan jalan Akses ke pelabuhan laut Akses ke pelabuhan udara Sarana transportasi
Infrastruktur komunikasi Infrastruktur energi
Upah tenaga kerja dibanding daerah sekitar
Tenaga kerja terampil
Tenaga kerja terdidik (Jumlah angkatan kerja lulusan SLTA dibanding total angkatan kerja) Jumlah lembaga keuangan lokal (Bank umum, BPR,LKM,KSP/USP) Jumlah penyaluran kredit (modal kerja dan investasi)
perbankan/lembaga keuangan bukan bank
Faktor Lokasi Terukur
Iklim perekonomian lokal Peran dan kebijakan pemerintah provinsi kepada daerah
Peran dan kebijakan pemerintah pusat kepada daerah
Citra dari lokasi (sentra usaha) Citra dari kota/kabupaten
Industri yang memiliki mata rantai lengkap dari hulu ke hilir untuk suatu komoditas
Peluang kerjasama dalam industri sejenis maupun dalam industri ulu- hilir
Lembaga penelitian perguruan tinggi Lembaga penelitian dan
pengemabngan pemerintah dan swasta bukan perguruan tinggi Pelayanan perijinan satu atap Faktor Lokasi
Faktor Lokasi Tidak Terukur
Peluang bekerja bagi tenaga kerja lokal dibanding dengan pendatang
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR Kualitas permukiman Kualitas lingkungan
Kualitas fasilitas pendidikan Kualitas pelayanan kesehatan Faktor Lokasi Faktor Lokasi Tidak
Terukur Individual
Kualitas fasilitas umum dan sosial Kebijakan Peningkatan Investasi Kebijakan promosi daerah Kebijakan persaingan usaha (a.l. tentang pembatasan lokasi pasar modern/ supermarket/hypermarket Kebijakan perbaiakan UKM (a.l. kemitraan dan subkontrak) Kebijakan peningkatan peran Perusahaan Daerah
Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar pelaku ekonomi
Kebiajkan informasi bursa tenaga kerja
Perluasan Ekonomi
Kebijakan pengembangan keahlian (peningkatan ketrampilan)
Kebijakan pemberdayaan masyarakat berbasis kemitraan dengan dunia usaha (memanfaatkan dana CSR) Pemberdayaan
Masyarakat dan Pengembangan
Komunitas Kebijakan pengurangan kemiskinan secara partisipatif
Kebijakan pembangunan kawasan industri hinterland / industri Kebijakan pengembangan pusat pertumbuhan di perdesaan
(agropolitan) dan perkotaan (central business district)
Kebijakan pengembangan komunitas sprt: perbaikan lingkungan, perbaikan kampung
Kebijakan kerjasama antar daerah/pemda
Keijakan tata ruang PEL
Kebijakan pengembangan jaringan usaha antar sentra usaha
Keterkaitan dan Fokus
Kebijakan
Pembangunan Wilayah
Sistem industri yang berkelanjutan (adanya keterkaitan pengadaan bahan baku, prodksi dan pengolahan)
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR
Perkembangan industri pendukung untuk keberlanjutan sistem industri Jumlah perusahaan yang telah memiliki business plan Ekonomi
Jumlah perusahaan yang melakukan inovasi pengembangan produk dan pasar
Kontribusi PEL terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat lokal
Sosial
PEL mempertimbangan keberadaan adat dan kelembagaan lokal
Kebijakan pemecahan permasalahan lingkungan (a.l. penerapan amdal) Pengelolaan dan pendaur ulangan limbah (a.l. produk organik) Pembangunan
Berkelanjutan
Lingkungan
Kebijakan konservasi sumber daya alam dalam PEL
Kemitraan di bidang infrastruktur (a.l. BOT)
Kemitraan di bidang promosi dan perdagangan
Kemitraan Pemerintah dan Dunia Usaha
Kemitraan di bidang pembiayaan usaha ( a.l : pinkaman, penyaluran kredit, PKBL)
Reformasi sistem insentif
pengembangan SDM aparatur(a.l.: remunerasi, jenjang karir
Restrukturisasi organisasi pemerintah Reformasi Sektor
Publik
Prosedur pelayanan administrasi publik :
1. sederhana 2. jelas 3. cepat 4. terjangkau
Status asosiasi industri/komoditi/ forum bisnis
Peran asosiasi
industri/komoditi/forum bisnis terhadap perbaikan kebijakan pemerintah di bidang PEL Tata
Kepemerintahan
Pengembangan Organisasi
Manfaat asosiasi /organisasi bagi anggotanya
ASPEK SUB ASPEK INDIKATOR Analisis dan pemetaan potensi ekonomi
Penilaian terhadap daya saing wilayah
Pemetaan kondisi politis lokal Diagnosa Secara
Partisipatif
Identifiaksi stakeholder PEL
Penggunaan hasis diagnosis sebagai dasar perencanaan PEL
Jumlah stakeholder yang terlibat dalam proses perencanaan PEL Sinkronisasi lintas sektoral dan spasila dalam proses perencanaan PEL
Kesesuaian implementasi dengan perencanaan
Perencanaan dan Implementasi Partisipatif
Keterlibatan stakeholder dalam proses penyusunan indikator evaluasi Keterlibatan stakeholder dalam proses monitoring dan evaluasi Frekuensi dilakukan evaluasi mandiri (self evaluation)
Frekuensi dilakukan diskusi bagi proses pemecahan permasalahan Proses
Manajemen
Monitoring dan Evaluasi secara Partisipatif
Penggunaan hasil evaluasi dalam perbaikan perencanaan
Lampiran 10 Gambar Jalan Usahatani Kawasan Agropolitan Randangan
Lampiran 11 Gambar Gudang Agribisnis PT Gorontalo Fitra Mandiri, BUMD Provinsi Gorontalo
Lampiran 12 Gambar Program Agropolitan di Kecamatan Randangan
Lampiran 13 Gambar Terminal Randangan